RUANGAN ANASTESI
Oleh :
NIM : 1610901177
( ) ( )
TAHUN 2016/2017
KONSEP DASAR RUANGAN ICU
A. Pengertian
ICU Adalah suatu tempat atau unit tersendiri di dalam Rumah Sakit yang memiliki staf khusus,
peralatan khusus ditujukan untuk menanggulangi pasien gawat karena penyakit, trauma atau
komplikasi penyakit lain.
ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus
untuk merawat dan mengobati pasien yang terancam jiwa oleh kegagalan / disfungsi satu organ
atau ganda akibat penyakit, bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya
(reversible).
(http://akatsuki-ners.blogspot.com/2011/10/konsep-dasar-icu-intensive-care-unit.html)
B. Sejarah ICU
ICU mulai muncul dari ruang pulih sadar paska bedah pada tahun 1950. ICU modern
berkembang dengan mencakup penanganan respirasi dan jantung menunjang ffal organ dan
penanganan jantung koroner mulai tahun 1960.
Pada tahun 1970, perhatian terhadap ICU di Indonesia semakin besar (ICU pertama kali adalah
RSCM Jakarta), terutama dengan adanya penelitian tentang proses patofisiologi, hasil pengobatan
pasien kritis dan program pelatihan ICU. Dalam beberapa tahun terakhir, ICU mulai menjadi
spesialis tersendiri, baik untuk dokter maupun perawatnya.
C. Fungsi ICU
Semua jenis ICU mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengelola pasien yang sakit kritis
sampai yang terancam jiwanya. ICU di Indonesia umumnya berbentuk ICU umum, dengan
pemisahan untuk ICCU (Jantung), Unit dialisis dan neonatal ICU. Alasan utama untuk hal ini
adalah segi ekonomis dan operasional dengan menghindari duplikasi peralatan dan pelayanan
dibandingkan pemisahan antara ICU Medik dan Bedah. Dari segi fungsinya, ICU dapat dibagi
menjadi :
1) ICU Medik
2) ICU trauma/bedah
3) ICU umum
4) ICU pediatrik
5) ICU neonatus
6) ICU respiratorik
Mengingat bahwa kemampuan dan sarana ditiap rumah sakit sangat bervariatif maka ICU
dikategorikan berdasar kemampuannya, yaitu sebagai berikut :
1) ICU Primer.
Memiliki kriteria pasien masuk, keluar & rujukan.
Memiliki dokter spesialis anestesiologi sebagai kepala
Mempunyai dokter jaga 24 jam dengan kemampuan melakukan resusitasi jantung paru (A-
B-C-D-E-F).
Konsulen yang membantu harus bisa dihubungi dan dipanggil setiap saat.
Memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagian besar terlatih.
Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratrium tertentu (Hb, Ht, elektrolit, gula
darah & trombosit), sinar-X, fisioterapi.
2) ICU Sekunder.
Seperti persyaratan ICU PRIMER
Ada konsultan intensiv care
Mampu merawat dengan alat bantu nafas (ABN).
Mampu menyediakan tenaga perawat dengan perbandingan 1:1 untuk pasien dengan ABN,
CRRT (continuous renal replacement therapy) dan 2:1 untuk lainnya.
> 50% tenaga perawat bersertifikat perawat ICU (minimal pengalaman kerja di ICU > 3
tahun).
Memiliki ruang isolasi dan mampu melakukan prosedur isolasi.
Laboratorium dan penunjang bekerja 24 jam
3) ICU Tertier.
Memiliki dokter spesialis dari berbagai disiplin ilmu, dapat dihubungi dan segera datang
bila diperlukan.
Dikelola oleh intensivist.
Kualitas tenaga perawat : > 75% bersertifikat perawat ICU.
Mampu melakukan pemantauan invasif.
Memiliki minimal satu tenaga pendidik untuk medis ataupun para medis.
Memiliki prosedur pelaporan dan pengkajian.
Memiliki staf tambahan lain (tenaga administratif untuk kepentingan ilmiah / penelitian.
E. Syarat Ruang ICU
Jumlah Bed ICU di Rumah Sakit idealnya adalah 1-4 % dari kapasitas bed Rumah Sakit.
Jumlah ini tergantung pada peran dan tipe ICU. Lokasi ICU sebaiknya di wilayah penanggulangan
gawat darurat (Critical Care Area), jadi ICU harus berdekatan dengan Unit Gawat Darurat, kamar
bedah, dan akses ke laboratorium dan radiologi. Transportasi dari semua aspek tersebut harus
lancar, baik untuk alat maupun untuk tempat tidur. Syarat Ruangan ICU yaitu diantaranya:
1) Ruangan
Setiap pasien membutuhkan wilayah tempat tidur seluas 18,5 m2. untuk kamar isolasi perlu
ruangan yang lebih luas. Perbandingan ruang terbuka dengan kamar isolasi tergantung pada
jenis rumah sakit.
- Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar pulih sadar ( Recovery
Room)
- Suhu ruangan diusahakan 22-25 C, nyaman , energi tidak banyak keluar.
- Ruangan tertutup & tidak terkontaminasi dari luar
- Merupakan ruangan aseptic & ruangan antiseptic dengan dibatasi kaca- kaca.
- Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki ruangan isolasi.
- Tempat dokter & perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah untuk mengobservasi
pasien
2) Fasilitas Bed
Untuk ICU level III, setiap bed dilengkapi dengan 3 colokan oksigen, 2 udara tekan, 4
penghisap dan 16 sumber listrik dengan lampu penerangan. Peralatan tersebut dapat menempel
di dinding atau menggantung di plafon. Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan segala posisi.
3) Monitor dan Emergency Troli
Monitor dan emergency troli harus mendapat tempat yang cukup. Di pusat siaga, sebaiknya
ditempatkan sentral monitor, obat-obatan yang diperlukan, catatan medik, telepon dan
komputer.
4) Tempat Cuci Tangan
Tempat cuci tangan harus cukup memudahkan dokter dan perawat untuk mencapainya setiap
sebelum dan sesudah bersentuhan dengan pasien (bla memungkinkan 1 tempat tidur
mempunyai 1 wastafel)
5) Gudang dan Tempat Penunjang
Gudang meliputi 25 – 30 % dari luas ruangan pasien dan pusat siaga petugas. Barang bersih
dan kotor harus terpisah.
Untuk mencapai sistem pelayanan yang demikian maka SDM yang berkecimpung dalam
pelayanan di ICU perlu mendapat pendidikan khusus (tambahan), karena mengelola pasien sakit
kritis di ICU tidak sama dengan mengelola pasien sakit tidak kritis di bangsal perawatan biasa.
Disamping alasan tersebut diatas, pendidikan tambahan diperlukan agar “bahasa” yang digunakan
dalam mengelola pasien di ICU (yang secara tim) sama dan tujuan yang sama pula.
A. Pengkajian
1) Primary survey
- Airway maintenance dengan cervical spine protection
- Breathing dan oxygenation
- Circulation dan kontrol perdarahan eksternal
- Disability-pemeriksaan neurologis singkat
- Exposure dengan kontrol lingkungan
2) Secondary survey
- Anamnesis : Seringkali pasien sebelum masuk ICU sudah mendapat tindakan pengobatan
sebelum diagnosis definitif ditegakkan.
- Pemeriksaan Fisik : Meliputi pemeriksaan fisik secara umum, penilaian neurologis, sistem
pernafasan, kardiovaskuler, gastro intestinal, ginjal dan cairan, anggota gerak, haematologi
dan posisi pasien.
3) Pemeriksaan diagnostic
Kajian hasil pemeriksaan : Meliputi biokimia, hematologi, gas darah, monitoring TTV,
foto thorax, CT scan, efek pengobatan.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan sesuai dengan masalah kesehatan pada klien. Pada
dasarnya diagnosa keperawatan merujuk pada Nanda atau NIC NOc.
C. Intervensi Keperawatan
Decision Support : Supporting, Inhibiting, and Quality Improving. Journal of Advance Nursing, 65,
1074-1083.
Feied, C.F. et all (2004). Impact of Informatic and New Technologies on emergency Care
Environment. Topics in Emergency Medicine, 26, 119-127.
Goran, S.F. (2010). A Second Set Of Eyes : An Introduction to Tele-ICU. Critical Care Nurse, 30, 46-
55.
Jones, C.R. et all (2008). Networking Learning a Relational Approach Weak and Strong Ties. Journal
of Computer Assisted Learning, 24, 90-102.