Disusun Oleh :
Nim : P1908100
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang rawat di rumah sakit yang berfungsi
untuk perawatan pasien kritis, dilengkapi dengan staf dan menggunakan peralatan
canggih yang asing untuk keluarga atau pasien, khusus untuk merawat dan
mengobati pasien dengan perubahan fisiologi yang cepat memburuk dengan
intensitas defek fisiologi satu organ ataupun mempengaruhi organ lainnya sehingga
merupakan keadaan kritis yang dapat menyebabkan kematian.
Tiap pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan intensif oleh karena
memerlukan pencatatan medis yang berkesinambungan dan monitoring serta dengan
cepat dapat dipantau perubahan fisiologis yang terjadi atau akibat dari penurunan
fungsi organ-organ tubuh lainnya (Rab, 2009). Selain itu peraturan di ICU (intensive
Care Unit) sangat ketat karena keluarga tidak boleh menunggu secara terus- menerus
sehingga hal ini menimbulkan kecemasan tersendiri bagi keluarga ( bagaimana
kondisi perkembangan keluarganya saat ini) bahkan trauma bagi anggota
keluarganya yang dirawat di ICU(intensive Care Unit) menurut Mc Adam dan
Puntillo dalam Bailey (2010).
Faktor-faktor yang dapat memicu stres pada keluarga sebagi respon ada
anggota keluarga yang dirawat di ruang ICU meliputi : perubahan lingkungan, aturan
ruangan perawatan, perubahan peran keluarga, status emosi keluarga dan aktivitas
pada kehidupan sehari-hari keluarga, kemampuan pembiyaan (Finasial) keluarga,
serta sikap petugas kesehatan dalam pemberian informasi tentang kondisi kesehatan
pasien diruang ICU (Intersive Care Unit) (Friedman,2010).
Lingkungan ICU telah ditemukan untuk meningkatkan baik kecemasan
situasional dan sifat di anggota keluarga dari ICU pasien (Rukholm et al. 1991 dalam
stuart 2014). juga menemukan bahwa penilaian hati-hati dari situasi dan sifat
kecemasan oleh staf perawat penting untuk mengurangi kecemasan dari anggota
keluarga pasien ICU itu. kecemasan cenderung untuk bertahan saat pasien dirawat di
rumah sakit. Tracy et al. (2009) menemukan kecemasan situasional untuk bertahan
di antara ICU pasien anggota keluarga 72 jam setelah masuk. Di situasional
kecemasan diidentifikasi oleh subyek dilaporkan muncul terutama dari khawatir
tentang penderitaan pasien dan kematian yang akan datang. Daerah lain yang
memberikan kontribusi untuk keluarga ini kecemasan termasuk kekhawatiran
tentang prosedur, kemungkinan komplikasi-komplikasi dan peralatan yang
digunakan dalam perawatan pasien. Bahkan sembilan hari setelah masuk, Pochard
dkk. (2005) menemukan bahwa 73% dari 544 anggota keluarga yang diwawancarai
terus melaporkan gejala kegelisahan.
Kebutuhan anggota keluarga Beberapa studi telah meneliti kebutuhan anggota
keluarga Pasien ICU menggunakan Critical Care Keluarga Persediaan Kebutuhan
(CCFNI) (Rukholm et al. 1991, Kosco & Warren tahun 2000, Lee & Lau 2003, Chiu
et al. 2004, Auerbach dkk. 2005). Lee dan Lau (2003) menemukan kebutuhan untuk
jaminan sebagai yang tertinggi kebutuhan kategori antara anggota keluarga pasien
ICU 24-72 jam setelah masuk pasien.
Dalam sebuah studi tentang kebutuhan keluarga pasien menunggu
keluarganya dengan perawatan ICU ada beberapa hal penting yang dibutuhkan yaitu
kebutuhan untuk dihubungi kerumah bila terjadi perubahan pada kondisi pasien,
kebutuhan untuk mengetahui prognosa penyakit, kebutuhan untuk mendapat jawaban
yang jujur atas pertanyaan keluarga, kebutuhan untuk menerima informasi tentang
pasien sekali sehari, kebutuhan untuk mendapat penjelasan terhadap sesuatu yang
tidak dimengerti, dan kebutuhan untuk mendapat jaminan bahwa pasien mendapat
kenyamanan (Campbell, 2009). Meskipun kebutuhan keluarga pasien yang
menunggu keluarganya dengan perawatan ICU tampak mudah, namun adalah
kesalahan bila menganggap bahwa semua staf yang bekerja di unit ICU mengetahui
dan mencoba memenuhi apa yang menjadi kebutuhan mereka (Henneman and
Cardin, 2002).
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi ICU
2. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan ICU
3. Untuk mengetahui konsep dasar tentang ruang ICU
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep ICU
1. Pengertian ICU
ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang rawat di rumah sakit
yang dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan
mengobati pasien dengan perubahan fisiologi yang cepat memburuk yang
mempunyai intensitas defek fisiologi satu organ ataupun mempengaruhi
organ lainnya sehingga merupakan keadaan kritis yang dapat menyebabkan
kematian. Tiap pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan intensif oleh
karena memerlukan pencatatan medis yang berkesinambungan dan
monitoring serta dengan cepat dapat dipantau perubahan fisiologis yang
terjadi atau akibat dari penurunan fungsi organ-organ tubuh lainnya
(Rab,2014).
Ruang perawatan intensif (ICU) adalah unit perawatan khusus
yang dikelola untuk merawat pasien sakit berat dan kritis, cedara dengan
penyulit yang mengancam nyawa dengan melibatkan tenaga kesehatan
terlatih, serta didukung dengan kelengkapan peralatan khusus (Depkes RI,
2011). Menurut Keputusan Kesehatan RI Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang pedoman penyelenggaraan
Pelayanan ICU diRumah Sakit, ICU adalah suatu bagian dari rumah sakit
yang mandiri (instalasi dibawah direktur pelayanan), deengan staf yang
khusus dan perlengkapan yang khusus yang di tunjukan untuk obseervasi,
perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau
penyuli-penyuli yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa
dengan prognosis dubia.
1) Pasien Prioritas 1
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang
memerlukan perawatan intensif dengan bantuan alat-alat ventilasi,
monitoring dan obat-obatan vasoaktif kontinyu dan lain-lain misal pasien
bedah kardiotoraksik, atau pasien shock septic.
2) Pasien Prioritas 2
Pasien memerlukan pelayanan pemantuan canggah dari ICU. Jenis
pasien ini berisiko sehingga memerlukan terapi intensif segera, karenanya
pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial
catheter sangat menolong, misalnya pada penyakit dasar jantung paru atau
ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan mayor.
Pasien prioritas 2 umumnya tidak terbatas macam terapi yang di terimanya,
menginggat kondisi medisnya senantiasa berubah.
3) Pasien Prioritas 3
Pasien jenis ini pasien sakit kritis dan tidak stabil dimana status
kesehatan sebelumnya penyakit yang mendasarinya atau penyakit akutnya,
baik masing- masing atau kombinasinnya, sangat mengurangi
kemungkinan kesembuhan dan mendapat manfaat dari terapi di ICU.
Contoh-contoh pasien ini antara lain pasien dengan keganasan metatastik
di serta penyulit infeksi perikardial tamponade, atau sumbatan jalan nafas,
atau pasien menderita penyakit jantung atau paru terminal disertai
komplikasi akut penyakit berat, pasien prioritas 3 mungkin mendapat terapi
intensif untuk mengatasi penyakit akut, tetapi usaha terapi mungkin tidak
sampai melakukan intubasi dan resusitasi kardiopulmuner.
2. ICU Sekunder
Pelayanan ICU sekunder adalah pelayanan yang khusus mampu
memberikan ventilasi bantu lebih lama, mampu melakukan bantuan hidup lain
tetapi tidak terlalu kompleks. Kekhususan yang dimiliki ICU sekunder adalah:
a. Ruangan tersendiri, berdekatan dengan kamar bedah, ruang darurat dan
ruang rawat lain
b. Memiliki kriteria pasien yang masuk, keluar, dan rujukan
c. Tersedia dokter spesialis sebagai konsultan yang dapat menanggulangi
setiap saat bila diperlukan
d. Memiliki seorang Kepala ICU yaitu seorang dokter konsultan intensif
care atau bila tidak tersedia oleh dokter spesialis anestesiologi, yang
bertanggung jawab secara keseluruhan dan dokter jaga yang minimal
mampu melakukan resusitasi jantung paru (bantuan hidup dasara dan
hidup lanjut)
e. Memiliki tenaga keperawatan lebih dari 50% bersertifikat ICU dan
minimal berpengalaman kerja di unit penyakit dalam dan bedah selama 3
tahun
f. Kemampuan memberikan bantuan ventilasi mekanis beberapa lama dan
dalam batas tertentu, melakukan pemantauan invasif dan usaha-usaha
penunjang hidup
g. Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu,
Rontgen untuk kemudahan diagnostik selama 24 jam dan fisioterapi
h. Memiliki ruang isolasi dan mampu melakukan prosedur isolasi
(Depkes RI, 2006).
3. ICU Tersier
Ruang perawatan ini mampu melaksanakan semua aspek perawatan
intensif, mampu memberikan pelayanan yang tertinggi termasuk dukungan
atau bantuan hidup multi system yang kompleks dalam jangka waktu yang
tidak terbatas serta mampu melakukan bantuan renal ekstrakorporal dan
pemantauan kardiovaskuler invasif dalam jangka waktu yang terbatas.
Kekhususan yang dimiliki ICU tersier adalah:
a. Tempat khusus tersendiri di dalam rumah sakit
b. Memilik kriteria pasien yang masuk, keluar, dan rujukan
c. Memiliki dokter spesialis dan sub spesialis yang dapat dipanggil
setiap saat bila diperlukan
d. Dikelola oleh seorang ahli anestesiologi konsultan intensif care atau
dokter ahli konsultan intensif care yang lain, yang bertanggung jawab
secara keseluruhan. Dan dokter jaga yang minimal mampu resusitasi
jantung paru (bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut)
e. Memiliki lebih dari 75% perawat bersertifikat ICU dan minimal
berpengalaman kerja di unit penyakit dalam dan bedah selama tiga
tahun
f. Mampu melakukan semua bentuk pemantuan dan perawatan intensif
baik invasive maupun non-invasif
g. Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu,
Rontgen untuk kemudahan diagnostic selama 24 jam dan fisioterapi
h. Memiliki paling sedikit seorang yang mampu mendidik medic dan
perawat agar dapat memberikan pelayanan yang optimal pada pasien
i. Memiliki staf tambahan yang lain misalnya tenaga administrasi,
tenaga rekam medic, tenaga untuk kepentingan ilmiah dan penelitian
(Depkes RI, 2006).
3. Kolaborator
Peran ini dilakukan perawat karena perawat bekerja bersama tim kesehatan
lainnya seperti dokter, fisioterapis, ahli gizi, apoteker, dan lainnya dalam upaya
memberikan pelayanan yang baik (Vicky, 2010).
4. Peneliti
Peran sebagai pembaharu dan peneliti dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerjasama, perubahan sistematis, dan terarah sesuai metode
pemberian pelayanan (Vicky, 2010). Selain itu juga meningkatkan pengetahuan
dan mengembangkan ketrampilan, baik dalam praktik maupun dalam
pendidikan keperawatan (Aryatmo, 1993).
5. Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan, dan
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian
layanan dapat terarah serta sesuai kebutuhan (Vicky, 2010).
6. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah
keperawatan terutama mengenai keamanan pasien dan keluarga (Vicky, 2010).
a. Spesialis anestesi
b. Dokter spesialis
c. Perawat ICU
d. Dokter ahli mikrobiologi klinik
e. Ahli farmasi klinik
f. Ahli nutrisi
g. Fisioterapis
h. Tenaga lain sesuai klasifikasi pelayanan ICU
Mengingat keadaan pasien yang sedang dalam kondisi kritis, maka sistem kerja
tim multidisiplin diatur sebagai berikut :
a. Dokter primer yang merawat pasien melakukan evaluasi pasien sesuai
bidangnya dan memberi pandangan atau usulan
b. Ketua tim melakukan evaluasi menyeluruh, mengambil kesimpulan,
memberi instruksi terapi dan tindakan secara tertulis dengan
mempertimbangkan usulan anggota tim lainnya.
c. Ketua tim berkonsultasi pada konsultan lain dengan mempertimbangkan
usulan-usulan anggota tim dan memberikan perintah baik tertulis dalam
status maupun lisan.
d. Untuk menghindari kesimpangsiuran/tumpang tindih pelaksanaan
pengelolaan pasien, maka perintah yang dijalankan oleh petugas hanya
yang berasal dari ketua tim saja (Kemenkes,2011).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang rawat di rumah sakit yang berfungsi
untuk perawatan pasien kritis, dilengkapi dengan staf dan menggunakan peralatan
canggih yang asing untuk keluarga atau pasien, khusus untuk merawat dan
mengobati pasien dengan perubahan fisiologi yang cepat memburuk dengan
intensitas defek fisiologi satu organ ataupun mempengaruhi organ lainnya sehingga
merupakan keadaan kritis yang dapat menyebabkan kematian.
Tiap pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan intensif oleh karena
memerlukan pencatatan medis yang berkesinambungan dan monitoring serta dengan
cepat dapat dipantau perubahan fisiologis yang terjadi atau akibat dari penurunan
fungsi organ-organ tubuh lainnya (Rab, 2009).
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Hudak, CM. Gallo, BM. 2012. Critical Care Nursing: A Holistic Approach. Edisi ke-8.
Alih Bahasa Subekti. Jakarta: EGC
Marquis, BL & Huston, Cj. 1998. Management Decision Making For Nurses 3th Ed.
Philadelphia: JB Lippincott
Perry, Anne .G. & Potter, Patricia. A. 1997. Fundamental of Nursing : Concepts, process
and Practice (vol 2). Washington DC: The C.V. Mosby Company.