Anda di halaman 1dari 21

KONSEP DASAR ICU

Oleh
Mashuri, S. Kep. Ners.
A. Definisi
 ICU adalah ruang rawat rumah sakit
dengan staf dan perlengkapan khusus
ditujukan untuk mengelola pasien dengan
penyakit trauma atau komplikasi yang
mengancam jiwa
 ICU ialah ruang rawat di RS yg dilengkapi
staf & peralatan khusus u/ merawat &
mengobati pasien yg terancam jiwa oleh
kegagalan / disfungsi satu organ atau
ganda akibat penyakit, bencana atau
komplikasi yg masih ada harapan hidup
(reversibel)
 Dalam mengelola pasien ICU diperlukan
dokter ICU yg memahami teknologi
kedokteran, fisiologi, farmakologi dan
kedokteran konvensional dengan
kolaborasi erat bersama perawat yg
terdidik & terlatih u/ critical care
 Pasien yg semula dirawat karena problem
trauma/bedah dpt ditumpangi/berubah
menjadi problem medik demikian pula
sebaliknya
B. Sejarah
 ICU mulai muncul dari ruang pulih pasca
bedah / epidemi poliomyelitis pada tahun
1950 dimana mulai dipakai repirator yang
dapat mengurangi kematian.
 ICU modern berkembang dengan mencakup
penanganan respirasi & jantung, menunjang
faal organ dan penanganan jantung koroner
(mulai 1960)
 Tahun 1970 perhatian pd ICU makin besar
terutama dg adanya penelitian ttg proses
patofisiologi, kemasan & hasil pengobatan pd
ps gawat, penerbitan jurnal & program
pelatihan u/ ICU
 Sekarang ICU mulai menjadi spesialis
tersendiri, baik untuk dokter maupun
perawat. Pengelolaan intensiv ini
bermacam coraknya, namun sentralisasi
unit ini jelas sangat menguntungkan dari
segi efisiensi.

C. Biaya ICU
 Biaya u/ perawatan ICU meliputi :
1 Biaya tetap (fixed cost) yg tdk relevan
pd beban kerjan & kesudahan pd
pasien (misal gaji)
2 Biaya berubah (variabel cost)
Tergantung pemasukan pasien dan
pelayanan yang diterima (seperti
pemeriksaan, monitoring & px
tertentu)
 Dari kedua biaya ini ada beban langsung
(direct cost) yg berhubungan dengan
perawatan pasien & beban tdk langsung
(indirect cost)misal biaya administrasi,
biaya inap, dll
 Perlengkapan pd pelayanan ICU b/d
penyediaan & kebutuhan
 Penyediaan dana berasal dari anggaran
rumah sakit (negara), pembayaran pasien
& asuransi
 Kebutuhan u/ pelayanan ICU b/d
demografi, ekonomi & teknologi, tetapi dpt
juga berasal dari aktivitas dokter (misal
bedah jantung dll).
 Biaya ICU mencapai tiga kali dari bed
bangsal akut dalam perharinya
D. Peran ICU

Erat hubungannya dg peran RS di daerah itu agar


pelayanan lebih rasional & optimalilsasi dlm
pemakaian sumber daya
Ada 3 level ICU :
- Level I di RS daerah (tipe C & D)
Pd RS di daerah yg kecil, di sini ICU lebih
tepat disebut sbg unit ketergantungan
tinggi (high dependency), observasi perawatan
ketat dg monitor EKG, resusitasi segera dpt
dikerjakan, tetapi ventilator hanya diberikan
< dr 24 jam
- Level II (di RS tipe B)
Mampu melakukan ventilasi jangka lama,
punya dokter residen yg selalu siap di tempat
& mempunyai hubungan dg fasilitas
fisioterapi, patologi & radiologi.
Bentuk fasilitas lengkap u/ menunjang
kehidupan (misal dialisis), monitor invasif
(monitor tek intrakranial) & px canggih ( CT
Scan) tdk perlu rutin ada, kecuali menunjang
peranan RS (misal sbg trauma senter)
- Level III (RS tertier/tipe A)
Biasanya pd RS tipe A memiliki semua aspek
yg dibutuhkan ICU agar dpt memenuhi peran
sbg RS rujukan
Personil meliputi intensivist dengan trainee,
perawat sepisialis, professional kesehatan lain,
staf ilmiah dan secretariat yang baik.
Pemeriksaan yang canggih dan imaging (MRI dan
ST scan) tersedia dengan dukungan spesialis
semua disiplin.
Dari segi fungsinya ICU dapat dibagi menjadi :
ICU medik
ICU trauma/bedah
ICU umum
ICU pediatri
ICU neonatus
 Semua jenis ICU mempunyai tujuan yang sama
yaitu mengelola pasien yang sakit serius
sehingga tidak terancam jiwanya .
 Pendekatan pasien ICU :
Pasien ICU dengan gagal organ tunggal atau
ganda/multiple mempunyai rangkaian masalah
yang sangat kompleks dan diperlukan tim yang
baik.
Tipe, Ukuran dan Lokasi ICU
 ICU di Indonesia umumnya berbentuk ICU
umum, dengan pemisahan untuk CCU (jantung
koroner), unit dialysis dan neonatal ICU. Alasan
utama untuk hal ini adalah segi ekonomis dan
operasional dengan menghindari duplikasi
peralatan dan pelayanan dibandingkan
pemisahan antara ICU medik dan ICU bedah.
 Jumlah ICU di rumah sakit antara 1- 4 % dari
kapasitas bed rumah sakit. Jumlah ini tergantung
pada peran dan tipe ICU. Lokasi ICU sebaiknya di
wilayah penanggulangan gawat darurat, kamar
bedah, CCU dan akses ke laboratorium klinik dan
radiology transportasi diantara tempat ini harus
baik dan lancar, baik untuk alat maupun tempat
tidur.
Desain ICU
 Pintu masuk dan keluar ICU hendaknya menjadi
satu dan dikelola oleh resepsionis. ICU harus
mempunyai wilayah an ruangan untuk pelayanan
masyarakat, managemen pasien dan pelayanan
penunjang.
 Ruang pasien
Tiap pasien membutuhkan wilayah tempat tidur
seluas 18,5 m2. untuk kamar isolasi perlu ruangan
ruangan yang lebih luas. Perbandingan ruang
terbuka dan kamar isolasi tergantung jenis rumah
sakit.
Untuk ICU level III tiap bed dilengkapi 3 colokan
oksigen, 2 udara tekan, 4 pengisap dan 16 sumber
listrik, dengan lampu penerangan. Sumber ini
dapat menempel di dinding atau menggantung dari
plafon tergantung keinginan masing-masing.
Tempat untuk monitor dan troli emergensi harus
mendapat tempat yang cukup, ruang di ICU
sebaiknya banyak berjendela lebar dan dipasang
monitor televisi. Di pusat siaga ini dapat dapat
ditempatkan sentral monitor, obat-obat yang
diperlukan, catatan medik, telepon dan kumputer.
Tempat cuci tangan harus cukup agar
memudahkan petugas (dokter dan perawat) untuk
mencapainya setiap sebelum dan susudah
bersentuhan dengan pasien (bila mungkin 1 bed
mempunyai 1 wastafel.
 Gudang dan tempat penunjang
Gudang meliputi 25 – 30 % dari luas ruangan
pasien dan pusat siaga petugas. Barang bersih dan
kotor harus terpisah. Bila ICU cukup besar perlu
dibuat farmasi satelit di salah satu ruang di ICU.
Komunikasi antar ruangan, juga ruang penunggu
pasien harus baik.
Peralatan

 Jumlah dan tingkat peralatan tergantung peran


dan tipe ICU, ICU level I dan II peralatannya
akan lebih sederhana dibandingkan dengan ICU
level III. Missal monitor samping bed di ICU level
I dan II cukup 2 saluran, sedangkan di ICU level
III minimal 4 saluran.
Personil (sumber daya manusia)
Tenaga dokter, perawat, paramedic lain dan non medik
pada level ICU dan kebutuhan masing-masing. Peran
perawat akan diperluas dalam menangani pasien ICU
antara lain :
 Dalam proses sapih ventilator dapat menyesuaikan
frekuensi nafas atau tekanan dengan mengacu pada data
laboratorium.
 Dalam pengobatan titrasi inotropes, vasodilator, sedatif,
analgesik, insulin dan obat lain dapat dilakukan
penyesuaian oleh perawat ICU berdasar data klinis dan
laboratorium.
 Menghadapi kasus hipotensi dapat melakukan challenge
test lebih dulu, dan bila gagal dibicarakan dengan dokter
ICU.
 Aspek lain pada fungsi bangsal ICU dapat bertindak dalam
segi administrasi, bicara dengan teman atau keluarga
pasien. Tugas lain dapat sebagi fisioterapis, tata usaha
ruangan, pekerja social dan pengawas ruangan.
Etik di ICU

 Etik dalam penanganan pasien, riset dan


hubungan dengan kolega/sejawat lain harus
secara cermat. Kontroversi atik dalam legalitas,
moral dan etik sering terjadi pada euthanasia
atau pengobatan antusias.
 Hak hidup atau euthanasia sukarela (hak mati).
Etik di ICU sedikit berbeda dengan etik di
pelayanan kesehatan lain.
Prosedur masuk di ICU
 Pasien yang masuk di ICU dikirim oleh dokter disiplin
lain di luar ICU setelah konsultasi dengan dokter ICU.
Konsultasi sifatnya tertulis, tetapi juga dapat didahului
secara lisan (missal per telepon) terutama dalam
keadaan mendesak, tetapi tetap diikuti dengan
konsultasi tertulis. Keadaan jiwa yang mengancam
jiwa dari pasien akan ditangani oleh dokter pengirim.
 Transportasi ke ICU masih menjadi tanggungjawab
dokter pengirim, kecuali transportasi pasien masih
perlu bantuan khusus (lihat topik transport pasien)
dapat dibantu pihak ICU. Selama pengobatan di ICU
maka dimungkinkan untuk konsultasi dengan berbagai
spesialis di luar dokter pengirim dan dokter ICU
bertindak sebagai koordinatornya. Terhadap pasien
dan atau keluarga diberikan penjelasan tentang
perlunya masuk ICU dengan segala konsekuensinya
(termasuk biaya) dengan mennandatangani informed
consent (surat persetujuan).
Indikasi masuk ICU
 Seperti dikemukakan dalam definisi ICU maka
pasien yang masuk ICU adalah pasien yang dalam
keadaan terancam jiwanya sewaktu-waktu karena
kegagalan atau disfungsi satu/multiple organ atau
system dan masih ada kemungkinan dapat
disembuhkan kembali melalui perawatan,
pemantauan dan pengobatan intensif. Dari
disfungsi atau kegaglan organ atau system ini
dapat diuraikan berbagai jenis penyakit yang perlu
masuk ICU.
 Selain indikasi medik yang jelas ini, maka masih
dikenal indikasi social yaitu masuknya pasien ke
ICU di luar indikasi medik yaitu : pasien tidak ada
kegawatan mengancam jiwa atau pasien yang
sudah jelas irreversible penyakitnya (missal mati
batang otak, penyakit kanker yang sudah
metastase jauh). Tetapi karena ada pertimbangan
social tertentu dapat masuk ICU.
Kontra indikasi masuk ICU

 Yang mutlak tidak boleh masuk ICU adalah


pasien dengan penyakit yang sangat menular
seperti gas gangren. Sedangkan kontra indikasi
relatifnya adalah yang disebut dalam indikasi
social di atas.
Pasien tidak perlu lagi berada di ICU apabila :

 Meninggal dunia
 Tidak ada kegawatan yang mengancam jiwa
sehingga dirawat di ruang biasa atau dapat
pulang.
 Atas permintaan keluarga tetapi harus ada
informed consent yang khusus dari keluarga
pasien

Anda mungkin juga menyukai