ISMI WULANDARI
NIM : 143110219
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
ISMI WULANDARI
NIM : 143110219
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Ayah : Endan
Riwayat Pendidikan :
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, Karena atas berkat dan
rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tumor Otak Di Ruang Syaraf
RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017”.
Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Diploma III pada Program Studi D-III Keperawatan Padang
Poltekkes Kemenkes Padang. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima
kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Ns. Hendri Budi, S.Kep. M.Kep. Sp.KMB selaku pembimbing I yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Ibu Kepala Ruangan serta Perawat ruangan Syaraf RSUP Dr. M. Djamil
Padang yang telah mengizinkan untuk melakukan penelitian.
9. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral.
10. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Seperti kata pepatah “Tak ada gading yang tak retak”, Peneliti menyadari
bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna masih banyak
kekurangan dalam penulisan, karena yang sempurna hanyalah milik Allah SWT.
Akhir kata, peneliti berharap semogaKarya Tulis Ilmiah ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Peneliti
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN
ABSTRAK
Tumor otak dalam pengertian umum benjolan, dalam istilah radiologisnya
disebut lesi desak ruang / Space Occupying Lession (SOL), lebih dari 126.000 orang
di dunia mengidap tumor otak tiap tahunnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada
pasien Tumor Otak. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan desain studi
kasus yang bersifat deskriptif. Penelitian dilaksanakan di ruangan Syaraf
RSUP.Dr.M.Djamil Padang yang dimulai dari bulan Januari sampai Mei 2017.
Instrument pengumpulan data yang digunakan format pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan,
evaluasikeperawatan serta alat pemeriksaan fisik. Rencana analisis yang dilakukan
pada penelitian ini adalah menganalisis semua temuan pada tahapan proses
keperawatan denganmenggunakan konsep dan teori keperawatan pada pasien Tumor
Otak.
Hasil penelitian yang didapatkan pada kedua partisipan pasien mengeluhkan
nyeri kepala, penglihatan kabur, lemah sebelah anggotagerak, serta mual dan muntah.
Kedua pasien mengalami nyeri kepala yang hilang timbul sejak ±6 bulan yang lalu,
mengalami penurunan BB, dangan gguan penglihatan. Didapatkan 6 diagnosa
keperawatan meliputi ketidakefektifan pefusi jaringan serebral, nyeriakut,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan persepsi sensori
penglihatan, hambatan intoleransi aktivitas, risiko jatuh. Rencana keperawatan sesuai
dengan NIC meliputi monitor peningkatan tekanan intrakranial,manajemen nyeri,
pemberian analgesik, manajemen nutrisi, monitor lingkungan yang aman, manajemen
energi dan terapi aktivitas. Serta evaluasi yang didapatkan sesuai dengan NOC yang
dilakukan selama 5 hari dimana ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, nyeri,
gangguan persepsi sensori penglihatan, intoleransiaktivitas, dan risiko jatuh masalah
teratasi sebagian.
Disarankan kepada Direktur agar dilakukannya pelatihan tentang penyegaran
asuhan keperawatan dengan tumor otak kepada perawat ruangan, agar dapat
meningkakan kualitas pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN.........................................................................iv
ABSTRAK............................................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................viii
DAFTAR BAGAN................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................5
C. Tujuan Penelitian................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..............................................................................6
BAB V PENUTUP...............................................................................................60
A. Kesimpulan....................................................................................60
B. Saran..............................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DATAR BAGAN
Tabel2.1Pemeriksaan sarafkranial.........................................................................20
Lampiran 1 Gancart
B. Latar Belakang
Tumor otak dalam pengertian umum benjolan, dalam istilah radiologisnya disebut
lesi desak ruang / Space Occupying Lession (SOL). Tumor Otak intrakranial
termasuk lesi yang mendesak ruang di otak, dapat berupa tumor jinak maupun
ganas. Tumor tersebut tumbuh di otak, meningeal, dan tengkorak (Satyanegara,
2010).
Penyebab dari tumor otak belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang
menunjukkan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe
tumor-tumor tertentu. Agent tersebut meliputi faktor herediter, kongenital, virus,
toksin, dan defisiensi immunologi (Jitowiyono S, 2012).
Tumor atau Neoplasma Susunan Saraf Pusat dibedakan menjadi tumor primer
dan tumor sekunder atau metastatik. Tumor primer bisa timbul dari jaringan otak,
meningen, hipofisis dan selaput myelin. Tumor sekunder adalah suatu metastasis
yang tumor primernya berada di luar susunan saraf pusat, bisa berasal dari paru-
paru, mammae, prostat, ginjal, tiroid atau digestivus. Tumor ganas itu dapat pula
masuk ke ruang tengkorak secara perkontinuitatum, yaitu dengan melalui
foramina basis kranii, seperti misalnya pada infiltrasi karsinoma anaplastik dari
nasofaring (Stephen, 2012).
Data dari International Agency for Research on Cancer, bahwa lebih dari 126.000
orang di dunia mengidap tumor otak tiap tahun, dengan lebih dari 97.000
diantaranya meninggal (Al Tamimi dan Sulong, 2014). Angka insiden untuk
kanker otak ganas di seluruh dunia berdasarkan angka standar populasi dunia
adalah 3.4 per 100.000 penduduk. Angka mortalitas adalah 4.25 per 100.000
penduduk per tahun.
Insiden kanker otak ganas dan jinak di Amerika Serikat adalah 21.42 per 100.000
penduduk per tahun (7.25 per 100.000 penduduk untuk kanker otak ganas, 14.17
per 100.000 penduduk per tahun untuk tumor otak jinak). Berdasarkan data
statistik, angka insidens tahunan tumor intrakranial di Amerika adalah 16,5 per
100.000 populasi pertahun, dimana separuhnya (17.030) adalah kasus tumor
primer yang baru dan separuh sisanya (17.380) merupakan lesi-lesi metastasis
(Redinal YSP dan Amroisa N, 2014).
Kejadian tumor otak di Indonesia masih belum ada data terperinci yang berkaitan
dengan hal ini, namun dari data Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) dijumpai
frekuensi tumor otak sebanyak 200-220 kasus pertahun dimana 10% darinya
adalah lesi metastasis.Angka insidens ini mulai cenderung meningkat sejak
kelompok usia dekade pertama (Oemiwatidkk, 2011).
Berdasarkan data yang didapat pada tanggal 10 Januari 2017 dari Ruang Bangsal
Syaraf RSUP Dr. M.Djamil Padang tahun 2016 didapatkan dari 1.386 pasien yang
masuk ruang bangsal syaraf sekitar106 (7,6 %) orang yang mengalami kasus
tumor otak. Prevalensi rata-rata pada tahun 2016 pasien masuk dengan Tumor
Otak tiap bulannya adalah sekitar 9 orang.
Manifestasi klinis tumor otak sebenarnya tergantung dari lokasi, tipe histologi dan
laju pertumbuhan tumor (Alajbegovic et al. 2009). Berdasarkan teori, terdapat tiga
kelompok tanda dan gejala dari tumor otak yaitu peningkatan tekanan intrakranial,
kejang dan defisit neurologi fokal. Tanda penting dari peningkatan tekanan
intrakranial adalah sakit kepala dan papilloedema. Sakit kepala akibat peningkatan
intrakranial bukan berupa sakit kepala yang sangat berat namun terasa diseluruh
bagian otak dan memburuk pada pagi hari ketika bangun tidur (Wilkinson &
Lennox, 2005). Papillodema sendiri dapat timbul pada peningkatan tekanan
intrakranial atau akibat penekanan pada nervus optikus oleh tumor secara
langsung (Mardjono & Sidartha, 2009).
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas, maka perumusan
masalah penelitian ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan
Tumor Otak di RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun 2017?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Tumor Otak
di Ruang bangsal Syaraf RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan tujuan umum dapat dibuat tujuan khusus sebagai berikut :
a. Mampu mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan tumor otak di
ruangan bangsal syaraf RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun 2017.
b. Mampu mendeskripsikan masalah keperawatan pada pasien dengan tumor
otak di ruangan bangsal syaraf RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun 2017.
c. Mampu mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan
tumor otak di ruangan bangsal syaraf RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun
2017.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien dengan tumor
otak di ruangan bangsal syaraf RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun 2017.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien dengan tumor
otak di ruangan bangsal syaraf RSUP Dr.M.Djmali Padang tahun 2017.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pikiran kepada Pimpinan
Rumah Sakit dalam pelayanan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Tumor Otak.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat berguna bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan
wawasan dalam mengaplikasikan penelitian dibidang ilmu Riset Keperawatan
khususnya penelitian studi kasus tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Tumor Otak.
3. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran di Prodi
Keperawatan Padang khususnya tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien
Tumor Otak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat, baik ganas
maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah semua proses
neoplastik yang terdapat dalam ruang intracranial atau dalam kanalis spinalis,
yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik
seperti yang berasal dari sel-sel saraf di meningen otak, termasuk juga tumor
yang berasal dari sel penunjang (neuroglia), sel epitel pembuluh darah, dan
selapu otak (Satyanegara, 2010).
3. Penyebab
Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang
menunjukan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe
tumor-tumor tertentu. Agent tersebut meliputi factor herediter, congenital,
virus, toksin, dan defisiensi immunologi. Ada juga yang mengatakan bahwa
tumor otak dapat terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan penyakit
peradangan. Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat
terjadi.
Karsinoma metastase lebih sering menuju ke otak dari pada sarkoma. Lokasi
utama dari tumor otak metastase berasal dari paru-paru dan payudara
(Jitowiyono S, 2012).
Menurut Harsono (2015) Tumor otak lebih sering mengenai pria dari pada
wanita, dengan perbandingan 55:45, sedangkan meningioma lebih sering
timbul pada wanita dari pada pria dengan perbandingan 2 : 1 .
Menurut Wismaji S dkk (2011) faktor risiko terjadinya tumor otak meliputi :
1. Radiasi
Meningkatnya insiden tumor otak, terutama meningioma dilaporkan terjadi
pada pasien yang pernah menerima radiasi walaupun dalam dosis rendah.
Radiasi yang dapat meninmbulkan mutasi dan perubahan genetik adalah
sparsely ionizing berupa y-photon dan x-ray, densely ionizing berupa
neutron dan ion berat, dan non ionizing berupa gelombang
elektromagnetik.
2. Kimia
Berbagai zat kimia dapat menginduksi tumor sel mesenkimal dan glial.
Karsinogen kimia yang paling potensial adalah senyawa nitrogen, senyawa
tersebut banyak ditemukan pada makanan (daging yang diawetkan atau
diasap dan beberapa buah dan sayuran). Selain itu senyawa nitrat tersebut
juga dapat ditemukan pada kosmetik dan beberapa produk industri.
3. Virus
Limfoma serebral, terutama limfoma sel B, banyak terdapat pada pasien
dengan penurunan imunitas (imunosupresan), misalnya pada pasien
dengan HIV, pasca transplantasi organ atau imunodefisiensi kongenital.
Adanya tumor tersebut juga dipengaruhi oleh infeksi virus Epstein Barr
(EBV).
Selain tiga faktor tersebut, faktor host juga dapat mempengaruhi perubahan
genetika sel melalui sistem seluler dan sistemik. Pada fase selular, sel yang
berada pada fase aktif membelah akan lebih rentan terkena kerusakan oleh
radiasi, kimia atau virus sehingga lebih mudah mengalami mutasi genetik.
Hal ini menjelaskan mengapa tumor tumbuh dari lapisan germinal.
4. Patofisiologi
Faktor risiko terjadi tumor otak meliputi faktor radiasi, kimia, dan virus.
Meningioma terjadi pada pasien yang pernah menerima radiasi dalam dosis
rendah seperti x-ray dan gelombang elektromagnetik. Zat kimia yang
berpotensi mengakibatkan tumor otak adalah senyawa nitrogen, senyawa
tersebut banyak ditemukan pada makanan seperti daging yang diawetkan dan
diasap serta dapat ditemukan pada kosmetik dan produk industri lainnya.
Adanya virus Epstein Barr (EBV) dapat mengakibatkan tumor otak yang
dapat terjadi pada pasien dengan penurunan immunosupresan misalnya pada
pasien dengan HIV, pasca transplantasi organ atau imunodefisiensi kongenital
(Wismaji S dkk, 2011).
Adanya pertumbuhan sel yang abnormal dari faktor risiko yang terjadi dapat
mengakibatkan tumor otak. Adanya lesi desak ruang juga dapat mendesak
jaringan otak sehat disekitarnya sehingga terjadi defisit neurologis sesuai
dengan lokasi tumor, tipe tumor serta pertumbuhan tumor tersebut (Wismaji S
dkk, 2011).
Gejala klinis yang terjadi akibat adanya masa intrakranial disebabkan oleh
lesi desak ruang tumor terhadap ruang intrakranial, sehingga terjadi
penekanan jaringan disekitar otak yang dapat mengakibatkan edema serebri
akibat penumpukan cairan interstisial disekitar tumor. Adanya edema serebri
menandakan adanya tumor ganas seperti glioblastoma dan medullablastoma
(Wismaji S dkk, 2011). Edema disekitar tumor dapat mengakibatkan
hidrosefalus yang terjadi akibat obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal,
hidrosefalus terjadi pada tumor yang berada di fosa posterior dan lebih
banyak terjadi pada anak-anak. Hidrosefalus dan edema serebri dapat
menyebabkan herniasi serebral yang menekan struktur penting yang dapat
mengakibatkan perubahan sirkulasi cairan, sehingga sirkulasi sel-sel terjadi
mengalami penurunan dan terjadinya penurunan oksigen sehingga
mengakibatkan sirkulasi menjadi anaerob dan terjadinya hipoksia serebral
yang dapat mengakibatkan masalah ketidakefektifan jaringan otak serta
kompensasi takipnea sehingga munculnya masalah gangguan pola nafas.
Nyeri kepala yang dihungkan dengan tumor otak disebabkan oleh traksi
dan penggeseran struktur peka nyeri dalam intrakranial. Struktur peka
nyeri ini termasuk arteri, vena, serta sinus-sinus vena dan saraf otak.
Lokasi nyeri kepala cukup berarti karena sepertiga dari nyeri kepala ini
terjadi pada tempat tumor, sedangkan dua pertiga lainnya terjadi di dekat
atau di atas tumor. Nyeri kepala oksipital merupakan gejala pertama pada
tumor fossa posterior. Kira-kira sepertiga lesi supratentorial menyebabkan
nyeri kepala frontal. Jika keluhan nyeri kepala yang terjadi menyeluruh,
maka nilai lokasinya kecil dan pada umumnya menunjukan pergeseran
ekstensif kandungan intrakranial yang meningkatkan tekanan intrakranial.
3) Papiledema
Papiledema disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan
pembengkakan papila saraf optikus. Bila terlihat pada pemeriksaan
funduskopi, tanda ini mengisyaratkan peningkatan tekanan intrakranial.
Seringkali sulit menggunakan tanda ini sebagai diagnosis tumor otak
karena pada beberapa individu fundus tidak memperlihatkan edema
meskipun tekanan intrakranial amat tinggi. Menyertai papiledema dapat
terjadi gangguan penglihatan, termasuk pembesaran bintik buta dan
amaurosis fugaks (saat-saat di mana penglihatan berkurang).
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan klien dengan tumor otak meliputi :
a. Radiasi
Terapi radiasi pancaran eksternal (external-beam radiation), sebagai
terapi tunggal atau dikombinasikan dengan reseksi bedah.
Stereotaktik radiasi dilakukan pada tumor yang pertumbuhannya lambat
(Tarwoto, 2013).
b. Kemoterapi
Dilakukan dengan indikasi tertentu sesuai dengan umur, status neurologi,
tipe tumor. Biasanya dilakukan sesudah pembedahan dengan radioterapi
(Tarwoto, 2013).
c. Pembedahan
Pemilihan terapi ditentukan oleh tipe dan letak dari tumor. Kombinasi
terapi sering dilakukan, misalnya radiasi dengan pembedahan atau
kemoterapi. Pembedahan intrakranial pada umumnya dilakukan untuk
seluruh tipe kondisi patologi dari otak untuk mengurangi tekanan
intrakranial dan mengangkat tumor. Pembedahan ini juga dilakukan
melalui pembukaan tengkorak yang disebut Craniotomy. Obat-obatan
yang sering diberikan meliputi : kortikosteroid, antikonvulsi, antasid dan
laxatives, terapi cairan/elektrolit, oksigenisasi dan dukungan ventilator.
Selain itu juga klien dilakukan monitor tekanan intrakranial dan
rehabilitasi neurologi (Widagdo W, dkk 2008).
g. Pemeriksaan Fisik
1) Secara sitemik dari kepala sampai ujung kaki
a) Kepala
b) Leher
c) Muka
d) Mata
e) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal bila pasien
sadar, tidak adalesi atau nyeri tekan.
f) Hidung
h) Thoraks
i) Paru
(1) Inspeksi
Pernapasan meningkat.
(2) Palpasi
(3) Perkusi
(4) Auskultas
j) Jantung
(1) Inspeksi
(2) Palpasi
(3) Auskultasi
k) Abdomen
(1) Inspeksi
(2) Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba
(3) Perkusi
Suara thympani.
(4) Auskultasi
l) Sistem integumen
m)Ekstremitas
2) Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran yang umumnya dikembangkan dengan Glasgow
Coma Scala (GCS). Biasanya pada pasien dengan tumor otak datang
dengan keluhan penurunan kesadaran dengan nilai GCS >15.
3) Pemeriksaan Saraf Kranial
Tabel 2.1
Pemeriksaan saraf kranial
Nervus Respon
I Pada klien tumor intracranial yang tidak mengompresi
saraf ini tidak ada kelainan pada funsi penciuman.
II Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian
tertentu dari lintasan visual.
III, IV, Adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari saraf
VI ke VI memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya
glioblastoma multiforme.
V Pada keadaan tumor intracranial yang tidak
mengompresi saraf trigeminus maka tidak ada kelainan
pada fungsi saraf ini. Pada neurolema yang
mengganggu saraf ini akan didapatkan adanya paralisis
wajah unilateral.
VII Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
asimetris, otot wajah tertarik kebagian sisi yang sehat.
VIII Pada neurolema didapatkan adanya tuli persepsi. Tumor
lobus temporalis menyebabkan tinnitus dan halusinasi
pendengaran yang mungkin diakibatkan iritasi korteks
pendengaran temporalis atau korteks yang berbatasan.
IX, X Kemampuan menelan kurang baik, kesukaran membuka
mulut.
XI Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
XII Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan
fasikulasi. Indra pengecapan normal
(Sumber : Muttaqin A, 2008)
5) Tingkat Kesadaran
Biasanya pasien dengan tumor otak masuk dengan penurunan
kesadaran yaitu seperti latergi, stupor, bahkan sampai semikoma.
7) Pemeriksaan Fisiologis
Menurut Morton G (2005) pemeriksaan fisiologis meliputi :
a) Reflek Biseps
Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami
penurunan kesadaran atau hemiparise, refleks biseps positif (+),
tidak adanya fleksi siku yang cepat yang dapat dilihat dan
dipalpasi.
b) Refleks Triseps
Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami
penurunan kesadaran atau hemiparise, refleks triseps positif (+)
tidak adanya ekstensi cepat pada siku.
c) Refleks Brakioradialis
Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami
penurunan kesadaran atau hemiparise refleks brakioradialis positif
(+), tidak adanya fleksi siku kanan, supinasi lengan bawah, dan
fleksi jari-jari tangan dan tangan.
d) Refleks Kuadriseps (Kejutan Lutut atau Patelar)
Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami
penurunan kesadaran atau hemiparise refleks kuadriseps positif (+)
Lutut klien tidak terekstensi dan quadriceps harus berkontraksi.
e) Refleks Achilles (Kejutan Pergelangan Kaki)
Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami
penurunan kesadaran atau hemiparise refleks achilles positif (+),
tidak menyebabkan plantar fleksi dan diikuti dengan relaksasi otot.
h. Pemeriksaan Diagnostik
Setiap kasus yang dicurigai terdapat lesi intracranial harus menjalani
evaluasi medis lengkap dengan perhatian khusus pada pemeriksaan
neurologis. Penyelidikan diagnostic spesifik dilakukan setelah
pemeriksaan neurologis dan dimulai dari tindakan non-invasif yang
menimbulkan risiko paling kecil sampai tindakan yang mempergunakan
teknik invasive dan yang lebih berbahaya.
Pedoman interpretasi data klinik (2011) Biasanya pada pasien tumor otak
akan mengalami peningkatan jumlah leukosit, fungsi utama leukosit
adalah melawan infeksi, melindungi tubuh dengan memfagosit organisme
asing dan memproduksi atau mengangkut/ mendistribusikan antibody dan
peningkatan kadar bilirubin tidak terkonjugasi dapat terjadi pada infark
pulmonal.
Radiogram tengkorak member informasi yang sangat berharga mengenai
struktur, penebalan, dan klasifikasi (posisi kelenjer pineal yang
mengapur), dan posisi seta tursika.
Elektroensefalogram memberikan informasi mengenai perubahan
kepekaan neuron. Pergeseran kandungan intraserebri dapat dilihat pada
ekoensefalogram. Sidik otak radioaktif memperlihatkan daerah-daerah
akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Tumor intracranial maupun
oklusio vascular, infeksi, dan trauma mengakibatkankerusakan sawar
pada otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif
(Muttaqin, 2008).
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnose keperawatan yang lazim di jumpai pada tumor otak
menurut Muttaqin A (2008) adalah sebagai berikut :
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan desak
ruang oleh masa tumor intracranial.
b. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan gangguan
neurologis, keletihan otot-otot pernapasan.
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, traksi dan
pergeseran struktur peka nyeri dalam rongga intracranial.
d. Risiko cidera berhubungan dengan serangan kejang, penurunan tingkat
kesadaran.
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuscular,
menurunnya kekuatan dan kesadaran.
f. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,
asupan nutrisi yang kurang, dan muntah.
g. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanis.
h. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan gangguan
yang mempengaruhi regulasi tubuh
i. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer tidak
adekuat.
j. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular.
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan yang dapat ditegakkan pada pasien dengan Tumor Otak
adalah seperti yang tertera pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.2
Rencana keperawatan
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah pasien yang di diagnosa medis tumor otak yang
di rawat di Ruang Syaraf RSUP Dr.M.Djamil Padang berjumlah 2 orang.
Sampel diperoleh dengan cara purposive sampling, yaitu suatu teknik
penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai
dengan yang dikehendaki paneliti untuk mewakili karakteristik populasi
(Nursalam, 2015).
Adapun kriteria partisipan dalam penelitian ini adalah :
a. Kriteria inklusi
1) Pasien den keluarga bersedia menjadi responden
2) Pasien dengan masalah tumor otak
b. Kriteria eksklusi
1) Pasien pulang dalam hari rawatan kurang dari 5 hari.
2) Pasien menolak menjadi responden setelah menanda tangani surat
persetujuan.
D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian berikut ini dilakukan dengan cara anamnesa
(pengkajian dengan wawancara langsung dengan pasien atau keluarga),
observasi dan pemeriksaan fisik.
Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti
adalah :
a. Peneliti meminta izin penelitian dari instansi asal penelitian yaitu Poltekkes
Kemenkes Padang.
b. Meminta surat rekomendasi ke RSUP Dr.M.Djamil Padang.
c. Meminta izin ke kepala RSUP Dr.M.Djamil Padang.
d. Meminta izin ke kepala keperawatan Ruang Syaraf RSUP Dr.M.Djamil
Padang.
e. Melakukan pemilihan sampel sebanyak 2 orang pasien dengan kasus tumor
otak.
f. Mendatangi responden serta keluarga dan menjelaskan tentang tujuan
penelitian.
g. Responden dan keluarga memberikan persetujuan untuk dijadikan
responden dalam penelitian.
h. Responden dan keluarga diberikan kesempatan untuk bertanya.
i. Responden atau keluarga menandatangani informed consent. Peneliti
meminta waktu responden untuk melakukan asuhan keperawatan dan pamit.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari laporan status pasien. Informasi yang
diperoleh berupa data tambahan atau penunjang dalam merumuskan
diagnose keerawatan. Data yang diperoleh biasanya berupa data
penunjang dari laboratorium, terapi pengobatan yang diberikan dokter.
G. Analisis
Analisis yang dilakukan pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori
keperawatan pasien dengan Tumor Otak. Data yang didapat pada pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana tindakan, tindakan sampai evaluasi hasil
tindakan akan dinarasikan, dan dibandingkan antara responden 1 dan 2 kemudian
di analisis sesuai dengan teori keperawatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUP DR.M.Djamil Padang tepatnya di IRNA Non-
Bedah rawat inap bangsal syaraf, yang terdiri dari ruangan HCU wanita, HCU
pria, RR wanita dan RR pria. Penelitian dilakukan peneliti di ruangan RR wanita
dan RR pria. Kapasitas penampungan tempat tidur pasien adalah sebanyak 28
tempat tidur. Ruangan rawat inap bangsal syaraf dipimpin oleh seorang karu, dan
dibantu olehkatim dimasing-masing tim. Dibawah katim ada 15 perawat
pelaksana yang dibagi menjadi 3 shif, pagi, siang, dan malam. Selain perawat
ruangan beberapa mahasiswa praktik dari berbagai institusi juga ikut andil dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien.
B. Hasil Penelitian
Setelah dilakukan pengumpulan data Asuhan Keperawatan pada tanggal 16-22
Mei 2017 pada dua partisipan Tn.D dan Ny.S dengan Tumor Otak diruang rawat
Bangsal Syaraf RSUP DR.M.Djamil Padang.Asuhan Keperawatan dimulai dari
Pengkajian, penegakkan diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,
implementasi serta evaluasi keperawatan yang dilakukan dengan metode
wawancara, observasi, studi dokumentasi, serta pemeriksaan fisik.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan dimulai pada tanggal 16 Mei 2017 pukul 10.00 WIB,
hasil pengkajian pada partisipan 1 dan partisipan 2 adalah seperti yang tertera
pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1
Pengkajian Keperawatan Partispan 1 dan Partisipan 2
Partisipan 1 Partisipan 2
Diagnosa keperawatan pertama yang Diagnosa keperawatan pertama yang
ditegakkan adalah Gangguan diteggak adalah Gangguan Perfusi
pemenuhan nutrisi berhubungan jaringan serebral berhubungan
dengan tidak adekuatnya asupan dengan peningkatan tekanan
nutrisi. Data yang menunjang intrakranial. Data yang menunjang
ditegakkan diagnosa keperawatan ditegakkan diagnosa keperawatan
tersebut klien mengeluh mual saat tersebut adalah klien mengalami
makan, diit yang diberikan rumah sakit peningkatan tanda-tanda vital, klien
hanya habis 2-3 sendok, adanya mengeluh nyeri kepala yang hilang
penurunan berat badan ±8 kg. klien timbul, mual-muntah. Klien tampak
tampak pucat, badan tampak kurus, mengalami penurunan kesadaran
mukosa bibir kering. dengan GCS 12 E3 M 6 V 3 , dengan
tingkat kesadar apatis. TD 140/90
mmHg, MAP 106 mmHg.
3. Rencana Keperawatan
Tabel 4.3
Rencana Keperawatan partisipan 1 dan partisipan 2
Partisipan 1 Partisipan 2
4. ImplementasiKeperawatan
Implementasi keperawatan berdasarkan hasil studi dokumentasi, wawancara
serta observasi partisipan 1 dan partisipan 2 adalah seperti yang tertera pada
tabel dibawah ini :
Tabel 4.4
Implementasi Keperawatan partisipan 1 dan partisipan 2
Partisipan 1 Partisipan 2
Implementasi keperawatan pada Tn.D Implementasi keperawatan pada Ny.S
dimulai pada tanggal 17-22 Mei 2017. dimulai pada tanggal 16-22 Mei 2017.
Pada diagnosa keperawatan gangguan Pada diagnosa gangguan perfusi
pemenuhan nutrisi berhubungan jaringan serebral berhubungan dengan
dengan tidak adekuatnya asupan peningkatan tekanan intrakranial yang
nutrisi yang dilakukan adalah dilakukan memaksimalkan ventilasi
mengkaji adanya riwayat alergi, dengan elevasi kepala 30°, memonitor
memonitor adanya penurunan berat adanya peningkatan tekanan
badan, memberikan informasi tentang intrakranial, memonitor tanda-tanda
kebutuhan nutrisi, berikan diit TKTP vital.
1800 Kkal.
Diagnosa keperawatan nyeri akut Diagnosa keperawatan intoleransi
berhubungan dengan agen cidera aktivitas berhubungan dengan
biologis yang dilakukan adalah imobilisasi yang dilakukan adalah
mengajarkan teknik rileksasi nafas membantu pasien untuk
dalam, memberikan analgesik mengembangkan motivasi diri dan
dexametason 4x10 gr, memonitor penguatan, monitor tanda-tanda vital,
tanda-tanda vital. tekanan darah dalam batas normal.
Diagnosa keperawatan risiko jatuh
berhubungan dengan gangguan
penglihatan yang dilakukan,
melakukan pengkajian risiko jatuh
pada setiap pasien yang masuk rumah
sakit, memonitor lingkungan yang
dapat meningkatkan potensi jatuh.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan setiap hari selama 5 hari. Berikut adalah
hasil evaluasi yang dilakukan pada kedua partisipan :
Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan partisipan 1 dan partisipan 2
Partisipan 1 Partisipan 2
Hasil evaluasi pada hari ke 5 yang Hasil evaluasi hari ke 5 yang didapat
didapat pada diagnosa gangguan pada diagnosa gangguan perfusi
pemenuhan nutrisi berhubungan jaringan serebral berhubungan dengan
dengan tidak adekuatnya asupan peningkatan tekanan intrakranial
nutrisi adalah : adalah :
S : Klien mengatakan nafsu makan S : Klien mengatakan nyeri kepala
sudah kembali, rasa mual saat makan masih ada walaupun sudah sedikit
sudah berkurang. berkurang, mual (-)
O : Klien tampak menghabiskan diit O: tanda-tanda vital TD 150/90
yang diberikan rumah sakit. Klien mmHg, MAP 110 mmHg. Tekanan
tampak tidak mual lagi saat makan. itrakranial meningkat (+)
A : Masalah teratasi sebagian A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan P : Intervensi dilanjutkan
Hasil evaluasi pada hari ke 5 yang Hasil evaluasi pada hari ke 5 yang
didapat pada diagnosa nyeri akut didapat pada diagnosa intoleransi
berhubungan dengan agen cidera aktivitas berhubungan dengan
biologis adalah : gangguan neuromuscular adalah :
S : Klien mengatakan nyeri sudah S : Keluarga mengatakan klien belum
sedikit berkurang bisa menggerakkan anggota gerak
O : Klien tampak sudah sedikit sebelah kanan masih lemah
nyaman, gelisah berkurang, tanda- O : Klien tampak hanya di atas
tanda vital dalam rentang normal, TD tempat tidur
120/70 mmHg, RR 20x/menit, HR A : Masalah belum teratasi
78x/menit. P : Intervensi dilanjutkan.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan.
C. PEMBAHASAN
Setelah dilakukan penelitian Asuhan Keperawatan pada tanggal 16-22 Mei 2017
pada dua partisipan Tn.D dan Ny.S dengan Tumor Otak diruang rawat Bangsal
Syaraf RSUP DR.M.Djamil Padang, melalui pendekatan proses keperawatan
yang meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi, maka pada bab ini peneliti akan membahas mengenai
kesenjangan antara teori dan kenyataan yang ditemukan dalam kasus Tumor otak
pada partisipan 1 (Tn.D) dan partisipan 2 (Ny.S), yang dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dari proses keperawatan, dari
pengkajian ini dapat kita lihat perbedaan kasus dengan teorinya :
a. Identitas Klien
Identitas pasien diperoleh dari pasien (Tn.D) keluarga dan status. Pada
partisipan 1 (Tn.D) jenis kelamin laki-laki berusia 21 tahun menderita
tumor otak. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Harsono
(2015) tumor otak lebih sering mengenai pria dari pada wanita, dengan
perbandingan 55:45.
b. Keluhan Utama
Berdasarkan pengkajian yang didapatkan, pada partisipan 1 (Tn.D).
Pasien dibawa ke RSUP Dr.M.Djamil Padang dengan keluhan nyeri
kepala yang semakin berat, gangguan penglihatan, mual dan muntah, dan
penurunan nafsu makan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Muttaqin A. (2010) yaitu keluhan yang sering didapatkan meliputi
lemah anggoota gerak sebelah badan, bicara pelo,tidak dapat
berkomunikasi,sakit kepala yang hebat, nyeri otot, tingkat kesadaran
menurun.
e. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik partisipan 1 (Tn.D) didapatkan pasien mengalami
gangguan penglihatan yaitu terganggu nya Nervus II (Optikus), Nervus III
(Okulomotorius), Nervus IV (Troklearis), serta Nervus VI (Abdusen). Hal
ini sesuai dengan yang disampaikan Muttaqin A. (2008) yaitu pada
pemeriksaan saraf cranial pada pasien tumor otak nervus II akan
mengalami gangguan lapang pandangyang disebabkan oleh lesi bagian
tertentu dari lintasan visual, dan pada nervus III, IV dan VI akan terjadi
adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari saraf ke VI yang
memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma
multiforme.
Pada hasil diagnostic terlihat berbedaan letak massa atau lesi pada
partisipan 1 dan partisipan 2. Menurut peneliti tanda dan gejala tumor
dapat ditentukan dengan lokasi masa itu berada. Hal ini sesuai dengan
yang dikatakan Harsono (2015) yang mengatakan bahwa gambaran klinik
ditentukan oleh lokasi tumor dan peningkatan intrakranial. Tanda penting
dari tumor otak ialah adanya gejala neurologik yang progresif.
2. Diagnosa Keperawatan
Pada kasus partisipan 1 (Tn.D) dari hasil studi dokumentasi status pasien
ditemukan 3 diagnosa keperawatan, yaitu gangguan pemenuhan nutrisi
berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi, nyeri akut berhubungan
dnegan agen cidera biologis, dan risiko jatuh berhubungan dengan gangguan
penglihatan.
Pada partisipan 2 (Ny.S) dari hasil studi dokumentasi status pasien ditemukan
2 diagnosa keperawatan, yaitu gangguan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial dan intoleransi
aktivitas berhubungan dengan imobilisasi.
Pada partisipan 2 (Ny.S) ada 5 diagnosa yang dapat ditegakkan yaitu risiko
cidera berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran, defisit perawatan
diriberhubungan dengan kelemahan neuromuskular dan menurunnya
kekuatan dan kesadaran, gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang, risiko ketidakseimbangan
suhu tubuh berhubungan dengan gangguan yang mempengaruhi regulasi
tubuh, dan risiko jatuh berhubungan dengan penurunan kesadaran. Diagnosa
tersebut dapat diteggakkan karena Ny.S mengalami penurunan kesadaran
dengan tingkat kesadaran apatis GCS 12 E3 M 6 V 3 , nafsu makan
berkurang, saat awal masuk suhu Ny.S 38,7°C, dan mengalami lemah anggota
gerak kanan serta penurunan kesadaran.
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan yang direncanakan pada partisipan 1 (Tn.D) untuk
masalah keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi adalah pemenuhan
kebutuhan dasar manusia, kaji adanya riwayat alergi makanan, kaji adanya
mual-muntah. Menurut peneliti rencana keperawatan yang dilakukan belum
sesuai Nic-Noc, rencana keperawatan yang masih kurang dilakukan oleh
perawat yaitu memonitor penurunan berat badan pasien, hal tersebut tidak
dilakukan karena diruangan tidak terdapat timbangan untuk cek berat badan
pasien apakah mengalami penuruan berat badan. Seharusnya untuk
mengetahui adanya penurunan berat badan pasien dilakukan penimbangan
berat badan setiap harinya pada pasien yang mengalami masalah gangguan
pemenuhan nutrisi.
Pada masalah nyeri akut rencana keperawatan yang dilakukan adalah teknik
rileksasi nafas dalam, memberikan obat analgesik, dan memantau tanda-tanda
vital pasien. Menurut peneliti rencana keperawatan yang dilakukan masih ada
yang kurang sesuai dengan nic-noc yaitu yaitu melakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi. Hal tersebut tidak dilakukan karena terkadang perawat
hanya melakukan pengkajian skala nyeri, lokasi, tetapi untuk durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi tidak ditanyakan.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan harus sesuai dengan perencanaan keperawatan
yang dilandaskan pada teori nanda nic-noc. Pada partisipan 1 (Tn.D) diagnosa
keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi tindakan keperawatan yang
dilakukan adalah mengkaji adanya alergi makanan, memberikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi, memonitor adanya penurunan berat-badan,
memonitor mual-muntah. Tindakan keperawatan yang tidak dilakukan adalah
memonitor lingkungan selama makan, karena lingkungan di ruangan tempat
pasien dirawat merupakan ruangan bangsal yg terisi oleh delapan pasien
dalam satu ruangan.
5. Evaluasi Keperawatan
Pada partisipan 1 diagnosa keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi
berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi. Evaluasi masalah
keperawatan teratasi pada hari ke 5, dengan Noc nutritional status: food and
fluid intake, dengan krieria hasil adanya peningkatan berat-badan sesuai
dengan tujuan, berat-badan sesuai dengan tinggi badan.
S : Klien mengatakan nafsu makan sudah kembali, rasa mual saat makan
sudah berkurang.
O : Klien tampak menghabiskan diit yang diberikan rumah sakit. Klien
tampak tidak mual lagi saat makan.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, evaluasi
masalah keperawatan teratasi pada hari ke 5, dengan noc pain level, pain
control, comfort level dengan kriteria hasil menunjukkan lokasi nyeri ,
mengakui timbulnya nyeri, lingkungan yang aman.
S : Klien mengatakan nyeri sudah sedikit berkurang
O : Klien tampak sudah sedikit nyaman, gelisah berkurang, tanda-tanda vital
dalam rentang normal, TD 120/70 mmHg, RR 20x/menit, HR 78x/menit.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada Partisipan 1 (Tn.D) dan
Partisipan 2 (Ny.S) dengan Tumor otak di Ruang Syaraf RSUP Dr.M.Djamil
Pdang pada tahun 2017, peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian pada Partisipan 1 (Tn.D) mengalami Tumor otak . saat
ini pasien mengeluh nyeri kepala yang hilang timbul, mual, penurunan
nafsu makan, gangguan penglihatan. Tanda-tanda vital pasien dalam batas
normal. Sesekali wajah pasisen tampak meringis, pasien banyak tidur.
2. Hasil pengkajian pada Partisipan 2 (Ny.S) mengalami Tumor otak, saat ini
pasien mengalami penurunan kesadaran, tingkat kesadaran apatis dengan
GCS 12 E3 M 6 V 3 , tekanan intrakranial meningkat dengan tekanan
darah 140/90 mmHg, MAP 106 mmHg (normal 70-100 mmHg), pasien
memiliki riwayat hipertensi sudah ±15 tahun. Pasien mengeluh nyeri
kepala masih dirasakan, lemah anggota gerak kanan, mual dan muntah.
Keluarga mengatakan pasien sering gelisah.
3. Masalah keperawatan yang muncul pada kasus tumor otak adalah
sebanyak 10 masalah keperawatan. Sedangkan pada kasus Tn.D hanya
ditemukan 3 masalah keperawatan yaitu gangguan pemenuhan nutrisi,
nyeri akut dan risiko jatuh. Pada kasus Ny.S hanya ditemukan 2 masalah
keperawatan yaitu gangguan perfusi jaringan serebral dan intoleransi
aktivitas.
4. Rencana keperawatan yang disusun tergantung kepada masalah
keperawatan yang ditemukan yang sesuai dengan teori yang telah ada,
berdasarkan dengan Nanda NIC-NOC.
5. Implementasi keperawatan mangacu kepada rencana tindakan yang telah
disusun. Implementasi keperawatan dilakukan pada tanggal 16-22 Mei
2017. Sebagian besar tindakan keperawatan dapat dilaksanakan pada
implementasi keperawatan.
6. Hasil evaluasi yang dilakukan selama 7 hari pada tanggal 16-22 Mei 2017
dalam bentuk SOAP. Evaluasi tersebut dilakukan pada setiap masing-
masing masalah keperawatan yang muncul pada Partisipan 1 (Tn.D), 3
masalah keperawatan teratasi. Masalah keperawatan teratasi pada hari
kelima yaitu gangguan pemenuhan nutrisi, masalah keperawatan yang
teratasi pada hari ke enam yaitu nyeri akut dan risiko jatuh. Partisipan 2
(Ny.S), 2 masalah keperawatan teratasi. Masalah keperawatan teratasi
pada hari ke tujuh yaitu gangguan perfusi jaringan serebral dan intoleransi
aktivitas.
B. Saran
1. Bagi Direktur RSUP Dr,M,Djamil Padang
Kepada direktur agar dilakukannya pelatihan tantang penyegaran asuhan
keperawatan pada pasien dengan tumor otak kepada perawat. Agar lebih
meningkatnya kualitas pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data pembanding dalam
asuhan keperawatan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bruner and Suddarth. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12. Jakarta : EGC
Hidayat, A. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba
Medika
Redinal YSP, Amroisa N. 2014. Primary Brain Tumor With Hemiparese Dextra and
Parese Nerve II,III,IV,VI. Medula, Volume 2,Nomor 3. Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung. http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=154433&val=5502&title =TUMOR%20OTAK%20PRIMER
%20DENGAN%20HEMIPARESE%20D EXTRA%PARESE%20NERVUS
%20II,%20III,%20IV,%20VI. Diakses pada tanggal 10 januari 2017.
Wismaji, S dkk. 2011. Sinopsis Ilmu Bedah Saraf. Jakarta : CV Sagung Seto
LAMPIRAN
PARTISIPAN I
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identifikasi Klien:
1) Nama : Tn. D
2) Tempat/ tanggal lahir :Kerinci/ 16-09-1996
3) Jenis kelamin :Laki-laki
4) Status kawin :Belum Kawin
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SD
7) Pekerjaan :Belum bekerja
8) Alamat :Jln. Desa balai air hangat, Kerinci Jambi
9) Diagnosa medis :SOL
10) No. MR : 978474
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang:
a) Keluhan Utama:
Pasien masuk melalui IGD RSUP DR.M.Djamil Padang pada hari
Jum’at tanggal 12 Mei 2017 pukul 02.00 WIB, rujukan dari RSUD
Sungai Penuh Kerinci Jambi dengan keluhan nyeri kepala
bertambah berat dirasakan sejak ±6 bulan yang lalu sebelum masuk
rumah sakit, nyeri dirasakan terutama dibagian kanan kepala nyeri
seperti ditekan. Awalnya nyeri masih berkurang dengan beristirahat
dan obat penghilang nyeri namun sejak ±1 bulan nyeri tidak
berkurang. Keluhan disertai mual-muntah >3 kali berisi apa yang
dimakan, serta penglihatan bertambah kabur sejak ±3 bulan yang
mana hanya dapat melihat lambaian tangan,dan lemah anggota
gerak kiri dimana pasien sulit untuk menggenggam benda dengan
tangan kiri.
b. Cairan
Sehat: Minum air putih sebanyak 7-8 gelas (1400-1600cc /hari)
Sakit: Minum air putih sebanyak 6-7 gelas/hari
( 1200-1400 cc/hari)
2) Pola Eliminasi
a. BAB
Sehat: BAB lancer 1x sehari dengan konsistensi lunak
Sakit: BAB jarang 1x dalam 2 hari dengan konsistensi keras.
b. BAK
Sehat: BAK pasien lancar ±8x sehari, bau khas.
Sakit: Pasien BAK ±1600 cc/hari,
5) Pola Bekerja
Sehat : Pasien merupakan seseorang yang belum memiliki pekerjaan
tetap, hanya membantu orang tua menjaga warung dirumah.
Sakit : Pasien tidak bekerja dan hanya terbaring di Rumah sakit
2) Kepala:
simetris, tidak ada hematom, tidak ada lesi
3) Mata:
Mata tampak simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pemeriksaan Nervus II (Optikus) tidak normal, ketajaman penglihatan
berkurang, pasien tidak dapat melihat angka yang diberikan sejauh 1
meter penglihatan kabur hanya dapat melihat lambaian tangan dan
cahaya yang terang, begitu pula dengan lapang pandang, Nervus III
(Okulomotorius), Nervus IV (Troklearis) dan Nervus VI (Abdusen)
respon pupil anisokor kiri dan kanan tidak berkonstriksi terhadap
cahaya, dan mata tidak berkonvergensi, respon membuka kelopak mata
normal, untuk menggerakkan mata kearah vertikal, horizontal serta
diagonal pasien susah untuk mengikuti arah yang diberikan.
4) Hidung:
Hidung bersih, tidak ada pendarahan, pernafasan cuping hidung (-)
pemeriksaan Nervus I (Olfaktorius) normal pasien dapat merasakan bau
pada lubang hidung kiri dan kanan
5) Telinga:
simetris kiri dan kanan, bersih, serumen (+), Pemeriksaan nervus VIII
(Akustikus) normal.
6) Mulut:
Bibir tampak pucat, mukosa bibir kering, pemeriksaan Nervus IX
(Glosofaringeus) dan Nervus X (Vagus), dan Nervus XII (Hipoglosus)
normal pasien dapat membedakan rasa yang diberikan pada lidah,
respon menelan baik, serta lidah simetris dengan gerakan halus.
7) Leher:
Leher tidak terdapat pembesaran kelenjer getah bening dan kelenjer
tyroid, kaku kuduk (-), pemeriksaan Nervus XI (Asesorius) normal otot
trapezius baik.
8) Dada:
Pernafasan:
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : fremitus kiri dan kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak ada bunyi nafas tambahan
Kardiovakuler:
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus kordis teraba
Perkusi : bunyi pekak
Auskultasi : irama jantung teratur
9) Abdomen:
Inspeksi : simetris
Auskultasi : bising usus terdengar 5x/menit
Palpasi :tidak ada nyeri tekan maupun lepas
Perkusi : bunyi timpani
10) Ekstremitas:
Atas : udema (-), akral hangat, CRT <2 detik, terpasang IVFD
Asering 10 tetes/menit bagian dextra. Pemeriksaan refleks
biseps (+), refleks trisep (+), refleks brakioradialis(+).
Bawah : udema (-), CRT <2 detik. Refleks babinski (+), chadock (+),
gordon (+), Oppenheim (+), Hoffman-trommer (+). refleks
kuadriseps (+), refleks Achilles (+), brudzinski I (-), laseque
(-), brudzinski II (-), kernig (-).Pemeriksaan kekuatan otot
555 555
555 555
f. Data Psikologis
1) Status Emosional
Status emosional pasien baik dan menerima semua pengobatan tanpa
penolakan.
2) Kecemasan
Pasien tampak cemas jika ada tindakan yang akan dilakukan.
3) Pola Koping
Pola koping adatif, mampu menerima kenyataan dan berusaha untuk
sembuh dari penyakit yang dideritanya.
4) Gaya Komunikasi
Terarah
5) Konsep Diri
Keluarga mengatakan bahwa pasien adalah orang yang belum
mempunyai pekerjaan tetap, tapi pasien orang tyang rajin di mata
keluarga.
g. Data sosial
Pasien merupakan orang yang suka bersosialisasi, aktif dalam kegiatan
masyarakat di daerahnya.
h. Data Spiritual
Pasien menganut agama islam, klien tidak menjalankan shalat 5 waktu
karena dalam kondisi sakit.
i. Data Penunjang
1) Hematologi
Tanggal pengambilan sampel: 15 Mei 2017
2. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Tidak adekuatnya Ketidakseimbangan
Pasien mengatakan tidak asupan nutrisi. nutrisi kurang dari
nafsu makan, terasa mual kebutuhan tubuh
saat makan, Keluarga
mengatakan pasien
mengalami penurunan BB
dari 60kg-52 kg.
Do :
Klien tampak tidak bisa
melihat benda didepannya,
Nervus optikus dan
okulomotorius (+)
terganggu.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Intervensi
. Keperawatan NOC NIC
1. Ketidakseimbangan Nutritional status : food Nutrition Management
nutrisi kurang dari and fluid intake a) Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh Kriteria Hasil: makanan
b) Kolaborasi dengan ahli
a. Adanya peningkatan
gizi untuk menentukan
berat badan sesuai jumlah kalori dan
dengan tujuan nutrisi yang dibutuhkan
b. Berat badan ideal pasien
sesuai dengan tinggi c) Anjurkan pasien untuk
badan meningkatkan intake fe
c. Mampu d) Berikan informasi
mengidentifikasi tentang kebutuhan
kebutuhan nutrisi nutrisi
d. Tidak ada tanda-
Nutrition Monitoring
tanda malnutrisi
a) Monitor adanya
e. Tidak terjadi
penurunan berat badan
penurunan berat b) Monitor lingkungan
badan yang berarti selama makan
c) Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
d) Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
e) Monitor mual muntah
f) Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, Ht
g) Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik,
papilla lidah dan
cavitas oral
2. Nyeri akut Pain Level Pain management
berhubungan Indikator: r. Lakukan pengkajian
dengan agen cidera k. Melaporkan nyeri nyeri secara
biologis l. Durasi nyeri komprehensif termasuk
m. Menunjukkan lokasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
nyeri
kualitas dan faktor
n. Meringis
presipitasi
o. Ekspresi wajah nyeri
s. Observasi reaksi non
kegelisahan verbal dari
p. Fokus menyempit ketidaknyamanan
q. Ketegangan otot t. Gunakan teknik
r. Kehilangan selera komunikasi terapeutik
makan untuk mengetahui
s. Mual pengalaman nyeri
t. Intoleransi makanan pasien
u. Kaji kultur yang
Pain Control mempengaruhi respon
Indikator : nyeri
f. Mengakui timbulnya v. Evaluasi pengalaman
nyeri nyeri masa lampau
g. Menjelaskan faktor w. Evaluasi bersama
pasien dan tim
penyebab
kesehatan lain tentang
h. Menggunakan buku
ketidakefektifan kontrol
harian untuk nyeri masa lampau
memantau gejala dari x. Bantu pasien dan
waktu ke waktu keluarga untuk mencari
i. Menggunakan dan menemukan
tindakan pencegahan dukungan
menggunakan non y. Kontrol lingkungan
analgesik ukuran lega yang dapat
mempengaruhi nyeri
menggunakan
seperti suhu ruangan,
analgesik seperti yang pencahayaan dan
dianjurkan kebisingan
j. Laporan nyeri z. Kurangi faktor
dikendalikan presipitasi nyeri
aa. Pilih dan lakukan
Comfort Level penanganan nyeri
Indikator : (farmakologi,non
e. Reaksi obat farmakologi dan inter
f. Otonomi pribadi personal)
g. Relokasi adaptasi bb. Kaji tipe dan sumber
h. Lingkungan yang nyeri untuk
aman menentukan intervensi
cc. Ajarkan teknik non
farmakologis
dd. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
ee. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
ff. Tingkatkan istirahat
gg. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
hh. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic administration
k. Tentukan lokasi,
karakteristik,kualitas,da
n derajat nyeri sebelum
pemberian obat
l. Cek instruksi dokter
tentang jenis
obat,dosis,dan
frekuensi
m. Cek riwayat alergi
n. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
o. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
p. Tentukan analgesic
pilihan, rute
pemberian,dan dosis
optimal.
q. Pilih rute pemberian
secara IV,IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
r. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian anlgesik
pertama kali
s. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
t. Evaluasi efektifitas
analgesic,tanda dan
gejala (efek samping)
3. Gangguan persepsi a) Status neurologis Peningkatan komunikasi:
sensori penglihatan b) Fungsi sensorik defisit penglihatan
c) Perilaku a) Membantu
kompensasi pembelajaran dan
penglihatan penerimaan metode
akternatif untuk
Kriteria hasil: menjalani hidup
a) Fungsi motorik dengan penurunan
sensorik kranial: fungsi penglihatan
kemampuan saraf b) Identifikasi diri saat
kranial untuk masuk kamar pasien
mengenali impuls c) Kaji lingkungan
sensorik dan morik terhadap kemungkinan
b) Tingkat stimulasi bahaya terhadap
terhadap kulit keamanan
dirasakan dengan d) Tingkatkan
tepat penglihatan pasien
c) Tindakan pribadi yang masih tersisa
untuk e) Jangan memindahkan
mengompensasi barang-barang di
gangguan dalam kamar pasien
penglihatan tanpa memberitahu
pasien
Manajemen
lingkungan:Memanipulas
i lingkungan sekitar
pasien untuk manfaat
terapeutik.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal 17 Mei 2017
Diagnosa
Tindakan Keperawatan Paraf
Keperawatan
Ketidakseimbangan a. Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang dari b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kebutuhan tubuh menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
c. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
d. Monitor adanya penurunan berat
badan
e. Monitor lingkungan selama makan
f. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
g. Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
h. Monitor mual muntah
Nyeri Akut a. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
b. Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
d. Kaji kultur yang mempengaruhi
respon nyeri
e. Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau
f. Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa
lampau
Diagnosa
Tindakan Keperawatan Paraf
Keperawatan
Ketidakseimbangan a. Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, Ht
nutrisi kurang dari
b. Catat adanya edema, hiperemik,
kebutuhan tubuh hipertonik, papilla lidah dan cavitas
oral
c. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
d. Monitor adanya penurunan berat
badan
e. Monitor lingkungan selama makan
f. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
Nyeri akut a. Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
b. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
c. Kurangi faktor presipitasi nyeri
d. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi,non farmakologi dan
inter personal)
e. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
f. Ajarkan teknik non farmakologis
g. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
Gangguan persepsi a. Identifikasi diri saat masuk kamar
pasien
sensori penglihatan
b. Kaji lingkungan terhadap
kemungkinan bahaya terhadap
keamanan
c. Tingkatkan penglihatan pasien yang
masih tersisa
d. Jangan memindahkan barang-barang
di dalam kamar pasien tanpa
memberitahu pasien
Diagnosa
Tindakan Keperawatan Paraf
Keperawatan
Ketidakseimbangan a. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
nutrisi kurang dari
nutrisi yang dibutuhkan pasien
kebutuhan tubuh b. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
c. Monitor adanya penurunan berat
badan
d. Monitor lingkungan selama makan
e. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
f. Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah.
Nyeri akut a. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
b. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
c. Tentukan analgesic pilihan, rute
pemberian,dan dosis optimal
d. Pilih rute pemberian secara IV,IM
untuk pengobatan nyeri secara
teratur
e. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian anlgesik pertama
kali
f. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
g. Evaluasi efektifitas analgesic,tanda
dan gejala (efek samping)
Gangguan persepsi a. Kaji lingkungan terhadap
kemungkinan bahaya terhadap
sensori penglihatan
keamanan
b. Tingkatkan penglihatan pasien yang
masih tersisa
c. Jangan memindahkan barang-
barang di dalam kamar pasien tanpa
memberitahu pasien
Diagnosa
Tindakan Keperawatan Paraf
Keperawatan
Ketidakseimbangan a. Monitor adanya penurunan berat
badan
nutrisi kurang dari
b. Monitor lingkungan selama makan
kebutuhan tubuh c. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
d. Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
Monitor mual muntah
Nyeri akut a. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
b. Pertahankan jalan napas yang paten
c. Pertahankan posisi pasien
d. Monitor tekanan perfusi serebral
e. Catat respon pasien terhadap
stimulasi
f. Monitor kualitas dari nadi
g. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
h. Monitor pola pernapasan abnormal
i. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Gangguan persepsi a. Membantu pembelajaran dan
penerimaan metode akternatif untuk
sensori penglihatan
menjalani hidup dengan penurunan
fungsi penglihatan
b. Identifikasi diri saat masuk kamar
pasien
c. Kaji lingkungan terhadap
kemungkinan bahaya terhadap
keamanan
d. Tingkatkan penglihatan pasien yang
masih tersisa
e. Jangan memindahkan barang-
barang di dalam kamar pasien tanpa
memberitahu pasien.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal 17 Mei 2017
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
3. PENGUMPULAN DATA
k. Identifikasi Klien:
11) Nama : Ny. S
12) Tempat/ tanggal lahir :Pariaman/ 02 Maret 1974
13) Jenis kelamin :Perempuan
14) Status kawin : Kawin
15) Agama : Islam
16) Pendidikan : SD
17) Pekerjaan :Ibu rumah tangga
18) Alamat :Sungai geringging Padang Pariaman
19) Diagnosa medis :SOL
20) No. MR : 978818
m.Riwayat Kesehatan
2) Riwayat Kesehatan Sekarang:
e) Keluhan Utama:
Pasien masuk melalui IGD RSUP DR.M.Djamil Padang pada hari
selasa tanggal 16 Mei 2017 pukul 09.20 WIB, rujukan dari RSUD
Pariaman dengan keluhan penurunan kesadaran yang berangsur-
angsur sejak 1 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit, tidak
mau makan dan minum, nyeri kepala yang semakin lama semakin
hebat sejak ±6 bulan yang lalu, awalnya nyeri berkurang dengan
obat penghilang nyeri, namun sejak ±1 bulan yang lalu nyeri tidak
lagi berkurang dengan obat yang biasa diminum, nyeri kepala
kadang disertai muntah. Serta lemah anggota gerak kanan ±2 bulan
yang lalu terjadi berangsur-angsur, gangguan penglihatan ±3 bulan
yang lalu, penglihatan kedua mata kabur, adanya perubahan
perilaku serta berbicara tidak nyambung.
b. Cairan
Sehat: Minum air putih sebanyak 7-8 gelas (1400-1600cc /hari)
Sakit: Saat sakit pasien diberikan MC TKTP 1800 Kkal.
7) Pola Eliminasi
c. BAB
Sehat: BAB lancer 1x sehari dengan konsistensi lunak
Sakit: BAB jarang 1x dalam 2 hari dengan konsistensi cair.
d. BAK
Sehat: BAK pasien lancar ±7x sehari, bau khas.
Sakit: Pasien terpasang kateter BAK ±1400 cc/hari,
14) Hidung:
Bersih, tidak ada pendarahan, pernafasan cuping hidung (-)
pemeriksaan Nervus I (Olfaktorius) tidak dapat dinilai
15) Telinga:
simetris kiri dan kanan, bersih, serumen (+), Pemeriksaan nervus VIII
(Akustikus) tidak dapat dinilai.
16) Mulut:
Bibir tampak pucat, mukosa bibir kering, pemeriksaan Nervus IX
(Glosofaringeus) dan Nervus X (Vagus), dan Nervus XII (Hipoglosus)
tidak dapat dinilai
17) Leher:
Tidak terdapat pembesaran kelenjer getah bening dan kelenjer tyroid,
kaku kuduk (+), pemeriksaan Nervus XI (Asesorius) tidak dapat dinilai
18) Dada:
Pernafasan:
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : fremitus kiri dan kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak ada bunyi nafas tambahan
Kardiovakuler:
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus kordis teraba
Perkusi : bunyi pekak
Auskultasi : irama jantung teratur
19) Abdomen:
Inspeksi : simetris
Auskultasi : bising usus terdengar 8x/menit
Palpasi :tidak ada nyeri tekan maupun lepas
Perkusi : bunyi timpani
20) Ekstremitas:
Atas : udema (-), akral hangat, CRT <2 detik, terpasang IVFD NaCl
0,9% 12 tetes/menit bagian dextra. Pemeriksaan refleks biseps
(+), refleks trisep (+), refleks brakioradialis(+).
Bawah : udema (-), CRT <2 detik. Refleks babinski (+), chadock (+),
gordon (+), Oppenheim (+), Hoffman-trommer (+). refleks
kuadriseps (+), refleks Achilles (+), brudzinski I (-), laseque
(-), brudzinski II (-), kernig (-).
111 333
p. Data Psikologis
6) Status Emosional
Status emosional pasien baik dan menerima semua pengobatan tanpa
penolakan.
7) Kecemasan
Pasien tampak gelisah
8) Pola Koping
Pola koping adatif, mampu menerima kenyataan dan berusaha untuk
sembuh dari penyakit yang dideritanya.
9) Gaya Komunikasi
Terarah
q. Data sosial
Pasien merupakan orang yang suka bersosialisasi, aktif dalam kegiatan
masyarakat di daerahnya.
r. Data Spiritual
Pasien menganut agama islam, klien tidak menjalankan shalat 5 waktu
karena dalam kondisi sakit.
s. Data Penunjang
3) Hematologi
Tanggal pengambilan sampel: 16 Mei 2017
No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
1. Hemoglobin 10,8 g/dl 12-16 g/dl
3
2. Leukosit 14.260/mm 5.000-10.000/mm3
3. Trombosit 146.000/mm 150.000-400.000/mm3
3
4. Hematrokit 34 % 37-43 %
Kesimpulan:
Anemia ringan, Leukositosis, Trombositopenia.
4) Kimia Klinik
Tanggal pengambilan sampel : 16 dan 17 Mei 2017
N Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
o
1 Ureum darah 202 mg/dl 10,0-50,0 mg/dl
2 Kreatinin 1,7 mg/dl 0,6-1,1 mg/dl
3 Natrium 145 Mmol/L 136-145 Mmol/L
4 Kalium 3,2 Mmol/L 3,5-5,1 Mmol/L
5 Klorida serum 111 Mmol/L 97-111 Mmol/L
6 Total protein 5,8 g/dl 6,6-8,7 g/dl
7 Albumin 2,8 g/dl 3,8-5,0 g/dl
8 Globulin 3,0 g/dl 1,3-2,7 g/dl
9 SGOT 102 u/l <32 u/l
10 SGPT 99 u/l <31 u/l
11 Bilirubin total 3,2 mg/dl 0,3-1,0 mg/dl
12 Bilirubin direk 2,7 mg/dl <0,20 mg/dl
13 Bilirubin indirek 2,5 mg/dl <0,60 mg/dl
Kesimpulan : Ureum darah tinggi, kreatinin tinggi, albumin rendah,
SGOT dan SGPT tinggi, bilirubin tinggi.
5) Imunologi-Serologi
No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
1 HBsAg 0,03 <0,13
2 Anti HCV 0,27 <1
Kesimpulan :HBsAg Negatif dan anti HCV Negatif.
6) Diagnostik
Gambar hasil CT-Scan kontras (19 Mei 2017)
t. Program dan Rancanagan Pengobatan
1. IVFD NaCl 0.9% 12 tetes/I
2. O2 4L/i, Diit MC TKTP 1800 Kkal.
3. PCT 3x500 gr (Infus).
4. injeksi Dexametason 4x10 gr.
5. Ranitidin 3x50 gr, Ceftriaxon 2x1gr.
4. ANALISA DATA
Do :
Pasien tampak sering
meringis, gelisah, tampak
banyak tidur, pasien tampak
pucat, mukosa bibir kering.
TD=140/90 mmHg,
MAP=106 mmHg.
2. DS: Agen cidera biologis Nyeri akut
Keluarga mengatakan pasien
sering mengeluh pusing,
nyeri dirasakan hilang
timbul
Do :
Pasien tampak meringis,
gelisah, TD=140/90 mmHg,
HR=72x/menit.
H. PERENCANAAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Intervensi
. Keperawatan NOC NIC
1. Ketidakefektifan a. Circulation status Oxygen Therapy
perfusi jaringan Kriteria hasil: a. Periksa mulut,
serebral 1. Tekanan systole dan hidung, dan sekret
diastole dalam trakea
rentang yang b. Pertahankan jalan
diharapkan napas yang paten
2. Tidak ada c. Atur peralatan
ortostatikhipertensi oksigenasi
3. Tidak ada tanda- d. Monitor aliran
tanda peningkatan oksigen
tekanan intrakranial e. Pertahankan posisi
pasien
b. Perfusi jaringan: f. Observasi tanda-
serebral tanda hipoventilasi
Kriteria hasil: g. Monitor adanya
6) Mempertahankan kecemasan pasien
tekanan intrakranial terhadap oksigenasi
7) Tekanan darah
dalam rentang Monitoring Peningkatan
normal Intrakranial
8) Tidak ada nyeri a. Monitor tekanan
kepala perfusi serebral
9) Tidak ada muntah b. Catat respon pasien
10) Memonitor tingkat terhadap stimulasi
kesadaran c. Monitor tekanan
intrakranial pasien
dan respon neurologi
terhadap aktifitas
Analgesic administration
a. Tentukan lokasi,
karakteristik,kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
b. Cek instruksi dokter
tentang jenis
obat,dosis,dan
frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
e. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
f. Tentukan analgesic
pilihan, rute
pemberian,dan dosis
optimal.
Diagnosa
Tindakan Keperawatan Paraf
Keperawatan
Ketidakefektifan a. Pertahankan jalan napas yang paten
perfusi jaringan b. Pertahankan posisi pasien
serebral c. Monitor tekanan perfusi serebral
d. Catat respon pasien terhadap
stimulasi
e. Monitor tekanan intrakranial pasien
dan respon neurologi terhadap
aktifitas
f. Monitor intake dan output cairan
g. Kolaborasi dalam pemberian
antibiotik
h. Posisikan pasien pada posisi semi
fowler
i. Minimalkan stimulasi dari
lingkungan
Diagnosa
Tindakan Keperawatan Paraf
Keperawatan
Ketidakefektifan a. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
b. Monitor vital sign saat pasien
perfusi jaringan
berbaring
serebral c. Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
d. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
e. Monitor kualitas dari nadi
f. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
g. Monitor pola pernapasan abnormal
h. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
i. Monitor sianosis perifer
j. Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign.
Nyeri akut h. Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
i. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
j. Kurangi faktor presipitasi nyeri
k. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi,non farmakologi dan
inter personal)
l. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
m. Ajarkan teknik non farmakologis
n. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
Diagnosa
Tindakan Keperawatan Paraf
Keperawatan
Ketidakefektifan a. Monitor kualitas dari nadi
b. Monitor frekuensi dan irama
perfusi jaringan
pernapasan
serebral c. Monitor pola pernapasan abnormal
d. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
e. Monitor sianosis perifer
f. Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign.
Nyeri akut h. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
i. Tingkatkan istirahat
j. Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
k. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
l. Tentukan lokasi,
karakteristik,kualitas,dan derajat
nyeri sebelum pemberian obat
m. Cek instruksi dokter tentang jenis
obat,dosis,dan frekuensi
n. Cek riwayat alergi
Hambatan mobilitas a. Dampingi dan bantu pasien saat
fisik mobilisasi
b. Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
c. Kaji kemapuan pasien dalam
mobilisasi
d. Latih pasien dalam pemenuhan
kbeutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan pasien
e. Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
Diagnosa
Tindakan Keperawatan Paraf
Keperawatan
Ketidakefektifan a. Pertahankan posisi pasien
b. Monitor tekanan perfusi serebral
perfusi jaringan
c. Catat respon pasien terhadap
serebral stimulasi
d. Monitor tekanan intrakranial pasien
dan respon neurologi terhadap
aktifitas
e. Monitor intake dan output cairan
f. Kolaborasi dalam pemberian
antibiotik
g. Posisikan pasien pada posisi semi
fowler.
Nyeri akut h. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
i. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
j. Tentukan analgesic pilihan, rute
pemberian,dan dosis optimal
k. Pilih rute pemberian secara IV,IM
untuk pengobatan nyeri secara
teratur
l. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian anlgesik pertama
kali
m. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektifitas analgesic,tanda
dan gejala (efek samping)
Hambatan mobilitas a. Latih pasien dalam pemenuhan
kbeutuhan ADLs secara mandiri
fisik
sesuai kemampuan pasien
b. Dampingi dan bantu pasien saat
mobilisasi
c. Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
d. Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan.
f. Dampingi dan bantu pasien saat
mobilisasi
g. Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
Tanggal 20 Mei 2017
Diagnosa
Tindakan Keperawatan Paraf
Keperawatan
Ketidakefektifan a. Monitor pola pernapasan abnormal
b. Monitor suhu, warna, dan
perfusi jaringan
kelembaban kulit
serebral c. Monitor sianosis perifer
d. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
e. Pertahankan jalan napas yang paten
f. Pertahankan posisi pasien
g. Monitor tekanan perfusi serebral
h. Catat respon pasien terhadap
stimulasi
HASIL DOKUMENTASI
PARTISIPAN 1
HASIL DOKUMENTASI
PARTISIPAN 2
Hari pertama Hari kedua