DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
1. ABDI SETIADI 2114901001
2. ADELIA PUTRI 2114901002
3. ADINDA DELLA NOPRIKA 2114901003
4. ADITYA JAKA FERNANDA 2114901004
5. AMATULLAH NABILAH 2114901005
6. AMREZA MAULA 2114901006
7. ANGGA YUDANDI 2114901007
8. APRILIA SETYA N 2114901008
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruang perawatan dengan tingkat
resiko kematian pasien yang tinggi. Tindakan keperawatan yang cepat dan tepat
sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan pasien. Pengambilan keputusan yang
cepat ditunjang data yang merupakan hasil observasi dan monitoring yang
kontinu oleh perawat. Tingkat kesibukan dan standar perawatan yang tinggi
membutuhkan peralatan tehnologi tinggi yang menunjang. Peralatan yang
ditemukan di ICU antara lain bed side monitor, oksimetri, ventilator, dll yang
jarang ditemukan di ruangan lain dan peralatan tersebut ditunjang oleh tehnologi
tinggi. Inovasi tehnologi tetap dibutuhkan dengan tujuan meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan di ICU seiring dengan bertambahnya kompleksitas
masalah di ICU. Tele-ICU sudah digunakan 25 tahun yang lalu dengan metode
remote telemedicine pada 395 pasien di ICU yang terdapat pada 100 bed di RS.
Proyek tersebut menunjukan bahwa konsultasi televisi memberikan pengaruh
lebih besar pada tataran klinik dan pendidikan daripada konsultasi via telepon.
Secara historis demonstrasi tersebut menunjukan bahwa tele-ICU consultation
memiliki keuntungan klinis yang lebih besar seperti mengurangi lama hari rawat
(lenght of stay), meningkatkan pengelolaan dan tranfer pasien trauma, dan
meningkatkan konsultasi untuk pasien kritis.
Pada tahun 2000, Sentara Health-care mengimplementasikan multiside
telemedia program. Saat 1 tahun setelah implementasi dilaporkan bahwa terjadi
penurunan mortalitas sebanyak 27 %. Saat ini diestimasikan bahwa 45 sampai
50 program tele-ICU telah mendukung beberapa ICU.
Tema Tele-ICU, virtual ICU, remote ICU, dan eICU semuanya mengacu
pada konsep yang sama, yaitu merupakan sentralisasi atau pengendalian
berdasarkan tim perawatan kritis dengan menggunakan networking pada bedside
ICU tim dan pasien baik melalui audiovisual maupun sistem komputer. Tim
Tele-ICU dapat mendukung kelangsungan hidup dan mendukung sebagain besar
pasien di ICU walaupun dipisahkan secara geografis dari berbagai Rumah Sakit.
Penggunaan tele-ICU merupakan aplikasi dari solusi 4 topik ICU, yang menurut
Needham (2010) terdiri dari : isu alamiah mengenai medis dan lebih spesifik
berkaitan dengan perawatan kritis, menggunakan pengetahuan sebagai usaha
meningkatkan patient safety, berfokus pada proyek perpindahan pengetahuan,
dan model perpindahan pengetahuan praktik klinik
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ICU?
2. Apa peran dan fungsi perawat kritis ?
3. Apa saja proses keperawatan pada area keperawatan kritis ?
4. Apa saja efek kondisi kritis terhadap pasien dan keluarga?
5. Apa saja isu End of life di keperawatan kritis ?
6. Apa pengertian aspek legal keperawatan kritis?
7. Apa saja peran dan fungsi perawat?
8. Apa saja fungsi advokasi pada kasus kritis terkait berbagai sistem ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui yang dimaksud dengan ICU
2. Mahasiswa dapat mengetahui peran dan fungsi perawat kritis
3. Mahasiswa dapat mengetahui proses keperawatan pada area keperawatan
kritis
4. Mahasiswa dapat mengetahui efek kondisi kritis terhadap pasien dan
keluarga
5. Mahasiswa dapat mengetahui isu End of life di keperawatan kritis
6. Mahasiswa dapat mengetahui aspek legal keperawatan kritis
7. Mahasiswa dapat mengetahui peran dan fungsi perawat
8. Mahasiswa dapat mengetahui advokasi pada kasus kritis terkait berbagai
sistem
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2) Hak-Hak Perawat
a) Hak mengendalikan praktik keperawatan sesuai yang diatur oleh
hukum.
b) Hak mendapat upah yang layak.
c) Hak bekerja di lingkungan yang baik.
d) Hak terhadap pengembangan profesional.
e) Hak menyusun standar praktik dan pendidikan keperawatan
H. Peran dan Fungsi Perawat.
Peran perawat perawatan kritis
1. Menghormati dan mendukung hak pasien atau pengganti pasien yang ditunjuk
untuk pengambilan keputusan otonom.
2. Ikut membantu pasien/ keluarga ketika dibutuhkan demi kepentingan pasien.
3. Membantu pasien mendapatkan perawatan yang diperlukan.
4. Menghormati nilai-nilai, keyakinan dan hak-hak pasien.
5. Menyediakan pendidikan dan dukungan untuk membantu pasien atau keluarga
dalam membuat keputusan.
6. Mendukung keputusan dari pasien atau keluarga yang tentang pelayanan
keperawatan yang akan diberikan ataupun proses perpindahan transfer ke RS
lain yang memiliki kualitas yang sama.
7. Melakukan bimbingan spriritual untuk dan keluarga dalam situasi yang
memerlukan tindakan segera.
8. Memantau dan menjaga kualitas perawatan pasien.
9. Bertindak sebagai penghubung antara pasien, keluarga pasien dan profesional
kesehatan lainnya.
1. Pemberi asuhan
2. Pembuat keputusan
3. Manager Kasus
4. Pelindung dan Advokat pasien
5. Rehabilitator
6. Pembuat Kenyamanan
7. Pemberi keyakinan
8. Edukator
9. Kolaborator
10. Konsultan
11. Pembaharu
Fungsi perawat
1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, di mana
perawat melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri, dengan keputusan
sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar
manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis.
2. Dependen
Dalam melaksanakan kegiatan peasan atau instruksi dari perawat lain bisa juga
disebut pelimpahan tugas, misal dari perawat primer ke pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian
pelayanan seperti asuhan kepaerawatan, Dokter, Ahli Gizi dan lain-lain.
I. Fungsi Advokasi Pada Kasus Kritis Terkait Berbagai Sistem
1. Pengertian
Arti advokasi menurut ANA adalah melindungi klien atau masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak
kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapa pun.
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara
klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien,
membela kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi
dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan
tradisional maupun professional.
Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai nara
sumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya
kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai
advocat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi
keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.
Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak
klien, hak-hak klien tersebut antara lain :
a. hak atas informasi; pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib
dan peraturan yang berlaku di rumah sakit/sarana pelayanan kesehatan
tempat klien menjalani perawatan. Hak mendapat informasi yang meliputi
hal-hal berikut :
1) Penyakit yang dideritanya;
2) Tindakan medik apa yang hendak dilakukan;
3) kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan
untuk mengatasinya;
4) Alternatif terapi lain beserta resikonya;
5) Prognosis penyakitnya;
6) Perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit yang
dideritanya;
b. Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur;
c. Hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang bermutu
sesuai dengan standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi;
d. Hak menyetujui/ memberi izin persetujuan atas tindakan yang akan
dilakukan oleh perawat/ tindakan medik sehubungan dengan penyakit yang
dideritanya (informed consent);
e. Hak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sesudah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
2. Tanggung Jawab Perawat Advokat
Nelson (1988) dalam Creasia & Parker (2001) menjelaskan bahwa tanggung
jawab perawat dalam menjalankan peran advokat pasien adalah :
a. Sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan, dengan cara
memastikan informasi yang diberikan pada pasien dipahami dan berguna
bagi pasien dalam pengambilan keputusan, memberikan berbagai alternatif
pilihan disertai penjelasan keuntungan dan kerugian dari setiap keputusan,
dan menerima semua keputusan pasien.
b. Sebagai mediator (penghubung) antara pasien dan orang-orang disekeliling
pasien, dengan cara : mengatur pelayanan keperawatan yang dibutuhkan
pasien dengan tenaga kesehatan lain, mengklarifikasi komunikasi antara
pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lain agar setiap individu memiliki
pemahaman yang sama, dan menjelaskan kepada pasien peran tenaga
kesehatan yang merawatnya.
c. Sebagai orang yang bertindak atas nama pasien dengan cara : memberikan
lingkungan yang sesuai dengan kondisi pasien, melindungi pasien dari
tindakan yang dapat merugikan pasien, dan memenuhi semua kebutuhan
pasien selama dalam perawatan.
3. Nilai-nilai Dasar yang Harus Dimiliki Oleh Perawat Advokat
Perawat harus memiliki sikap yang baik agar perannya sebagai advokat pasien
lebih efektif. Beberapa sikap yang harus dimiliki perawat, adalah:
a. Bersikap asertif
Bersikap asertif berarti mampu memandang masalah pasien dari sudut
pandang yang positif. Asertif meliputi komunikasi yang jelas dan langsung
berhadapan dengan pasien.
b. Mengakui bahwa hak-hak dan kepentingan pasien dan keluarga lebih utama
walaupun ada konflik dengan tenaga kesehatan yang lain.
c. Sadar bahwa konflik dapat terjadi sehingga membutuhkan konsultasi,
konfrontasi atau negosiasi antara perawat dan bagian administrasi atau antara
perawat dan dokter.
d. Dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain
Perawat tidak dapat bekerja sendiri dalam memberikan perawatan yang
berkualitas bagi pasien. Perawat harus mampu berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain yang ikut serta dalam perawatan pasien.
e. Tahu bahwa peran advokat membutuhkan tindakan yang politis, seperti
melaporkan kebutuhan perawatan kesehatan pasien kepada pemerintah atau
pejabat terkait yang memiliki wewenang/otoritas.
4. Tujuan dan Hasil Yang Diharapkan Dari Peran Advokat
Tujuan dari peran advokat berhubungan dengan pemberdayaan kemampuan
pasien dan keluarga dalam mengambil keputusan. Saat berperan sebagai advokat
bagi pasien, perawat perlu meninjau kembali tujuan peran tersebut untuk
menentukan hasil yang diharapkan bagi pasien.
a. Menjamin bahwa pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain adalah partner
dalam perawatan pasien. Pasien bukanlah objek tetapi partner perawat dalam
meningkatkan derajat kesehatannya. Sebagai partner, pasien diharapkan akan
bekerja sama dengan perawat dalam perawatannya.
b. Melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan
Pasien adalah makhluk yang memiliki otonomi dan berhak untuk
menentukan pilihan dalam pengobatannya. Namun, perawat berkewajiban
untuk menjelaskan semua kerugian dan keuntungan dari pilihan-pilihan
pasien.
c. Memiliki saran untuk alternatif pilihan
Saat pasien tidak memiliki pilihan, perawat perlu untuk memberikan
alternatif pilihan pada pasien dan tetap memberi kesempatan pada pasien
untuk memilih sesuai keinginannya.
d. Menerima keputusan pasien walaupun keputusan tersebut bertentangan
dengan pengobatannya. Perawat berkewajiban menghargai semua nilai-nilai
dan kepercayaan pasien.
e. Membantu pasien melakukan yang mereka ingin lakukan
Saat berada di rumah sakit, pasien memiliki banyak keterbatasan dalam
melakukan berbagai hal. Perawat berperan sebagai advokat untuk membantu
dan memenuhi kebutuhan pasien selama dirawat di rumah sakit.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ICU atau Intenssive Care Unit adalah ruang rawat inap di Rumah Sakit
yangdilengkapai dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat pasien yang
yang mengancamnyawa seperti pasien dengan sakit berat dan kritis oleh karena
kegagalan fungsi organ,bencana atau komplikasi yang memiliki harapan hidup.
ICU memiliki beberapa klasifikasi pelayanan ICU Primer pada Rumah Sakit di
daerah yang kecil (di Rumah Sakit Daerah dengan tipeC dan D), Sekunder ICU
level II mampu melakukan ventilasi jangka lama, punyadokter residen yang
selalu siap di tempat dan mempunyai hubungan dengan fasilitasfisioterapi,
patologi dan radiologi, ICU tersier Level III biasanya pada Rumah Sakit tipe A
yang memiliki semua aspek yang dibutuhkan ICU agar dapat memenuhi peran
sebagai Rumah Sakit rujukan.
Tujuan dari ICU yaitu Menyelamatkan kehidupan dan mencegah terjadinya
kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi dan monitaring evaluasi
yang ketat disertai kemampuan menginterpretasikan setiap data yang didapat
dan melakukan tindak lanjut. Pasien yang masuk ICU adalah pasien yang dalam
keadaan terancam jiwanya sewaktu waktukarena kegagalan atau disfungsi satu
atau multple organ atau sistem dan masih adakemungkinan dapat disembuhkan
kembali melalui perawatan, pemantauan dan pengobatanintensif
B. Saran
Sebagai seorang calon perawat yang nantinta akan bekerja di suatau institusi
Rumah Sakit tentunya kita dapat mengetahui mengenai konsep dasar
keperawatan kritis dan aspek legal keperawatan kritis. Penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca, agar penulis dapat belajar lagi dalam enulisan
makalah yang lebih baik. Atas kritis dan saran dari pembaca, penulis ucapkan
terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
AACN (2015) AACNScope and Standards for acute and critical care nursing practice.
Edited by L. Bell. colombia: An AACN Critical Care Publication.
Cornock M (1998). Stress and the intensive care patient: Perceptions of patients and
nurses. Jounal of Advand Nursing, 27,18