Anda di halaman 1dari 127

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


TUMOR OTAK DI RUANG SYARAF
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

ISMI WULANDARI
NIM : 143110219

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


TUMOR OTAK DI RUANG SYARAF
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan ke Program Studi D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan


Kemenkes Padang Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Ahli Madya Keperawatan

ISMI WULANDARI
NIM : 143110219

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ismi Wulandari

Tempat/Tanggal Lahir : Sungai Tambang, 04 Agustus 1995

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Nama Orang tua

Ayah : Endan

Ibu : Siti Khadijah

Alamat : Jorong Sungai Tambang I, Kelurahan


Kunangan Parik Rantang, Kecamatan Kamang
Baru, Kabupaten Sijunjung

Riwayat Pendidikan :

1. TK Dharma Wanita Tahun lulus 2001


2. SD N 07 Kunangan Parik Rantang Tahun lulus 2007
3. SMP N 11 Sijunjung Tahun lulus 2010
4. SMA N 06 Sijunjung Tahun lulus 2013
5. Poltekkes Kemenkes RI Padang Tahun lulus 2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, Karena atas berkat dan
rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tumor Otak Di Ruang Syaraf
RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017”.

Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Diploma III pada Program Studi D-III Keperawatan Padang
Poltekkes Kemenkes Padang. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima
kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Ns. Hendri Budi, S.Kep. M.Kep. Sp.KMB selaku pembimbing I yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Ibu Wiwi Sartika, DCN. M.Biomed selaku pembimbing II yang telah


menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Bapak H. Sunardi, S.KM. M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes


Padang.

4. Bapak H. Yusirwan Yusuf selaku Direktur Umum RSUP Dr.M.Djamil


Padang.

5. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan


Kperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.

6. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep.M.Kep selaku Ketua Program Studi


Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Keperawatan Padang Poltekkes


Kemenkes Padang yang telah memberikan bekal ilmu penelitian.

8. Ibu Kepala Ruangan serta Perawat ruangan Syaraf RSUP Dr. M. Djamil
Padang yang telah mengizinkan untuk melakukan penelitian.
9. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral.
10. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Seperti kata pepatah “Tak ada gading yang tak retak”, Peneliti menyadari
bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna masih banyak
kekurangan dalam penulisan, karena yang sempurna hanyalah milik Allah SWT.
Akhir kata, peneliti berharap semogaKarya Tulis Ilmiah ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.

Padang, Juni 2017

Peneliti
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017


Ismi Wulandari

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Tumor Otak di Ruang Syaraf


RSUP.Dr.M.Djamil Padang Tahun 2017

Isi : xi + 63 halaman + 9 lampiran

ABSTRAK
Tumor otak dalam pengertian umum benjolan, dalam istilah radiologisnya
disebut lesi desak ruang / Space Occupying Lession (SOL), lebih dari 126.000 orang
di dunia mengidap tumor otak tiap tahunnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada
pasien Tumor Otak. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan desain studi
kasus yang bersifat deskriptif. Penelitian dilaksanakan di ruangan Syaraf
RSUP.Dr.M.Djamil Padang yang dimulai dari bulan Januari sampai Mei 2017.
Instrument pengumpulan data yang digunakan format pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan,
evaluasikeperawatan serta alat pemeriksaan fisik. Rencana analisis yang dilakukan
pada penelitian ini adalah menganalisis semua temuan pada tahapan proses
keperawatan denganmenggunakan konsep dan teori keperawatan pada pasien Tumor
Otak.
Hasil penelitian yang didapatkan pada kedua partisipan pasien mengeluhkan
nyeri kepala, penglihatan kabur, lemah sebelah anggotagerak, serta mual dan muntah.
Kedua pasien mengalami nyeri kepala yang hilang timbul sejak ±6 bulan yang lalu,
mengalami penurunan BB, dangan gguan penglihatan. Didapatkan 6 diagnosa
keperawatan meliputi ketidakefektifan pefusi jaringan serebral, nyeriakut,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan persepsi sensori
penglihatan, hambatan intoleransi aktivitas, risiko jatuh. Rencana keperawatan sesuai
dengan NIC meliputi monitor peningkatan tekanan intrakranial,manajemen nyeri,
pemberian analgesik, manajemen nutrisi, monitor lingkungan yang aman, manajemen
energi dan terapi aktivitas. Serta evaluasi yang didapatkan sesuai dengan NOC yang
dilakukan selama 5 hari dimana ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, nyeri,
gangguan persepsi sensori penglihatan, intoleransiaktivitas, dan risiko jatuh masalah
teratasi sebagian.
Disarankan kepada Direktur agar dilakukannya pelatihan tentang penyegaran
asuhan keperawatan dengan tumor otak kepada perawat ruangan, agar dapat
meningkakan kualitas pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.

Kata kunci :Space Occupying Lession, Asuhan Keperawatan.


Daftar Pustaka : 20 ( 2008 – 2015 ).
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN.........................................................................iv
ABSTRAK............................................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................viii
DAFTAR BAGAN................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................5
C. Tujuan Penelitian................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..............................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................7


A. Konsep Kasus.....................................................................................7
1. Pengertian......................................................................................7
2. Stadium Tumor..............................................................................7
3. Penyebab........................................................................................8
4. Patofisiologi...................................................................................10
5. WOC..............................................................................................13
6. Tanda dan Gejala............................................................................14
7. Penatalaksanaan.............................................................................15
B. Konsep Asuhan Keperawatan.............................................................16
1. Pengkajian......................................................................................16
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul............................25
3. Rencana Keperawatan....................................................................26
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................32
A. Desain Penelitian...........................................................................32
B. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................32
C. Populasi dan Sampel......................................................................32
D. Metode Pengumpulan Data...........................................................33
E. Alatatau Instrumen PengumpulanData..........................................34
F. JenisPengumpulan Data.................................................................34
G. Analisis..........................................................................................35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................36


A. Deskripsi Lokasi Penelitian...........................................................36
B. Hasil...............................................................................................36
C. Pembahasan...................................................................................49

BAB V PENUTUP...............................................................................................60
A. Kesimpulan....................................................................................60
B. Saran..............................................................................................61

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DATAR BAGAN

Gambar 2.1 WOC Tumor Otak..............................................................................13


DAFTAR TABEL

Tabel2.1Pemeriksaan sarafkranial.........................................................................20

Tabel2.2IntervensiKeperawatan Nanda, NIC-NOC..............................................26

Tabel 4.1PengkajianKeperawatanPartispan 1 danPartisipan 2..............................36

Tabel 4.2DiagnosaKeperawatanpartisipan 1 danpartisipan 2................................43

Tabel 4.3RencanaKeperawatanpartisipan 1 danpartisipan 2.................................44

Tabel 4.4 ImplementasiKeperawatanpartisipan 1 danpartisipan 2........................46

Tabel 4.5 EvaluasiKeperawatanpartisipan 1 danpartisipan 2................................47


DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1CT-Scan KontrasPartisipan 1..............................................................42

Gambar 4.2CT-Scan KontrasPartisipan 2..............................................................42


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Gancart

Lampiran 2 Lembar Persetujuan (Informed Concent)

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 Daftar Hadir Penelitian

Lampiran 5 Asuhan Keperawatan

Lampiran 6 Foto Hasil Dokumentasi Penelitian

Lampiran 7 Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian

Lampiran8 Jadwal Bimbingan Proposal

Lampiran 9 Jadwal Bimbingan KTI


BAB I
PENDAHULUAN

B. Latar Belakang
Tumor otak dalam pengertian umum benjolan, dalam istilah radiologisnya disebut
lesi desak ruang / Space Occupying Lession (SOL). Tumor Otak intrakranial
termasuk lesi yang mendesak ruang di otak, dapat berupa tumor jinak maupun
ganas. Tumor tersebut tumbuh di otak, meningeal, dan tengkorak (Satyanegara,
2010).

Penyebab dari tumor otak belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang
menunjukkan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe
tumor-tumor tertentu. Agent tersebut meliputi faktor herediter, kongenital, virus,
toksin, dan defisiensi immunologi (Jitowiyono S, 2012).

Tumor atau Neoplasma Susunan Saraf Pusat dibedakan menjadi tumor primer
dan tumor sekunder atau metastatik. Tumor primer bisa timbul dari jaringan otak,
meningen, hipofisis dan selaput myelin. Tumor sekunder adalah suatu metastasis
yang tumor primernya berada di luar susunan saraf pusat, bisa berasal dari paru-
paru, mammae, prostat, ginjal, tiroid atau digestivus. Tumor ganas itu dapat pula
masuk ke ruang tengkorak secara perkontinuitatum, yaitu dengan melalui
foramina basis kranii, seperti misalnya pada infiltrasi karsinoma anaplastik dari
nasofaring (Stephen, 2012).

Data dari International Agency for Research on Cancer, bahwa lebih dari 126.000
orang di dunia mengidap tumor otak tiap tahun, dengan lebih dari 97.000
diantaranya meninggal (Al Tamimi dan Sulong, 2014). Angka insiden untuk
kanker otak ganas di seluruh dunia berdasarkan angka standar populasi dunia
adalah 3.4 per 100.000 penduduk. Angka mortalitas adalah 4.25 per 100.000
penduduk per tahun.

Insiden kanker otak ganas dan jinak di Amerika Serikat adalah 21.42 per 100.000
penduduk per tahun (7.25 per 100.000 penduduk untuk kanker otak ganas, 14.17
per 100.000 penduduk per tahun untuk tumor otak jinak). Berdasarkan data
statistik, angka insidens tahunan tumor intrakranial di Amerika adalah 16,5 per
100.000 populasi pertahun, dimana separuhnya (17.030) adalah kasus tumor
primer yang baru dan separuh sisanya (17.380) merupakan lesi-lesi metastasis
(Redinal YSP dan Amroisa N, 2014).

Kejadian tumor otak di Indonesia masih belum ada data terperinci yang berkaitan
dengan hal ini, namun dari data Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) dijumpai
frekuensi tumor otak sebanyak 200-220 kasus pertahun dimana 10% darinya
adalah lesi metastasis.Angka insidens ini mulai cenderung meningkat sejak
kelompok usia dekade pertama (Oemiwatidkk, 2011).

Berdasarkan data yang didapat pada tanggal 10 Januari 2017 dari Ruang Bangsal
Syaraf RSUP Dr. M.Djamil Padang tahun 2016 didapatkan dari 1.386 pasien yang
masuk ruang bangsal syaraf sekitar106 (7,6 %) orang yang mengalami kasus
tumor otak. Prevalensi rata-rata pada tahun 2016 pasien masuk dengan Tumor
Otak tiap bulannya adalah sekitar 9 orang.

Manifestasi klinis tumor otak sebenarnya tergantung dari lokasi, tipe histologi dan
laju pertumbuhan tumor (Alajbegovic et al. 2009). Berdasarkan teori, terdapat tiga
kelompok tanda dan gejala dari tumor otak yaitu peningkatan tekanan intrakranial,
kejang dan defisit neurologi fokal. Tanda penting dari peningkatan tekanan
intrakranial adalah sakit kepala dan papilloedema. Sakit kepala akibat peningkatan
intrakranial bukan berupa sakit kepala yang sangat berat namun terasa diseluruh
bagian otak dan memburuk pada pagi hari ketika bangun tidur (Wilkinson &
Lennox, 2005). Papillodema sendiri dapat timbul pada peningkatan tekanan
intrakranial atau akibat penekanan pada nervus optikus oleh tumor secara
langsung (Mardjono & Sidartha, 2009).

Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat,


peningkatan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau
serebellum serta menyebabkan hilangnya kesadaran (Muttaqin A, 2008).Herniasi
otak terjadi jika TIK lebih dari 43 mmHg dan dapat menekan organ otak
disekitarnya sehingga terjadi perubahan struktur posisi awal jaringan otak.
Keadaan ini merupakan kondisi kedaruratan karena meningkatnya tekanan
intrakranial membawa konsekuensi penurunan perfusi jaringan serebral jika
penekanan terjadi pada organ vital otak seperti pada batang otak maka pasien akan
mengalami penurunan kesadaran (Tarwoto, 2013).Herniasi otak dapat membawa
kematian lewat lubang sekat dura mater dalam rongga tengkorak(Robbins &
Cotran, 2009).

Asuhan keperawatan merupakan suatu tindakan atau proses dalam praktik


keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien untuk memenuhi
kebutuhan objektif pasien, sehingga dapat mengatasi masalah yang sedang
dihadapinya, dan asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah
ilmu keperawatan. Asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor otak adalah
suatu tindakan atau proses dalam praktik keperawatan yang diberikan secara
langsung kepada pasien dengan tumor otak untuk memenuhi kebutuhan pasien
baik secara biologi, psikologi, social dan spiritual. Asuhan keperawatan pada
pasien dengan tumor otak tidak berbeda dengan asuhan keperawatan pada kasus
lain yaitu melakukan pengkajian secara lengkap mulai dari anamnesa identitas
klien sampai dengan keluhan yang dirasakan, menegakkan diagnosa keperawatan
pada klien dengan tumor otak sesuai dengan kondisi klien, merencanakan
tindakan keperawatan, mengimplementasikan tindakan keperawatan, serta
mengevaluasi dan mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan.

Menurut Karmadi I (2012) dalam penelitiannya diagnosis keperawatan yang


mungkin muncul pada pasien dengan tumor otak adalah nyeri akut berhubungan
dengan peningkatan tekanan intrakranial, gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan penurunan kekuatan otot dan kecemasan berhubungan dengan perubahan
status kesehatan.Pasien dengan kasus tumor otak yang mengalami penurunan
kesadaran akan mengalami ketidakefektifan perfusi jaringan serebral yang jika
tidak diatasi akan memeperburuk keadaan pasien, peran perawat untuk mengatasi
hal tersebut adalah dengan melakukan tindakan mempertahankan jalan nafas yang
paten dan memonitor tekanan perfusi serebral. Selain masalah ketidakefektifan
jaringan serebral, pasien tumor otak yang mengalami gangguan bersihan jalan
nafas karena tirah baring yang lama dapat mengakibatkan hipersekresi dijalan
nafas, peran perawat yaitu dengan dapat berkolaborasi dengan dokter untuk
melakukan suction dan dapat melakukan terapi nebulizer untuk mengencerkan
secret yang tetumpuk dijalan nafas.

Berdasarkan hasil survey awal penelitian pada tanggal 10 Januari 2017diruang


rawat inap bangsal syaraf ditemukan dua orang dengan diagnose medis space
occupying lession yaitu Ny.M (48 tahun) dan Ny.S (62 tahun). Ny. M hari rawatan
ke-7 dan Ny.S hari rawatan ke-10 , keadaan umum Ny.M dan Ny.S lemah dengan
penurunan kesadaran dengan nilai GCS Ny.M 8 dan nilai GSC Ny.S 5. Ny. M dan
Ny.S mengalami tirah baring lama sehingga mengalami hipersekresi dijalan nafas
sehingga sekret tertumpuk dijalan nafas dan mengakibatkan adanya bunyi nafas
tambahan yaitu stridor. Diagnosa yang muncul pada kedua pasien adalah
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dan gangguan bersihan jalan nafas. Dari
hasil observasi perawat sudah melakukan tindakan mempertahankan jalan nafas
yaitu dengan cara memposisikan pasien dengan kepala ekstensi dan posisi badan
dengan sudut 15°, serta perawat sudah memberikan oksigen 3 Liter kepada
masing-masing pasien, dan memonitor perfusi serebral pasien serta memberikan
terapi nebulaizer untuk mengencerkan secret yang tertumpuk dijalan nafas.Oleh
karena itu peneliti melakukan studi kasus asuhan keperawatan pada pasien
dengan Tumor Otak di RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun 2017.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas, maka perumusan
masalah penelitian ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan
Tumor Otak di RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun 2017?

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Tumor Otak
di Ruang bangsal Syaraf RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan tujuan umum dapat dibuat tujuan khusus sebagai berikut :
a. Mampu mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan tumor otak di
ruangan bangsal syaraf RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun 2017.
b. Mampu mendeskripsikan masalah keperawatan pada pasien dengan tumor
otak di ruangan bangsal syaraf RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun 2017.
c. Mampu mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan
tumor otak di ruangan bangsal syaraf RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun
2017.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien dengan tumor
otak di ruangan bangsal syaraf RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun 2017.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien dengan tumor
otak di ruangan bangsal syaraf RSUP Dr.M.Djmali Padang tahun 2017.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pikiran kepada Pimpinan
Rumah Sakit dalam pelayanan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Tumor Otak.

2. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat berguna bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan
wawasan dalam mengaplikasikan penelitian dibidang ilmu Riset Keperawatan
khususnya penelitian studi kasus tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Tumor Otak.

3. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran di Prodi
Keperawatan Padang khususnya tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien
Tumor Otak.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya


Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi penelitian berikutnya
untuk data dasar dalam penelitian tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien
Tumor Otak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tumor Otak


1. Pengertian
Menurut Brunner & Suddarth (2014) Tumor otak adalah lesi intracranial lokal
yang menempati ruang di dalam tengkorak. Tumor otak primer berasal dari
sel dan struktur di dalam otak. Tumor otak sekunder, atau metastatic,
terbentuk dari struktur-struktur di luar otak (paru, payudara, saluran
gastrointestinal bawah, pancreas, ginjal dan kulit).Tumor otak adalah tumor
intracranial termasuk juga lesi desak ruang (lesi/ berkas organ yang karena
proses pertumbuhannya dapat mendesak organ yang da disekitarnya, sehingga
organ tersebut dapat mengalami gangguan) jinak maupun ganas, yang tumbuh
di otak meningen dan tengkorak (Ariani A, 2012).

Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat, baik ganas
maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah semua proses
neoplastik yang terdapat dalam ruang intracranial atau dalam kanalis spinalis,
yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik
seperti yang berasal dari sel-sel saraf di meningen otak, termasuk juga tumor
yang berasal dari sel penunjang (neuroglia), sel epitel pembuluh darah, dan
selapu otak (Satyanegara, 2010).

2. Stadium Tumor Otak


a. Tumor Sel Glial
Klasifikasi lesi primer susunan saraf pusat dilakukan berdasarkan derajat
keganasan (grading) :
1) WHO grade I : Tumor dengan potensi proliferasi rendah, kurabilitas
pasca reseksi cukup baik.

2) WHO grade II : Tumor bersifat infiltrasi, aktivitas mitosis rendah,


namun sering timbul rekurensi. Jenis tertentu cenderung untuk bersifat
progresif kea rah derajat keganasan yang lebih tinggi.
3) WHO grade III : Gambaran aktivitas mitosis jelas, kemampuan
infiltrasi tinggi, dan terdapat anaplasia.
4) WHO grade IV : Mitosis aktif, cenderung nekrosis, pada umumnya
berhubungan dengan progresivitas penyakit yang cepat pada pre/post
operasi.
b. Meningioma
1) Grade I (umumnya jinak) : meningotelia, psamomatosa, sekretorik,
fibroblastik, angiomatosa, limfoplasmosit, transisional, mikrokistik,
dan metaplastik.
2) Grade II (memiliki angka rekurensi yang tinggi, terutama bila
tindakan reseksi tidak berhasil mengangkat tumor secara total) : clear-
cell, chordoid, atipikal. Tipe chordoid biasanya disertai dengan
penyakit Castleman (kelainan proliferasi limfoid).
3) Grade III (anaplastik) : papiler (jarang dan tersering pda anak-anak),
rhabdoid dan anaplastik. Grade III ini merupakan meningioma
malignan dengan angka invasi lokal yang tinggi, rekurensi tinggi, dan
metastasis.

3. Penyebab
Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang
menunjukan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe
tumor-tumor tertentu. Agent tersebut meliputi factor herediter, congenital,
virus, toksin, dan defisiensi immunologi. Ada juga yang mengatakan bahwa
tumor otak dapat terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan penyakit
peradangan. Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat
terjadi.

Karsinoma metastase lebih sering menuju ke otak dari pada sarkoma. Lokasi
utama dari tumor otak metastase berasal dari paru-paru dan payudara
(Jitowiyono S, 2012).
Menurut Harsono (2015) Tumor otak lebih sering mengenai pria dari pada
wanita, dengan perbandingan 55:45, sedangkan meningioma lebih sering
timbul pada wanita dari pada pria dengan perbandingan 2 : 1 .
Menurut Wismaji S dkk (2011) faktor risiko terjadinya tumor otak meliputi :
1. Radiasi
Meningkatnya insiden tumor otak, terutama meningioma dilaporkan terjadi
pada pasien yang pernah menerima radiasi walaupun dalam dosis rendah.
Radiasi yang dapat meninmbulkan mutasi dan perubahan genetik adalah
sparsely ionizing berupa y-photon dan x-ray, densely ionizing berupa
neutron dan ion berat, dan non ionizing berupa gelombang
elektromagnetik.
2. Kimia
Berbagai zat kimia dapat menginduksi tumor sel mesenkimal dan glial.
Karsinogen kimia yang paling potensial adalah senyawa nitrogen, senyawa
tersebut banyak ditemukan pada makanan (daging yang diawetkan atau
diasap dan beberapa buah dan sayuran). Selain itu senyawa nitrat tersebut
juga dapat ditemukan pada kosmetik dan beberapa produk industri.
3. Virus
Limfoma serebral, terutama limfoma sel B, banyak terdapat pada pasien
dengan penurunan imunitas (imunosupresan), misalnya pada pasien
dengan HIV, pasca transplantasi organ atau imunodefisiensi kongenital.
Adanya tumor tersebut juga dipengaruhi oleh infeksi virus Epstein Barr
(EBV).

Selain tiga faktor tersebut, faktor host juga dapat mempengaruhi perubahan
genetika sel melalui sistem seluler dan sistemik. Pada fase selular, sel yang
berada pada fase aktif membelah akan lebih rentan terkena kerusakan oleh
radiasi, kimia atau virus sehingga lebih mudah mengalami mutasi genetik.
Hal ini menjelaskan mengapa tumor tumbuh dari lapisan germinal.
4. Patofisiologi
Faktor risiko terjadi tumor otak meliputi faktor radiasi, kimia, dan virus.
Meningioma terjadi pada pasien yang pernah menerima radiasi dalam dosis
rendah seperti x-ray dan gelombang elektromagnetik. Zat kimia yang
berpotensi mengakibatkan tumor otak adalah senyawa nitrogen, senyawa
tersebut banyak ditemukan pada makanan seperti daging yang diawetkan dan
diasap serta dapat ditemukan pada kosmetik dan produk industri lainnya.
Adanya virus Epstein Barr (EBV) dapat mengakibatkan tumor otak yang
dapat terjadi pada pasien dengan penurunan immunosupresan misalnya pada
pasien dengan HIV, pasca transplantasi organ atau imunodefisiensi kongenital
(Wismaji S dkk, 2011).

Adanya pertumbuhan sel yang abnormal dari faktor risiko yang terjadi dapat
mengakibatkan tumor otak. Adanya lesi desak ruang juga dapat mendesak
jaringan otak sehat disekitarnya sehingga terjadi defisit neurologis sesuai
dengan lokasi tumor, tipe tumor serta pertumbuhan tumor tersebut (Wismaji S
dkk, 2011).
Gejala klinis yang terjadi akibat adanya masa intrakranial disebabkan oleh
lesi desak ruang tumor terhadap ruang intrakranial, sehingga terjadi
penekanan jaringan disekitar otak yang dapat mengakibatkan edema serebri
akibat penumpukan cairan interstisial disekitar tumor. Adanya edema serebri
menandakan adanya tumor ganas seperti glioblastoma dan medullablastoma
(Wismaji S dkk, 2011). Edema disekitar tumor dapat mengakibatkan
hidrosefalus yang terjadi akibat obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal,
hidrosefalus terjadi pada tumor yang berada di fosa posterior dan lebih
banyak terjadi pada anak-anak. Hidrosefalus dan edema serebri dapat
menyebabkan herniasi serebral yang menekan struktur penting yang dapat
mengakibatkan perubahan sirkulasi cairan, sehingga sirkulasi sel-sel terjadi
mengalami penurunan dan terjadinya penurunan oksigen sehingga
mengakibatkan sirkulasi menjadi anaerob dan terjadinya hipoksia serebral
yang dapat mengakibatkan masalah ketidakefektifan jaringan otak serta
kompensasi takipnea sehingga munculnya masalah gangguan pola nafas.

Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor;


bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor,
dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor
menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mengambil tempat
dalam ruang yang relatif tetap dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas
menimbulkan edema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanismenya belum
seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang
menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh
kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume
intrakranial dan meningkatkan tekanan intrakranial. Obstruksi sirkulasi cairan
serebrosipnal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan
hidrosefalus (Ariani A. 2012).

Peningkatan tekanan intrakranial akan mebahayakan jiwa bila terjadi cepat


akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Tanda dan
gejala terjadinya peningkatan tekanan intrakranial adalah tekanan darah
meningkat, nyeri kepala progresif yang dapat mengakibatkan nyeri akut,
mual-muntah proyektil yang dapat menimbulkan masalah gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh, serta terjadinya penurunan kesadaran yang
dapat mengakibatkan menekan saraf otak sehingga dapat menimbulkan
hemiparise yang dapat terjadi masalah risiko cidera dan defisit perawatan
diri.. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-
bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan
intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja
menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan serebrospinal,
kandungan cairan intrasel, dan mengurangi sel-sel parenkim. (Ariani A.
2012).
Menurut Wismaji S dkk, (2011) Tanda dan gejala tumor otak bisa dilihat
bedasarkan lokasi tumor tersebut. Tumor serebellum atau otak kecil dapat
mengakibatkan gangguan kesimbangan, sikap badan serta aktivitas otot yang
dapat menimbulkan masalah risiko cidera. Tumor enchepalon atau otak
tengah dibagi menjadi bagian thalamus yang dapat mengakibatkan gangguan
sensasi somatik dan dapat menimbulkan masalah risiko cidera, serta bagian
epitalamus yang dapat mengakibatkan gangguan penciuman dan dapat
menimbulkan masalah perubahan peresepsi sensori, dan bagian hipotalamus
yang berperan dalam pengaturan suhu yang dapat menimbulkan masalah
hipertermi. Tumor meningen dapat mengakibatkan gangguan gaya berjalan,
serta gangguan kepribadian. Tumor sereblum dibagi menjadi bagian lobus
parietal yang dapat mengakibatkan gangguan sensori nyeri, bagian lobus
temporal dapat mengakibatkan gangguan pendengaran, kerusakan konstruksi
verbal dan menimbulkan masalah perubahan persepsi sensori, bagian lobus
frontal dapat mengakibatkan gangguan gerak aktivitas serta gangguan
kepribadian,bagian lobus ocipital dapat mengakibatkan gangguan visual yang
dapat menimbulkan masalah perubahan persepsi sensori dan mengakibatkan
nyeri kepala yang dapat menimbulkan masalah nyeri akut.
6. Tanda dan Gejala
Menurut Ariani A. (2012) Trias klasi tumor otak adalah nyeri kepala, muntah,
dan papiledema. Namun gejala sangat bervariasi tergantung pada tempat lesi
dan kecepatan pertumbuhannya.
1) Nyeri kepala
Mungkin nyeri kepala merupakan gejala umum yang paling sering di
jumpai pada penderita tumor otak. Nyeri dapat digambarkan bersifat
dalam, terus menerus, tumpul, dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini
paling hebat waktu pagi hari dan menjadi lebih hebat oleh aktivitas yang
biasanya meningkatkan tekanan intrakranial, seperti membungkuk, batuk,
atau mengejan sewaktu buang air besar. Nyeri kepala sedikit berkurang
jika diberi aspirin dan kompres dingin pada tempat yang sakit.

Nyeri kepala yang dihungkan dengan tumor otak disebabkan oleh traksi
dan penggeseran struktur peka nyeri dalam intrakranial. Struktur peka
nyeri ini termasuk arteri, vena, serta sinus-sinus vena dan saraf otak.

Lokasi nyeri kepala cukup berarti karena sepertiga dari nyeri kepala ini
terjadi pada tempat tumor, sedangkan dua pertiga lainnya terjadi di dekat
atau di atas tumor. Nyeri kepala oksipital merupakan gejala pertama pada
tumor fossa posterior. Kira-kira sepertiga lesi supratentorial menyebabkan
nyeri kepala frontal. Jika keluhan nyeri kepala yang terjadi menyeluruh,
maka nilai lokasinya kecil dan pada umumnya menunjukan pergeseran
ekstensif kandungan intrakranial yang meningkatkan tekanan intrakranial.

2) Nausea dan Muntah


Nausea dan muntah terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada
medulla oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak-anak dan
berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial dan batang otak.
Muntah dapat terjadi tanpa diawali nausea dan dapat proyektil.

3) Papiledema
Papiledema disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan
pembengkakan papila saraf optikus. Bila terlihat pada pemeriksaan
funduskopi, tanda ini mengisyaratkan peningkatan tekanan intrakranial.
Seringkali sulit menggunakan tanda ini sebagai diagnosis tumor otak
karena pada beberapa individu fundus tidak memperlihatkan edema
meskipun tekanan intrakranial amat tinggi. Menyertai papiledema dapat
terjadi gangguan penglihatan, termasuk pembesaran bintik buta dan
amaurosis fugaks (saat-saat di mana penglihatan berkurang).

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan klien dengan tumor otak meliputi :
a. Radiasi
Terapi radiasi pancaran eksternal (external-beam radiation), sebagai
terapi tunggal atau dikombinasikan dengan reseksi bedah.
Stereotaktik radiasi dilakukan pada tumor yang pertumbuhannya lambat
(Tarwoto, 2013).
b. Kemoterapi
Dilakukan dengan indikasi tertentu sesuai dengan umur, status neurologi,
tipe tumor. Biasanya dilakukan sesudah pembedahan dengan radioterapi
(Tarwoto, 2013).
c. Pembedahan
Pemilihan terapi ditentukan oleh tipe dan letak dari tumor. Kombinasi
terapi sering dilakukan, misalnya radiasi dengan pembedahan atau
kemoterapi. Pembedahan intrakranial pada umumnya dilakukan untuk
seluruh tipe kondisi patologi dari otak untuk mengurangi tekanan
intrakranial dan mengangkat tumor. Pembedahan ini juga dilakukan
melalui pembukaan tengkorak yang disebut Craniotomy. Obat-obatan
yang sering diberikan meliputi : kortikosteroid, antikonvulsi, antasid dan
laxatives, terapi cairan/elektrolit, oksigenisasi dan dukungan ventilator.
Selain itu juga klien dilakukan monitor tekanan intrakranial dan
rehabilitasi neurologi (Widagdo W, dkk 2008).

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Tumor Otak


Menurut Muttaqin A (2010) pengkajian keperawatan pada pasien sistem saraf
meliputi :
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi : nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis,
nomor registrasi.
b. Keluhan utama
Keluhan utama pada klien gangguan sistem saraf biasanya akan terlihat
bila sudah terjadi disfungsi neurologis. Keluhan yang sering didapatkan
meliputi kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, konvulsi (kejang), sakit kepala yang hebat, nyeri otot,
kaku kuduk, sakit pinggang, tingkat kesadaran menurun (GCS<15),akral
dingin, dan ekspresi rasa takut (Muttaqin A, 2010).
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien tumor otak mengeluh nyeri kepala, mual, muntah,
kejang, dan penurunan tingkat kesadaran. Adanya penurunan atau
perubahan pada tingkat kesadaran dihubungan dengan perubahan didalam
intrakranial . keluhan perubahan prilaku juga umum terjadi, dapat
terjadinya latergi, tidak responsif dan koma (Muttaqin A, 2008).
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat nyeri kepala sebelumnya. Pengkajian riwayat ini dapat
mendukung pengkajian dari riwayat penyakit kesehatan sekarang dan
merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan
tindakan selanjutnya (Muttaqin A, 2008).

e. Riwayat Kesehatan Keluarga


Kaji adanya tumor intrakranial pada generasi terdahulu. Pengkajian juga
dilakukan ada atau tidaknya riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi,
asma dan penyakit yang dapat memperburuk klien seperti penyakit
jantung, jika klien menderita penyakit tersebut.
f. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola aktivitas dan istirahat
Biasanya pada pasien sol atau tumor otak timbul gejala malaise
dengan tanda ataksia, masalah berjalan, serta kelumpuhan.
2) Sirkulasi
Adanya riwayat kardiopatologi seperti endokarditis dengan tanda
tekanan darah meningkat.
3) Pola eliminasi
Biasanya pada pasien SOL adanya inkontinensia urine.
4) Pola nutrisi
Biasanya terjadi kehilangan nafsu makan , anoreksia, mual-muntah,
turgor kulit jelek, membrane mukosa kering.
5) Hygiene
Biasanya pasien SOL ketergantungan semua kebutuhan, perawatan
diri (pada masa akut).
6) Neurosensori
Biasanya terdapat gejala nyeri kepala, parestasia, timbul kejang,
gangguan penglihatan, penurunan status mental dan kesadran
kehilangan memori, sulit dalam keputusan, afasia, mata pupil anisokor
(peningkatan TIK), kejang umum lokal.
7) Nyeri/ kenyamanan
Biasanya sakit kepala akan diperburuk oleh ketegangan,
leher/punggung kaku, tamapak terus terjaga, meangis atau mengeluh.
8) Pola pernafasan
Biasanya ada riwayat infeksi sinus atau paru dengan tanda
peningkatan kerja pernafasan dan perubahan mental.

g. Pemeriksaan Fisik
1) Secara sitemik dari kepala sampai ujung kaki

a) Kepala

Biasanya pada kepala ada benjolan, adanya nyeri kepala.

b) Leher

Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada benjolan, adanya


kesulitan menelan.

c) Muka

Biasanya Wajah terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan


fungsi maupun bentuk. Tidak ada lesi, simetris, dan tidak ada edema.

d) Mata

Biasa pada pasien dengan tumor otak mengalami anemis.

e) Telinga

Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal bila pasien
sadar, tidak adalesi atau nyeri tekan.

f) Hidung

Biasanya tidak ada deformitas, tak ada pernapasan cuping hidung.

g) Mulut dan faring


Biasanya tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,
mukosa mulut pucat.

h) Thoraks

Tidak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.

i) Paru

(1) Inspeksi

Pernapasan meningkat.

(2) Palpasi

Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama

(3) Perkusi

Suara ketok sonor, tak ada redup atau suara tambahanlainnya.

(4) Auskultas

Nafas tidak normal, biasanya ada suara tambahan lainya


seperti stridor dan ronchi.

j) Jantung

(1) Inspeksi

Tidak tampak iktus cordis.

(2) Palpasi

Iktus tidak teraba.

(3) Auskultasi

Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.

k) Abdomen

(1) Inspeksi

Bentuk datar, simetris.

(2) Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba

(3) Perkusi

Suara thympani.

(4) Auskultasi

Peristaltik usus normal 20 kali/menit

l) Sistem integumen

Turgor kulit kering, CRT >2 detik, adanya udema.

m)Ekstremitas

Biasa adanya udem pada ekstermitas jika pasien tidak sadar.

2) Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran yang umumnya dikembangkan dengan Glasgow
Coma Scala (GCS). Biasanya pada pasien dengan tumor otak datang
dengan keluhan penurunan kesadaran dengan nilai GCS >15.
3) Pemeriksaan Saraf Kranial
Tabel 2.1
Pemeriksaan saraf kranial

Nervus Respon
I Pada klien tumor intracranial yang tidak mengompresi
saraf ini tidak ada kelainan pada funsi penciuman.
II Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian
tertentu dari lintasan visual.
III, IV, Adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari saraf
VI ke VI memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya
glioblastoma multiforme.
V Pada keadaan tumor intracranial yang tidak
mengompresi saraf trigeminus maka tidak ada kelainan
pada fungsi saraf ini. Pada neurolema yang
mengganggu saraf ini akan didapatkan adanya paralisis
wajah unilateral.
VII Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
asimetris, otot wajah tertarik kebagian sisi yang sehat.
VIII Pada neurolema didapatkan adanya tuli persepsi. Tumor
lobus temporalis menyebabkan tinnitus dan halusinasi
pendengaran yang mungkin diakibatkan iritasi korteks
pendengaran temporalis atau korteks yang berbatasan.
IX, X Kemampuan menelan kurang baik, kesukaran membuka
mulut.
XI Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
XII Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan
fasikulasi. Indra pengecapan normal
(Sumber : Muttaqin A, 2008)

4) Pemeriksaan kekuatan Otot


Biasanya pasien dengan tumor otak terjadinya hemiparise atau
kelumpuhan. Kekuatan otot <4.

5) Tingkat Kesadaran
Biasanya pasien dengan tumor otak masuk dengan penurunan
kesadaran yaitu seperti latergi, stupor, bahkan sampai semikoma.

6) Pemeriksaan refleks Patologis


a) Tanda Babinski
Biasanya pada pasien tumor otak tanda Babinski negatif (-),
adanya reaksi yang terdiri atas pengembangan dan ekstensi jari-
jari kaki serta elevasi ibu jari kaki atas penggoresan telapak kaki
bagian lateral.
b) Chadock
Biasanya pada pasien tumor otak refleks chadock negatif (-),
adanya respon ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan ibu jari
lainnya.
c) Oppenheim
Biasanya pada pasien tumor otak refleks chadock negatif (-),
adanya pengerutan Krista anterior tibia dari proksimal ke distal
d) Gordon
Biasanya pada pasien tumor otak refleks chadock negatif (-),
adanya respon ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan ibu jari
lainnya.
e) Hoffman-Trommer
Biasanya pada pasien tumor otak refleks chadock negatif (-),
adanya respon ibu jari telunjuk dan jari lainnya fleksi.

7) Pemeriksaan Fisiologis
Menurut Morton G (2005) pemeriksaan fisiologis meliputi :
a) Reflek Biseps
Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami
penurunan kesadaran atau hemiparise, refleks biseps positif (+),
tidak adanya fleksi siku yang cepat yang dapat dilihat dan
dipalpasi.
b) Refleks Triseps
Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami
penurunan kesadaran atau hemiparise, refleks triseps positif (+)
tidak adanya ekstensi cepat pada siku.
c) Refleks Brakioradialis
Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami
penurunan kesadaran atau hemiparise refleks brakioradialis positif
(+), tidak adanya fleksi siku kanan, supinasi lengan bawah, dan
fleksi jari-jari tangan dan tangan.
d) Refleks Kuadriseps (Kejutan Lutut atau Patelar)
Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami
penurunan kesadaran atau hemiparise refleks kuadriseps positif (+)
Lutut klien tidak terekstensi dan quadriceps harus berkontraksi.
e) Refleks Achilles (Kejutan Pergelangan Kaki)
Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami
penurunan kesadaran atau hemiparise refleks achilles positif (+),
tidak menyebabkan plantar fleksi dan diikuti dengan relaksasi otot.

8) Pemeriksaan Tanda Rangsangan Meningeal

a) Pemeriksaan Kaku kuduk, dengan cara:


Biasanya pada pasien tumor otak pemeriksaan kaku kuduk positif
(+) adanya tahanan, pasien merasa nyeri, meringis.

b) Brudzinski I ( Brudzinski’s neck sign )


Biasanya pada pasien dengan tumor otak Brudzinski I negatif (-)
tidak terdapat gerakan infolunter ( fleksi abnormal ) di sendi lutut
dan panggul kedua tungkai.
c) Tanda Laseque
Biasnya pasien tumor otak tanda laseque negatif (-), tidak terdapat
tahanan dan serta sudut mencapai 70°.
d) Brudzinski II
Biasanya pasien dengan tumor otak Brudzinski II negatif (-), tidak
adanya gerakan infolunter (fleksi abnormal) pada kaki.
e) Pemeriksaan Kernig
Biasanya pada pasien tumor otak yang mengalami penurunan
kesadaran tidak terdapat tahanan bisa mencapai sudut 135°, Kernig
sign negatif (-).

h. Pemeriksaan Diagnostik
Setiap kasus yang dicurigai terdapat lesi intracranial harus menjalani
evaluasi medis lengkap dengan perhatian khusus pada pemeriksaan
neurologis. Penyelidikan diagnostic spesifik dilakukan setelah
pemeriksaan neurologis dan dimulai dari tindakan non-invasif yang
menimbulkan risiko paling kecil sampai tindakan yang mempergunakan
teknik invasive dan yang lebih berbahaya.
Pedoman interpretasi data klinik (2011) Biasanya pada pasien tumor otak
akan mengalami peningkatan jumlah leukosit, fungsi utama leukosit
adalah melawan infeksi, melindungi tubuh dengan memfagosit organisme
asing dan memproduksi atau mengangkut/ mendistribusikan antibody dan
peningkatan kadar bilirubin tidak terkonjugasi dapat terjadi pada infark
pulmonal.
Radiogram tengkorak member informasi yang sangat berharga mengenai
struktur, penebalan, dan klasifikasi (posisi kelenjer pineal yang
mengapur), dan posisi seta tursika.
Elektroensefalogram memberikan informasi mengenai perubahan
kepekaan neuron. Pergeseran kandungan intraserebri dapat dilihat pada
ekoensefalogram. Sidik otak radioaktif memperlihatkan daerah-daerah
akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Tumor intracranial maupun
oklusio vascular, infeksi, dan trauma mengakibatkankerusakan sawar
pada otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif
(Muttaqin, 2008).

2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnose keperawatan yang lazim di jumpai pada tumor otak
menurut Muttaqin A (2008) adalah sebagai berikut :
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan desak
ruang oleh masa tumor intracranial.
b. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan gangguan
neurologis, keletihan otot-otot pernapasan.
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, traksi dan
pergeseran struktur peka nyeri dalam rongga intracranial.
d. Risiko cidera berhubungan dengan serangan kejang, penurunan tingkat
kesadaran.
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuscular,
menurunnya kekuatan dan kesadaran.
f. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,
asupan nutrisi yang kurang, dan muntah.
g. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanis.
h. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan gangguan
yang mempengaruhi regulasi tubuh
i. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer tidak
adekuat.
j. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular.

3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan yang dapat ditegakkan pada pasien dengan Tumor Otak
adalah seperti yang tertera pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.2
Rencana keperawatan

Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
Ketidakefektifan NOC: NIC:
perfusi jaringan a. Circulation status Oxygen Therapy
serebral Kriteria hasil: a. Periksa mulut,
1. Tekanan systole dan hidung, dan sekret
diastole dalam trakea
rentang yang
diharapkan b. Pertahankan jalan
2. Tidak ada napas yang paten
ortostatikhipertensi c. Atur peralatan
3. Tidak ada tanda- oksigenasi
tanda peningkatan d. Monitor aliran
tekanan intrakranial oksigen
e. Pertahankan posisi
b. Perfusi jaringan: serebral pasien
Kriteria hasil: f. Observasi tanda-tanda
1) Mempertahankan hipoventilasi
tekanan intrakranial g. Monitor adanya
2) Tekanan darah dalam kecemasan pasien
rentang normal terhadap oksigenasi
3) Tidak ada nyeri
kepala Monitoring Peningkatan
4) Tidak ada muntah Intrakranial
5) Memonitor tingkat a. Monitor tekanan
kesadaran perfusi serebral
b. Catat respon pasien
terhadap stimulasi
c. Monitor tekanan
intrakranial pasien
dan respon neurologi
terhadap aktifitas

d. Monitor intake dan


output cairan
e. Kolaborasi dalam
pemberian antibiotic
f. Posisikan pasien pada
posisi semi fowler
g. Minimalkan stimulasi
dari lingkungan

Vital Sign Monitoring


a. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
b. Monitor vital sign
saat pasien berbaring,
duduk, dan berdiri
c. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
d. Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
e. Monitor kualitas dari
nadi
f. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
g. Monitor pola
pernapasan abnormal
h. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
i. Monitor sianosis
perifer
j. Monitor adanya
cushling triad
(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
k. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign.
Ketidakefektifan a. Respiratory Status : Airway management
pola nafas Ventilation a. Buka jalan nafas.
Indikator : b. Posisikan pasien
1) Respiratory rate dalam untuk
rentang normal memaksimalkan
2) Tidak ada retraksi ventilasi.
dinding dada c. Identifikasi pasien
3) Tidak mengalami perlunya pemasangan
dispnea saat istirahat alat jalan nafas.
4) Tidak ditemukan d. Lakukan fisioterapi
orthopnea dada bila perlu
5) Tidak ditemukan e. Auskultasi suara
atelectasis nafas , catat adanya
suara tambahan
f. Monitor respirasi dan
b.Respiratory Status : status O2
Airway Patency
Indikator : Oxygen Therapy
1) Respiratory rate dalam a. Pertahankan jalan
rentang normal nafas yang paten
2) Pasien tidak cemas b. Atur peralatan
3) Menunjukkan jalan oksigenisasi
nafas yang paten c. Monitor aliran
oksigen
d. Pertahankan posisi
pasien
e. Observasi adanyan
tanda – tanda
hipoventilasi
f. Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenisasi

Vital Sign Monitoring


a. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
b. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
c. Monitor vital sign
saat pasien berbaring,
duduk atau berdiri
d. Monitor TD, nadi, RR
sebelum, selama dan
setelak aktivitas
e. Monitor kualitas nadi
f. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
g. Monitor suara paru
h. Monitor pola
pernapasan abnormal
i. Monitor suhu, warna,
dan kelembapan kulit.
Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign.

Nyeri Akut NOC : NIC


Pain Level Pain management
Indikator: a. Lakukan pengkajian
a. Melaporkan nyeri nyeri secara
b. Durasi nyeri komprehensif
c. Menunjukkan lokasi termasuk lokasi,
nyeri karakteristik, durasi,
d. Meringis frekuensi, kualitas
e. Ekspresi wajah nyeri dan faktor presipitasi
kegelisahan b. Observasi reaksi non
f. Fokus menyempit verbal dari
g. Ketegangan otot ketidaknyamanan
h. Kehilangan selera makan c. Gunakan teknik
i. Mual komunikasi terapeutik
j. Intoleransi makanan untuk mengetahui
pengalaman nyeri
Pain Control pasien
Indikator : d. Kaji kultur yang
a. Mengakui timbulnya mempengaruhi respon
nyeri nyeri
b. Menjelaskan faktor
e. Evaluasi pengalaman
penyebab nyeri masa lampau
c. Menggunakan buku
f. Evaluasi bersama
harian untuk memantau pasien dan tim
gejala dari waktu ke kesehatan lain tentang
waktu ketidakefektifan
d. Menggunakan tindakan kontrol nyeri masa
pencegahan lampau
menggunakan non
g. Bantu pasien dan
analgesik ukuran lega keluarga untuk
menggunakan analgesik mencari dan
seperti yang dianjurkan menemukan
e. Laporan nyeri
dukungan
dikendalikan h. Kontrol lingkungan
yang dapat
Comfort Level mempengaruhi nyeri
Indikator : seperti suhu ruangan,
a. Reaksi obat pencahayaan dan
b. Otonomi pribadi kebisingan
c. Relokasi adaptasi i. Kurangi faktor
d. Lingkungan yang aman presipitasi nyeri
j. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi,non
farmakologi dan inter
personal)
k. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan
intervensi
l. Ajarkan teknik non
farmakologis
m. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
n. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
o. Tingkatkan istirahat
p. Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
q. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic administration
a. Tentukan lokasi,
karakteristik,kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
b. Cek instruksi dokter
tentang jenis
obat,dosis,dan
frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
e. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
f. Tentukan analgesic
pilihan, rute
pemberian,dan dosis
optimal
g. Pilih rute pemberian
secara IV,IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
h. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian anlgesik
pertama kali
i. Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
j. Evaluasi efektifitas
analgesic,tanda dan
gejala (efek samping)
(Sumber : Nanda NIC-NOC 2015)

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan desain studi kasus yang
bersifat deskriptif. Mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensif
misalnya satu pasien, keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi (Nursalam,
2015). Penelitian ini mendeskripsikan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Tumor Otak di Ruang Syaraf RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun 2017.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Ruang Syaraf RSUP DR.M.Djamil Padang. Waktu
penelitian di mulai dari Januari sampai dengan Mei 2017.

C. Populasi Dan Partisipan


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang di diagnosa medis
tumor otak yang dirawat di Ruang Syaraf RSUP Dr.M.Djamil Padang pada
Januari sampai dengan Mei tahun 2017.

2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah pasien yang di diagnosa medis tumor otak yang
di rawat di Ruang Syaraf RSUP Dr.M.Djamil Padang berjumlah 2 orang.
Sampel diperoleh dengan cara purposive sampling, yaitu suatu teknik
penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai
dengan yang dikehendaki paneliti untuk mewakili karakteristik populasi
(Nursalam, 2015).
Adapun kriteria partisipan dalam penelitian ini adalah :
a. Kriteria inklusi
1) Pasien den keluarga bersedia menjadi responden
2) Pasien dengan masalah tumor otak
b. Kriteria eksklusi
1) Pasien pulang dalam hari rawatan kurang dari 5 hari.
2) Pasien menolak menjadi responden setelah menanda tangani surat
persetujuan.
D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian berikut ini dilakukan dengan cara anamnesa
(pengkajian dengan wawancara langsung dengan pasien atau keluarga),
observasi dan pemeriksaan fisik.
Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti
adalah :
a. Peneliti meminta izin penelitian dari instansi asal penelitian yaitu Poltekkes
Kemenkes Padang.
b. Meminta surat rekomendasi ke RSUP Dr.M.Djamil Padang.
c. Meminta izin ke kepala RSUP Dr.M.Djamil Padang.
d. Meminta izin ke kepala keperawatan Ruang Syaraf RSUP Dr.M.Djamil
Padang.
e. Melakukan pemilihan sampel sebanyak 2 orang pasien dengan kasus tumor
otak.
f. Mendatangi responden serta keluarga dan menjelaskan tentang tujuan
penelitian.
g. Responden dan keluarga memberikan persetujuan untuk dijadikan
responden dalam penelitian.
h. Responden dan keluarga diberikan kesempatan untuk bertanya.
i. Responden atau keluarga menandatangani informed consent. Peneliti
meminta waktu responden untuk melakukan asuhan keperawatan dan pamit.

E. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data


Alat dan instrument yang dibutuhkan dalam penelitian adalah format pengkajian
keperawatan medikal bedah, alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari tensi meter,
thermometer, stetoskop, penlight, timbangan.

F. Jenis Pengumpulan Data


1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden
dan keluarga berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan
medikal bedah. Data primer dari penelitian berikut didapatkan dari hasil
wawancara observasi langsung dan pemeriksaan fisik langsung pada
responden. Data primer yang diperoleh masing-masing akan dijelaskan
sebagai berikut :
1) Hasil wawancara sesuai dengan format pengkajian asuhan
keperawatan yang telah disediakan sebelumnya meliputi : identitas
pasien dan orang tua, riwayat kesehatan, kebiasaan sehari-hari, dan
pola makan pasien.
2) Hasil observasi langsung pada dua partisipan berupa klien
mengeluh nyeri kepala, nafsu makan berkurang, klien tampak
mengalami penurunan kesadaran, klien tampak pucata dan lain-
lain.
3) Pemeriksaan fisik berupa : keadaan umum, pemeriksaan tanda-
tanda vital, pemeriksaan fisik head to toe.

b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari laporan status pasien. Informasi yang
diperoleh berupa data tambahan atau penunjang dalam merumuskan
diagnose keerawatan. Data yang diperoleh biasanya berupa data
penunjang dari laboratorium, terapi pengobatan yang diberikan dokter.

G. Analisis
Analisis yang dilakukan pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori
keperawatan pasien dengan Tumor Otak. Data yang didapat pada pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana tindakan, tindakan sampai evaluasi hasil
tindakan akan dinarasikan, dan dibandingkan antara responden 1 dan 2 kemudian
di analisis sesuai dengan teori keperawatan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUP DR.M.Djamil Padang tepatnya di IRNA Non-
Bedah rawat inap bangsal syaraf, yang terdiri dari ruangan HCU wanita, HCU
pria, RR wanita dan RR pria. Penelitian dilakukan peneliti di ruangan RR wanita
dan RR pria. Kapasitas penampungan tempat tidur pasien adalah sebanyak 28
tempat tidur. Ruangan rawat inap bangsal syaraf dipimpin oleh seorang karu, dan
dibantu olehkatim dimasing-masing tim. Dibawah katim ada 15 perawat
pelaksana yang dibagi menjadi 3 shif, pagi, siang, dan malam. Selain perawat
ruangan beberapa mahasiswa praktik dari berbagai institusi juga ikut andil dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien.

B. Hasil Penelitian
Setelah dilakukan pengumpulan data Asuhan Keperawatan pada tanggal 16-22
Mei 2017 pada dua partisipan Tn.D dan Ny.S dengan Tumor Otak diruang rawat
Bangsal Syaraf RSUP DR.M.Djamil Padang.Asuhan Keperawatan dimulai dari
Pengkajian, penegakkan diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,
implementasi serta evaluasi keperawatan yang dilakukan dengan metode
wawancara, observasi, studi dokumentasi, serta pemeriksaan fisik.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan dimulai pada tanggal 16 Mei 2017 pukul 10.00 WIB,
hasil pengkajian pada partisipan 1 dan partisipan 2 adalah seperti yang tertera
pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1
Pengkajian Keperawatan Partispan 1 dan Partisipan 2

Pengkajian Partisipan 1 Partisipan 2


Identitas Klien Studi dokumentasi dan Studi dokumentasi dan
wawancara : wawancara :
Seorang laki-laki, Tn.D, 21 Seorang perempuan, Ny.S,
tahun, Status belum kawin, 43 tahun, Status sudah
Agama islam, Pendidikan kawain, Agama islam,
terakhir SD,Pekerjaan tidak Pendidikan terakhir SD,
bekerja, Alamat Jln. Desa Pekerjaan Ibu rumah tangga,
Balai air hangat Kerinci Alamat Sungai geringging
Jambi, Diagnosa medis Padang Pariaman, Diagnosa
SOL, No. MR 978474. medis SOL, No. MR 978818.
Identitas Studi dokumentasi : Studi dokumentasi :
Penanggung Penanggung jawab: Ny.E, Penangguang jawab: Tn.A,
Jawab Pekerjaan Ibu rumah Pekerjaan Tani, Alamat
tangga, Alamat Jln. Desa Sungai geringging Padang
Balai air hangat Kerinci Pariaman,Hubungan dengan
Jambi,Hubungan dengan pasien : Suami.
pasien:Ibu kandung.
Riwayat Studi dokumentasi : Studi dokumentasi :
Kesehatan Klien masuk melalui Klien masuk melalui IGD
Keluhan utama IGDRSUP DR.M.Djamil RSUP DR.M.Djamil Padang
Padang pada hari Jum’at pada hari selasa tanggal 16
tanggal 12 Mei 2017 pukul Mei 2017 pukul 09.20 WIB,
02.00 WIB,dengan keluhan dengan keluhan penurunan
nyeri kepala bertambah kesadaran yang berangsur-
berat dirasakan sejak ±6 angsur sejak 1 minggu yang
bulan yang lalu sebelum lalu sebelum masuk rumah
masuk rumah sakit, nyeri sakit, tidak mau makan dan
dirasakan terutama dibagian minum, nyeri kepala yang
kanan kepala nyeri seperti semakin lama semakin hebat
ditekan. Keluhan disertai sejak ±6 bulan yang lalu,
mual-muntah >3 kali, serta nyeri kepala kadang disertai
penglihatan bertambah muntah. Serta lemah anggota
kabur sejak ±3 bulan yang gerak kanan ±2 bulan yang
lalu dan lemah anggota lalu,gangguan penglihatan
gerak kiri. ±3 bulan yang lalu,
penglihatan kedua mata
kabur, adanya perubahan
perilaku serta berbicara tidak
nyambung.
Riwayat Wawancara : Wawancara :
kesehatan Saat dilakukan pengkajian Saat dilakukan pengkajian
sekarang pada hari Rabutanggal 17 pada hari selasa tanggal 16
Mei 2017 pukul 11.00 Mei 2017 pukul 12.30 WIB,
WIB,klien mengatakan keluarga mengatakan klien
kepala pusing dan nyeri mengeluh nyeri kepala,
dibagian atas mata sebelah lemah anggota gerak bagian
kanan seperti ditusuk-tusuk kanan, berbicara tidak jelas.
dan ditekan, nyeri terjadi
hilang timbul, skala nyeri 4-
5, klien mengeluh
penglihatan kabur hanya
dapat melihat lambaian
tangan dan cahaya yang
terang, serta klien mengeluh
mual saat makan, nafsu
makan klien menurun dan
terjadi penurunan berat
badan.
Riwayat Wawancara : Wawancara :
Kesehatan Keluarga mengatakan klien Keluarga mengatakan klien
Dahulu belum pernah di rawat pernah dirawat di rumah
dirumah sakit sebelumnya, sakit sebelumnya, dan ini
pasien sering kontrol ke dirawat untuk ketiga kalinya
RSUD Sungai penuh di RSUP DR.M.Djamil
dengan keluhan nyeri Padang. Pertama klien
kepala. Klien memiliki dirawat sekitar tahun 2010
kebiasaan merokok, olah dengan penyakit Typus dan
raga jarang. DBD saat hamil anak
pertama, dibawa ke RSUD
Pariama dan dirujuk ke
M.Djamil Padang, dirawat
selama ±12 hari, dan setelah
itu diperbolehkan pulang,
untuk yang kedua masuk
rumah sakit ±3 tahun yang
lalu dengan masalah tekanan
darah tinggi saat hamil
trimester akhir, dirawat ±2
minggu.
Klien menderita hipertensi
sudah ±15 tahun yang lalu,
kontrol rutin ke puskesmas
atau tempat pelayanan
kesehatan jarang, suka
makan makanan yang
bersantan, jarang
berolahraga.
Riwayat Wawancara : Wawancara :
Kesehatan Keluarga mengatakan tidak Keluarga mengatakan tidak
Keluarga ada anggota keluarga yang ada anggota keluarga yang
memiliki penyakit yang menderita penyakit yang
sama yaitu tumor, penyakit sama yaitu tumor, ibu dari
keturunan seperti hipertensi, pasien mempunyai riwayat
DM,serta penyakit jantung hipertensi, dan tidak ada
dan penyakit menular anggota keluarga yang
lainnya. menderita penyakit menural,
Pola Aktifitas Wawancara: Wawancara :
Pola Nutrisi Keluarga mengatakan saat Keluarga mengatakan saat
klien sehat ia makan 3x klien sehat ia makan 3x
sehari ( nasi+lauk+sayur) sehari ( nasi+lauk+sayur)
dan minum air putih dan minum air putih
sebanyak 6-7 gelas (1200- sebanyak 7-8 gelas (1400-
1400cc /hari), saat sakit 1600cc /hari), saat sakit
makan 3x sehari, klien klien diberikan MC TKTP
menghabiskan 2-3 sendok 1800 Kkal.
makan dan minum air putih
sebanyak 7-8 gelas/hari
( 1400-1600 cc/hari)
Pola Eliminasi Wawancara : Wawancara :
Ketika Sehat, BAK klien Ketika Sehat, BAK klien
lancar ±6x sehari . BAB 1x lancar ±7x sehari . BAB
sehari dengan konsistensi lancar dengan konsistensi
lunak. Saat Sakit , klien lunak. Saat Sakit , klien
BAK ±7x sehari, BAB 1x terpasang kateterBAK ±1400
dalam 2 hari dengan cc/hari, BAB jarang 1x
konsistensi keras. dalam 2 hari dengan
konsistensi cair.
Istirahat dan Wawancara : Wawancara :
Tidur Saat sehat, klien tidur 6-7 Saat sehat, klien tidur 7
jam/hari, kualitas tidur baik. jam/hari, kualitas tidur baik.
Saat sakit , klien tidur 5-6 Saat sakit klien tidur 6-7
jam/hari. Klien sering jam/hari, klien gelisah dan
terbangun dimalam hari. sering terbangun.
Aktifitas dan Wawancara : Wawancara :
Latihan Saat Sehat keluarga Saat sehat keluarga
mengatakan klien penjaga mengatakan klien seorang
warung dirumahnya, bisa ibu rumah tangga, bisa
melakukan aktivitas tanpa melakukan aktivitas tanpa
dibantu keluarga. Saat Sakit dibantu olah keluarga. Saat
klien hanya di tempat tidur, sakit klien hanya ditempat
sebagian aktivitas dibantu tidur aktivitas dibantu
oleh keluarga. keluarga dan perawat.
Pemeriksaan Pengukuran : Pengukuran :
Fisik Dari hasil pemeriksaan fisik Dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum didapatkan keadaan umum
baik, tingkat kesadaran lemah, tingkat kesadaran
kompos mentis koperatif, apatis, GCS 12 E3 M 6 V 3 ,
GCS 15 E4 M 6 V 5 , TD=140/90 mmHg,
TD=120/80 mmHg, RR=23x/menit,
HR=88x/menit, HR=72x/menit,
RR=20x/menit, Suhu=38,7°C.
Suhu=36,4°C.

Kepala tampak simetris, Kepala tampak simetris,


tidak ada hematom, tidak tidak ada hematom, tidak ada
ada lesi. lesi.

Mata tampak simetris, Mata tampak simetris,


konjungtiva tidak anemis, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik, sklera tidak ikterik,
pemeriksaan Nervus II pemeriksaan Nervus II
(Optikus) tidak normal, (Optikus) tidak normal,
ketajaman penglihatan ketajaman penglihatan
berkurang, pasien tidak berkurang, pasien tidak dapat
dapat melihat angka yang melihat angka yang
diberikan sejauh 1 meter diberikan sejauh 1 meter
penglihatan kabur hanya penglihatan mata kiri dan
dapat melihat lambaian kanan kabur, begitu pula
tangan dan cahaya yang dengan lapang pandang,
terang, begitu pula dengan Nervus III (Okulomotorius),
lapang pandang, Nervus III Nervus IV (Troklearis) dan
(Okulomotorius), Nervus IV Nervus VI (Abdusen) respon
(Troklearis) dan Nervus VI pupil isokor kiri dan kanan
(Abdusen) respon pupil kiri refleks terhadap cahaya +/+
dan kanan tidak tidak berkonstriksi terhadap
berkonstriksi terhadap cahaya, untuk menggerakkan
cahaya, dan mata tidak mata kearah vertikal,
berkonvergensi, respon horizontal serta diagonal
membuka kelopak mata pasien tidak bisa untuk
normal, untuk mengikuti arah yang
menggerakkan mata kearah diberikan.
vertikal, horizontal serta
diagonal pasien susah untuk
mengikuti arah yang
diberikan.

Pemeriksaan Hidung bersih, Pemeriksaan Hidung bersih,


tidak ada pendarahan, tidak ada pendarahan,
pernafasan cuping hidung pernafasan cuping hidung (-).
(-).

Bibir tampak pucat, mukosa Bibir tampak pucat, mukosa


bibir kering. bibir kering.
Leher tidak terdapat Leher tidak terdapat
pembesaran kelenjer getah pembesaran kelenjer getah
bening dan kelenjer tyroid, bening dan kelenjer tyroid,
kaku kuduk (-). kaku kuduk (+).

Pemeriksaan Paru, dada Pemeriksaan Paru, dada


simetris, fremitus kiri dan simetris, perkusi sonor, dan
kanan, perkusi sonor, dan tidak ada bunyi suara nafas
tidak ada bunyi suara nafas tambahan.
tambahan.

Pemeriksaan Pemeriksaan Kardiovaskuler,


Kardiovaskuler, ictus kordis ictus kordis tidak terlihat dan
tidak terlihat dan tidak tidak teraba, perkusi pekak,
teraba, perkusi pekak, irama irama teratur.
teratur.,
Pada pemeriksaan abdomen Pada pemeriksaan abdomen
simetris, asites (-), bising simetris, asites (-), bising
usus 5x/menit, hepar teraba usus 8x/menit, hepar teraba
(-), nyeri tekan (-), perkusi (-), nyeri tekan (-), perkusi
tympani. tympani.

Ekstermitas atas kiri dan Ekstermitas atas kiri dan


kanan udema (-), akral kanan udema (-), akral
hangat, CRT <2 detik, hangat, CRT <2 detik,
terpasang IVFD Asering 10 terpasang IVFD NaCl 0,9%
tetes/menit bagian dextra. 12 tetes/menit bagian dextra.

Ekstermitas bawah kiri dan Ekstermitas bawah kiri dan


kanan udema (-), CRT <2 kanan udema (-), CRT <2
detik. detik.

Pemeriksaan kekuatan otot Pemeriksaan kekuatan otot


555 555 111 333

555 555 111 333

Data penunjang Studi doukumentasi : Studi dokumentasi :


Laboratorium Pada tanggal 15 Mei 2017, Pada tanggal 16 Mei 2017,
Hasil labor Hematologi di hasil labor Hematologi di
dapatkan Hb 13,4 gr/dl dapatkan Hb 10,8 g/dl
(Pria14-18 gr/dl), Leukosit (Wanita 12-16 gr/dl),
14.610/mm3( 5000-10.000), 3
Leukosit 14.260/mm (5.000-
Eritrosit 5,1 Juta/mm3 (4.5- 10.000),Hematrokit 34 %
5.5 ), Hematrokit 40% ( Pria (Wanita 37-43%), Trombosit
40-48 %), Trombosit 146.000/mm3(150.000-
400.000 /mm3 (150.000- 400.000/mm3).
400.000). Pada tanggal 17 Mei 2017,
Hasil labor Kimia klinik
Ureum darah 202 mg/dl
(10,0-50,0 mg/dl),Kreatinin
darah 1,7 mg/dl (0,6-1,1
mg/dl ), Kalium 3,2 Mmol/L
(3,5-5,1 Mmol/L), Total
protein 5,8 g/dl (6,6-8,7
g/dl), Albumin 2,8 g/dl (3,8-
5,0 g/dl), Globulin 3,0 g/dl
(1,3-2,7 g/dl),Bilirubin total
3,2 mg/dl (0,3-1,0 mg/dl),
SGOT 102 u/l (Wanita <32
u/l),SGPT 99 u/l (Wanita <31
u/l).
Diagnostik Gambar 4.1 Gambar 4.2
(CT-Scan CT-Scan kontras Tn.D CT-Scan kontras Ny.S
kontras)

Terapi Studi dokuemntasi : Studi dokumentasi :


pengobatan Terapi pengobatan IVFD Terapi pengobatan
Asering 10 tetes/i,Diit MB IVFDNaCl 0.9% 12 tetes/I,
1800 Kkal, dan Injeksi O2 4L/i, Diit MC TKTP
Dexametason 2x10 mg, 1800 Kkal, dan PCT 3x500
Ranitidin 2x10 mg. gr (Infus), injeksi
Dexametason 4x10 gr,
Ranitidin 3x50 gr, Ceftriaxon
2x1gr.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan hasil studi dokumentasi, data
yang didapat berupa data subjektif dan data objektif. Berikut ini merupakan
diagnosa keperawatan yang ditegakkan oleh perawat ruangan pada partisipan
1 dan partisipan 2. Ditemukan 3 diagnosa keperawatan untuk partisipan 1 dan
2 diagnosa untuk partisipan 2, seperti yang tertera pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.2
Diagnosa Keperawatan partisipan 1 dan partisipan 2

Partisipan 1 Partisipan 2
Diagnosa keperawatan pertama yang Diagnosa keperawatan pertama yang
ditegakkan adalah Gangguan diteggak adalah Gangguan Perfusi
pemenuhan nutrisi berhubungan jaringan serebral berhubungan
dengan tidak adekuatnya asupan dengan peningkatan tekanan
nutrisi. Data yang menunjang intrakranial. Data yang menunjang
ditegakkan diagnosa keperawatan ditegakkan diagnosa keperawatan
tersebut klien mengeluh mual saat tersebut adalah klien mengalami
makan, diit yang diberikan rumah sakit peningkatan tanda-tanda vital, klien
hanya habis 2-3 sendok, adanya mengeluh nyeri kepala yang hilang
penurunan berat badan ±8 kg. klien timbul, mual-muntah. Klien tampak
tampak pucat, badan tampak kurus, mengalami penurunan kesadaran
mukosa bibir kering. dengan GCS 12 E3 M 6 V 3 , dengan
tingkat kesadar apatis. TD 140/90
mmHg, MAP 106 mmHg.

Diagnosa keperawatan kedua adalah Diagnosa keperawatan kedua adalah


Nyeri akut berhubungan dengan agen Intoleransi aktivitas berhubungan
cidera biologis. Data yang menunjang dengan imobilisasi. Data yang
ditegakkan diagnosa keperawatan menunjang ditegakkan diagnosa
tersebut klien yang sering mengeluh keperawatan tersebut klien
nyeri kepala yang hilang timbul, nyeri mengalami lemah anggota gerak
seperti ditekan, skala nyer 4-5, nyeri sebelah kanan. Klien tampak tidak
terasa dibagian kanan. Pasien tampak bisa menggerakkan tangan kanan
meringis, pasien tampak banyak tidur. nya, sehingga aktivitas dibantu oleh
keluarga dan perawat.
Diagnosa keperawatan yang ketiga
Risiko jatuh berhubungan dengan
gangguan penglihatan. Data yang
menunjang ditegakkan diagnosa
keperawatan tersebut klien mengatakan
penglihatan kabur sejak ±3 bulan yang
lalu, hanya dapat melihat cahaya yang
terang dan lambaian tangan.

3. Rencana Keperawatan

Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada kedua partisipan mengacu


pada NIC dan NOC.Berikut adalah rencana asuhan keperawatan pada kedua
partisipan :

Tabel 4.3
Rencana Keperawatan partisipan 1 dan partisipan 2

Partisipan 1 Partisipan 2

Rencana keperawatan untuk diagnosa Rencana keperawatan untuk


gangguan pemenuhan nutrisi diagnosa gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan tidak adekuatnya serebral berhubungan dengan
asupan nutrisi dengan tujuan dan kriteria peningkatan tekanan intrakranial
hasil berdasarkan NOC yaitu : dengan tujuan dan kriteria hasil
Nutritional status: food and fluid intake, berdasarkan NOC yaitu :
adanya peningkatan berat badan, berat Circulation status, tekanan darah
badan ideal sesuai dengan tinggi badan dalam batas normal, tidak ada tanda-
dan tidak terjadi penurunan berat badan tanda peningkatan tekanan
yang berarti. Rencana keperawatan yang intrakranial, tidak ada nyeri kepala.
dilakukan adalah kaji adanya alergi Rencana keperawatan yang
makanan, berikan informasi tentang dilakukan adalah elevasi kepala 30°
kebutuhan nutrisi, monitor adanya untuk memaksimalkan ventilasi,
penurunan berat-badan. monitor tanda-tanda vital, monitor
kualitas nadi, monitor intake dan
output cairan.

Diagnosa keperawatan nyeri akut Diagnosa keperawatan intoleransi


berhubungan dengan agen cidera aktivitas berhubungan dengan
biologis dengan tujuan dan kriteria hasil
imobilisasi dengan tujuan dan
berdasarkan NOC yaitu : Paint kriteria hasil berdasarkan NOC yaitu
manajement, melapokan nyeri,
: energi conservation, activity
menunjukan lokasi nyeri, menjelaskan tolerancedan self cere
faktor penyebab, serta nyeri berkurang. ADL,berpartisipasi dalam aktivitas
Rencana keperawatan yang dilakukan fisik tanpa disertai peningkatan
adalah mengajarkan teknik rileksasi tekanan darah, nadi dan RR, mampu
dengan teknik nafas dalam, berikan melakukan aktivitas sehari-hari
analgesik untuk mengurangi nyeri sesuai (ADLs) secara mandiri. Rencana
intruksi dokter, serta monitor tanda- keperawatan yang dilakukan adalah
tanda vital. bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan, monitor
Diagnosa keperawatan risiko jatuh tanda-tanda vital, observasi adanya
berhubungan dengan gangguan pembatasan klien dalam melakukan
penglihatan dengan tujuan dan kriteria aktivitas.
hasil keseimbangan, gerakan
terkoordinasi, menurunkan risiko jatuh.
Rencana keperawatan adalah
identifikasi faktor yang mempengaruhi
kebutuhan keamanan, lakukan
pengkajian risiko jatuh pada setiap
pasien yang masuk rumah sakit, monitor
lingkungan yang dapat meningkatkan
potensi jatuh.

4. ImplementasiKeperawatan
Implementasi keperawatan berdasarkan hasil studi dokumentasi, wawancara
serta observasi partisipan 1 dan partisipan 2 adalah seperti yang tertera pada
tabel dibawah ini :
Tabel 4.4
Implementasi Keperawatan partisipan 1 dan partisipan 2

Partisipan 1 Partisipan 2
Implementasi keperawatan pada Tn.D Implementasi keperawatan pada Ny.S
dimulai pada tanggal 17-22 Mei 2017. dimulai pada tanggal 16-22 Mei 2017.
Pada diagnosa keperawatan gangguan Pada diagnosa gangguan perfusi
pemenuhan nutrisi berhubungan jaringan serebral berhubungan dengan
dengan tidak adekuatnya asupan peningkatan tekanan intrakranial yang
nutrisi yang dilakukan adalah dilakukan memaksimalkan ventilasi
mengkaji adanya riwayat alergi, dengan elevasi kepala 30°, memonitor
memonitor adanya penurunan berat adanya peningkatan tekanan
badan, memberikan informasi tentang intrakranial, memonitor tanda-tanda
kebutuhan nutrisi, berikan diit TKTP vital.
1800 Kkal.
Diagnosa keperawatan nyeri akut Diagnosa keperawatan intoleransi
berhubungan dengan agen cidera aktivitas berhubungan dengan
biologis yang dilakukan adalah imobilisasi yang dilakukan adalah
mengajarkan teknik rileksasi nafas membantu pasien untuk
dalam, memberikan analgesik mengembangkan motivasi diri dan
dexametason 4x10 gr, memonitor penguatan, monitor tanda-tanda vital,
tanda-tanda vital. tekanan darah dalam batas normal.
Diagnosa keperawatan risiko jatuh
berhubungan dengan gangguan
penglihatan yang dilakukan,
melakukan pengkajian risiko jatuh
pada setiap pasien yang masuk rumah
sakit, memonitor lingkungan yang
dapat meningkatkan potensi jatuh.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan setiap hari selama 5 hari. Berikut adalah
hasil evaluasi yang dilakukan pada kedua partisipan :
Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan partisipan 1 dan partisipan 2

Partisipan 1 Partisipan 2
Hasil evaluasi pada hari ke 5 yang Hasil evaluasi hari ke 5 yang didapat
didapat pada diagnosa gangguan pada diagnosa gangguan perfusi
pemenuhan nutrisi berhubungan jaringan serebral berhubungan dengan
dengan tidak adekuatnya asupan peningkatan tekanan intrakranial
nutrisi adalah : adalah :
S : Klien mengatakan nafsu makan S : Klien mengatakan nyeri kepala
sudah kembali, rasa mual saat makan masih ada walaupun sudah sedikit
sudah berkurang. berkurang, mual (-)
O : Klien tampak menghabiskan diit O: tanda-tanda vital TD 150/90
yang diberikan rumah sakit. Klien mmHg, MAP 110 mmHg. Tekanan
tampak tidak mual lagi saat makan. itrakranial meningkat (+)
A : Masalah teratasi sebagian A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan P : Intervensi dilanjutkan

Hasil evaluasi pada hari ke 5 yang Hasil evaluasi pada hari ke 5 yang
didapat pada diagnosa nyeri akut didapat pada diagnosa intoleransi
berhubungan dengan agen cidera aktivitas berhubungan dengan
biologis adalah : gangguan neuromuscular adalah :
S : Klien mengatakan nyeri sudah S : Keluarga mengatakan klien belum
sedikit berkurang bisa menggerakkan anggota gerak
O : Klien tampak sudah sedikit sebelah kanan masih lemah
nyaman, gelisah berkurang, tanda- O : Klien tampak hanya di atas
tanda vital dalam rentang normal, TD tempat tidur
120/70 mmHg, RR 20x/menit, HR A : Masalah belum teratasi
78x/menit. P : Intervensi dilanjutkan.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan.

Hasil evaluasi pada hari ke 5 yang


didapat pada diagnosa risiko jatuh
berhubungan dengan gangguan
penglihatan adalah :
S : Klien mengatakan sudah
mengetahui tempat-tempat yang aman
untuknya
O : Klien tampak paham dengan
lingkungan yang berpotensi dapat
menyebabkan klien jatuh
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan.

C. PEMBAHASAN
Setelah dilakukan penelitian Asuhan Keperawatan pada tanggal 16-22 Mei 2017
pada dua partisipan Tn.D dan Ny.S dengan Tumor Otak diruang rawat Bangsal
Syaraf RSUP DR.M.Djamil Padang, melalui pendekatan proses keperawatan
yang meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi, maka pada bab ini peneliti akan membahas mengenai
kesenjangan antara teori dan kenyataan yang ditemukan dalam kasus Tumor otak
pada partisipan 1 (Tn.D) dan partisipan 2 (Ny.S), yang dapat diuraikan sebagai
berikut :

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dari proses keperawatan, dari
pengkajian ini dapat kita lihat perbedaan kasus dengan teorinya :

a. Identitas Klien
Identitas pasien diperoleh dari pasien (Tn.D) keluarga dan status. Pada
partisipan 1 (Tn.D) jenis kelamin laki-laki berusia 21 tahun menderita
tumor otak. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Harsono
(2015) tumor otak lebih sering mengenai pria dari pada wanita, dengan
perbandingan 55:45.

b. Keluhan Utama
Berdasarkan pengkajian yang didapatkan, pada partisipan 1 (Tn.D).
Pasien dibawa ke RSUP Dr.M.Djamil Padang dengan keluhan nyeri
kepala yang semakin berat, gangguan penglihatan, mual dan muntah, dan
penurunan nafsu makan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Muttaqin A. (2010) yaitu keluhan yang sering didapatkan meliputi
lemah anggoota gerak sebelah badan, bicara pelo,tidak dapat
berkomunikasi,sakit kepala yang hebat, nyeri otot, tingkat kesadaran
menurun.

Pada partisipan 2 (Ny.S) Berdasarkan pengkajian yang didapat, pasien


dibawa ke RSUP Dr.M.Djamil Padang dengan keluhan penurunan
kesadaran yang berangsur-angsur, lemah anggota gerak bagian kanan,
mual dan muntah. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Muttaqin A. (2010) yaitu keluhan yang sering didapatkan meliputi lemah
anggoota gerak sebelah badan, bicara pelo,tidak dapat
berkomunikasi,sakit kepala yang hebat, nyeri otot, kaku kuduk, tingkat
kesadaran menurun.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang


Saat dilakukan pengkajian pada partisipan 1 (Tn.D) pada tanggal 17 Mei
2017 pada pukul 11.00 WIB didapatkan bahwa pasien mengeluh nyeri
kepala, penglihatan kabur, nafsu makan berkurang, mual saat makan.
Hasil pengkajian ini sesuai dengan teori Muttaqin A (2008) bahwa
keluhan yang terjadi pada pasien tumor otak yaitu meliputi nyeri kepala,
mual muntah, penurunan tingkat kesadaran.

Pada saat dilakukan pengkajian pada partisipan 2 (Ny.S) pada tanggal 16


Mei 2017 pada pukul 12.30 WIB didapatkan bahwa pasien mengeluh
nyeri kepala, lemah anggota gerak kanan, penurunan kesadaran. Hasil
pengkajian ini sesuai dengan teori Muttaqin A (2008) bahwa keluhan yang
terjadi pada pasien tumor otak yaitu meliputinyeri kepala, mual muntah,
penurunan tingkat kesadaran.

d. Riwayat kesehatan dahulu


Sesuai dengan pengkajian pada partisipan 1 (Tn.D) pada riwayat
kesehatan dahulu pasien mengatakan mengalami nyeri kepala yang
semakin berat yang dirasakan sudah ±6 bulan yang lalu, gangguan
penglihatan ±3 bulan yang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
hipertensi dan diabetes militus yang dapat memberburuk keadaan pasien.
Hal ini sama dengan teori yang dikemukakan oleh Muttaqin A (2008)
yaitu pada pasien dengan tumor otak telah mengalami keluhan nyeri
kepala yang sudah cukup lama.
Pada saat pengkajian pada partisipan 2 (Ny.S) pada riwayat kesehatan
dahulu pasien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya dengan kasus,
typus, demam berdarah dan hipertensi saat hamil, keluarga mengatakan
pasien memiliki riwayat hipertensi sudah ±15 tahun yang lalu dan
keluarga mengatakan pasien mengeluh nyeri kepala sejak ±6 bulan yang
lalu.Hal ini sama dengan teori yang dikemukakan oleh Muttaqin A (2008)
yaitu pada pasien dengan tumor otak telah mengalami keluhan nyeri
kepala yang sudah cukup lama.

e. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik partisipan 1 (Tn.D) didapatkan pasien mengalami
gangguan penglihatan yaitu terganggu nya Nervus II (Optikus), Nervus III
(Okulomotorius), Nervus IV (Troklearis), serta Nervus VI (Abdusen). Hal
ini sesuai dengan yang disampaikan Muttaqin A. (2008) yaitu pada
pemeriksaan saraf cranial pada pasien tumor otak nervus II akan
mengalami gangguan lapang pandangyang disebabkan oleh lesi bagian
tertentu dari lintasan visual, dan pada nervus III, IV dan VI akan terjadi
adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari saraf ke VI yang
memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma
multiforme.

Pada pemeriksaan fisik partisipan 2 (Ny.S) didapatkan pasien mengalami


kaku kuduk, mengalami penurunan kesadaran, tingkat kesadaran apatis,
GCS 12 E3 M 6 V 3 . Hal ini sesuai dengan pengkajian teori asuhan
keperawatan menurut Muttaqin A (2010).

f. Hasil laboratorium dan diagnostik


Pada hasil laboratorium pada partisipan 1 dan partisipan 2 yaitu
mengalami peningkatan leukosit, pada partisipan 1 jumlah Leukosit
14.610/mm3( 5000-10.000) dan pada partisipan 2 jumlah Leukosit
14.260/mm3 (5.000-10.000). Menurut peneliti dengan adanya peningkatan
leukosit atau disebut dengan leukositosis menandakan adanya peradangan
atau infeksi, hal ini sesaui dengan teori buku Pedoman interpretasi data
klinik (2011) yang mengatakan bahwa fungsi utama leukosit adalah
melawan infeksi, melindungi tubuh dengan memfagosit organisme asing
dan memproduksi atau mengangkut/ mendistribusikan antibody.

Pada partispan 1 tidak dilakukannya pemeriksaan laboratorium kimia


klinik, sedangkan pada partisipan 2 dilakukan pemeriksaan kimia klinik
dan didapatkan hasil bilirubin total, SGOT dan SGPT partisipan 2 tinggi
dan dapat terlihat pada hasil ct-scan partisipan 2 banyak nya sel infark
yang dapat ditandai dengan bilirubin meningkat, hal tersebut menandakan
pada partisipan 2 adanya gangguan pada fungsi hati.

Pada hasil diagnostic terlihat berbedaan letak massa atau lesi pada
partisipan 1 dan partisipan 2. Menurut peneliti tanda dan gejala tumor
dapat ditentukan dengan lokasi masa itu berada. Hal ini sesuai dengan
yang dikatakan Harsono (2015) yang mengatakan bahwa gambaran klinik
ditentukan oleh lokasi tumor dan peningkatan intrakranial. Tanda penting
dari tumor otak ialah adanya gejala neurologik yang progresif.

2. Diagnosa Keperawatan
Pada kasus partisipan 1 (Tn.D) dari hasil studi dokumentasi status pasien
ditemukan 3 diagnosa keperawatan, yaitu gangguan pemenuhan nutrisi
berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi, nyeri akut berhubungan
dnegan agen cidera biologis, dan risiko jatuh berhubungan dengan gangguan
penglihatan.

Pada partisipan 2 (Ny.S) dari hasil studi dokumentasi status pasien ditemukan
2 diagnosa keperawatan, yaitu gangguan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial dan intoleransi
aktivitas berhubungan dengan imobilisasi.

Diagnosa keperawatan pada pasien tumor otak berdasarkan teori menurut


Muttaqin A (2008) ada 10 diagnosa yaitu Ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral berhubungan dengan desak ruang oleh masa tumor intrakranial,
Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan gangguan neurologis,
keletihan otot-otot pernapasan, Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis, traksi dan pergeseran struktur peka nyeri dalam rongga intracranial,
Risiko cidera berhubungan dengan serangan kejang, penurunan tingkat
kesadaran, Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
neuromuscular, menurunnya kekuatan dan kesadaran, Gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, asupan nutrisi yang
kurang, dan muntah, Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor
mekanis, Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan
gangguan yang mempengaruhi regulasi tubuh, Risiko infeksi berhubungan
dengan pertahanan tubuh primer tidak adekuat, Gangguan persepsi sensori
penglihatan berhubungan dengan gangguan visual dan Hambatan mobilitas
fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular.
Menurut peneliti diagnosa utama yang dapat ditegakkan pada partisipan 1
yaitu nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis bukan gangguan
pemenuhan nutrisi, hal tersebut dikarenakan nyeri diakibatkan karena adanya
massa yang abnormal yang tumbuh dijaringan yang dapat mengganggu
jaringan yang lain disekitarnya sehingga jaringan tersebut kekurangan
oksigen sehingga terjadi iskemik jaringan yang dapat menimbulkan respon
nyeri kepala yang hilang timbul.

Diagnosa kedua yang dapat ditegakkan pada partisipan 1 (Tn.D) yaitu


gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan visual.Pada pasien
dengan tumor otak gangguan persepsi sensori penglihatan disebabkan karena
adanya gangguan visual pada lobus ocipital.Berdasarkan hasil pengkajian
Pada Tn.D gangguan penglihatan terjadi sejak ±3 bulan yang lalu, penglihatan
semakin kabur, terjadi gangguan pada Nervus II, III, IV dan VI.

Pada diagnosa ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan


gangguan neurologis tidak dapat ditegakkan karena pada partisipan 1 (Tn.D)
tidak mengalami sesak nafas, RR Tn.D 20x/menit. Untuk diagnosa risiko
cidera berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran tidak dapat
ditegakkan, karena Tn.D GCS 15 dengan tingkat kesadaran kompos mentis
koperatif.

Pada partisipan 2 (Ny.S) ada 5 diagnosa yang dapat ditegakkan yaitu risiko
cidera berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran, defisit perawatan
diriberhubungan dengan kelemahan neuromuskular dan menurunnya
kekuatan dan kesadaran, gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang, risiko ketidakseimbangan
suhu tubuh berhubungan dengan gangguan yang mempengaruhi regulasi
tubuh, dan risiko jatuh berhubungan dengan penurunan kesadaran. Diagnosa
tersebut dapat diteggakkan karena Ny.S mengalami penurunan kesadaran
dengan tingkat kesadaran apatis GCS 12 E3 M 6 V 3 , nafsu makan
berkurang, saat awal masuk suhu Ny.S 38,7°C, dan mengalami lemah anggota
gerak kanan serta penurunan kesadaran.

Pada diagnosaketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan


gangguan neurologis tidak dapat ditegakkan karena pada partisipan 1 (Tn.D)
dan partisipan 2 (Ny.S) tidak mengalami sesak nafas, RR Tn.D 20x/menit, RR
Ny.S 23x/menit.

3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan yang direncanakan pada partisipan 1 (Tn.D) untuk
masalah keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi adalah pemenuhan
kebutuhan dasar manusia, kaji adanya riwayat alergi makanan, kaji adanya
mual-muntah. Menurut peneliti rencana keperawatan yang dilakukan belum
sesuai Nic-Noc, rencana keperawatan yang masih kurang dilakukan oleh
perawat yaitu memonitor penurunan berat badan pasien, hal tersebut tidak
dilakukan karena diruangan tidak terdapat timbangan untuk cek berat badan
pasien apakah mengalami penuruan berat badan. Seharusnya untuk
mengetahui adanya penurunan berat badan pasien dilakukan penimbangan
berat badan setiap harinya pada pasien yang mengalami masalah gangguan
pemenuhan nutrisi.

Pada masalah nyeri akut rencana keperawatan yang dilakukan adalah teknik
rileksasi nafas dalam, memberikan obat analgesik, dan memantau tanda-tanda
vital pasien. Menurut peneliti rencana keperawatan yang dilakukan masih ada
yang kurang sesuai dengan nic-noc yaitu yaitu melakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi. Hal tersebut tidak dilakukan karena terkadang perawat
hanya melakukan pengkajian skala nyeri, lokasi, tetapi untuk durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi tidak ditanyakan.

Pada masalah keperawatan risiko jatuh rencana keperawatan yang dilakukan


adalah monitor tanda-tanda vital. Menurut peneliti rencana keperawatan
belum sesuai dengan nic-noc, rencana keperawatan yang kurang dilakukan
yaitu identifikasi lingkungan yang aman untuk pasien. seharusnya dapat
diberikan informasi tentang tempat-tempat yang aman untuk pasien sehingga
menurunkan terjadinya risiko jatuh pada paisen.

Rencana keperawatan yang direncanakan pada partisipan 2 (Ny.S) untuk


masalah keperawatan gangguan perfusi jaringan serebral yaitu
memaksimalkan ventilasi dengan elevasi kepala 30°, monitor adanya
peningkatan tekanan intrakranial, memonitor tanda-tanda vital, menciptakan
lingkungan yang tenang. Menurut peneliti Rencana keperawatan tersebut
masih belum sesuai dengan nic-noc, tindakan keperawatan yang masih
kurang dilakukan yaitu memonitor frekuensi dan irama pernafasan, karena
pada pasien tumor otak yang mengalami penurunan kesadaran bisa terjadi
gangguan pernafasan karena kurangnya oksgien ke otak.

Pada masalah intoleransi aktivitas rencana keperawatan yang dilakukan


yaitumonitor tanda-tanda vital, bantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan. Menurut peneliti rencana keperawatan tersebut
belum sesuai dengan nic-noc, tindakan keperawatan yang masih kurang
dilakukan yaitu bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan, karena dengan ada nya motivasi yang datang dari diri sendiri akan
membawa energi yang positif terhadap kesehatan.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan harus sesuai dengan perencanaan keperawatan
yang dilandaskan pada teori nanda nic-noc. Pada partisipan 1 (Tn.D) diagnosa
keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi tindakan keperawatan yang
dilakukan adalah mengkaji adanya alergi makanan, memberikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi, memonitor adanya penurunan berat-badan,
memonitor mual-muntah. Tindakan keperawatan yang tidak dilakukan adalah
memonitor lingkungan selama makan, karena lingkungan di ruangan tempat
pasien dirawat merupakan ruangan bangsal yg terisi oleh delapan pasien
dalam satu ruangan.

Pada diagnosa keperawatan nyeri akut tindakan keperawatan yang dilakukan


yaitu mengajarkan teknik rileksasi nafas dalam, memberikan analgesik sesuai
order dokter, memonitor tanda-tanda vital. Tindakan keperawatan yang tidak
dilakukan adalah mengkaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri,
mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan.

Pada diagnosa keperawatan risiko jatuh tindakan keperawatan yang dilakukan


yaitu mengidentifikasi factor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan,
melakukan pengkajian risiko jatuh, mengidentifikasi karakteristik lingkungan
yang dapat meningkatkan potensi jatuh. Tindakan keperawatan yang tidak
dilakukan yaitu menyediakan alat panggiil bantuan untuk pasien.

Pada partisipan 2 (Ny.S) diagnosa keperawatan gangguan perfusi jaringan


serebral tindakan yang dilakukan yaitu mengelevasi kepala 30° untuk
memaksimalkan ventilasi, memonitor tanda-tanda vital, memonitor
peningkatan tekanan intrakranial. Tindakan keperawatan yang tidak dilakukan
yaitu memonitor aliran oksigen, mengatur peralatan oksigen, dan mengatur
kecemasan pasien terhadap oksigen.

Pada diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas tindakan keperawatan yang


dilakukan yaitumembantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan, memonitor tanda-tanda vital. Tindakan keperawatan yang tidak
dilakukan yaitu mengobservasi adanya pembatasan pasien dalam melakukan
aktivitas.

5. Evaluasi Keperawatan
Pada partisipan 1 diagnosa keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi
berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi. Evaluasi masalah
keperawatan teratasi pada hari ke 5, dengan Noc nutritional status: food and
fluid intake, dengan krieria hasil adanya peningkatan berat-badan sesuai
dengan tujuan, berat-badan sesuai dengan tinggi badan.
S : Klien mengatakan nafsu makan sudah kembali, rasa mual saat makan
sudah berkurang.
O : Klien tampak menghabiskan diit yang diberikan rumah sakit. Klien
tampak tidak mual lagi saat makan.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, evaluasi
masalah keperawatan teratasi pada hari ke 5, dengan noc pain level, pain
control, comfort level dengan kriteria hasil menunjukkan lokasi nyeri ,
mengakui timbulnya nyeri, lingkungan yang aman.
S : Klien mengatakan nyeri sudah sedikit berkurang
O : Klien tampak sudah sedikit nyaman, gelisah berkurang, tanda-tanda vital
dalam rentang normal, TD 120/70 mmHg, RR 20x/menit, HR 78x/menit.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan.

Pada diagnosa keperawatan risiko jatuh berhubungan dengan gangguan


penglihatan, Evaluasi masalah keperawatan teratasi pada hari ke 5, pasien
mengatakan sudah mengetahui lingkungan yang aman untuk dirinya.
S : Klien mengatakan sudah mengetahui tempat-tempat yang aman untuknya
O : Klien tampak paham dengan lingkungan yang berpotensi dapat
menyebabkan klien jatuh
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan.
Pada partisipan 2 dengan diagnosa gangguan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, evaluasi masalah
keperawatan teratasi pada hari ke 5, pasien mengatakan nyeri kepala
berkurang, tanda-tanda vital dalam batas normal, MAP dalam rentang normal.
S : Klien mengatakan nyeri kepala masih ada walaupun sudah sedikit
berkurang, mual (-)
O: tanda-tanda vital TD 150/90 mmHg, MAP 110 mmHg. Tekanan itrakranial
meningkat (+)
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan.

Pada diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan


neuromuskular, evaluasi masalah keperawatan keperawatan teratasi pada hari
ke 7, pasien tampak sudah semangat untuk menggerakkan anggota badan
yang lemah, tanda tanda vital dalam rentang normal.
S : Keluarga mengatakan klien belum bisa menggerakkan anggota gerak
sebelah kanan masih lemah
O : Klien tampak hanya di atas tempat tidur
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada Partisipan 1 (Tn.D) dan
Partisipan 2 (Ny.S) dengan Tumor otak di Ruang Syaraf RSUP Dr.M.Djamil
Pdang pada tahun 2017, peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian pada Partisipan 1 (Tn.D) mengalami Tumor otak . saat
ini pasien mengeluh nyeri kepala yang hilang timbul, mual, penurunan
nafsu makan, gangguan penglihatan. Tanda-tanda vital pasien dalam batas
normal. Sesekali wajah pasisen tampak meringis, pasien banyak tidur.
2. Hasil pengkajian pada Partisipan 2 (Ny.S) mengalami Tumor otak, saat ini
pasien mengalami penurunan kesadaran, tingkat kesadaran apatis dengan
GCS 12 E3 M 6 V 3 , tekanan intrakranial meningkat dengan tekanan
darah 140/90 mmHg, MAP 106 mmHg (normal 70-100 mmHg), pasien
memiliki riwayat hipertensi sudah ±15 tahun. Pasien mengeluh nyeri
kepala masih dirasakan, lemah anggota gerak kanan, mual dan muntah.
Keluarga mengatakan pasien sering gelisah.
3. Masalah keperawatan yang muncul pada kasus tumor otak adalah
sebanyak 10 masalah keperawatan. Sedangkan pada kasus Tn.D hanya
ditemukan 3 masalah keperawatan yaitu gangguan pemenuhan nutrisi,
nyeri akut dan risiko jatuh. Pada kasus Ny.S hanya ditemukan 2 masalah
keperawatan yaitu gangguan perfusi jaringan serebral dan intoleransi
aktivitas.
4. Rencana keperawatan yang disusun tergantung kepada masalah
keperawatan yang ditemukan yang sesuai dengan teori yang telah ada,
berdasarkan dengan Nanda NIC-NOC.
5. Implementasi keperawatan mangacu kepada rencana tindakan yang telah
disusun. Implementasi keperawatan dilakukan pada tanggal 16-22 Mei
2017. Sebagian besar tindakan keperawatan dapat dilaksanakan pada
implementasi keperawatan.
6. Hasil evaluasi yang dilakukan selama 7 hari pada tanggal 16-22 Mei 2017
dalam bentuk SOAP. Evaluasi tersebut dilakukan pada setiap masing-
masing masalah keperawatan yang muncul pada Partisipan 1 (Tn.D), 3
masalah keperawatan teratasi. Masalah keperawatan teratasi pada hari
kelima yaitu gangguan pemenuhan nutrisi, masalah keperawatan yang
teratasi pada hari ke enam yaitu nyeri akut dan risiko jatuh. Partisipan 2
(Ny.S), 2 masalah keperawatan teratasi. Masalah keperawatan teratasi
pada hari ke tujuh yaitu gangguan perfusi jaringan serebral dan intoleransi
aktivitas.

B. Saran
1. Bagi Direktur RSUP Dr,M,Djamil Padang
Kepada direktur agar dilakukannya pelatihan tantang penyegaran asuhan
keperawatan pada pasien dengan tumor otak kepada perawat. Agar lebih
meningkatnya kualitas pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data pembanding dalam
asuhan keperawatan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, A.2012. Sistem Neurobehaviour. Jakarta : Salemba Medika

Bruner and Suddarth. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12. Jakarta : EGC

Ginsberg, L. 2008. Neurologi. Jakarta : Erlangga

Harsono. 2015. Neurologi Klinis. Yogyakarta : Gadjah Mada University

Hidayat, A. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba
Medika

Jitowiyono, S &Kristiyanasari, W. 2012. Asuhan Keperawatan Post Operasi.


Yogyakarta :Nuha Medika.

Muttaqin,A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.

Muttaqin, A. 2010. Pengkajian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nanda International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-


2017.Jakarta : EGC
Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta :
Mediaction Jogja

Nursalam. 2015. Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.


Jakarta :Salemba Medika

Priyawati D, Soesanti I, Hidayah I. 2015. Kajian Pustaka Metode Segmentasi Citra


Pada MRI Tumor Otak. http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=352890&val=5634&title =KAJIAN%20PUSTAKA%20METODE
%20SEGMENTASI%20CITRA%2 0PADA%20MRI%20TUMOR%20OTAK.
Diakses pada tanggal 10 januari 2017.

Redinal YSP, Amroisa N. 2014. Primary Brain Tumor With Hemiparese Dextra and
Parese Nerve II,III,IV,VI. Medula, Volume 2,Nomor 3. Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung. http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=154433&val=5502&title =TUMOR%20OTAK%20PRIMER
%20DENGAN%20HEMIPARESE%20D EXTRA%PARESE%20NERVUS
%20II,%20III,%20IV,%20VI. Diakses pada tanggal 10 januari 2017.

Robbins &Cotran. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit.Jakarta : EGC

Sari EDY, Windarti I, Wahyuni A. 2013. Clinical Characteristics Histopathology of


Brain Tumor at Two Hosipitals of Bandar Lampung. http://jukeunila.com/wp-
content/uploads/2016/05/7-Ellysabet-Dian-YVS.pdf. Diakses pada tanggal 10
januari 2017.

Satyanegara.2010. Ilmu Bedah Saraf. Edisi IV. Jakarta : PT Gramedia Pustaka


Utama.

Sujarweni, W. 2014. Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta : Gava Media

Tarwoto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : CV Sagung Seto

Widagdo, W dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta : Trans info Media

Wismaji, S dkk. 2011. Sinopsis Ilmu Bedah Saraf. Jakarta : CV Sagung Seto
LAMPIRAN
PARTISIPAN I

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identifikasi Klien:
1) Nama : Tn. D
2) Tempat/ tanggal lahir :Kerinci/ 16-09-1996
3) Jenis kelamin :Laki-laki
4) Status kawin :Belum Kawin
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SD
7) Pekerjaan :Belum bekerja
8) Alamat :Jln. Desa balai air hangat, Kerinci Jambi
9) Diagnosa medis :SOL
10) No. MR : 978474

b. Identififkasi Penanggung Jawab


1) Nama :Ny. E
2) Pekerjaan :Ibu rumah tangga
3) Alamat :Jln. Desa balai air hangat, Kerinci Jambi
4) Hubungan :Ibu

c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang:
a) Keluhan Utama:
Pasien masuk melalui IGD RSUP DR.M.Djamil Padang pada hari
Jum’at tanggal 12 Mei 2017 pukul 02.00 WIB, rujukan dari RSUD
Sungai Penuh Kerinci Jambi dengan keluhan nyeri kepala
bertambah berat dirasakan sejak ±6 bulan yang lalu sebelum masuk
rumah sakit, nyeri dirasakan terutama dibagian kanan kepala nyeri
seperti ditekan. Awalnya nyeri masih berkurang dengan beristirahat
dan obat penghilang nyeri namun sejak ±1 bulan nyeri tidak
berkurang. Keluhan disertai mual-muntah >3 kali berisi apa yang
dimakan, serta penglihatan bertambah kabur sejak ±3 bulan yang
mana hanya dapat melihat lambaian tangan,dan lemah anggota
gerak kiri dimana pasien sulit untuk menggenggam benda dengan
tangan kiri.

b) Keluhan saat dikaji (PQRST):


Saat dilakukan pengkajian pada hari Rabu tanggal 17 Mei 2017
pukul 11.00 WIB, pasien mengatakan kepala pusing dan nyeri
dibagian atas mata sebelah kanan seperti ditusuk-tusuk dan ditekan,
nyeri terjadi hilang timbul, penglihatan kabur hanya dapat melihat
lambaian tangan dan cahaya yang terang, serta pasien mengeluh
mual saat makan, nafsu makan pasien menurun dan terjadi
penurunan berat badan. GCS 15 E4 M 6 V 5 , TD=120/80mmHg,
RR=20x/menit, HR=88x/menit, Suhu=36,4°C

c) Riwayat kesehatan dahulu


Keluarga mengatakan pasien belum pernah di rawat dirumah sakit
sebelumnya, pasien sering kontrol ke RSUD Sungai penuh dengan
keluhan nyeri kepala. Pasien memiliki kebiasaan merokok, olah
raga jarang

d) Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki
penyakit yang sama yaitu tumor, penyakit keturunan seperti
hipertensi, DM, serta penyakit jantung dan penyakit menular
lainnya.

d. Pola Aktivitas Sehari- hari


1) Pola Nutrisi
a. Makan

Sehat : Keluarga mengatakan saat sehat pasien makan 3x sehari


(nasi+lauk+sayur),
Sakit : Saat sakit pasienmakan 3x sehari, klien menghabiskan
2-3 sendok makan.

b. Cairan
Sehat: Minum air putih sebanyak 7-8 gelas (1400-1600cc /hari)
Sakit: Minum air putih sebanyak 6-7 gelas/hari
( 1200-1400 cc/hari)

2) Pola Eliminasi
a. BAB
Sehat: BAB lancer 1x sehari dengan konsistensi lunak
Sakit: BAB jarang 1x dalam 2 hari dengan konsistensi keras.
b. BAK
Sehat: BAK pasien lancar ±8x sehari, bau khas.
Sakit: Pasien BAK ±1600 cc/hari,

3) Pola Istirahat dan Tidur


Sehat : Pasien tidur 6 jam pada malam hari, kualitas tidur baik.
Sakit : Pasien tidur kurang lebih 7 jam dalam sehari semalam,
keluarga mengatakan pasien sering terbangun pada malam hari
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Sehat : Keluarga mengatakan pasien seorang penjaga warung
dirumahnya, bisa melakukan aktivitas tanpa dibantu olah
keluarga
Sakit :Pasien hanya ditempat tidur aktivitas dibantu keluarga dan
perawat.

5) Pola Bekerja
Sehat : Pasien merupakan seseorang yang belum memiliki pekerjaan
tetap, hanya membantu orang tua menjaga warung dirumah.
Sakit : Pasien tidak bekerja dan hanya terbaring di Rumah sakit

e. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)


1) Keadaan umum
Kesadaran : Compos Mentis Koperatif
GCS : 15 E4 M 6 V 5
TTV :TD=120/80mmHg, RR=20x/menit, HR=88x/menit,
Suhu=36,4°C

2) Kepala:
simetris, tidak ada hematom, tidak ada lesi
3) Mata:
Mata tampak simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pemeriksaan Nervus II (Optikus) tidak normal, ketajaman penglihatan
berkurang, pasien tidak dapat melihat angka yang diberikan sejauh 1
meter penglihatan kabur hanya dapat melihat lambaian tangan dan
cahaya yang terang, begitu pula dengan lapang pandang, Nervus III
(Okulomotorius), Nervus IV (Troklearis) dan Nervus VI (Abdusen)
respon pupil anisokor kiri dan kanan tidak berkonstriksi terhadap
cahaya, dan mata tidak berkonvergensi, respon membuka kelopak mata
normal, untuk menggerakkan mata kearah vertikal, horizontal serta
diagonal pasien susah untuk mengikuti arah yang diberikan.
4) Hidung:
Hidung bersih, tidak ada pendarahan, pernafasan cuping hidung (-)
pemeriksaan Nervus I (Olfaktorius) normal pasien dapat merasakan bau
pada lubang hidung kiri dan kanan
5) Telinga:
simetris kiri dan kanan, bersih, serumen (+), Pemeriksaan nervus VIII
(Akustikus) normal.
6) Mulut:
Bibir tampak pucat, mukosa bibir kering, pemeriksaan Nervus IX
(Glosofaringeus) dan Nervus X (Vagus), dan Nervus XII (Hipoglosus)
normal pasien dapat membedakan rasa yang diberikan pada lidah,
respon menelan baik, serta lidah simetris dengan gerakan halus.
7) Leher:
Leher tidak terdapat pembesaran kelenjer getah bening dan kelenjer
tyroid, kaku kuduk (-), pemeriksaan Nervus XI (Asesorius) normal otot
trapezius baik.
8) Dada:
Pernafasan:
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : fremitus kiri dan kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak ada bunyi nafas tambahan
Kardiovakuler:
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus kordis teraba
Perkusi : bunyi pekak
Auskultasi : irama jantung teratur
9) Abdomen:
Inspeksi : simetris
Auskultasi : bising usus terdengar 5x/menit
Palpasi :tidak ada nyeri tekan maupun lepas
Perkusi : bunyi timpani

10) Ekstremitas:
Atas : udema (-), akral hangat, CRT <2 detik, terpasang IVFD
Asering 10 tetes/menit bagian dextra. Pemeriksaan refleks
biseps (+), refleks trisep (+), refleks brakioradialis(+).
Bawah : udema (-), CRT <2 detik. Refleks babinski (+), chadock (+),
gordon (+), Oppenheim (+), Hoffman-trommer (+). refleks
kuadriseps (+), refleks Achilles (+), brudzinski I (-), laseque
(-), brudzinski II (-), kernig (-).Pemeriksaan kekuatan otot
555 555
555 555

f. Data Psikologis
1) Status Emosional
Status emosional pasien baik dan menerima semua pengobatan tanpa
penolakan.

2) Kecemasan
Pasien tampak cemas jika ada tindakan yang akan dilakukan.

3) Pola Koping
Pola koping adatif, mampu menerima kenyataan dan berusaha untuk
sembuh dari penyakit yang dideritanya.

4) Gaya Komunikasi
Terarah

5) Konsep Diri
Keluarga mengatakan bahwa pasien adalah orang yang belum
mempunyai pekerjaan tetap, tapi pasien orang tyang rajin di mata
keluarga.

g. Data sosial
Pasien merupakan orang yang suka bersosialisasi, aktif dalam kegiatan
masyarakat di daerahnya.

h. Data Spiritual
Pasien menganut agama islam, klien tidak menjalankan shalat 5 waktu
karena dalam kondisi sakit.

i. Data Penunjang
1) Hematologi
Tanggal pengambilan sampel: 15 Mei 2017

No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


1. Hemoglobin 13,4 g/dl 14-18 g/dl
2. Leukosit 14.610/mm3 5.000-10.000/mm3
3. Eritrosit 5,1 juta/ mm3 4,5-5,5 juta/ mm3
4. Trombosit 400.000/mm3 150.000-400.000/mm3
5. Hematrokit 40 % 40-48 %
Kesimpulan:
Leukositosi dengan retrofilia shift to the right
2) Diagnostik
Gambar hasil CT-Scan kontras (19 Mei 2017)

j. Program dan Rancanagan Pengobatan

1. IVFD Asering 10 tetes/i,


2. Diit MB 1800 Kkal
3. Injeksi Dexametason 2x10 mg,
4. Injeksi Ranitidin 2x10 mg.

2. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Tidak adekuatnya Ketidakseimbangan
Pasien mengatakan tidak asupan nutrisi. nutrisi kurang dari
nafsu makan, terasa mual kebutuhan tubuh
saat makan, Keluarga
mengatakan pasien
mengalami penurunan BB
dari 60kg-52 kg.

Do : Pasien tampak kurus,


bibir pucat, tampak tidak
nafsu makan, diit yang
diberikan hanya habis 2-3
sendok makan.

2. DS: Agen cidera biologis Nyeri akut


Pasien mengeluh nyeri pada
kepala sebelah kanan, nyeri
dan pusing terasa hilang
timbul.
Do: Pasien terlihat meringis
sesekali, tampak banyak
tidur.

3. DS:. Perubahan persepsi Gangguan persepsi


Pasien mengeluh
transmisi dan atau sensori penglihatan
penglihatannya kabur,
integrasi sensori.
pasien hanya dapat melihat
cahaya yang terang dan
lambaian tangan.

Do :
Klien tampak tidak bisa
melihat benda didepannya,
Nervus optikus dan
okulomotorius (+)
terganggu.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Ditemukan Masalah Dipecahkan


Diagnosa Keperawatan
Tgl Paraf Tgl Paraf
1. Ketidakseimbangan nutrisi 17-5-2017
kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan
tidak adekuatnya asupan
nutrisi
2. Nyeri akut agen cidera 17-5-2017
biologis
3. Gangguan persepsi sensori 17-5-2017
penglihatan berhubungan
dnegan Perubahan persepsi
transmisi dan atau integrasi
sensori.

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Intervensi
. Keperawatan NOC NIC
1. Ketidakseimbangan Nutritional status : food Nutrition Management
nutrisi kurang dari and fluid intake a) Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh Kriteria Hasil: makanan
b) Kolaborasi dengan ahli
a. Adanya peningkatan
gizi untuk menentukan
berat badan sesuai jumlah kalori dan
dengan tujuan nutrisi yang dibutuhkan
b. Berat badan ideal pasien
sesuai dengan tinggi c) Anjurkan pasien untuk
badan meningkatkan intake fe
c. Mampu d) Berikan informasi
mengidentifikasi tentang kebutuhan
kebutuhan nutrisi nutrisi
d. Tidak ada tanda-
Nutrition Monitoring
tanda malnutrisi
a) Monitor adanya
e. Tidak terjadi
penurunan berat badan
penurunan berat b) Monitor lingkungan
badan yang berarti selama makan
c) Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
d) Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
e) Monitor mual muntah
f) Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, Ht
g) Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik,
papilla lidah dan
cavitas oral
2. Nyeri akut Pain Level Pain management
berhubungan Indikator: r. Lakukan pengkajian
dengan agen cidera k. Melaporkan nyeri nyeri secara
biologis l. Durasi nyeri komprehensif termasuk
m. Menunjukkan lokasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
nyeri
kualitas dan faktor
n. Meringis
presipitasi
o. Ekspresi wajah nyeri
s. Observasi reaksi non
kegelisahan verbal dari
p. Fokus menyempit ketidaknyamanan
q. Ketegangan otot t. Gunakan teknik
r. Kehilangan selera komunikasi terapeutik
makan untuk mengetahui
s. Mual pengalaman nyeri
t. Intoleransi makanan pasien
u. Kaji kultur yang
Pain Control mempengaruhi respon
Indikator : nyeri
f. Mengakui timbulnya v. Evaluasi pengalaman
nyeri nyeri masa lampau
g. Menjelaskan faktor w. Evaluasi bersama
pasien dan tim
penyebab
kesehatan lain tentang
h. Menggunakan buku
ketidakefektifan kontrol
harian untuk nyeri masa lampau
memantau gejala dari x. Bantu pasien dan
waktu ke waktu keluarga untuk mencari
i. Menggunakan dan menemukan
tindakan pencegahan dukungan
menggunakan non y. Kontrol lingkungan
analgesik ukuran lega yang dapat
mempengaruhi nyeri
menggunakan
seperti suhu ruangan,
analgesik seperti yang pencahayaan dan
dianjurkan kebisingan
j. Laporan nyeri z. Kurangi faktor
dikendalikan presipitasi nyeri
aa. Pilih dan lakukan
Comfort Level penanganan nyeri
Indikator : (farmakologi,non
e. Reaksi obat farmakologi dan inter
f. Otonomi pribadi personal)
g. Relokasi adaptasi bb. Kaji tipe dan sumber
h. Lingkungan yang nyeri untuk
aman menentukan intervensi
cc. Ajarkan teknik non
farmakologis
dd. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
ee. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
ff. Tingkatkan istirahat
gg. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
hh. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

Analgesic administration
k. Tentukan lokasi,
karakteristik,kualitas,da
n derajat nyeri sebelum
pemberian obat
l. Cek instruksi dokter
tentang jenis
obat,dosis,dan
frekuensi
m. Cek riwayat alergi
n. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
o. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
p. Tentukan analgesic
pilihan, rute
pemberian,dan dosis
optimal.
q. Pilih rute pemberian
secara IV,IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
r. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian anlgesik
pertama kali
s. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
t. Evaluasi efektifitas
analgesic,tanda dan
gejala (efek samping)
3. Gangguan persepsi a) Status neurologis Peningkatan komunikasi:
sensori penglihatan b) Fungsi sensorik defisit penglihatan
c) Perilaku a) Membantu
kompensasi pembelajaran dan
penglihatan penerimaan metode
akternatif untuk
Kriteria hasil: menjalani hidup
a) Fungsi motorik dengan penurunan
sensorik kranial: fungsi penglihatan
kemampuan saraf b) Identifikasi diri saat
kranial untuk masuk kamar pasien
mengenali impuls c) Kaji lingkungan
sensorik dan morik terhadap kemungkinan
b) Tingkat stimulasi bahaya terhadap
terhadap kulit keamanan
dirasakan dengan d) Tingkatkan
tepat penglihatan pasien
c) Tindakan pribadi yang masih tersisa
untuk e) Jangan memindahkan
mengompensasi barang-barang di
gangguan dalam kamar pasien
penglihatan tanpa memberitahu
pasien

Manajemen
lingkungan:Memanipulas
i lingkungan sekitar
pasien untuk manfaat
terapeutik.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal 17 Mei 2017
Diagnosa
Tindakan Keperawatan Paraf
Keperawatan
Ketidakseimbangan a. Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang dari b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kebutuhan tubuh menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
c. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
d. Monitor adanya penurunan berat
badan
e. Monitor lingkungan selama makan
f. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
g. Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
h. Monitor mual muntah
Nyeri Akut a. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
b. Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
d. Kaji kultur yang mempengaruhi
respon nyeri
e. Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau
f. Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa
lampau

Gangguan persepsi a. Membantu pembelajaran dan


sensori penglihatan penerimaan metode akternatif untuk
menjalani hidup dengan penurunan
fungsi penglihatan
b. Identifikasi diri saat masuk kamar
pasien
c. Kaji lingkungan terhadap
kemungkinan bahaya terhadap
keamanan
d. Tingkatkan penglihatan pasien yang
masih tersisa
e. Jangan memindahkan barang-
barang di dalam kamar pasien tanpa
memberitahu pasien.
Tanggal 18 Mei 2017

Diagnosa
Tindakan Keperawatan Paraf
Keperawatan
Ketidakseimbangan a. Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, Ht
nutrisi kurang dari
b. Catat adanya edema, hiperemik,
kebutuhan tubuh hipertonik, papilla lidah dan cavitas
oral
c. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
d. Monitor adanya penurunan berat
badan
e. Monitor lingkungan selama makan
f. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
Nyeri akut a. Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
b. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
c. Kurangi faktor presipitasi nyeri
d. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi,non farmakologi dan
inter personal)
e. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
f. Ajarkan teknik non farmakologis
g. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
Gangguan persepsi a. Identifikasi diri saat masuk kamar
pasien
sensori penglihatan
b. Kaji lingkungan terhadap
kemungkinan bahaya terhadap
keamanan
c. Tingkatkan penglihatan pasien yang
masih tersisa
d. Jangan memindahkan barang-barang
di dalam kamar pasien tanpa
memberitahu pasien

Tanggal 19 Mei 2017


Diagnosa
Tindakan Keperawatan Paraf
Keperawatan
Ketidakseimbangan a. Monitor adanya penurunan berat
badan
nutrisi kurang dari
b. Monitor lingkungan selama makan
kebutuhan tubuh c. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
d. Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
Monitor mual muntah

Nyeri akut a. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri


b. Tingkatkan istirahat
c. Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
d. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
e. Tentukan lokasi,
karakteristik,kualitas,dan derajat
nyeri sebelum pemberian obat
f. Cek instruksi dokter tentang jenis
obat,dosis,dan frekuensi
g. Cek riwayat alergi
Gangguan persepsi a. Membantu pembelajaran dan
penerimaan metode akternatif untuk
sensori penglihatan
menjalani hidup dengan penurunan
fungsi penglihatan
b. Identifikasi diri saat masuk kamar
pasien
c. Kaji lingkungan terhadap
kemungkinan bahaya terhadap
keamanan
d. Tingkatkan penglihatan pasien yang
masih tersisa

Tanggal 20 Mei 2017

Diagnosa
Tindakan Keperawatan Paraf
Keperawatan
Ketidakseimbangan a. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
nutrisi kurang dari
nutrisi yang dibutuhkan pasien
kebutuhan tubuh b. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
c. Monitor adanya penurunan berat
badan
d. Monitor lingkungan selama makan
e. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
f. Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah.
Nyeri akut a. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
b. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
c. Tentukan analgesic pilihan, rute
pemberian,dan dosis optimal
d. Pilih rute pemberian secara IV,IM
untuk pengobatan nyeri secara
teratur
e. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian anlgesik pertama
kali
f. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
g. Evaluasi efektifitas analgesic,tanda
dan gejala (efek samping)
Gangguan persepsi a. Kaji lingkungan terhadap
kemungkinan bahaya terhadap
sensori penglihatan
keamanan
b. Tingkatkan penglihatan pasien yang
masih tersisa
c. Jangan memindahkan barang-
barang di dalam kamar pasien tanpa
memberitahu pasien

Tanggal 21 Mei 2017

Diagnosa
Tindakan Keperawatan Paraf
Keperawatan
Ketidakseimbangan a. Monitor adanya penurunan berat
badan
nutrisi kurang dari
b. Monitor lingkungan selama makan
kebutuhan tubuh c. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
d. Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
Monitor mual muntah
Nyeri akut a. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
b. Pertahankan jalan napas yang paten
c. Pertahankan posisi pasien
d. Monitor tekanan perfusi serebral
e. Catat respon pasien terhadap
stimulasi
f. Monitor kualitas dari nadi
g. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
h. Monitor pola pernapasan abnormal
i. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Gangguan persepsi a. Membantu pembelajaran dan
penerimaan metode akternatif untuk
sensori penglihatan
menjalani hidup dengan penurunan
fungsi penglihatan
b. Identifikasi diri saat masuk kamar
pasien
c. Kaji lingkungan terhadap
kemungkinan bahaya terhadap
keamanan
d. Tingkatkan penglihatan pasien yang
masih tersisa
e. Jangan memindahkan barang-
barang di dalam kamar pasien tanpa
memberitahu pasien.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal 17 Mei 2017

Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf


Ketidakseimbangan S: klien mengatakan nafsu makan
nutrisi kurang dari menurun, mual saat makan.
kebutuhan tubuh Keluarga mengatakan pasien
mengalami penurunan berat-
badan ±8 kg.
O: kien tampak kurus, diit yang
diberikan rumah sakit hanya
habis 2-3 sendok makan, klien
tampak pucat.
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Nyeri akut S: klien mengatakan nyeri kepala,
nyeri terasa ditekan dibagian kanan
atas mata, nyeri dirasakan hilang
timbul.
O: klien tampak meringis skala nyeri
3-4.
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Gangguan persepsi S: klien mengatakan penglihatannya
sensori penglihatan kabur, hanya dapat melihat
lambaian tangan dan cahaya
terang.
O: nervus II. III, IV dan VI tidak
normal.
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Tanggal 18 Mei 2017

Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf


Ketidakseimbangan S: klien mengatakan nafsu makan
nutrisi kurang dari menurun, mual saat makan.
kebutuhan tubuh Keluarga mengatakan pasien
mengalami penurunan berat-
badan ±8 kg.
O: kien tampak kurus, diit yang
diberikan rumah sakit hanya
habis 2-3 sendok makan, klien
tampak pucat.
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Nyeri akut S: klien mengatakan nyeri kepala,
nyeri terasa ditekan dibagian kanan
atas mata, nyeri dirasakan hilang
timbul.
O: klien tampak meringis skala nyeri
3-4.
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Gangguan persepsi S: klien mengatakan penglihatannya
sensori penglihatan kabur, hanya dapat melihat
lambaian tangan dan cahaya
terang.
O: nervus II. III, IV dan VI tidak
normal.
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

Tanggal 19 Mei 2017

Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf


Ketidakseimbangan S: klien mengatakan nafsu makan
nutrisi kurang dari menurun, mual saat makan.
kebutuhan tubuh Keluarga mengatakan pasien
mengalami penurunan berat-
badan ±8 kg.
O: kien tampak kurus, diit yang
diberikan rumah sakit hanya
habis 2-3 sendok makan, klien
tampak pucat.
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Nyeri akut S: klien mengatakan nyeri kepala,
nyeri terasa ditekan dibagian kanan
atas mata, nyeri dirasakan hilang
timbul.
O: klien tampak meringis skala nyeri
3-4.
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Gangguan persepsi S: klien mengatakan penglihatannya
sensori penglihatan kabur, hanya dapat melihat
lambaian tangan dan cahaya
terang.
O: nervus II. III, IV dan VI tidak
normal.
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

Tanggal 20 Mei 2017

Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf


Ketidakseimbangan S: klien mengatakan nafsu makan
nutrisi kurang dari sudah ada
O: diit yang diberikan rumah sakit
kebutuhan tubuh
dapat dihabiskan
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
Nyeri akut S: klien mengatakan nyeri kepala,
nyeri terasa ditekan dibagian kanan
atas mata, nyeri dirasakan hilang
timbul.
O: klien tampak meringis skala nyeri
3-4.
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Gangguan persepsi S: klien mengatakan penglihatannya
sensori penglihatan kabur, hanya dapat melihat
lambaian tangan dan cahaya
terang.
O: nervus II. III, IV dan VI tidak
normal.
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Tanggal 21 Mei 2017

Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf


Ketidakseimbangan S: klien mengatakan nafsu makan
nutrisi kurang dari sudah ada
O: diit yang diberikan rumah sakit
kebutuhan tubuh
dapat dihabiskan
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
Nyeri akut S: klien mengatakan nyeri kepala,
nyeri terasa ditekan dibagian kanan
atas mata, nyeri dirasakan hilang
timbul.
O: klien tampak meringis skala nyeri
3-4.
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Gangguan persepsi S: klien mengatakan penglihatannya
sensori penglihatan kabur, hanya dapat melihat
lambaian tangan dan cahaya
terang.
O: nervus II. III, IV dan VI tidak
normal.
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
PARTISIPAN II

F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
3. PENGUMPULAN DATA
k. Identifikasi Klien:
11) Nama : Ny. S
12) Tempat/ tanggal lahir :Pariaman/ 02 Maret 1974
13) Jenis kelamin :Perempuan
14) Status kawin : Kawin
15) Agama : Islam
16) Pendidikan : SD
17) Pekerjaan :Ibu rumah tangga
18) Alamat :Sungai geringging Padang Pariaman
19) Diagnosa medis :SOL
20) No. MR : 978818

l. Identififkasi Penanggung Jawab


5) Nama : Tn. A
6) Pekerjaan : Petani
7) Alamat :Sungai geringging Padang Pariaman
8) Hubungan :Suami

m.Riwayat Kesehatan
2) Riwayat Kesehatan Sekarang:
e) Keluhan Utama:
Pasien masuk melalui IGD RSUP DR.M.Djamil Padang pada hari
selasa tanggal 16 Mei 2017 pukul 09.20 WIB, rujukan dari RSUD
Pariaman dengan keluhan penurunan kesadaran yang berangsur-
angsur sejak 1 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit, tidak
mau makan dan minum, nyeri kepala yang semakin lama semakin
hebat sejak ±6 bulan yang lalu, awalnya nyeri berkurang dengan
obat penghilang nyeri, namun sejak ±1 bulan yang lalu nyeri tidak
lagi berkurang dengan obat yang biasa diminum, nyeri kepala
kadang disertai muntah. Serta lemah anggota gerak kanan ±2 bulan
yang lalu terjadi berangsur-angsur, gangguan penglihatan ±3 bulan
yang lalu, penglihatan kedua mata kabur, adanya perubahan
perilaku serta berbicara tidak nyambung.

f) Keluhan saat dikaji (PQRST):


Saat dilakukan pengkajian pada hari selasa tanggal 16 Mei 2017
pukul 12.30 WIB, pasien tampak hanya bisa berbaring ditempat
tidur, nyeri kepala masih dirasakan, lemah anggota gerak bagian
kanan, berbicara tidak jelas, TD=140/90 mmHg, RR=23x/menit,
HR: 72x/menit, Suhu : 38,7°C

g) Riwayat kesehatan dahulu


Keluarga mengatakan pasien pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya, dan ini dirawat untuk ketiga kalinya di RSUP
DR.M.Djamil Padang. Pertama pasien dirawat sekitar tahun 2010
dengan penyakit Typus dan DBD saat hamil anak pertama, dibawa
ke RSUD Pariama dan dirujuk ke M.Djamil Padang, dirawat
selama ±12 hari, dan setelah itu diperbolehkan pulang, untuk yang
kedua masuk rumah sakit ±3 tahun yang lalu dengan masalah
tekanan darah tinggi saat hamil trimester akhir, dirawat ±2 minggu.
Pasien menderita tekanan darah tinggi sudah ±15 tahun yang lalu,
kontrol rutin ke puskesmas atau tempat pelayanan kesehatan jarang,
suka makan makanan yang bersantan, jarang berolahraga.

h) Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama yaitu tumor, ibu dari pasien mempunyai
riwayat hipertensi, dan tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit menular.

n. Pola Aktivitas Sehari- hari


6) Pola Nutrisi
a. Makan

Sehat : Keluarga mengatakan saat sehat pasien makan 3x sehari


(nasi+lauk+sayur),
Sakit : Saat sakit pasien diberikan MC TKTP 1800 Kkal.

b. Cairan
Sehat: Minum air putih sebanyak 7-8 gelas (1400-1600cc /hari)
Sakit: Saat sakit pasien diberikan MC TKTP 1800 Kkal.

7) Pola Eliminasi
c. BAB
Sehat: BAB lancer 1x sehari dengan konsistensi lunak
Sakit: BAB jarang 1x dalam 2 hari dengan konsistensi cair.
d. BAK
Sehat: BAK pasien lancar ±7x sehari, bau khas.
Sakit: Pasien terpasang kateter BAK ±1400 cc/hari,

8) Pola Istirahat dan Tidur


Sehat : Pasien tidur 7 jam pada malam hari, kualitas tidur baik.
Sakit : Pasien tidur kurang lebih 6-7 jam dalam sehari semalam,
keluarga mengatakan pasien sering terbangun pada malam hari
namun dapat tertidur kembali.
9) Pola Aktivitas dan Latihan
Sehat : Keluarga mengatakan pasien seorang ibu rumah tangga, bisa
melakukan aktivitas tanpa dibantu olah keluarga
Sakit :Pasien hanya ditempat tidur aktivitas dibantu keluarga dan
perawat.

10) Pola Bekerja


Sehat : Paien merupakan seorang ibu rumah tangga
Sakit : Pasien tidak bekerja dan hanya terbaring di Rumah sakit

o. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)


11) Keadaan umum
Kesadaran : Apatis
GCS : 12 E3 M 6 V 3
TTV : TD=140/90 mmHg, RR=23x/menit, HR=72x/menit,
Suhu=38,7°C.
12) Kepala:
Simetris, tidak ada hematom, tidak ada lesi
13) Mata:
Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pemeriksaan
Nervus II (Optikus) tidak normal, ketajaman penglihatan berkurang,
pasien tidak dapat melihat angka yang diberikan sejauh 1 meter
penglihatan mata kiri dan kanan kabur, begitu pula dengan lapang
pandang, Nervus III (Okulomotorius), Nervus IV (Troklearis) dan
Nervus VI (Abdusen) respon pupil isokor kiri dan kanan refleks
terhadap cahaya +/+ tidak berkonstriksi terhadap cahaya, respon
membuka kelopak mata normal, untuk menggerakkan mata kearah
vertikal, horizontal serta diagonal pasien tidak bisa untuk mengikuti
arah yang diberikan.

14) Hidung:
Bersih, tidak ada pendarahan, pernafasan cuping hidung (-)
pemeriksaan Nervus I (Olfaktorius) tidak dapat dinilai
15) Telinga:
simetris kiri dan kanan, bersih, serumen (+), Pemeriksaan nervus VIII
(Akustikus) tidak dapat dinilai.
16) Mulut:
Bibir tampak pucat, mukosa bibir kering, pemeriksaan Nervus IX
(Glosofaringeus) dan Nervus X (Vagus), dan Nervus XII (Hipoglosus)
tidak dapat dinilai
17) Leher:
Tidak terdapat pembesaran kelenjer getah bening dan kelenjer tyroid,
kaku kuduk (+), pemeriksaan Nervus XI (Asesorius) tidak dapat dinilai
18) Dada:
Pernafasan:
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : fremitus kiri dan kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak ada bunyi nafas tambahan
Kardiovakuler:
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus kordis teraba
Perkusi : bunyi pekak
Auskultasi : irama jantung teratur
19) Abdomen:
Inspeksi : simetris
Auskultasi : bising usus terdengar 8x/menit
Palpasi :tidak ada nyeri tekan maupun lepas
Perkusi : bunyi timpani

20) Ekstremitas:
Atas : udema (-), akral hangat, CRT <2 detik, terpasang IVFD NaCl
0,9% 12 tetes/menit bagian dextra. Pemeriksaan refleks biseps
(+), refleks trisep (+), refleks brakioradialis(+).
Bawah : udema (-), CRT <2 detik. Refleks babinski (+), chadock (+),
gordon (+), Oppenheim (+), Hoffman-trommer (+). refleks
kuadriseps (+), refleks Achilles (+), brudzinski I (-), laseque
(-), brudzinski II (-), kernig (-).

Pemeriksaan kekuatan otot


111 333

111 333

p. Data Psikologis
6) Status Emosional
Status emosional pasien baik dan menerima semua pengobatan tanpa
penolakan.

7) Kecemasan
Pasien tampak gelisah

8) Pola Koping
Pola koping adatif, mampu menerima kenyataan dan berusaha untuk
sembuh dari penyakit yang dideritanya.

9) Gaya Komunikasi
Terarah

10) Konsep Diri


Keluarga mengatakan bahwa dia adalah seorang ibu rumah tangga yang
dapat mengurus pekerjaan rumah tangga dengan baik.

q. Data sosial
Pasien merupakan orang yang suka bersosialisasi, aktif dalam kegiatan
masyarakat di daerahnya.

r. Data Spiritual
Pasien menganut agama islam, klien tidak menjalankan shalat 5 waktu
karena dalam kondisi sakit.

s. Data Penunjang
3) Hematologi
Tanggal pengambilan sampel: 16 Mei 2017
No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
1. Hemoglobin 10,8 g/dl 12-16 g/dl
3
2. Leukosit 14.260/mm 5.000-10.000/mm3
3. Trombosit 146.000/mm 150.000-400.000/mm3
3

4. Hematrokit 34 % 37-43 %
Kesimpulan:
Anemia ringan, Leukositosis, Trombositopenia.

4) Kimia Klinik
Tanggal pengambilan sampel : 16 dan 17 Mei 2017
N Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
o
1 Ureum darah 202 mg/dl 10,0-50,0 mg/dl
2 Kreatinin 1,7 mg/dl 0,6-1,1 mg/dl
3 Natrium 145 Mmol/L 136-145 Mmol/L
4 Kalium 3,2 Mmol/L 3,5-5,1 Mmol/L
5 Klorida serum 111 Mmol/L 97-111 Mmol/L
6 Total protein 5,8 g/dl 6,6-8,7 g/dl
7 Albumin 2,8 g/dl 3,8-5,0 g/dl
8 Globulin 3,0 g/dl 1,3-2,7 g/dl
9 SGOT 102 u/l <32 u/l
10 SGPT 99 u/l <31 u/l
11 Bilirubin total 3,2 mg/dl 0,3-1,0 mg/dl
12 Bilirubin direk 2,7 mg/dl <0,20 mg/dl
13 Bilirubin indirek 2,5 mg/dl <0,60 mg/dl
Kesimpulan : Ureum darah tinggi, kreatinin tinggi, albumin rendah,
SGOT dan SGPT tinggi, bilirubin tinggi.

5) Imunologi-Serologi
No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
1 HBsAg 0,03 <0,13
2 Anti HCV 0,27 <1
Kesimpulan :HBsAg Negatif dan anti HCV Negatif.

6) Diagnostik
Gambar hasil CT-Scan kontras (19 Mei 2017)
t. Program dan Rancanagan Pengobatan
1. IVFD NaCl 0.9% 12 tetes/I
2. O2 4L/i, Diit MC TKTP 1800 Kkal.
3. PCT 3x500 gr (Infus).
4. injeksi Dexametason 4x10 gr.
5. Ranitidin 3x50 gr, Ceftriaxon 2x1gr.

4. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1. DS: Peningkatan tekanan Ketidakefektifan
Keluarga mengakan pasien intrakranial perfusi jaringan
klien sering mengalami serebral
nyeri kepala, nyeri terasa
hilang timbul, kadang nyeri
kepala diiringin dengan
muntah

Do :
Pasien tampak sering
meringis, gelisah, tampak
banyak tidur, pasien tampak
pucat, mukosa bibir kering.
TD=140/90 mmHg,
MAP=106 mmHg.
2. DS: Agen cidera biologis Nyeri akut
Keluarga mengatakan pasien
sering mengeluh pusing,
nyeri dirasakan hilang
timbul
Do :
Pasien tampak meringis,
gelisah, TD=140/90 mmHg,
HR=72x/menit.

3. DS: Gangguan Hambatan mobilitas


Keluarga mengatakan
neuromuskular. fisik
anggota gerak kanan lemah,
tidak bisa digerakan, terasa
berat jika akan digerakan.
DO :
Pasien terlihat tidak bisa
mengangkat tangan dan kaki
bagian kanan
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Ditemukan Masalah Dipecahkan


Diagnosa Keperawatan
Tgl Paraf Tgl Paraf
1. Ketidakefektifan perfusi 16-5-2017
jaringan serebral
berhubungan dengan
peningkatan tekanan
intrakranial.
2. Nyeri akut berhubungan 16-5-2017
dengan agen cidera
biologis.
3. Hambatan mobilitas fisik 24-5-2017
berhubungan gangguan
neuromuskular.

H. PERENCANAAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Intervensi
. Keperawatan NOC NIC
1. Ketidakefektifan a. Circulation status Oxygen Therapy
perfusi jaringan Kriteria hasil: a. Periksa mulut,
serebral 1. Tekanan systole dan hidung, dan sekret
diastole dalam trakea
rentang yang b. Pertahankan jalan
diharapkan napas yang paten
2. Tidak ada c. Atur peralatan
ortostatikhipertensi oksigenasi
3. Tidak ada tanda- d. Monitor aliran
tanda peningkatan oksigen
tekanan intrakranial e. Pertahankan posisi
pasien
b. Perfusi jaringan: f. Observasi tanda-
serebral tanda hipoventilasi
Kriteria hasil: g. Monitor adanya
6) Mempertahankan kecemasan pasien
tekanan intrakranial terhadap oksigenasi
7) Tekanan darah
dalam rentang Monitoring Peningkatan
normal Intrakranial
8) Tidak ada nyeri a. Monitor tekanan
kepala perfusi serebral
9) Tidak ada muntah b. Catat respon pasien
10) Memonitor tingkat terhadap stimulasi
kesadaran c. Monitor tekanan
intrakranial pasien
dan respon neurologi
terhadap aktifitas

d. Monitor intake dan


output cairan
e. Kolaborasi dalam
pemberian antibiotic
f. Posisikan pasien
pada posisi semi
fowler
g. Minimalkan
stimulasi dari
lingkungan

Vital Sign Monitoring


a. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
b. Monitor vital sign
saat pasien berbaring,
duduk, dan berdiri
c. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
d. Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
e. Monitor kualitas dari
nadi
f. Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
g. Monitor pola
pernapasan abnormal
h. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
i. Monitor sianosis
perifer
j. Monitor adanya
cushling triad
(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
k. Ideniikasi penyebab
dari perubahan vital
sign.

2. Nyeri akut Pain Level Pain management


berhubungan Indikator: a. Lakukan pengkajian
dengan agen cidera a. Melaporkan nyeri nyeri secara
biologis b. Durasi nyeri komprehensif
c. Menunjukkan lokasi termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
nyeri
frekuensi, kualitas
d. Meringis
dan faktor presipitasi
e. Ekspresi wajah nyeri
b. Observasi reaksi non
kegelisahan verbal dari
f. Fokus menyempit ketidaknyamanan
g. Ketegangan otot c. Gunakan teknik
h. Kehilangan selera komunikasi
makan terapeutik untuk
i. Mual mengetahui
j. Intoleransi makanan pengalaman nyeri
pasien
Pain Control d. Kaji kultur yang
Indikator : mempengaruhi
a. Mengakui timbulnya respon nyeri
nyeri e. Evaluasi pengalaman
b. Menjelaskan faktor nyeri masa lampau
f. Evaluasi bersama
penyebab
pasien dan tim
c. Menggunakan buku
kesehatan lain
harian untuk memantau tentang
gejala dari waktu ke ketidakefektifan
waktu kontrol nyeri masa
d. Menggunakan tindakan lampau
pencegahan g. Bantu pasien dan
menggunakan non keluarga untuk
analgesik ukuran lega mencari dan
menemukan
menggunakan analgesik
dukungan
seperti yang dianjurkan h. Kontrol lingkungan
e. Laporan nyeri yang dapat
dikendalikan mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
Comfort Level i. Kurangi faktor
Indikator : presipitasi nyeri
a. Reaksi obat j. Pilih dan lakukan
b. Otonomi pribadi penanganan nyeri
c. Relokasi adaptasi (farmakologi,non
d. Lingkungan yang farmakologi dan inter
aman personal)
k. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan
intervensi
l. Ajarkan teknik non
farmakologis
m. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
n. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
o. Tingkatkan istirahat
p. Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
q. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

Analgesic administration
a. Tentukan lokasi,
karakteristik,kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
b. Cek instruksi dokter
tentang jenis
obat,dosis,dan
frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
e. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
f. Tentukan analgesic
pilihan, rute
pemberian,dan dosis
optimal.

g. Pilih rute pemberian


secara IV,IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
h. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian anlgesik
pertama kali
i. Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
j. Evaluasi efektifitas
analgesic,tanda dan
gejala (efek samping)
3. Hambatan mobilitas NOC: NIC:
fisik berhubungan a) Joint Movement Exercise Therapy:
dengan gangguan b) Mobility Level ambulation
neuromuskular. c) Self Care a) Monitoring vital sign
d) Transfer performance sebelum dan sesudah
latihan dan lihat
respon pasien saat
Kriteri Hasil :
latihan
a) Klien meningkat dalam b) Konsultasikan
aktivitas fisik dengan terapi fisik
b) Mengerti tujuan dari tentang rencana
peningkatan mobilitas ambulasi sesuai
Memverbalisasikan dengan kebutuhan
perasaan dalam c) Kaji kemapuan
meningkatkan kekuatan pasien dalam
dan kemampuan mobilisasi
berpindah d) Latih pasien dalam
pemenuhan
kbeutuhan ADLs
secara mandiri sesuai
kemampuan pasien
e) Dampingi dan bantu
pasien saat
mobilisasi
f) Berikan alat bantu
jika klien
memerlukan
g) Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan
I. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal 16 Mei 2017

Diagnosa
Tindakan Keperawatan Paraf
Keperawatan
Ketidakefektifan a. Pertahankan jalan napas yang paten
perfusi jaringan b. Pertahankan posisi pasien
serebral c. Monitor tekanan perfusi serebral
d. Catat respon pasien terhadap
stimulasi
e. Monitor tekanan intrakranial pasien
dan respon neurologi terhadap
aktifitas
f. Monitor intake dan output cairan
g. Kolaborasi dalam pemberian
antibiotik
h. Posisikan pasien pada posisi semi
fowler
i. Minimalkan stimulasi dari
lingkungan

Nyeri Akut g. Lakukan pengkajian nyeri secara


komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
h. Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan
i. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
j. Kaji kultur yang mempengaruhi
respon nyeri
k. Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau
l. Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa
lampau
Hambatan mobilitas a. Monitoring vital sign sebelum dan
fisik sesudah latihan dan lihat respon
pasien saat latihan
b. Konsultasikan dengan terapi fisik
tentang rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
c. Kaji kemapuan pasien dalam
mobilisasi
d. Latih pasien dalam pemenuhan
kbeutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan pasien
e. Dampingi dan bantu pasien saat
mobilisasi
f. Berikan alat bantu jika klien
memerlukan

Tanggal 17 Mei 2017

Diagnosa
Tindakan Keperawatan Paraf
Keperawatan
Ketidakefektifan a. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
b. Monitor vital sign saat pasien
perfusi jaringan
berbaring
serebral c. Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
d. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
e. Monitor kualitas dari nadi
f. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
g. Monitor pola pernapasan abnormal
h. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
i. Monitor sianosis perifer
j. Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign.
Nyeri akut h. Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
i. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
j. Kurangi faktor presipitasi nyeri
k. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi,non farmakologi dan
inter personal)
l. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
m. Ajarkan teknik non farmakologis
n. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri

Hambatan mobilitas a. Ajarkan pasien bagaimana merubah


fisik posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
b. Kaji kemapuan pasien dalam
mobilisasi
c. Latih pasien dalam pemenuhan
kbeutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan pasien
d. Dampingi dan bantu pasien saat
mobilisasi
e. Berikan alat bantu jika klien
memerlukan

Tanggal 18 Mei 2017

Diagnosa
Tindakan Keperawatan Paraf
Keperawatan
Ketidakefektifan a. Monitor kualitas dari nadi
b. Monitor frekuensi dan irama
perfusi jaringan
pernapasan
serebral c. Monitor pola pernapasan abnormal
d. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
e. Monitor sianosis perifer
f. Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign.
Nyeri akut h. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
i. Tingkatkan istirahat
j. Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
k. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
l. Tentukan lokasi,
karakteristik,kualitas,dan derajat
nyeri sebelum pemberian obat
m. Cek instruksi dokter tentang jenis
obat,dosis,dan frekuensi
n. Cek riwayat alergi
Hambatan mobilitas a. Dampingi dan bantu pasien saat
fisik mobilisasi
b. Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
c. Kaji kemapuan pasien dalam
mobilisasi
d. Latih pasien dalam pemenuhan
kbeutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan pasien
e. Berikan alat bantu jika klien
memerlukan

Tanggal 19 Mei 2017

Diagnosa
Tindakan Keperawatan Paraf
Keperawatan
Ketidakefektifan a. Pertahankan posisi pasien
b. Monitor tekanan perfusi serebral
perfusi jaringan
c. Catat respon pasien terhadap
serebral stimulasi
d. Monitor tekanan intrakranial pasien
dan respon neurologi terhadap
aktifitas
e. Monitor intake dan output cairan
f. Kolaborasi dalam pemberian
antibiotik
g. Posisikan pasien pada posisi semi
fowler.
Nyeri akut h. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
i. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
j. Tentukan analgesic pilihan, rute
pemberian,dan dosis optimal
k. Pilih rute pemberian secara IV,IM
untuk pengobatan nyeri secara
teratur
l. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian anlgesik pertama
kali
m. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektifitas analgesic,tanda
dan gejala (efek samping)
Hambatan mobilitas a. Latih pasien dalam pemenuhan
kbeutuhan ADLs secara mandiri
fisik
sesuai kemampuan pasien
b. Dampingi dan bantu pasien saat
mobilisasi
c. Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
d. Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan.
f. Dampingi dan bantu pasien saat
mobilisasi
g. Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
Tanggal 20 Mei 2017

Diagnosa
Tindakan Keperawatan Paraf
Keperawatan
Ketidakefektifan a. Monitor pola pernapasan abnormal
b. Monitor suhu, warna, dan
perfusi jaringan
kelembaban kulit
serebral c. Monitor sianosis perifer
d. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
e. Pertahankan jalan napas yang paten
f. Pertahankan posisi pasien
g. Monitor tekanan perfusi serebral
h. Catat respon pasien terhadap
stimulasi

Nyeri akut j. Identifikasi penyebab dari


perubahan vital sign.
k. Pertahankan jalan napas yang paten
l. Pertahankan posisi pasien
m. Monitor tekanan perfusi serebral
n. Catat respon pasien terhadap
stimulasi
o. Monitor kualitas dari nadi
p. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
q. Monitor pola pernapasan abnormal
r. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit

Hambatan mobilitas a. Konsultasikan dengan terapi fisik


fisik tentang rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
b. Kaji kemapuan pasien dalam
mobilisasi
c. Latih pasien dalam pemenuhan
kbeutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan pasien
d. Dampingi dan bantu pasien saat
mobilisasi
e. Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
J. EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal 16 Mei 2017

Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf


Ketidakefektifan perfusi S: klien mengatakan kepala nya
jaringan serebral masih pusing dan nyeri
O: kien tampak hanya tertidur, klien
mengalami penurunan kesadaran,
tingkat kesadaran apatis, GCS 12,
TD : 140/90mmHg, HR
72x/menit, RR 23x/menit, suhu
38,7°C
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Nyeri akut S: klien mengatakan nyeri kepala
seperti ditekan dan terasa hilang
timbul
O: klien tampak gelisah, tampak
sesekali meringis
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

Hambatan mobilitas fisik S: keluarga mengatakan anggota


gerak kanan masih lemah, tidak
bisa digerakkan.
O: klien tampak hanya bisa
menggerakan anggota gerak kiri
saja, aktivitas dibantu oleh
keluarga
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

Tanggal 17 Mei 2017


Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf
Ketidakefektifan perfusi S: klien mengatakan kepala nya
jaringan serebral masih pusing dan nyeri
O: kien tampak hanya tertidur, klien
mengalami penurunan kesadaran,
tingkat kesadaran apatis, GCS 12,
TD : 137/73mmHg, HR
65x/menit, RR 24x/menit, suhu
37,1°C
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Nyeri akut S: klien mengatakan nyeri kepala
seperti ditekan dan terasa hilang
timbul
O: klien tampak gelisah, tampak
sesekali meringis
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Hambatan mobilitas fisik S: keluarga mengatakan anggota
gerak kanan masih lemah, tidak
bisa digerakkan.
O: klien tampak hanya bisa
menggerakan anggota gerak kiri
saja, aktivitas dibantu oleh
keluarga
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

Tanggal 18 Mei 2017

Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf


Ketidakefektifan perfusi S: klien mengatakan kepala nya
jaringan serebral masih pusing dan nyeri
O: kien tampak hanya tertidur, klien
mengalami penurunan kesadaran,
tingkat kesadaran apatis, GCS 12,
TD : 149/107mmHg, HR
91x/menit, RR 20x/menit, suhu
36,9°C
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Nyeri akut S: klien mengatakan nyeri kepala
seperti ditekan dan terasa hilang
timbul
O: klien tampak gelisah, tampak
sesekali meringis
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Hambatan mobilitas fisik S: keluarga mengatakan anggota
gerak kanan masih lemah, tidak
bisa digerakkan.
O: klien tampak hanya bisa
menggerakan anggota gerak kiri
saja, aktivitas dibantu oleh
keluarga
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

Tanggal 19 Mei 2017

Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf


Ketidakefektifan perfusi S: klien mengatakan kepala nya
jaringan serebral masih pusing dan nyeri
O: kien tampak hanya tertidur, klien
mengalami penurunan kesadaran,
tingkat kesadaran apatis, GCS 12,
TD : 154/100mmHg, HR
80x/menit, RR 23x/menit, suhu
37,7°C
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

Nyeri akut S: klien mengatakan nyeri kepala


seperti ditekan dan terasa hilang
timbul
O: klien tampak gelisah, tampak
sesekali meringis
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Hambatan mobilitas fisik S: keluarga mengatakan anggota
gerak kanan masih lemah, tidak
bisa digerakkan.
O: klien tampak hanya bisa
menggerakan anggota gerak kiri
saja, aktivitas dibantu oleh
keluarga
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

Tanggal 20 Mei 2017

Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf


Ketidakefektifan perfusi S: klien mengatakan kepala nya
jaringan serebral masih pusing dan nyeri
O: kien tampak hanya tertidur, klien
mengalami penurunan kesadaran,
tingkat kesadaran apatis, GCS 12,
TD : 150/90mmHg, HR
80x/menit, RR 20x/menit, suhu
36,6°C
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Nyeri akut S: klien mengatakan nyeri kepala
seperti ditekan dan terasa hilang
timbul
O: klien tampak gelisah, tampak
sesekali meringis
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Hambatan mobilitas fisik S: keluarga mengatakan anggota
gerak kanan masih lemah, tidak
bisa digerakkan.
O: klien tampak hanya bisa
menggerakan anggota gerak kiri
saja, aktivitas dibantu oleh
keluarga
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

HASIL DOKUMENTASI
PARTISIPAN 1

Hari pertama Hari kedua

Hari ketiga Hari keempat


Hari kelima Diagnosa keperawatan

Data pengkajian Data catatan perkembangan pasien

HASIL DOKUMENTASI
PARTISIPAN 2
Hari pertama Hari kedua

Hari ketiga Hari keempat

Hari kelima Diagnosa Keperawatan


Data Pengkajian Keperawatan Data catatatan perkembangan

Anda mungkin juga menyukai