Anda di halaman 1dari 53

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 1
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................................ 4
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 5
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 6
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 6
B. Tujuan Halusinasi ................................................................................................................ 7
C. Metode Halusinasi ............................................................................................................... 8
D. Sistematika Penulisan .......................................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN TEORI ......................................................................................................... 10
A. Pengertian .......................................................................................................................... 10
B. Psikodinamika .................................................................................................................... 12
C. Pengkajian .......................................................................................................................... 15
D. Diagnosa Keperawatan ...................................................................................................... 19
E. Perencanaan ....................................................................................................................... 19
F. Implementasi ...................................................................................................................... 21
G. Evaluasi .............................................................................................................................. 21
BAB III TINJAUAN KASUS ...................................................................................................... 23
A. Pengkajian .......................................................................................................................... 23
B. Analisa Data ....................................................................................................................... 29
C. Pohon Masalah ................................................................................................................... 31
D. Diagnosa Keperawatan ...................................................................................................... 31
E. Catatan Perkembangan....................................................................................................... 32
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................................. 47
A. Pengkajian .......................................................................................................................... 47
B. Diagnosa Keperawatan ...................................................................................................... 48
C. Perencanaan Keperawatan ................................................................................................. 49
D. Pelaksanaan Keperawatan .................................................................................................. 49
E. Evaluasi Keperawatan ........................................................................................................ 50

1
BAB V PENUTUP ....................................................................................................................... 51
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 51
B. Saran .................................................................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 53

2
3
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn.F dengan Gangguan
Halusinasi Pendengaran di Ruang Sadewa RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor” diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas praktek dari mata ajar keperawatan jiwa di RS Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor.

Laporan ini disahkan dan disetujui oleh:

PEMBIMBING RUANG SADEWA

RUMAH SAKIT Dr. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR

PembimbingLahan I PembimbingLahan II

RatnaAyu, AMK Edi Waluyo, Amd. Kep

196510232985122001 198107102007101001

Mengetahui,

PembimbingAkademik I

Dra.Noorkasiani, M.Kes

195312271974072001

4
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya,
kelompok dapat menyelesaikan pembuatan makalah Asuhan Keperawatan pada Tn. F dengan
masalah utama “Gangguan sensori persepsi : Halusinasi Pendengaran Di Ruang Sadewa Rumah
Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor”.
Adapun penyusunan makalah ini dimaksudkan agar dapat memahami kesenjangan asuhan
keperawatan yang terdapat pada teori dan kasus. Dalam menyusun makalah ini kelompok
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ns. Omi Haryati, S.Sos., S,Kep, M.KM dan Endang Bannon, S.Pd. M.Kep., Ns.Sp.Kep.J
selaku penanggung jawab mata kuliah Keperawatan Jiwa Poltekkes Kementerian
Kesehatan Jakarta 3.
2. Dra. Noorkasiani, M.Kes selaku dosen pembimbing klinik Keperawatan Jiwa Poltekkes
Kementerian Kesehatan Jakarta 3.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kelompok
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kelompok
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun demi
penyempurnaan makalah ini di waktu yang akan datang.

Bogor, 02 November 2017

Kelompok Sadewa

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sehat merupakan keadaan bugar dan nyaman seluruh tubuh serta bagian-
bagiannya, bugar dan nyaman adalah relative, karena bersifat subjektif sesuai orang yang
mendefinisikan dan merasakannya, komponen tubuh manusia bukan hanya fisik,
melainkan juga psikologis dan lingkungan social bahkan spritual, jiwa yang sehat
didefinisikan dengan tepat (Yusuf, AH, dkk. 2015).
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental yang sejahtera (mental
wellbeing) yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif, sebagai bagian yang utuh
dan kualitas hidup seseorang dengan memeperhatikam semua segi kehidupan manusia.
Dengan kata lain, kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari ganggguan jiwa, tetapi
merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua orang, mempunyai perasaan sehat dan
bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain
sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain
(Sumiati dkk, 2009).
Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya
kekacuan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana individu tidak mampu menyesuaikan
diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan. Ganggguan jiwa dapat
mengenai manusia secara utuhnya bukan hanya jiwa, badan, dan lingkungannya saja.
Gangguan jiwa meliputi gejala-gejala patologi dominan yang berasal dari unsur psikis
yang timbul secara menyeluruh. Salah satu bentuk gangguan jiwa yang terdapat diseluruh
dunia adalah gangguan jiwa berat yaitu skizofrenia (Yosep, 2009).
Menurut data World Health Organization (WHO), maslah gangguan jiwa pada
manusia di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO
(2001 dalam Yosep & Sutini, 2014) menyatakan paling tidak ada satu dari empat orang
didunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. WHO memperkirakan ada sekitar 450
juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehata jiwa. Sementara itu, menurut
Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO wilayah Asia Tenggara, hampir satu pertiga dari
penduduk diwilayah ini pernah mengalami gangguan neuropsikiatri. Buktinya, Hasil

6
Riskesdas (2013), prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil.
Gangguan jiwa terbanyak di Daerah Istimewa Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali,
da Jawa Tengah. Artinya, Jawa Tengah termasuk 5 besar provinsi dengan gangguan jiwa
terbanyak.
Masalah utama dari gangguan jiwa adalah Skizofrenia. Penyakit Skizofrenia atau
Schizophrenia artinya kepribadian yang terpecah antara pikiran, perasaan, dan perilaku.
Dalam artian apa yang dilakukan tidak sesuai dengan pikiran dan perasaanya. Secara
spesifik skizofrenia adalah orang yang mengalami gangguan emosi, pikiran, dan perilaku
(Faisal, 2008 dalam Prabowo 2014).
Salah satu bentuk gangguan jiwa adalah halusinasi. Halusinasi adalah salah satu
gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori, merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien
merasakan stimulus yang sebetul-betulnya tidak ada (Damaiyanti, 2012).
Stuart & Laraia (2005) menyatakan sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20% halusinasi penglihatan dan
10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan. Dari data diatas diketahui
bahwa jenis halusinasi yang paling banyak diderita oleh pasien gangguan jiwa yaitu
halusinasi pendengaran.

B. Tujuan Halusinasi
Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Secara umum, konferensi kasus halusinasi bertujuan untuk mengumpulkan data
secara lebih luas dan akurat serta menggalang komitmen pihak-pihak yang terkait
dengan kasus halusinasi dalam rangka pemecahan masalah halusinasi. Mahasiswa
mampu menggunakan proses keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien dengan halusinasi,
merencanakan secara sistematis dan melaksanakan serta mengevaluasi hasil
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada kasus halusinasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep halusinasi

7
b. Mahasiswa mampu mengkaji kasus halusinasi pada Tn. F
c. Mahasiswa mampu merumuskan diagonosa keperawatan pada Tn.F
d. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada Tn. F
e. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan pada Tn.F
f. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi sesuai implementasi yang
dilakukan pada Tn.F
g. Mahasiswa mampu membandingkan konsep dasar halusinasi dengan kasus
Tn.F
h. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan halusinasi.

C. Metode Halusinasi
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan
metode deskriptif, yaitu metode ilmiah dengan pendekatan studi kasus dan teknik
pengumpulan data melalui wawancara kepada pasien, observasi pasien secara langsung,
dokumentasi keperawatan secara langsung, dan studi kepustakaan. Dengan metode
deskriptif ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang penerapan asuhan
keperawatan jiwa pada Tn. F. Studi kepustakaan yang sedang terjadi dengan
menggunakan teknik pengumpulan data dijabarkan sebagai berikut:
1. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung kepada
pasien maupun keluarga untuk mendapatkan data subjektif dan objektif dengan
menggunakan format pengkajian yang sudah ada.
2. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung
kepada pasien untuk mendapatkan data yang objektif dengan menggunakan
format pengkajian.
3. Dokumentasi keperawatan, yaitu catatan terhadap pasien serta hasil pemeriksaan
yang dilakukan oleh tim medis.
4. Studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari bukuk yang berhubungan dengan
halusinasi.

8
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistemika penulisan pada makalah ini terdiri dari:
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan (Umum dan Khusus),
Metode Penulisan, Teknik Pengumpulan Data, serta Sistematika Penulisan.
BAB II: Tinjauan teori yang terdiri dari Pengertian, Psikodinamika, Pengkajian,
Diagnosis Keperawatan, Intervensi Keperawatan, Implementasi Keperawatan dan
Evaluasi.
BAB III: Tinjauan kasus yang terdiri dari Pengkajian, Analisis Data, Pohon Masalah,
Diagnosis Keperawatan, Intervensi Keperawatan dan Evaluasi.
BAB IV: Pembahasan yang terdiri dari Pengkajian, Dignosis Keperawatan, Intervensi
Keperawatan, Tindakan Keperawatan dan Evaluasi.
BAB V: Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA

9
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanda
ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melaluipanca indra
tanpa stimullus eksteren : persepsi palsu. (Prabowo, 2014 : 129).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh
klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara.(Kusumawati &
Hartono, 2012:102).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalamai
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaaan atau penghiduan.Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
(Damaiyanti, 2012: 53)
1. Jenis
Halusinasi terdiri dari beberapa jenis, dengan karakteristik tertentu, diantaranya:
a. Halusinasi Pendengaran ( akustik, audiotorik)
Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara terutama suara-suara
orang, biasanya pasien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi Pengihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pencaran cahaya,
gambaraan geometrik, gambar kartun dan/ atau panorama yang luas dan komplesk.
Bayangan bias bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi Penghidu (Olfaktori)
Gangguan stimulus pada penghidu, yang ditandai dengan adanya bau busuk, amis,
dan bau yang menjijikan seperti : darah, urine atau feses. Kadang-kadang terhidu bau
harum.Biasnya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.

10
d. Halusinasi Peraba (Taktil, Kinaestatik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan adanya sara sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
e. Halusinasi Pengecap (Gustatorik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis,
dan menjijikkan.
f. Halusinasi sinestetik
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine. (Yosep
Iyus, 2007: 130)
g. Halusinasi Viseral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.
1) Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya
sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan yang
ada. Sering pada skizofrenia dan sindrom obus parietalis. Misalnya sering
merasa diringa terpecah dua.
2) Derelisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungan yang tidak
sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala suatu yang dialaminya
seperti dalam mimpi. (Damaiyanti, 2012 : 55-56)
2. Fase-fase
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart 2007):
a. Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian, rasa
bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan
untuk meredakan ansietas.Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik.
b. Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan.Klien mulai
lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber
yang dipersepsikan.Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat

11
ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan
tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk
membedakan halusinasi dengan realita.
c. Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi
dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang
lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada
dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan
orang lain.
d. Consquering
Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti
perintah halusinasi.Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak
mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih
dari 1 orang.Kondisi klien sangat membahayakan.

B. Psikodinamika
1. Penyebab
Gangguan halusinasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti
(Biologis,Psikologis dan sosial).
a. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak dapat menimbulkan gangguan
seperti :
1) Hambatan perkembangan khususnya korteks frontal, temporal dan
citim limbik .Gejala yang mungkin timbul adalah hambatan dalam
belajar,daya ingat dan berbicara.
2) Pertumbuhan dan perkembangan individu pada pranatal,perinatal
neonatus dan kanak kanak.

b. Psikologis
Keluarga,pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis diri klien,sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi ganguan

12
orientasi realitas adalah penolakan atau kekerasan dalam hidup klien.
Penolakan dapat dirasakan dari keluarga,pengasuh atau teman yang bersikap
dingin,cemas,tidak peduli atau bahkan terlalu melindungi sedangkan
kekerasan dapat bisa berupa konflik dalam rumah tangga merupakan
lingkungan resiko gangguan orientasi realitas.
c. Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan orientasi
realitas seperti kemiskinan,konflik sosial,budaya,kehidupan yang terisolir
disertai stres yang menumpuk. .(Yudi hartono;2012;108)
2. Tanda dan Gejala
Menurut (Kusumawati, 2010), tanda dan gejala halusinasi yang mungkin muncul
yaitu: Menarik diri, Tersenyum sendiri, Duduk terpaku, Bicara sendiri, Memandang
satu arah, Menyerang, Tiba-tiba marah, Gelisah. Berdasarkan jenis dan karakteristik
halusinasi tanda dan gejalanya sesuai. Berikut ini merupakan beberapa jenis
halusinasi dan karakteristiknya menurut (Stuart, 2007) meliputi :
a. Halusinasi pendengaran
Karakteristik :
Mendengar suara atau bunyi, biasanya suara orang.Suara dapat berkisar
dari suara yang sederhana sampai suara orang bicara mengenai klien. Jenis
lain termasuk pikiran yang dapat didegar yaitu pasien mendengar suara orang
yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkan oleh klien dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu yang kadang-kadang berbahaya.
b. Halusinasi penglihatan
Karakteristik :
Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar geometris, gambar
karton atau panorama yang luas dan kompleks.Penglihatan dapat berupa
sesuatu yang menyenangkan atau sesuatu yang menakutkan seperti monster.
c. Halusinasi penciuman
Karakteristik :

13
Membau bau-bau seperti darah, urine, feses umumnya bau-bau yang tidak
menyenangkan.Halusinasi penciuman biasanya berhubungan dengan stroke,
tumor, kejang dan demensia.
d. Halusinasi pengecapan
Karakteristik :
Merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan seperti darah, urine,
atau feses.
e. Halusinasi perabaan
Karakteristik :
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas, rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
f. Halusinasi senestetik
Karakteristik :
Merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena dan arteri,
makanan dicerna, atau pembentukan urine.
g. Halusinasi kinestetik
Karakteristik :
Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berdiri.
3. Rentan Respon

Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam
rentang respon neurobiologist (Stuart & Laraia, 2001).Ini merupakan respon persepsi
14
paling maladaptif.Jika individu yang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi
dan menginterprestasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca
indera (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan), pasien dengan
halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun sebenarnya stimulus
tersebut tidak ada.Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena
sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang
diterimanya yang disebut sebagai ilusi.Pasien mengalami ilusi jika interpretasi yang
dilakukannya terhadap stimulus panca indera tidak akurat sesuai stimulus yang
diterima.Rentang respon halusinasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

C. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi menurut Yosep (2011)
a. Faktor Pengembangan
Perkembangan klien yang terganggu misalnya kurangnya mengontrol
emosi dan keharmonisan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak
kecil, mudah frustasi hilang percaya diri.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak terima dilingkungan sejak bayi akan
membekas diingatkannya sampai dewasa dan ia akan merasa disingkirkan,
kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Adanya stres yang berlebihan yang dialami oleh seseorang maka di dalam
tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia
dan metytranfererase sehingga terjadi ketidakseimbangan asetil kolin dan
dopamine.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian yang lemah tidak bertanggung jawab akan mudah
terjerumus pada penyelah gunaan zat adaptif. Klien lebih memilih kesenangan
sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam nyata.
e. Faktor genetik dan pola asuh

15
Hasil studi menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukan hubungan
yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

2. Faktor Presipitasi
Penyebab halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi menurut ( Rawlins, 1993 dalam
Yosep, 2011).
a. Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang
luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam, hingga delirium, intoksikasi alkohol dan
kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
b. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi itu terjadi.Isi dari halusinasi dapat berupa perintah
memaksa dan menakutkan.Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut
sehingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini merangsang bahwa individu dengan halusinasi akan
memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan
usaha dari egosendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu
hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien
dan tidak jarang akan mengobrol semua perilaku klien.
d. Dimensi Sosial
Klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan, klien asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat
untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang
tidak di dapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi di jadikan sistem kontrol oleh
individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dironya ataupun
orang lain individu cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam
melaksanakan intervensi keperawatan klien dengan merupakan suatu profesional
interaksi yang menimbulkan pengalaman inntrapersonal yang memuaskan, serta

16
menguasakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan
lingkungan dan halusinasi tidak langsung.
e. Dimensi Spiritual
Klien mulai dengan kemampuan hidup, rutinitas bermakna, hilangnya aktivitas
ibadah dan jarang berupaya ecara spiritual untuk menyucikan diri.Ia sering memakai
takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan
orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk.

3. Sumber Koping dan Mekanisme Koping


a. Sumber Koping
Sumber koping yang dapat dilakukan pasien dengan halusinasi adalah
1) Personal ability :Ketidakmampuan memecahkan masalah, ada gangguan dari
kesehatan fisiknya, ketidakmampuan berhubungan dengan orang lain,
pengetahuan tentang penyakit dan intelegensi yang rendah, identitas ego yang
tidak adekuat.
2) Social support :Hubungan antara individu, keluarga, kelompok, masyarakat tidak
adekuat, komitmen dengan jaringan sosial tidak adekuat
3) Material asset : Ketidakmampuan mengelola kekayaan, misalnya boros atau santa
pelit, tidak mempunyai uang untuk berobat, tidak ada tabungan, tidak memiliki
kekayaan dalam bentuk barang, tidak ada pelayanan kesehatan dekat tempat
tinggal
4) Positif belief : Distress spiritual, tidak memiliki motivasi, penilaian negatif
terhadap pelayanan kesehatan, tidak menganggap itu suatu gangguan

b. Mekanisme Koping
1) Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari
2) Proyeksi : menjeslaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengaliskan tanggung jawab kepada orang lain.
3) Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimuus internal.
(Prabowo, 2014 :134)

17
4. Perilaku
Berperilaku aneh sesuai dengan isi halusinasi, berbicara dan tertawa sendiri, daya tilik
diri kurang, kurang dapat mengontrol diri, penampilan tidak sesuai, Perilaku yang
diulang-ulang, menjadi agresif, gelisah, negativism, melakukan pekerjaan dengan tidak
tuntas, gerakan katatonia, kaku, gangguan ekstrapiramidal, gerakan mata abnormal,
grimacvin, gaya berjalan abnormal, komat-kamit, menggerakkan bibir tanpa adanya suara
yang keluar.

5. Aspek Medik
Jenis obat psikofarmaka (Rasmun, 2001) antara lain :
a. Chlorpomazine (CPZ)
1) Indikasi
Untuk sindrom psikosis yaitu hendaya berat dalam kemampuan menilai realitas,
kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi gangguan perasaan dan perilaku
yang aneh atau tidak terkendali, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan
melakukan kegiatan rutin.
2) Mekanisme kerja
Memblokade dopamin pada reseptor pasca sinape di otak khususnya sistem ekstra
piramidal.
3) Efek samping
Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, milut kering, kesulitan dalam miksi dan
defekasi, gangguan irama jantung), gangguan endokrin.
4) Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit darah epilepsi dan kelainan jantung.
b. Haloperidol
1) Indikasi
Hendaya berat dalam kemampuan menilai realitas dalam fungsi internal serta
dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
2) Mekanisme kerja
Obat anti psikosis dalam memblokade dopamin pada reseptor pasca sinoptik
neuron di otak khususnya sistem limbik dan sistem ekstra piramidal.

18
3) Efek samping
Sedasi, gangguan otonomik, gangguan endokrin.
5) Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi dan kelainan jantung.
c. Trihexyphenidil
1) Indikasi
Segala jenis penyakit parkinson, termasuk pasca ensefalitis dan idiopatik.
2) Mekanisme kerja
Sinergis dengan klonidin, obat anti depresi dan anti kolinergik lainnya.
3) Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, tachikardi,
retensi urin.
4) Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap trihexypenidil, psikosis berat, psikoneurosis dan obstruksi
saluran cerna.

D. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran
2. Isolasi Sosial
3. Harga diri rendah
4. Resiko Perilaku Kekerasan

E. Perencanaan
Dx: Gangguan persepsi sensori halusinasi
Tujuan umum: klien tidak mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan/
komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara verbal
maupun non verbal, perkenalkan nama perawat, tanyakan nama lengkap klien

19
dan panggilan yang disukai, jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati
janji, bersikap empati dan menerima klien apa adanya.
b. Dorong klien mengungkapkan perasaannya.
c. Dengarkan klien dengan penuh perhatian dan empati.
2. Klien dapat mengenal halusinasinya.
Intervensi :
a. Adakan kontak sering dan singkat.
b. Observasi segala perilaku klien verbal dan non verbal yang berhubungan
dengan halusinasi.
c. Terima halusinasi klien sebagai hal yang nyata bagi klien, tapi tidak nyata
bagi perawat.
d. Diskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan dan tidak menimbulkan
situasi.
e. Diskusikan dengan klien faktor predisposisi terjadinya halusinasi.
3. Klien dapat mengontrol halusinasi.
Intervensi :
Diskusikan dengan klien tentang tindakan yang dilakukan bila halusinasinya
timbul.
4. Klien dapat memanfaatkan obat dalam mengontrol halusinanya.
Intervensi :
a. Diskusikan dengan klien tentang cara memutuskan halusinasinya.
b. Dorong klien menyebutkan kembali cara memutuskan halusinasi.
c. Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien menyebutkan
kembali cara memutuskan halusinasinya.
5. Klien mendapat sistem pendukung keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
Intervensi :
a. Diskusikan dengan klien tentang cara memutuskan halusinasinya.
b. Dorong klien menyebutkan kembali cara memutuskan halusinasi.
c. Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien menyebutkan kembali
cara memutuskan halusinasinya.
d. Diskusikan dengan klien tentang obat untuk mengontrol halusinasinya.

20
F. Implementasi
Menurut Keliat (2006), implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan masalah utama yang
aktual dan mengancam integritas klien beserta lingkungannya. Sebelum melaksanakan
tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah
rencana tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien pada
saat ini (here and now).Hubungan saling percaya antara perawat dengan klien merupakan
dasar utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

G. Evaluasi
Evaluasi menurut Keliat (2006) adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai
efek dari tindakan keperawatan kepada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi
menjadi dua jenis yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan tiap selesai
melakukan tindakan keperawatan dan evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan respons klien dengan tujuan yang telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP dengan
penjelasan sebagai berikut:
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan. Dapat
diukur dengan menanyakan pertanyaan sederhana terkait dengan tindakan
keperawatan seperti “coba bapak sebutkan kembali bagaimana cara mengontrol
atau memutuskan halusinasi yang benar?”.
O : Respon objektif dari klien terhadap tindakan keperawatan yang telah diberikan.
Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku klien pada saat tindakan
dilakukan.
A :Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi
dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan.

21
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien yang
terdiri dari tindak lanjut klien dan tindak lanjut perawat. Rencana tindak lanjut
dapat berupa:
a. Rencana diteruskan, jika masalah tidak teratasi.
b. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan
tetapi hasil belum memuaskan.
c. Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang
dengan masalah yang ada serta diagnosa lama diberikan.
Hasil yang diharapkan pada asuhan keperawatan klien dengan halusinasi adalah:
a. Klien mampu memutuskan halusinasi dengan berbagai cara yang telah
diajarkan.
b. Klien mampu mengetahui tentang halusinasinya.
c. Meminta bantuan atau partisipasi keluarga.
d. Mampu berhubungan dengan orang lain.
e. Menggunakan obat dengan benar.
f. Keluarga mampu mengidentifikasi gejala halusinasi.
g. Keluarga mampu merawat klien di rumah dan mengetahui tentang cara
mengatasi halusinasi serta dapat mendukung kegiatan-kegiatan klien.

22
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
I. Identitas klien
Inisial : Tn. F
Umur : 26 tahun
Informan : Langsung
Tanggal Pengkajian : 24 Oktober 2017
RM No. : 248408

II. Alasan Masuk Rumah Sakit


Dahulu klien pernah diejek dan dibully oleh teman kuliah dan tetangga rumah karena
diejek dan dibully itu, klien sering melampias dengan marah, memukul, dan menjambak
ibunya. Saat dirumah klien menolak untuk meminum obat karena merasa bosan dan
malas.

III. Faktor Predisposisi


Klien sudah mempunyai riwayat gangguan jiwa sejak tahun 2009. Klien sudah pernah
dirawat di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi sebanyak 4 kali dan sekarang dirawat yang ke 5
kalinya. Klien terakhir masuk Rumah Sakit tanggal 10 Oktober 2017 hingga sekarang,
alasannya saat dirumah klien menolak untuk meminum obat karena merasa bosan dan
malas. Klien mudah tersinggung dan sering menjambak ibunya, lalu klien sering
berbicara sendiri saat sedang sendiri.
Klien juga mempunyai koping keluarga yang inefektif. Awalnya sebelum ayahnya
meninggal, ayahnya juga mengalami gejala yang sama seperti klien. Selain ayahnya,
sepupu dari ayah klien juga mempunyai riwayat yang sama.

23
IV. Faktor Presipitasi
Dahulu klien pernah diejek dan dibully oleh teman kuliah dan tetangga rumah, klien
putus kuliah dari semester 2 di Universitas Padjajaran Bandung Jurusan Manajemen
Pemasaran karena klien tidak mampu mengikuti proses perkuliahan.
V. Fisik
Tanda-tanda vital
TD : 120/90 mmHg BB : 67 kg
N : 92x/menit TB : 155 cm
S : 36,3oC
RR : 20x/menit
Klien tidak mempunyai keluhan fisik.

VI. Psikososial
1. Genogram

TN. F

Keterangan:
: Laki-laki

: Perempuan
Klien anak ke 2 dari 2 bersaudara. Status klien belum menikah. Saudara (Perempuan)
sudah menikah dan mempunyai seorang anak laki-laki.

24
2. Konsep diri
Klien memgatakan menyukai seluruh bagian tubuhnya karena menurutnya seluruh
bagian tubuhnya itu adalah pemberian dari Allah SWT. Klien mampu menyebutkan
nama lengkap, nama panggilan, alamat rumah, hobby, dank lien juga mengatakan
puas sebagai seorang laki-laki. Peran klien dirumah sebagai seorang pria dewasa yang
belum menikah dan pekerjaan sehari-harinya adalah membantu ibunya dirumah.
Klien ingin sekali kuliah lagi dan sembuh dari penyakitnya. Cita-cita klien ingin
menjadi rektor tetapi belum tercapai karena klien putus kuliah. Perasaan klien saat
cita-citanya belum tercapai, klien merasa ingin tetapi bersemangat untuk berkuliah
agar cita-citanya tercapai. Harga diri klien, klien merasa minder karena sering diejek
teman dan tetangganya.
3. Hubungan Sosial
Orang yang berarti/dekat dengan klien saat dirumah yaitu ibunya. Karena ayahnya
sudah meninggal dan Saudara perempuannya sudah berkeluarga. Klien lebih sering
melakukan kegiatan didalam rumah daripada kegiatan diluar rumah. Hambatan klien
ketika berhubungan dengan orang lain yaitu dirumah, klien merasa takut atau malas
interaksi karena klien tidak mau diejek lagi tetapi selama dirawat di Rumah Sakit,
klien hanya mau berinteraksi dengan perawat saja.
4. Spiritual
Agama yang dianut klien adalah Agama Islam. Dirumah, klien jarang beribadah
tetapi ketika di Rumah Sakit mengikuti kegiatan rehabilitas (pengajian) setiap hari
jumat.

VII. Status Mental


1. Penampilan
Penampilan klien cukup rapih, mandi dan ganti baju dilakukan secara mandiri.
2. Pembicaraan
Cara berbicara klien lambat dan intonasinya pelan.
3. Aktivitas Motorik

25
Tatapan mata klien tegang, tangan klien tremor, klien tampak gelisah, mondar
mandir sambil menutup telinga tetapi klien masih mau mengikuti kegiatan TAK
(Terapi Aktivitas Kelompok).
4. Alam Perasaan
Klien terkadang tampak sedih, ekspresi muka tegang, dan kadang klien tampak
tersenyum sendiri.
5. Afek
Afek klien labil karena klien tampak lebih sering tersenyum dan tersenyum dan
terkadang tampak raut wajah tegang.
6. Interaksi selama wawancara
Saat berinteraksi, kontak mata klien kurang dan tampak tegang tetapi klien masih
mau menjawab pertanyaan dari perawat.
7. Persepsi
Klien mengalami halusinasi pendengaran. Klien mengatakan mendengar ada
suara bisikan yang menyuruhnya untuk berhubungan intim dank lien juga
mendengar suara bisikan yang menjelekkan dirinya. Suara tersebut muncul saat
klien sedang sendiri maupun sedang dalam keramaian. Frekuensi suara tersebut
sering sekali muncul dan suara tersebut sangat mengganggu klien. Saat klien
berinteraksi terkadag suka kurang fokus dan mudah bosan.
8. Proses pikir
Klien tidak mengalami gangguan proses berpikir karena klien mampu menjawab
sesuai pertanyaan yang diberikan oleh perawat.
9. Isi pikir
Klien tidak ada gangguan dalam proses berpikir.
10. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien cukup baik, karena klien mengetahui nama perawat dan
teman-teman diruangan rawat.
11. Memori
Saat ditanya, klien masih mampu mengingat kejadian tadi pagi atau kejadian
sebelumnya.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

26
Klien mudah beralih, tidak fokus, dan wajah klien kadang tampak tegang.
13. Kemampuan penilaian
Klien mampu menilai baik buruk, layak atau tidak, bersih atau kotor.
14. Daya tilik diri
Klien mengetahui bahwa klien sedang mengalami gangguan jiwa dan klien tidak
mengingkari penyakit yang klien derita.

VIII. Kebutuhan Sehari-Hari


Kebutuhan makan klien mampu melakukan kegiatan secara mandiri, makan sehari 3
kali dan porsi makan selalu habis. Kebutuhan Eliminasi seperti BAK dan BAB mampu
dilakukan secara mandiri. BAK dan BAB klien normal. Kegiatan mandi dan berpakaian
klien dapat dilakukan secara mandiri. Kebutuhan istirahat dan tidur, tidur siang ±2 jam
sedangkan tidur malam ±6 jam, kegiatan klien sebelum tidur biasanya menonton tv.
Dalam pemberian obat klien masih perlu dibantu oleh perawat, tetapi klien sudah
mengetahui obat-obat yang ia konsumsi dan tahu kapan obat tersebut dikonsumsi. Saat
klien sakit dan tidak bisa ditangani dirumah klien berobat ke puskesmas terdekat. Saat
dirumah, klien tidak pernah membantu pekerjaan ibunya dirumah dank lien selalu
berdiam diri dikamar.
IX. Mekanisme Koping
Saat klien mengatasi masalah yang sedang dialami biasanya respon adaptif klien yaitu
berbicara dengan orang lain, teknik relaksasi, dan olahraga. Sedangkan respon
maladaptive klien yaitu ia akan merespon orang lain lambat dan mencederai diri.

X. Masalah Psikososial dan Lingkungan


1. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien tidak mempunyai dukungan dari kelompok tetapi ia hanya mendapat
dukungan dari keluarga.
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Klien tidak mau berinteraksi dengan lingkungan sekitar karena ia takut diejek
oleh orang lain.
3. Masalah dengan pendidikan

27
Klien putus kuliah dari semester 2 di Universitas Padjajaran Bandung Jurusan
Manajemen Pemasaran karena klien tidak mampu mengikuti proses perkuliahan.
4. Masalah dengan pekerjaan
Klien belum mempunyai pekerjaan.
5. Masalah dengan ekonomi
Klien masih dibiayai oleh keluarga karena ia belum mempunyai pekerjaan.
6. Masalah kesehatan
Klien mempunyai riwayat penyakit asma dan ia mempunyai penyakit hernia yang
sudah dioperasi tahun 2012.

XI. Pengetahuan Kurang Tentang


Klien kurang mengetahui tentang fungsi obat yang ia konsumsi.

XII. Aspek Medik


Diagnose medic : Skizofrenia + retardasi mental
Terapi medic : Onzapine 10 mg/24 jam / oral
Depacote ER 250 mg/24 jam/ oral
Merlopam 2 mg/24 jam / oral
Trifluoperazine 5 mg/8 jam / oral
Trihexyphenidil 2 mg/8 jam /oral

XIII. Daftar Diagnosa atau Masalah Keperawatan


1. Halusinasi Pendengaran
2. Resiko Perilaku Kekerasan
3. Harga Diri Rendah
4. Isolasi Sosial
5. Koping Keluarga Inefektif
6. Penatalaksanaan Regimen terapeutik inefektif

28
B. Analisa Data
Tanggal Data Masalah TTD
Keperawatan
24 Oktober DS : Halusinasi
2017 1. Klien mengatakan mendengar suara Pendengaran
suara yang menyuruhnya untuk
berhubungan intim dan mendengar
suara temannya yang mengejek
dirinya.
2. Klien mengatakan suara muncul saat
sedang sendiri.
3. Klien mengatakan suaranya sangat
mengganggu dan membuat kesal.
4. Klien mengatakan saat dihardik, suara
bisikannya masih ada.

DO :
1. Klien tampak gelisah, muka tegang,
dan mondar-mandir sambil menutup
telinga.
2. Saat interaksi kurang fokus mudah
beralih dan kontak mata kurang.

24 Oktober DS : Isolasi Sosial


2017 1. Klien mengatakan malas berinteraksi
dengan klien lain.

DO :
1. Klien tampak sedih
2. Kontak mata klien kurang

29
3. Saat berinteraksi, klien tiba-tiba pergi

24 Oktober DS : Harga Diri Rendah


2017 1. Klien mengatakan tidak mau
berinteraksi karena ia pernah diejek
dan dibully soal kemampuannya.

DO :
1. Saat klien diajak melakukan suatu
kegiatan, klien menggelengkan
kepala.
2. Klien selalu menundukan kepala.
25 Oktober DS : Resiko Perilaku
2017 1. Klien mengatakan kesal dengan Kekerasan
suara-suara yang ia dengar.

DO :
1. Muka klien tampak tegang
2. Tangan klien mengepal
DS : Penatalaksanaan
1. Klien mengatakan saat dirumah Regimen Terapeutik
menolak minum obat. Inefektif.

DO :
1. Klien sakit sejak tahun 2009
2. Klien sudah 5 kali masuk rumah sakit
3. Saat dirumah klien menolak minum
obat.
DS : Koping Keluarga
DO : Inefektif
1. Sebelum ayah klien meninggal,

30
pernah menderita halusinasi.
2. Sepupu dari ayah klien juga pernah
mengalami halusinasi.

C. Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan

Halusinasi Pendengaran

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Penatalaksanaan regimen Koping keluarga tidak efektif


terapeutik inefektif

D. Diagnosa Keperawatan
1. Halusinasi
2. Resiko Perilaku Kekerasan
3. Harga Diri Rendah
4. Isolasi Sosial
5. Koping Keluarga Inefektif
6. Penatalaksanaan Regimen terapeutik inefektif

31
E. Catatan Perkembangan
Hari/Tgl/Jam Implementasi Evaluasi
Selasa, 24 DS: S:
Oktober 2017 Klien mengatakan malas berinteraksi Klien mengatakan senang
pukul 08.00 dengan klien lain. berkenalan dengan satu orang.

DO : O:
1. Klien hanya menjawab seperlunya 1. Klien sudah mau melakukan
saja. kontak mata.
2. Saat dikaji klien tiba-tiba pergi. 2. Klien sudah bisa mempraktekkan
3. Kontak mata klien kurang. cara berkenalan dengan satu
orang.
Diagnosa Keperawatan :
Isolasi Sosial A:
Isolasi Sosial masih ada
Tindakan Keperawatan:
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi P:
sosial. 1. Latihan berkenalan dengan satu
2. Mendiskusikan dengan pasien orang.
keuntungan berinteraksi dengan orang 2. Memasukkan dalam kegiatan
lain. harian klien.
3. Mendiskusikan dengan pasien
kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain.
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan
dengan satu orang.
5. Menganjurkan pasien memasukkan Paraf dan Nama
dalam jadwal harian.

RTL : Dyka Pratiwi


1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian.

32
2. Memberikan kesempatan pada pasien
untuk mempraktekkan cara berkenalan
dengan satu orang.
3. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam kegiatan harian.
Selasa, 24 DS : S:
Oktober 2017 Klien mengatakan masih malas Klien mengatakan sudah bisa
pukul 08.30 berinteraksi dengan orang lain berinteraksi dan berkenalan dengan
1 orang.
DO :
1. Klien sudah mau berinteraksi dengan O:
perawat. 1. Klien tampak memperhatikan
2. Kontak mata klien masih kurang. saat perawat menjelaskan.
3. Klien sudah mau dikaji. 2. Klien bisa mempraktekkan cara
berkenalan dengan 1 orang.
Diagnosa Keperawatan:
Isolasi Sosial A:
Isolasi sosial masih ada
Tindakan Keperawatan :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian. P:
2. Memberikan kesempatan pada pasien 1. Latihan cara berkenalan orang
untuk mempraktekkan cara berkenalan lain.
dengan satu orang. 2. Masukkan dalamjadwal kegiatan
3. Menganjurkan pasien memasukkan harian klien.
dalam kegiatan harian.
Paraf dan Nama
RTL :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan klien.
2. Mengevaluasi cara berkenalan klien. Dyka Pratiwi
Selasa, 24 DS: S:
Oktober 2017 Klien mengatakan mendengar suara Klien mengatakan sudah bisa

33
pukul 10.00 bisikan yang menyuruhnya untuk menghardik halusinasinya.
berhubungan intim.
O:
DO : 1. Klien memperhatikan saat
1. Kontak mata kurang. diajarkan menghardik halusinasi.
2. Klien tampak bingung. 2. Klien mau mempraktekkan cara
3. Klien hanya menjawab seperlunya saat menghardik halusinasi.
ditanya.
A:
Diagnosa Keperawatan : Halusinasi masih ada
Halusinasi Pendengaran
P:
Tindakan Keperawatan : 1. Latihan cara menghardik
1. Mengidentifikasi isi, jenis, waktu, halusinasi.
frekuensi, situasi, dan respon 2. Memasukkan dalam kegiatan
halusinasi. harian klien.
2. Mengajarkan cara mengatasi
halusinasi dengan cara menghardik.
3. Menganjurkan klien untuk
memasukkan dalam jadwal harian.

RTL :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian. Paraf dan Nama
2. Melatih cara mengontrol halusinasi
dengan cara berbincang-bincang.
3. Menganjurkan klien untuk Dyka Pratiwi
memasukkan dalam jadwal harian.

Hari/Tgl/Jam Implementasi Evaluasi


Rabu, 25 DS : S:
Oktober 2017 1. Klien mengatakan sudah jarang 1. Klien mengatakan sudah bisa

34
pukul 11.00 mendengar suara bisikan. melakukan berbincang-bincang.
2. Klien mengatakan ingin pulang. 2. Klien mengatakan senang
berbincang-bincang.
DO :
1. Klien sudah mulai ada kontak mata. O:
2. Klien sudah tidak terlihat melamun. Klien sudah bisa mempraktekkan
cara berbincang-bincang
Diagnosa Keperawatan :
Halusinasi Pendengaran A:
Tindakan Keperawatan : Halusinasi masih ada
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian.
2. Melatih cara mengontrol halusinasi P:
dengan cara berbincang-bincang. 1. Latihan cara berbincang-bincang
3. Menganjurkan klien untuk dengan teman sekamar.
memasukkan dalam jadwal harian. 2. Memasukkan dalam kegiatan
harian klien.
RTL :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian. Paraf dan Nama
2. Melatih cara mengontrol halusinasi
dengan cara melakukan kegiatan.
3. Menganjurkan klien untuk Dyka Pratiwi
memasukkan dalam jadwal harian.
Rabu, 25 DS : S:
Oktober 2017 Klien mengatakan kesal terhadap suara Klien mengatakan sudah
pukul 11.30 yang didengarnya. mengetahui penyebab dan tanda
gejala dari PK.
DO :
1. Ekspresi wajah klien tampak tegang. O:
2. Tangan klien tampak megepal. Klien mampu menyebutkan
penyebab dan tanda gejala dari PK
Diagnosa Keperawatan :

35
Resiko Perilaku Kekerasan A:
RPK masih ada
Tindakan Keperawatan :
1. Mengidentifikasi penyebab, tanda dan P:
gejala, jenis, akibat, cara mengontrol 1. Memasukkan dalam kegiatan
perilaku kekerasan. harian klien.
2. Menganjurkan klien menulis dalam
jadwal kegiatan harian.

RTL : Paraf dan Nama


1. Mengevaluasi kegiatan harian klien.
2. Melatih cara mengontrol PK dengan
cara minum obat dengan benar. Dyka Pratiwi
3. Menganjurkan klien menulis dalam
jadwal kegiatan harian.
Rabu, 25 DS : S:
Oktober 2017 1. Klien mengatakan sudah jarang Klien mengatakan senang karena
pukul 12.00 mendengar suara bisikan. sudah mengetahui cara minum obat
2. Klien mengatakan kesal terhadap suara yang benar.
yang didengarnya karena sangt
mengganggu. O:
1. Klien tampak bisa
DO : mempraktekkan cara minimum
1. Ekspresi wajah klien tampak tegang. obat dengan benar.
2. Tangan klien tampak mengepal.
A:
Diagnosa Keperawatan : RPK masih ada
Resiko Perilaku Kekerasan
P:
Tindakan Keperawatan : 1. Latihan cara meminum obat yang
1. Mengevaluasi kegiatan harian klien. benar.

36
2. Melatih cara mengontrol PK dengan 2. Memasukkan dalam kegiatan
cara minum obat dengan benar. harian klien.
3. Menganjurkan klien menulis dalam
jadwal kegiatan harian.

RTL : Paraf dan Nama


1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian.
2. Melatih cara mengontrol PK dengan
cara memukul bantal. Dyka Pratiwi
3. Menganjurkan klien untuk
memasukkan dalam kegiatan harian.

Hari/Tgl/Jam Implementasi Evaluasi


Kamis, 26 DS : S:
Oktober 2017 1. Klien mengatakan tidak mau Klien mengatakan sudah bisa
pukul 11.00 berinteraksi dan tidak mau saat diajak melakukan cara cuci piring.
bermain.
O:
DO : 1. Klien tampak memperhatikan
1. Saat ditanya ingin bermain klien hanya saat perawat menjelaskan cara
menjawab dengan menggelengkan mencuci piring.
kepalanya. 2. Klien mampu mempraktekkan
cara mencuci piring.
Diagnosa Keperawatan :
Harga diri rendah A:
HDR masih ada
Tindakan Keperawatan :
1. Diskusikan dengan klien tentang P:
kegiatan positif yang dapat dilakukan 1. Latihan cara cuci piring setiap
di RS. setelah makan.
2. Klien memilih kegiatan yang ingin 2. Masukkan dalam kegiatan harian

37
klien lakukan. klien.
3. Mengajarkan cara cuci piring.
4. Melatih klien cara mencuci piring.
5. Menganjurkan klien untuk menulis
dalan kegiatan harian. Paraf dan Nama

RTL :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Dyka Pratiwi
2. Mengevaluasi kemampuan dalam
melakukan kegiatan cuci piring.
Kamis, 26 DS : S:
Oktober 2017 1. Klien mengatakan sudah jarang Klien mengatakan senang setelah
pukul 11.30 mendengar suara bisikan. bermain kartu bersama-sama.
2. Klien mengatan ingin pulang.
O:
DO : 1. Klien tampak senang
1. Saat dievaluasi klien sudah bisa 2. Klien tampak bisa melakukan
menghardik halusinasi. permainan dengan baik.
2. Saat dievaluasi klien sudah bisa
berbincang-bincang dengan teman A:
sekamar. Halusinasi masih ada
3. Klien tampak senang karena ia ingin
pulang. P:
1. Latihan cara menghardik,
Diagnosa Keperawatan : berbincang-bincang, dan
Halusinasi Pendengaran melakukan kegiatan.
2. Memasukkan dalam kegiatan
Tindakan Keperawatan : harian klien.
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian.
2. Melatih cara mengontrol halusinasi
dengan cara melakukan kegiatan.

38
3. Menganjurkan klien untuk
memasukkan dalam jadwal harian. Paraf dan Nama

RTL :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian. Dyka Pratiwi
2. Melatih cara mengontrol dengan cara
menghardik, berbincang-bincang, dan
melakukan kegiatan.
3. Menganjurkan klien untuk
memasukkan dalam kegiatan harian.
Kamis, 26 DS : S:
Oktober 2017 1. Klien mengatakan sudah jarang Klien mengatakan sudah bisa
pukul 12.30 mendengar suara bisikan. melakukan memukul bantal
2. Klien mengatakan sudah tidak terlalu
kesal. O:
Klien tampak bisa mempraktekkan
DO : cara memukul bantal dengan baik.
2. Saat dievaluasi klien sudah bisa
menjelaskan cara meminum obat yang A:
benar. RPK masih ada
3. Ekspresi wajah klien sudah tampak P:
rileks. 1. Latihan cara memukul bantal.
2. Memasukkan dalam kegiatan
Diagnosa Keperawatan : harian klien.
Resiko Perilaku Kekerasan

Tindakan Keperawatan :
6. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian.
7. Melatih cara mengontrol PK dengan
cara memukul bantal.
8. Menganjurkan klien untuk

39
memasukkan dalam kegiatan harian.

RTL : Paraf dan Nama


3. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian.
4. Melatih cara mengontrol PK dengan
cara spiritual. Dyka Pratiwi
5. Menganjurkan klien untuk
memasukkan dalam kegiatan harian.

Hari/Tgl/Jam Implementasi Evaluasi


Jumat, 29 DS : S:
Oktober 2017 1. Klien mengatakan sudah jarang Klien mengatakan sudah bisa
pukul 11.00 mendengar suara bisikan. menghardik, berbincang-bincang,
2. Klien mengatakan sudah bisa dan bermain kartu.
berbincang-bincang dengan teman.
O:
DO : 1. Klien sudah melakukan semua
1. Klien sudah mengbrol dengan teman. tindakan dengan baik.
2. Klien sudah tampak senang. 2. Klien tampak lebih senang.

Diangnosa Keperawatan : A:
Halusinasi Pendengaran Halusinasi masih ada

Tindakan Keperawatan : P:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian. 1. Latihan cara menghardik,
2. Melatih cara mengontrol dengan cara berbincang-bincang, dan
menghardik, berbincang-bincang, dan melakukan kegiatan.
melakukan kegiatan. 2. Memasukkan dalam kegiatan
3. Menganjurkan klien untuk harian klien.
memasukkan dalam kegiatan harian.

40
RTL : Paraf dan Nama
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian.
2. Melatih cara mengontrol halusinasi
dengan cara berbincang-bincang. Dyka Pratiwi
3. Menganjurkan klien untuk
memasukkan dalam kegiatan harian.
Jumat, 29 DS : S:
Oktober 2017 Klien mengatakan sudah bisa melakukan Klien mengatakan sudah rileks dan
pukul 11.00 memukul bantal jika sedang kesal. rasa kesalnya sudh hilang.
Klien mengatakan jika sedang kesal, klien
mengambil air wudhu. O:
Klien sudah tampak mulai
DO : tersenyum, dan klien mampu
Klien tampak lebih rileks dan ekspresi mempraktekkan cara memukul
wajah sudah tidak tampak tegang. bantal.

Diagnosa Keperawatan A:
Resiko Perilaku Kekerasan RPK masih ada
Tindakan Keperawatan :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian. P:
2. Melatih cara mengontrol PK dengan 1. Latihan cara memukul bantal,
cara spiritual. dan dengan cara spiritual.
3. Menganjurkan klien untuk 2. Memasukkan dalam kegitan
memasukkan dalam kegiatan harian. harian klien.
RTL :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian.
2. Melatih cara mengontrol PK dengan Paraf dan Nama
cara memukul bantal dan dengan cara
spiritual.
3. Menganjurkan klien untuk Dyka Pratiwi
memasukkan dalam kegiatan harian.

41
Hari/Tgl/Jam Implementasi Evaluasi
Sabtu, 28 DS : S:
Oktober 2017 1. Klien mengatakan perasaan hari ini Klien mengatakan senang.
pukul 13.00 kurang baik.
2. Klien mengatakan masih suka O:
mengendengar suara bisikan. Klien mau mempraktekkan cara
3. Klien mengatakan sudah bisa berbincang-bincang tetapi masih
menghardik halusinasi. dibantu.

DO : A:
1. Kontak mata klien kurang. Halusinasi masih ada
2. Klien sudah bisa menghardik
halusinasi. P:
Memasukkan dalam kegiatan harian
Diagnosa Keperawatan : klien.
Halusinasi Pendengaran

Tindakan Keperawatan :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian.
2. Melatih cara mengontrol halusinasi
dengan cara berbincang-bincang.
3. Menganjurkan klien untuk
memasukkan dalam kegiatan harian. Paraf dan Nama

RTL :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan Dyka Pratiwi
harian.
2. Melatih cara mengontrol
halusinasi dengan cara meminum
obat secara teratur.

42
3. Mengevaluasi kegiatan harian.

Hari/Tgl/Jam Implementasi Evaluasi


Senin, 30 DS : S:
Oktober 2017 1. Klien mengatakan perasaannya senang. Klien mengatakan jadi mengetahui
pukul 11.30 2. Klien mengatakan sudah jarang cara meminum obat secara benar.
mendengar suara bisikan.
3. Klien mengatakan tidak tahu cara O:
meminum obat secara benar. Klien sudah bisa menyebutkan cara
meminum obat secara benar.
DO :
3. Ekspresi wajah klien tampak senang. A:
4. Klien tampak sering tersenyum. Halusinasi masih ada
5. Klien tamoak bingung saat ditanya
tentang cara mminum obat yang benar. P:
1. Latihan semua cara untuk
Diagnosa Keperawatan : mengontrol halusinasi.
Halusinasi Pendengaran 2. Memasukkan dalam kegiatan
harian klien.
Tindakan Keperawatan :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian.
2. Melatih cara mengontrol halusinasi
dengan cara meminum obat secara
teratur.
3. Mengevaluasi kegiatan harian. Paraf dan Nama

RTL :
Mengevalusi semua cara mengontrol Dyka Pratiwi
halusinasi klien.

43
Hari/Tgl/Jam Implementasi Evaluasi
Selasa, 31 DS : S:
Oktober 2017 1. Klien mengatakan perasaannya biasa- 1. Klien mengatakan sudah bisa
Pukul 11.00 biasa aja. menghardik, nafas dalam, dan
2. Klien mengatakan masih mendengar pukul bantal.
suara bisikan 2. Klien mengatakan sudah tidak
3. Klien mengatakan jika mendengar kesal lagi.
bisikan langsung dihardik. 3. Klien mengatakan sudah jarang
4. Klien mengatakan jika sedang marah mendengar suara bisikan.
melakukan teknik nafas dalam dan
pukul bantal. O:
Klien sudah bisa mempraktekkan
DO : semua kegiatan dengan benar.
1. Klien tampak tersenyum sendiri
2. Klien masih sering mondar-mandir A:
3. Klien sudah bisa menghardik Halusinasi dan RPK masih ada
halusinasinya
4. Klien juga sudah bisa melakukan P:
teknik nafas dalam dan pukul bantal. Latihan cara mengatasi halusinasi
dan RPK setiap hari.
Diagnose keperawatan : Memasukkan dlam jadwal harian
Halusinasi dan RPK klien.

Tindakan keperawatan :
Mengevaluasi jadwal kegiatan klien.
Melatih cara menghardik, teknik nafas Paraf dan Nama
dalam, dan cara pukul bantal.
Menganjurkan klien untuk menulis dalam
jadwal harian. Dyka Pratiwi

RTL :

44
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien.
Melatih kegiatan yang sudah dilakukan
sebelumnya.

Hari/Tgl/Jam Implementasi Evaluasi


Rabu, 1 DS : S:
November 1. Klien mengatakan perasaannya senang 1. Klien mengatakan sudah bisa
2017 Pukul karena klien akan pulang. menghardik, nafas dalam, dan
10.00 2. Klien mengatakan masih mendengar pukul bantal.
suara bisikan 2. Klien mengatakan sudah tidak
3. Klien mengatakan jika mendengar kesal lagi.
bisikan langsung dihardik.
4. Klien mengatakan jika sedang marah O:
melakukan teknik nafas dalam dan Klien sudah bisa mempraktekkan
pukul bantal. semua kegiatan dengan benar.

DO : A:
1. Klien tampak tersenyum sendiri Halusinasi dan RPK masih ada
2. Klien sudah bisa menghardik
halusinasinya P:
3. Klien juga sudah bisa melakukan Latihan cara mengatasi halusinasi
teknik nafas dalam dan pukul bantal. dan RPK setiap hari.
Memasukkan dalam jadwal harian
klien.
Diagnose keperawatan :
Halusinasi dan RPK

Tindakan keperawatan :
Mengevaluasi jadwal kegiatan klien.

45
Melatih cara menghardik, teknik nafas
dalam, dan cara pukul bantal. Paraf dan Nama
Menganjurkan klien untuk menulis dalam
jadwal harian.
Dyka Pratiwi
RTL :
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien.
Melatih kegiatan yang sudah dilakukan
sebelumnya.

46
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini kelompok akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dan kasus yang
kelompok temukan selama 8 hari dimulai pada tanggal 24 oktober 2017 – 01 november 2017 di
ruangan Sadewa RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor melalui pendekatan proses keperawatan
meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dalam melakukan asuhan keperawatan dalam
memperoleh data, kelompok melakukan pendekatan pada klien dan data yang diperoleh
melalui wawancara, pengamatan atau observasi langsung pada klien dan catatan rekam
medis klien.
Secara garis besar berdasarkan data yang didapat pada saat pengkajian klien tanda dan
gejala halusinasi sudah sesuai dengan teori dimana klien mengatakan pernah mendengar
2 bisikan, bisikan pertama: klien mendengar bisikan dimana dirinya diejek dan bisikan
kedua: klien diminta untuk melakukan hubungan seksual. Halusinasi muncul saat klien
sedang sendiri dan disaat klien di dalam keramaian. Halusinasi muncul pada waktu yang
tidak menentu dengan frekuensi sering. Saat mendengar bisikan pertama, klien merasa
kesal dan marah, sehingga klien melukai ibunya. Dan saat mendengar bisikan kedua,
klien berusaha menghardik dan terkadang klien mengurung diri di kamar sendirian.
Sedangkan data yang terdapat dalam teori beberapa diantaranya tidak ditemukan
pada kasus adalah klien tidak menutup telinga dikarenakan klien sudah mengetahui cara
menghardik halusinasi.
Berdasarkan data-data hasil pengkajian terjadinya halusinasi pada klien di RS disebabkan
oleh faktor presipitasinya yaitu klien pernah diejek dan dibully oleh teman kuliah dan
tetangga rumah sehingga menyebabkan klien marah, kesal hingga melukai ibunya dan
faktor predisposisinya adalah klien memiliki riwayat gangguan jiwa sejak tahun 2009,
pada saat dirumah klien putus obat dan klien juga memiliki koping keluarga inefektif
dimana ayah klien sebelum meninggal memiliki riwayat tanda gangguan jiwa yang
serupa.

47
Pohon masalah utama adalah gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran. Selain
masalah tersebut ditemukan pula masalah keperawatan lain yaitu:
1. Harga diri rendah yang ditandai dengan bicara lambat dengan suara lemah, tidak
berani menatap lawan bicara.
2. Isolasi sosial yang ditandai dengan sering menyendiri, aktivitas menurun,ekspresi
wajah kurang berseri.
3. Resiko perilaku kekerasan yang ditandai dengan mata melotot/pandangan tajam,
wajah tegang, terkadang nada suara sedikit meninggi.
Terdapat kesengjangan didalam pohon masalah antara teori dan kasus, dimana pada
kasus masalah halusinasi yang terjadi disebabkan oleh koping keluarga yang tidak
efektif dan penatalaksanaan regiment terapeutik inefektif: klien putus obat saat
dirumah. Pada teori, halusinasi dapat disebabkan oleh harga diri rendah dan isolasi
sosial.
Faktor pendukung yang kelompok dapatkan saat melakukan pengkajian yaitu cukup
kooperatif dan mau menjawab pertanyaan yang diajukan, status klien serta adanya kerja
sama yang baik dnegan perawat ruangan dan pengkajian keperawatan jiwa yang
dilengkapi berlaku sama diberbagai ditatanan pelayanan kesehatan jiwa dan institusi
pendidikan.
Faktor penghambat yang klien dapatkan yaitu klien mudah beralih, tidak fokus karena
klien sering menoleh ke kanan dan ke kiri, kontak mata kurang, dan klien menjawab
pertanyaan secara singkat. Solusi yang kelompok lakukan saat itu adalah kelompok
memfokuskan kembali terhadap pembicaraan yang sedang dibicarakan dan
mengklarifikasi jawaban yang disampaikan oleh klien.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan merupakan tahap kedua dalam memberikan asuhan keperawatan
pada Tn. F di RS Marzoeki Mahdi ditemukan 4 diagnosa keperawatan, dengan diagnose
utama keperawatan yaitu halusinasi pendengaran. Diagnose yang kedua yang sesuai
dengan teori yaitu resiko perilaku kekerasan, isolasi sosial dan harga diri rendah.
Dari diagnose keperawatan yang diuraikan diatas, kelompok menetapkan maslaah
halusinasi pendengaran sebagai core problem berdasarkan prinsip hear and now yang
ditemukan pada Tn. F klien mengatakan pernah mendengar bisikan yang mengejek

48
dirinya dan menyuruh melakukan hubungan intim. Halusinasi muncul saat klien sedang
sendiri dan saat klien sedang berada di keramaian. Halusinasi muncul pada waktu yang
tidak menentu dengan frekuensi sering, saat mendengar bisikan tersebut klien merasa
kesal dan marah sehingga melukai ibunya. Muncul pertama kalinya pada tahun 2009.
Dalam menegakkan diagnose keperawatan kelompok mendapatkan faktor pendukung
yaitu adanya data objektif yang jelas pada klien dan buku status yang ada di ruangan dan
adanya kerja sama dengan perawat ruangan sehingga mempermudah dalam menegakkan
diagnose keperawatan. Sedangkan faktor penghambat yang kelompok temukan adalah
klien mudah beralih dan kurang fokus.

C. Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan yang di buat pada Tn. F di RS Marzoeki Mahdi utnuk setiap
diagnose keperawatan sudah sesuai dengan teori, kelompok menyusun rencana
keperawatan berdasarkan prioritas utama dan masalah keperawatan yang sesuai dengan
kondisi klien. Dalam mendokumentasikan perencanaan keperawatan pada Tn. F dimulai
dari hari pertama berdasarkan urutan prioritas yaitu gangguan halusinasi pendengaran,
perilaku kekerasan, isolasi sosial dan hargda diri rendah. Adapun rencana untuk diagnose
keperawatan prioritas sudah sesuai dnegan intervensi keperawatan jiwa yaitu gangguan
halusinasi terdiri dari TUK 1: membina hubugan saling percaya, TUK 2: klien dapat
mengenal halusinasi, TUK 3: Klien dapat mengontrol halusinasi, TUK 4: klien mendapat
dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya, TUK 5: klien dapat
memanfaatkan obat dengan baik.
Dalam menyusun rencana keperawatan kelompok tidak menemukan faktor penghambat
yang berarti karena cukup tersedianya pedoman untuk membuat standar rencana
keperawatan jiwa yang baku dan berlaku diseluruh tatanan pelayanan keperawatan jiwa.

D. Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap ini, kelompok melakukan tindakan keperawatan yang mengacu pada rencana
tindakan yang telah disusun pada tahap perencanaan dimana, dilakukan sesuai situasi dan
kebutuhan klien pada saat itu. Implementasi keperawatan dilakukan selama 8 hari mulai
dari tanggal 24 Oktober 2017 sampai 1 November 2017. Pada diagnose 1 halusinasi,

49
kelompok sampai dengan SP4, SP 1 yaitu menghardik halusinasi, SP2 yaitu patuh obat,
SP3 yaitu bercakap-cakap, SP4 yaitu melakukan aktivitas yang terjadwal.
Faktor pendukung yang kelompok temukan adlaah adanya kerjasama antara kelompok
dengan perawat ruangan, sedangkan faktor penghambat yang kelompok temukan adalah
adanya waktu praktek yang singkat sehingga implementasi kurang maksimal dan
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan dalam menerapkan asuhan keperawatan jiwa,
solusi yang kelompok lakukan adalah tetap menjaga kerjasama antara perawat ruangan
dengan cara mendelegasikan intervensi selanjutnya yang akan dilakukan.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang didapatkan setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. F di RS
Marzoeki Mahdi yang berkolaborasi dengan perawat ruangan dari tanggal 24 Oktober
2017 sampai 1 November 2017 adalah dari 4 diagnosa keperawatan yang ditemukan
kelompok mengimplementasikan 4 diagnosa dapat dilaksanakan. Adapun hasil evaluasi
yang didapatkan untuk diagnose pertama adalah halusinasi dapat dilakukan sampai SP4
dengan tujuan khusus yaitu klien dapat mengenal halusinasi dan mengendalikan
halusinasi dengan cara menghardik, minum obat dengan baik dan bena, bercakap-cakap
dengan orang lain untuk mengalihkan halusinasi dan melakukan kegiatan terjadwal untuk
mengontrol halusinasinya.
Adapun faktor pendukung yang kelompok temukan yaitu adanya kerja sama yang baik
antar angogota kelompok, klien dan perawat ruangan.

50
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Prabowo (2014) Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi
dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melaluipanca indra tanpa stimullus eksteren : persepsi palsu. Menurut Damaiyanti, (2012)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalamai perubahan
sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan
atau penghiduan.Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
Pada bagian pengkajian berdasarkan data yang didapat pada saat pengkajian klien
tanda dan gejala halusinasi sudah sesuai dengan teori dimana klien mengatakan pernah
mendengar 2 bisikan, bisikan pertama: klien mendengar bisikan dimana dirinya diejek dan
bisikan kedua: klien diminta untuk melakukan hubungan seksual. Halusinasi muncul saat
klien sedang sendiri dan disaat klien di dalam keramaian. Adapun kesenjangan data yaitu
klien tidak menutup telinga dikarenakan klien sudah mengetahui cara menghardik halusinasi.
Terdapat kesenjangan didalam pohon masalah antara teori dan kasus, dimana pada kasus
masalah halusinasi yang terjadi disebabkan oleh koping keluarga yang tidak efektif dan
penatalaksanaan regiment terapeutik inefektif: klien putus obat saat dirumah. Pada teori,
halusinasi dapat disebabkan oleh harga diri rendah dan isolasi sosial.
Didalam diagnose keperawatan tidak terdapat kesenjangan, diagnose dan teori sama .
Diagnose yang kedua yang sesuai dengan teori yaitu resiko perilaku kekerasan, isolasi sosial
dan harga diri rendah. Dari diagnose keperawatan yang diuraikan diatas, kelompok
menetapkan masalah halusinasi pendengaran sebagai core problem berdasarkan prinsip hear
and now yang ditemukan pada Tn. F.
Didalam perencanaan keperawatan tidak terdapat kesenjangan , perencanaan
keperawatan dan teori memiliki kesamaan . didalam pelaksanaan keperawatan tidak terdapat
kesenjangan dan sama dengan teori yang ada . didalam evaluasi keperawatan tidak terdapat
kesenjangan, evaluasi dan teori memiliki kesamaan.

51
B. Saran
Mahasiswa diharapkan sebelum masuk ke lahan praktik , harus lebih mempersiapkan diri
dan menguasai mengenai kompetensi yang akan dicapai dan diharapkan agar mahasiswa
dapat lebih memahami konsep asuhan keperawatan jiwa , sehingga dalam
pelaksanaannya lebih mudah untuk dapat memahami kasus yg ada. Tingkatkan
pengetahuan wawasan dan konsep asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa
baik dengan masalah keperawatan gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran
ataupun masalah keperawatan lainnya.
Untuk Rumah Sakit , adanya keterbatasan ruang untuk mahasiswa melakukan diskusi ,
diharapkan Rumah Sakit memfasilitasi ruangan diskusi untuk mahasiswa.
Institusi diharapkan menyiapkan mahasiswa untuk lebih mempersiapkan diri dan lebih
memahami konsep asuhan keperawatan jiwa.

52
DAFTAR PUSTAKA

Fitria,Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keprawatan (SP dan LP). Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, Dr. Budi Anna, 2011. Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Stuart, Gail Wiscarz. 2016. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart Edisi
Indonesia. Singapura : Elsevier.

53

Anda mungkin juga menyukai