Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA

ASPEK SPIRITUAL

Dosen Pembimbing :

Ns. Aisyah, M.Kep

Disusun Oleh :

1. Anggita Delia Putri Atifa (2019720170)


2. Dinda Annisyah (2019720104)
3. Dinda Dwi Angelia (2019720121)
4. Siti Nursyarija (2019720071)
5. Syifa Husnul Muna (2019720158)
6. Tri Yudha Noor M. P. (2019720054)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,

Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keper

awatan Menjelang Ajal dan Paliatif. Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai “Asuh

an keperawatan Paliatif Pada Aspek Spiritual”. Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak ke

sulitan yang kami hadapi. Namun berkat kerja sama anggota kelompok, sehingga makalah ini

dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Kami menyadari sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa da

n masih banyak belajar dalam membuat makalah. Oleh karena itu, kami sangat mengharapka

n adanya kritik dan saran yang positif agar makalah ini menjadi lebih baik dan bermanfaat.

Jakarta, 14 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
1. LATAR BELAKANG..............................................................................................................4
2. TUJUAN PENULISAN...........................................................................................................4
3. MANFAAT PENULISAN.......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
A. EPIDEMIOLOGI....................................................................................................................6
B. PENGERTIAN.........................................................................................................................7
C. ETIOLOGI...............................................................................................................................7
D. GEJALA...................................................................................................................................8
E. PATOGENESIS.......................................................................................................................9
F. PENCEGAHAN.....................................................................................................................11
G. PENGENDALIAN...................................................................................................................13
H. DEFINISI SPIRITUAL.....................................................................................................14
I. KARAKTERISTIK SPIRITUAL.........................................................................................15
J. KONSEP KEBUTUHAN DASAR SPIRITUAL.................................................................15
K. SIKAP PASIEN KANKER MENGAHADAPI SAKIT DAN KEMATIAN..................16
L. PENDEKATAN SPIRITUAL PADA PASIEN....................................................................17
M. PERAN KEPERAWATAN DALAM SPIRITUAL.........................................................18
N. ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................................21
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................31
1. KESIMPULAN......................................................................................................................31
2. SARAN...................................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................31
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Kanker paru adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ di dalam paru atau system
pernafasan. Biasanya di sebabkan oleh sel-sel di dalam paru yang abnormal dan bisa juga
berasal dari bagian tubuh yang terkena kanker sehingga menjalar ke organ yang lain.

Pada awal Abad ke-20, kanker paru menjadi masalah global. Kanker paru merupakan
kanker yang paling sering di dunia. Saat ini, 1,2 juta orang meninggal karena kanker paru-
paru setiap tahun dan kejadian global kanker paru-paru semakin meningkat (Hansen, 2008).

World Health Organisation (WHO) tahun 2007 melaporkan bahwa insidens penyakit
kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13 %. Di negara maju seperti
Amerika Serikat dan Inggris, kematian akibat kanker menduduki peringkat kedua setelah
penyakit kardiovaskuler. Salah satu penyakit kanker yang menyebabkan kematian tertinggi di
dunia adalah kanker paru.

WHO World Report 2000 melaporkan, PMR kanker paru pada tahun 1999 di dunia 2,1%.
Menurut WHO, Cause Specific Death Rate (CSDR) kanker trakea, bronkus, dan paru di dunia
13,2 per 100.000 penduduk dengan PMR 2,3% (WHO, 2004).

Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Je nderal PPM & PL di 5 rumah sakit
propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera
Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan angka kesakitan disebabkan oleh kanker paru sebesar
30%. (Depkes RI, 2004)

Tingginya angka merokok pada masyarakat Indonesia akan menjadikan kanker paru
sebagai salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Kanker paru merupakan salah satu jenis
penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan
diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana dan
memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penemuan kanker paru pada stadium dini
akan sangat membantu penderita (PDPI, 2003)

2. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini yaitu :
A. Untuk Mengetahui epidemiologi dari Ca. Paru
B. Untuk Mengetahui definisi Ca. Paru
C. Untuk mengetahui etiologi dari ca paru
D. Untuk mengetahui gejala dari ca paru
E. Untuk mengetahui pathogenesis dari ca paru
F. Untuk mengetahui pencegahan dari ca paru
G. Untuk mengetahui bentuk pengendalian dari ca paru

3. MANFAAT PENULISAN
Penulis berharap dari adanya penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat kebanyak
pihak
diantaranya sbb :
1. Bagi penulis, memberikan gambaran mengenai kanker paru secara umum dan
terperinci
2. Bagi mahasiswa, di manfaatkan dan digunakan oleh teman-teman sebagai bahan
referensi terkait masalah Ca paru dan penerapannya pada bidang ilmu Kesehatan,
selain itu juga dapat bermanfaat sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut
3. Pihak umum, sebagai bahan bacaan, sumber informasi dan referensi terkait masalah
penyakit ca paru
BAB II

PEMBAHASAN
A. EPIDEMIOLOGI
Kanker paru masih menjadi sala h satu keganasan yang paling sering, berkisar 20% dari
seluruh kasus kanker pada laki-laki deng an risiko terkena 1 dari 13 orang dan 12% dari
semua kasus kanker pada perempuan dengan risiko terkena 1 dari 23 orang. Di Inggris rata-
rata 40.000 kasus baru dilaporkan setiap tahun. Perkiraan inside nsi kanker paru pa da laki-
laki tahun 2005 di Amerika Serikat adalah 92.305 dengan rata-rata 91.537 orang meninggal
karena kanker. American Cancer Society mengestimasikan kanker paru di Amerika Serikat
pada tahun 2010 sebagai berikut :
1. Sekitar 222.520 kasus baru kanker paru akan terdiagnosa (116.750 orang laki-laki dan
105.770 orang perempuan).
2. Estimasi kematian karena kanker pa ru sekitar 157.300 kasus (86.220 pada laki-laki
dan 71.080 pada perempuan), berkisar 28% dari semua kasus kematian karena kanker.

Risiko terjadinya kanker paru sekitar 4 kali lebih besar pada laki-laki dibandingkan
perempuan dan risiko meningkat sesuai dengan usia: di Eropa insidensi kanker paru 7 dari
100.000 laki-laki dan 3 dari 100.000 perempuan pada usia 35 tahun, tetapi pada pasien >75
tahun, insidensi 440 pada laki-laki dan 72 pada perempuan.

Variasi insidensi kanker paru secara geografik yang luas juga dilaporkan dan hal ini
terutama berhubungan dengan kebiasaan merokok yang bervariasi di seluruh dunia. Menurut
penelitian Widyastuti, jumlah penderita kanker paru di RSUP H.Adam Malik Medan pada
tahun 2000 ada 36 orang (7,07%), 54 orang (12,62%) tahun 2001, 88 orang (15,52%) pada
tahun 2002 (Sri Widyastuti, 2004). Penelitian yang dilakukan Melindawati menunjukkan
jumlah penderita kanker paru sebanyak 378 orang pada tahun 2004 -2008 dengan perincian
pada tahun 2004 sebanyak 63 orang, tahun 2005 sebanyak 88 orang, tahun 2006 sebanyak 68
orang, tahun 2007 sebanyak 70 orang, dan tahun 2008 sebanyak 89 orang ( Melindawati,
2008).

Menurut Departemen Kesehatan melalui pusat promosi kesehatan menyatakan Indonesia


merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan
produksi rokok tertinggi. Berdasarkan data dari WHO, prevalensi merokok di kalangan orang
dewasa meningkat ke 31,5% pada tahun 2001 dari 26,9 % pada tahun 1995. Pada tahun 2001,
62,2% dari pria dewasa merokok, dibandingkan dengan 53,4 % pada tahun 1995. Rata - rata
umur mulai merokok yang semula 18,8 tahun pada tahun 1995 menurun ke 18,4 tahun pada
tahun 2001. Prevalensi merokok pada pria meningkat cepat seiring dengan bertambahnya
umur: dari 0,7% (10- 14 tahun), ke 24,2 % (15- 19 tahun), melonjak ke 60,1 % (20 - 24
tahun). Remaja pria umur 15-19 tahun mengalami peningkatan konsumsi sebesar 65% antara
1995 dan 2001 – lebih tinggi dari kelompok lain manapun. (WHO, 2001). Dapat dilihat
bahwa terjadi peningkatan prevalensi merokok dalam jangka waktu 5 tahun.

B. PENGERTIAN
Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang
dapat
mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas dan
neoplasma.

Salah satu fitur mendefinisikan kanker adalah pertumbuhan sel - sel baru secara abnormal
yang tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah
tubuh dan menyebar ke organ lain. Menurut National Cancer Institute (2009), Kanker adalah
suatu istilah untuk penyakit di mana sel - sel membelah secara abnormal tanpa control dan
dapat menyerang jaringan di sekitarnya. Proses ini disebut metastasis. Metastasis merupakan
penyebab utama ke matian akibat kanker (WHO, 2009).

Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam
jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama asap
rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).

Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru
berasal dari selsel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang terkena
kanker.

Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya didalam rongga dada. Jenis
tumor paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC ( Small Cell Lung Cancer ) dan
NSLC ( Non Small Cell Lung Cancer / Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel
besar ).

C. ETIOLOGI
1. Merokok
Merupakan penyebab utama Ca paru. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah
ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru
(karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih
besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah
meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar
10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika
dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
2. Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang
radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan
adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi
operatif.
3. Zat-zat yang terhirup ditempat kerja .
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur
nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru – paru hematite) dan
orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan
insiden. Contoh : radon, nikel, radiasi dan arsen.
4. Polusi Udara
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada
mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan
uap diesel dalam atmosfer di kota. Contoh: Polusi udara, pemaparan gas RT, asap kendaraan/
pembakaran (Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).
5. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru,yakni :
a. Proton oncogen.
b. Tumor suppressor gene.
c. Gene encoding enzyme.

Teori Onkogenesis.
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor dalam genom
(onkogen). Adanyainisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara menghilangkan
(delesi/del) atau penyisipan(insersi/ inS) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen
erbB1 dan atau neu/erbB2 berperandalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara
alamiah- programmed cell death). Perubahantampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran
dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel kankerdengan sifat pertumbuhan yang autonom.
Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetic yangpada permulaan terbatas pada sel
sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya.

6. Diet
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan vitamin A menyebabkan
tingginyaresiko terkena kanker paru. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).

D. GEJALA
Gejala paling umum yang ditemui pada penderita kanker paru adalah:
- Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat.
- Dahak berdarah, berubah warna dan makin banyak.
- Napas sesak dan pendek-pendek.
- Sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas.
- Kelelahan kronis
- Kehilangan selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
- Suara serak/parau.
- Pembengkakan di wajah atau leher.

Gejala pada kanker paru umumnya tidak terlalu kentara, sehingga kebanyakan penderita
kanker paruyang mencari bantuan medis telah berada dalam stadium lanjut. Kasusk-kasus
stadium dini/ awal seringditemukan tanpa sengaja ketika seseorang melakukan pemeriksaan
kesehatan rutin.

E. PATOGENESIS
Patogenesis kanker paru belum diketahui secara pasti. Sel mukosal bronkial mengalami
perubahanmetaplastik sebagai respon terhadap paparan kronis dari partikel yang terhirup dan
kemudian melukaiparu. Sebagai respon dari adanya luka selular tersebut, maka terjadilah
peradangan. Sel basal mukosalakan mengalami proliferasi dan terdiferensiasi menjadi sel
goblet yang mensekresi mukus. Aktivitasmetaplastik terjadi akibat pergantian lapisan
epitelium kolumnar dengan epitelium skuamus, yangdisertai dengan atipia selular dan
peningkatan aktivitas mitotik yang berkembang menjadi displasiamukosal. Rentang waktu
proses ini belum dapat dipastikan, hanya diperkirakan kurang lebih antara 10hingga 20 tahun.

Jika dilihat dari manifestasi klinisnya, dapat dikategorikan menjadi gejala intrapulmonal
intratorakal,gejala ekstrapulmonal intratorakal, gejala ekstrato rakal non metastasis dan gejala
ekstratorakalmetastasis.
1. Manifestasi Lokal Kanker Paru (Intrapulmonal Intratorakal)
Gejala yang paling sering adalah batuk kronis dengan/tanpa produksi sputum.
Produksi sputumyang berlebih merupakan suatu gejala karsinoma sel bronkoalveolar
( bronchoalveolar cell carcinoma).Hemoptisis (batuk darah) merupakan gejala pada
hampir 50% kasus. Nyeri dada juga umum terjadi danbervariasi mulai dari nyeri pada
lokasi tumor atau nyeri yang lebih berat oleh karena adanya invasi kedinding dada
atau mediastinum. Susah bernafas ( dyspnea) dan penurunan berat badan juga
seringdikeluhkan oleh pasien kanker paru. Pneumonia fokal rekuren dan pneumonia
segmental mungkinterjadi karena lesi obstruktif dalam saluran nafas. Mengi unilateral
dan monofonik jarang terjadi karenaadanya tumor bronkial obstruksi. Stridor dapat
ditemukan bila trakea sudah terlibat.

2. Manifestasi Ekstrapulmonal Intratorakal


Manifestasi ini disebabkan oleh adanya invasi/ekste nsi kanker paru ke
struktur/organsekitarnya. Sesak nafas dan nyeri dada bisa disebabkan oleh
keterlibatan pleura atau perikardial. Efusipleura dapat menyebabkan sesak nafas, dan
efusi perikardial dapat menimbulkan gangguankardiovaskuler. Tumor lobus atas
kanan atau kelenjar mediastinum dapat menginvasi atau menyebabkankompresi vena
kava superior dari eksternal. Dengan demikian pasien tersebut akan menunjukkan
suatusindroma vena kava superior, yaitu nyeri kepala, wajah sembab/plethora, lehar
edema dan kongesti,pelebaran vena-vena dada. Tumor apeks dapat meluas dan
melibatkan cabang simpatis superior danmenyebabkan sindroma Horner, melibatkan
pleksus brakialis dan menyebabkan nyeri pada leher danbahu dengan atrofi dari otot-
otot kecil tangan. Tumor di sebelah kiri dapat mengkompresi nervus laringeus
rekurens yang berjalan di atas arcus aorta da n menyebabkan suara serak dan paralisis
pita suarakiri. Invasi tumor langsung atau kelenjar mediastinum yang membesar dapat
menyebabkan kompresiesophagus dan akhirnya disfagia.

3. Manifestasi Ekstrato rakal Non Metastasis


Kira-kira 10-20% pasien kanker paru mengalami sindroma paraneoplastik. Biasanya
hal ini terjadi bukandisebabkan oleh tumor, melainkan karena zat hormon/peptida
yang dihasilkan oleh tumor itu sendiri.Pasien dapat menunjukkan gejala-gejala seperti
mudah lelah, mual, nyeri abdomen, confusion , ataugejala yang lebih sp esifik seperti
galaktorea (galactorrhea). Produksi hormon lebih sering terjadi padakarsinoma sel
kecil dan beberapa sel menunjukkan karakter istik neuro-endokrin. Peptida yang
disekresiberupa adrenocorticotrophic hormone (ACTH), antidiuretic hormone (ADH),
kalsitonin, oksitosin da nhormon paratiroid. Walaupun kadar peptide-peptida ini tinggi
pada pasi en-pasien kanker paru, namunhanya sekitar 5% pasien yang menunjukkan
sindroma klinisnya. Jari tabuh (clubbing finger ) danhypertrophic pulmonary osteo-
arthropathy (HPOA) juga termasuk manifestasi non metastasis darikanker paru.
Neuropati perifer dan sindroma neurologi seperti sindroma miastenia Lambert-Eaton
jugadihubungkan dengan kanker paru.
4. Manifestasi Ekstratorakal Metastasis
Penurunan berat badan >20% da ri berat badan sebelumnya (bulan sebelumnya)
seringmengindikasikan ad anya metastasis. Pasien dengan metastasis ke hepar sering
mengeluhka npenurunan berat badan. Kanker paru umumnya juga bermetastasis ke
kelenjar adrenal, tulang, otak, dankulit. Keterlibatan organ-organ ini dapat
menyebabkan nyeri local. Metastasis ke tulang dapat terjadi ketulang mana saja
namun cenderung melibatkan tulang iga, vertebra, humerus, dan tulang femur.
Bilaterjadi metastasis ke otak, maka akan terdapat gejala-gejala neurologi, seperti
confusion , perubahankepribadian, dan kejang. Kelenjar geta h bening supraklavikular
dan servikal anterior dapat terlibat pada25% pasien dan sebaiknya dinilai secara rutin
dalam mengevaluasi pasien kanker paru.

F. PENCEGAHAN
Prinsip upaya pencegahan lebih baik dari sebatas pengobatan. Terdapat 3 Tingkatan
pencegahan dalamepideemiologi penyakit kanker paru, yaitu :
1. Pencegahan Primordial (Pencegahan Tingkat Pertama)
Pencegahan terhadap etiologi (penyebab) penyakit. Pencegahan primer dilakukan pada
orang yang sehat(bebas kanker).
Langkah nyata yang dapat dilakukan adalah memberikan informasi kepada masyarakat
tentangpencegahan kanker.Upaya yang dapat dilakukan adalah Upaya Promosi
Kesehatan, upaya untuk memberikan kondisi padamasyarakat yang memungkinkan
penyakit kanker paru tidak dapat berkembang karena tidak adanyapeluang dan dukungan
dari kebiasaan, gaya hidup maupun kondisi lain yang merupakan faktor resikountuk
munculnya penyakit kanker paru. Misalnya : menciptakan prakondisi dimana masyarakat
merasabahwa merokok itu merupakan kebiasaan yang tidak baik dan masyarakat mampu
bersikap positif untuktidak merokok. Seseorang perokok yang telah berhasil berhenti 10
tahun lamanya berarti telah dapat menurunkan risiko 30 -50 persen untuk terkena kanker
paru.
Selain itu, senantiasa menjaga daya tahan tubuh melalui pola hidup sehat (olahraga
teratur, tidur cukup,hidup bebas stress serta pola makan sehat), dan makan suplemen
secara teratur.

2. Pencegahan Tingkat Kedua


Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan pada orang yang sudah sakit.
Tujuannya adalahuntuk mencegah perkembangan penyakit lebih lanjut dari penyakit serta
membatasi terjadinyakecacatan. Upaya yang dilakukan adalah
a) Diagnosis Dini : misalnya dengan Screening.
b) Pengobatan : misalnya dengan Kemotherapi, Pembedahan atau iradiasi.
1. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengankat semua jaringanyang sakit sementara mempertahankan sebanyak
mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
1. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untukmelakukan biopsy.
2. Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.
3. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb
atau bula emfisematosa; absesparu; infeksi jamur; tumor jinak
tuberkulois.
4. Resesi segmental
Merupakan pengangkatan satu atau lebih segmen paru.
5. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan
paru – paru berbentuk baji (potongan es)
6. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)

2. Radiasi
Radioterapi adalah penggunaan sinar pengion dalam upaya mengobati penderita
kanker. Prinsipradioterapi adalah mematikan sel kanker dengan memberikan
dosis yang tepat pada volume tumor /target yang dituju dan menjaga agar efek
radiasi pada jaringan sehat disekitarnya tetap minimum.

3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah upaya untuk membunuh sel-sel kanker dengan mengganggu
fungsi reproduksi sel.Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan
jalan memberikan zat/obat yang mempunyaikhasiat membunuh sel kanker.

3. Pencegahan Tingkat Ketiga


Pencegahan tersier adalah upaya meningkatkan angka kesembuhan, angka survival
(bertahan hidup),dan kualitas hidup dalam pengobatan kanker berupa penatalaksanaan
terapi rehabilitatif, paliatif, danbebas rasa sakit. Misalnya penderita kanker stadium lanjut
membutuhkan terapi paliatif, yaitu terapiyang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien penderita kanker, baik dengan radioterapiatau dengan obat-obatan.

G. PENGENDALIAN
KANKER merupakan salah satu penyakit penyebab kematian yang mendapatkan perhatian
serius dariKementerian Kesehatan Republik Indonesia. Beberapa program pengendalian pun
telah disusun danditerapkan sejak lima tahun yang lalu.

Program pengendalian kanker secara terorganisir sudah dilakukan sejak sekitar lima tahun
terakhir diIndonesia, sejalan dengan dibentuk dan aktifnya Direktorat Pengedalian Penyakit
Tidak Menular di DitJenP2PL.

Beban ekonomi pengobatan kanker tidak hanya berdampak terhadap sistem kesehatan, tetapi
jugauntuk individu dan rumah tangga mereka yang terkena kanker. Dampak ini akan
dirasakan paling kuat dikelompok sosioekonomi rendah, khususnya (meskipun tidak secara
eksklusif) di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah di mana jaring pengaman
sosial, seperti asuransi kesehatanuniversal kurang tersedia. Sebagai konsekuensinya, kanker
bisa menjadi penyebab utama kemiskinan.

Mengingat pasien kanker membutuhkan perawatan jangka panjang, maka dibutuhkan


tambahan bebanekonomi tersendiri bagi diri pasien dan keluarga. Oleh karenanya, diperlukan
upaya pengendalian dariadanya penyakit ini.Berikut lima kegiatan pengendalian kanker yang
telah disusun dan dilaksanakan di Indonesia :
A. Program Promotif dan Pencegahan
Penyebab utama kanker adalah penerapan gaya hidup yang tak sehat. Maka, promotif
dan pencegahanmerupakan salah satu program penting sebagai upaya pengendalian
kanker.
Kementerian Kesehatan telah memperkuat sosialisasi pengendalian kanker di
berbagai daerah. Pedoman pengendalian faktor risiko kanker telah disusun untuk
petugas kesehatan, kader, anak usia sekolah, danmasyarakat yang berisiko tinggi.

Program promotif dan pencegahan dilaksanakan Kementerian Kesehatan bekerja


sama dengan lintasprogram, lintas sektor, organisasi pemerintah, swasta, dan
masyarakat.

Konten program promotif dan pencegahan yang telah dilaksanakan meliputi


Kampanye Nasional Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan advokasi
kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).Upaya pengendalian merokok, peningkatan
aktivitas fisik, dan peningkatan konsumsi sayur buah telahterintegrasi dalam program
PHBS.

B. Program Deteksi dan Tindak Lanjut Dini


Deteksi dini kanker ialah usaha untuk menemukan adanya kanker yang masih dapat
disembuhkan, yaitu :
• kanker yang belum lama tumbuh,
• masih kecil, masih lokal,
• masih belum menimbulkan kerusakan yang berarti,
pada golongan masyarakat tertentu dan pada waktu yang tertentu.

C. Surveilans dan registrasi kankerSurveilans dan registrasi kanker merupakan langkah


penting lainnya dalam program pengendaliankanker. Surveilans Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular. Merupakan analisis terus menerus dansistematis terhadap
penyakit tidak menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya
pemberantasanpenyakit tidak menular. Sedangkan tujuan registrasi kanker ialah
mengumpulkan dan mengelompokkandata penderita kanker dalam upaya
menghasilkan insidens kanker dalam populasi tertentu yang diketahui, dan
menyediakan kerangka penilaian dan pengontrolan pengaruh kanker pada masyarakat

D. Diagnosis dan pengobatanPada saat ini berbagai rumah sakit di Indonesia sudah
mempunyai kemampuan untuk diagnosis danpengobatan berbagai jenis kanker.
Diagnosis pasti kanker dengan pemeriksaan patologi anatomik dapatdilakukan di
banyak laboratorium di negara kita. Pembedahan kanker dan pemberian kemoterapi
jugasudah lama dilakukan di berbagai rumah sakit di Indonesia
E. Pelayanan paliatifPerawatan paliatif sangat diperlukan karena sebagian besar
penderita kanker yang berada pada stadiumlanjut sulit disembuhkan, sehingga usaha
mengatasi gejala dan mencukupi kebutuhan penderita, sertakeluarga dalam fase
terminal menjadi penting.

H. DEFINISI SPIRITUAL
Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan M
aha Pencipta. Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang dirasakan tentang diri sendir
i dan hubungan dengan orang lain, yang dapat diwujudkan dengan sikap mengasihi or
ang lain, baik dan ramah terhadap orang lain, menghormati setiap orang untuk membu
at perasaan senang seseorang. Spiritual adalah kehidupan, tidak hanya doa, mengenal
dan mengakui Tuhan (Aspiani, 2014).

I. Karakteristik spiritual
Adapun karakteristik spiritualitas menurut (Azizah, 2011) meliputi :
1. Hubungan dengan diri sendiri (kekuatan dalam atau self-reliance) meliputi: pengeta
huan diri (siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya) dan sikap (percaya pada diri
sendiri, percaya pada kehidupan/masa depan, ketenangan pikiran, harmoni atau kes
elarasan dengan diri sendiri.
2. Hubungan dengan alam (harmoni) meliputi: mengetahui tentang tanaman, pohon,
margasatwa, iklim dan berkomunikasi dengan alam (bertanam, berjalan kaki), men
gabadikan dan melindungi alam.
3. Hubungan dengan orang lain (harmonis atau suportif) meliputi: berbagi waktu, pen
getahuan dan sumber secara timbal balik, mengasuh anak, orang tua dan orang saki
t, serta meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, melayat dll), dikatakan ti
dak harmonis apabila: konflik dengan orang lain, resolusi yang menimbulkan ketid
akharmonisan dan friksi.
4. Hubungan dengan ketuhanan (agamais atau tidak agamais) meliputi: sembahyang a
tau berdoa atau meditasi, perlengkapan keagamaan dan bersatu dengan alam (hami
d, 2000).

J. Konsep kebutuhan dasar spiritual


Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengemba
likan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatka
n maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan
Tuhan. dapat disimpulkan kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari ar
ti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan dan
kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf. Kebutuhan dasar spiritual man
usia menurut (Aspiani, 2014), yaitu :
1. Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust), kebutuhan ini secara terus-meneru
s diulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini adalah ibadah.
2. Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, kebutuhan untuk menemukan makna hid
up dalam membangun hubungan yang selaras dengan Tuhannya (vertikal) dan sesa
ma manusia (horisontat) serta alam sekitaraya
3. Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan keseharian, peng
alaman agama integratif antara ritual peribadatan dengan pengalaman dalam kehid
upan sehari-hari.
4. Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan secara teratur mengadakan hubungan
dengan Tuhan, tujuannya agar keimanan seseorang tidak melemah.
5. Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa. rasa bersaiah dan berdosa ini m
erupakan beban mental bagi seseorang dan tidak baik bagi kesehatan jiwa seseoran
g. Kebutuhan ini mencakup dua hal yaitu pertama secara vertikal adalah kebutuhan
akan bebas dari rasa bersalah, dan berdosa kepada Tuhan. Kedua secara horisontal
yaitu bebas dari rasa bersalah kepada orang lain
6. Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri (self acceptance dan self esteem), s
etiap orang ingin dihargai, diterima, dan diakui oleh lingkungannya.
7. Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadap harapan masa depa
n. Bagi orang beriman hidup ini ada dua tahap yaitu jangka pendek (hidup di duni
a) dan jangka panjang (hidup di akhirat). Hidup di dunia sifatnya sementara yang
merupakan persiapan bagi kehidupan yang kekal di akhirat nanti.
8. Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang makin tinggi sebagai pribadi
yang utuh. Di hadapan Tuhan, derajat atau kedudukan manusia didasarkan pada tin
gkat keimanan seseorang. Apabila seseorang ingin agar derajatnya lebih tinggi diha
dapan Tuhan maka dia senantiasa menjaga dan meningkatkan keimanannya.
9. Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesamamanusia. Setiap o
rang membutuhkan orang lain serta sumber daya alam untuk membantu kelangsun
gan hidupnya.
10. Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan spiritu
alnya apabila mampu (Aspiani, 2014):
1. Merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya di dunia/
kehidupan.
2. Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu kejadian ata
u penderitaan.
3. Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya dan ci
nta.
4. Membina integritas personal dan merasa diri berharga.
5. Merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan.
6. Mengembangkan hubungan antar manusia yang positif.

K. Sikap pasien kanker mengahadapi sakit dan kematian


1. Mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama
2. Berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk mengerti nilai-nilai agam
a yang diyakini oleh generasi muda.
3. Perasaan kehilangan karena pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematia
n orang lain (saudara, sahabat) menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri.
4. Perkembangan filosofis agama yang lebih matang sering dapat membantu oran
g tua untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan meras
a berharga serta lebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak da
pat ditolak atau dihindarkan.
Dikarenakan pada kelompok lansia lebih cenderung memikirkan aspek spiritual keaga
maan yang lebih utama dari aspek-aspek yang lain, sehingga kelompok lansia lebih fo
cus pada satu aktivitas spiritual keagamaan untuk mendekatkan dirinya dengan Tuhan
nya (Azizah, 2011).

L. Pendekatan spiritual pada pasien


Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungann
ya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya dalam kedaan sakit atau mendeteksi ke
matian. Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi pasien lanjut usia yang mengha
dapi kematian, (Azizah, 2011) mengemukakan bahwa maut sering kali menggugah ras
a takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti ketidakpastian
akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan kumpul lagi dengan
kelurga dan lingkungan sekitarnya. Dalam menghadapi kematian setiap pasien lanjut
usia akan memberikan reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara dala
m mengahadapi hidup ini. Adapun kegelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoala
n keluarga, perawat harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun kelurga tadi
di tinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan rasa bersalah
selalu menghantui pikiran lanjut usia. Umumnya pada waktu kematian akan datang ag
ama atau kepercayaan seseorang merupakan factor yang penting sekali. Pada waktu in
ilah kelahiran seorang iman sangat perlu untuk melapangkan dada pasien lanjut usia.
Dengan demikian pendekatan perawat pada pasien lanjut usia bukan hanya terhadap fi
sik saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi pasien lanjut usia melal
ui agama mereka.

M. Peran keperawatan dalam spiritual


Peran keperawatan dalam meningkatkan spiritualitas pasien harus sangat bersifat indiv
idual, berikut ini beberapa kategori yang banyak terdapat pada pasien kanker.
 Pengkajian
Mungkin merupakan fungsi perawat yang terpenting atau orang lain yang bekerja s
ama dengan lansia dalam hal pengkajian. Pengkajian spiritual mencakup pengump
ulan informasi tentang riwayat spiritual dan status saat ini dan menganalisi signifi
kansi dari hasil tersebut. Data pengkajian yang diperoleh dari lansia dan keluarga s
erta lingkungan mempengaruhi pemberian informasi yang luas tentang kesehatan s
piritual. Data yang diperoleh digunakan sebagai dasar bagi intervensi keperawatan
berikutnya.
 Teman
Sejalan dengan hilangnya kontak sosial, stimulasi mental dan harga diri mereka jug
a mengalami penurunan. Kebutuhan terpenting bagi pasien kanker adalah seseora
ng merawatnya sebagai individu. Perawat yang mengasuh harus menyediakan wakt
u untuk mereka, membiarkan mereka menjadi diri mereka sendiri dan mengenal nil
ai mereka sebagai individu. Waktu dapat digunakan untuk berbagai minat, berdoa
untuk mengatasi masalah, membaca materi keagamaan, atau duduk mendengarkan
music. Kuantitas waktu kurang penting jika dibandingkan dengan kualitas ketramp
ilan yang diperlukan adalah menunjukan adanya kasih sayang Tuhan, memulai per
cakapan yang mengarah topik spiritual dan menyediakan diri secara teratur.
 Advokat
Peran advokasi perawat untuk lansia meliputi mendapatkan sumber-sumber spiritu
al berdasarkan latar belakang pasien yang unik. Hal tersebut perlu dilakukan untuk
mendukung keinginan pasien untuk berpartisipasi dalam layanan keagamaan denga
n mendapatkan tranportasi yang sesuai atau mengatur pemuka agama setempat unt
uk berkunjung. Hal tersebut dapat melibatkan peningkatan persahabatan dengan la
nsialain ditempat ibadah. Pada beberapa kasus, perawat dapat menjadi penengah an
tara pasien dan teman atauanggota keluarga yang jauh. Pada saat yang bersamaan p
erawat dapat membantu pasien dan keluarga menghadapi masalah-masalah etik sep
erti euthanasia, kelanjutan pemakaian sistem bantuan hidup, atau bantuan nutrisi ja
ngka panjang. Hal tersebut dapat mencakup intervensi untuk kepentingan pasien be
rsama dokternya berkaitan dengan perpanjangan perawatan medis. Peran advokasi
perawat dapat mencakup menulis surat, menelepon, atau melakukan pendekatan te
ntang sebab-sebab yang memengaruhi kesejahteraan pasien. Beberapa ketrampilan
keperawatan khusus mencakup kemampuan untuk tetap tenang pada saat orang lai
n kacau, keyakinan bahwa Tuhan akan membantu pada situasi yang sulit, keingina
n untuk meningkatkan rekonsiliasi, dan kemampuan untuk mengungkapkan ide sec
arajelas.
 Pemberi Asuhan
Perawat sebagai pemberi asuhan merupakan seorang pengkaji yang cerdik yang tid
ak hanya melakukan pengkajian dasar terhadap status spiritual yang menyeluruh, te
tapi juga terus mengkaji pasien melalui hubungan. Perawat menerjemahkan pengka
jian defisit spiritual kedalam intervensi asuhan spiritual atau kesejahteraan spiritua
l dengan memperkuat dukungan spiritual. Perawat mengetahui bahwa status spiritu
al memiliki efek kuat pada pemeliharaan kesehatan juga pencegahan atau penyemb
uhan penyakit. Pasien mungkin memerlukan bantuan khusus untuk menghadiri lay
anan keagamaan, mendengarkan layanan radio atau televise, menyediakan waktu te
nang tanpa gangguan untuk bermeditasi atau menerima sakramen, atau melepaskan
kemarahannya terhadap penderitaan yang mereka alami. Keterampilan perawat ber
sifat sensitif terhadap kebutuhan yang tidak terungkapkan, meningkatkan sikap me
mbantu, mendengarkan adanya tanda-tanda distres spiritual, dan memberikan pera
watan fisik dan spiritual secara bersamaan. Hal tersebut seringkali dirasa sulit bagi
pemberi asuhan karena kebutuhan fisik lansia juga dapat begitu luas sehingga hany
a sedikit saja waktu/energy yang tersisa untuk perawatan spiritual.
 Manajer Kasus
Perawat yang bertindak sebagai manajer kasus diarea spiritualitas harus mengetahu
i tentang pasien dan komunitas. Manajer kasus yang bekerja dengan pasien cender
ung harus mengkoordinasikan asuhan untuk pasien yang rentan yang memerlukan
bantuan, pendapatan rendah, masalah penyakit yang bermacam-macam, atau keterb
atasan sistem pendukung. Seringkali perawat perlu bernegosiasi dengan anggota ke
luarga, pemberi asuhan yang lain, atau lembaga-lembaga yang memberikan bantua
n. Keterampilan keperawatan khusus yang diperlukan mencakup mengelola sumbe
r-sumber yang terbatas untuk mendapatkan manfaat yang maksimal, mengelola asu
han untuk pasien guna meminimalkan keletihan dan ansietas, meningkatkan peneri
maan terhadap bantuan tanpa menjadi ketergantungan, dan meningkatkan ikatan as
al komunitas agama seseorang.
 Peneliti
Perawat yang meneliti aspek-aspek spiritual pasien harus menjaga hak-hak asasi
pasien yang menjadi subjek penelitian. Pertimbangan etik yang relevan yang terdap
at dalam proposal harus dievaluasi dan dijelaskan secara rinci,. Jelas terlihat dari b
ahasan literature penelitian dan instrument tes yangtersedia bahwa religiositas mer
upakan konsep yang lebih mudah untuk dipelajari daripada spiritualitas. Penyelidik
an secara prinsip melibatkan sikap religious organisasi, sikap religious pribadi, dan
korelasi aktivitas religious dengan kesehatan, penyesuaian pribadi, dan praktik-pra
ktik lain. Penelitian spiritual dihambat oleh beberap faktor. Spiritualitas bersifat te
mporer dan sulit untuk didefinisikan. Kerangka kerja konseptual terbebani dengan
komponen komponen multidisiplin, dan isntrumen yang valid harus dibuat atau dip
erbaiki untuk membantu dalam kuantifikasi. Lebih lanjut lagi, upaya penelitian spir
itualitas belum sepenuhnya dibantu oleh pemerintah atau sumber pendanaan swasta.
N. ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS 3

Seorang laki-laki, usia 55 tahun, di diagnosa menderita kanker paru dengan metastase pada tu
lang, dan sedang kemoterapi ke 7 dari 20 program yang disampaikan oleh DPJP. Akhir-akhir
ini dia mengeluh sesak nafas walaupun dalam kondisi berbaring dan terlentang di tempat tidu
r dan nyeri pada waktu-waktu tertentu. Pasien juga tidak mau makan dan minum, karena setia
p selesai kemoterapi, pasien merasakan mual dan muntah setiap kali makanan dan minuman
masuk mulutnya. Pasien sudah mendapatkan terapi campuran morfin yang diberikan setiap 4
jam, namun nyeri dan sesak masih berlanjut, sehingga keluarga memutuskan untuk membaw
a pasien kembali ke rumah sakit. Keluarga mengatakan, akhir – akhir ini pasien mengatakan t
idak kuat dengan penyakitnya, dan ingin mati saja. Pasien merasa , sakit yang diderita nya saa
t ini, karena pasien sudah durhaka kepada ibunya, karena tidak mampu mengurus ibunya yan
g sudah tua.

A. PENGKAJIAN
Nama : Tn. K
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Nomor RM : 0004531
Diagnosa medis : kanker paru

B. RIWAYAT KESEHATAN
a) Keluhan utama
Keluarga mengatakan, akhir – akhir ini pasien mengatakan tidak kuat denga
n penyakitnya, dan ingin mati saja. Pasien merasa , sakit yang diderita nya saat
ini, karena pasien sudah durhaka kepada ibunya, karena tidak mampu menguru
s ibunya yang sudah tua.
b) Riwayat Kesehatan sekarang
Pasien mengeluh sesak nafas walaupun dalam kondisi berbaring dan terlenta
ng di tempat tidur dan nyeri pada waktu-waktu tertentu, Pasien juga tidak mau
makan dan minum, karena setiap selesai kemoterapi, pasien merasakan mual d
an muntah setiap kali makanan dan minuman masuk mulutnya. Pasien sudah
mendapatkan terapi campuran morfin yang diberikan setiap 4 jam, namun nyer
i dan sesak masih berlanjut.
c) Riwayat Kesehatan dahulu
Pasien mengatakan nyeri dan sesak masih berlanjut.

C. Aspek mental – intelektual – social – spiritual


a. Konsep diri
Pasien mengatakan tidak kuat dengan penyakitnya, dan ingin mati saja.
b. intelektual
Pasien mampu menjalani kemoterapi ke 7 dari 20 program yang disampaikan oleh
DPJP. Pasien mau menerima mendapatkan terapi campuran morfin yang diberikan
setiap 4 jam.
c. Support system
Keluarga memutuskan untuk membawa pasien kembali ke rumah sakit, dan mend
ampingi pasien selama perawatan.
d. Spiritual
- Pasien mengatakan tidak kuat dengan penyakitnya, dan ingin mati saja.
- Pasien merasa , sakit yang diderita nya saat ini, karena pasien sudah durhaka k
epada ibunya, karena tidak mampu mengurus ibunya yang sudah tua.

D. ANALISIS DATA

DATA MASALAH PENYEBAB


DO : - Distress spiritual Kondisi penyakit kronis
DS :
Pasien mengatakan tidak
kuat dengan penyakitnya,
dan ingin mati saja. Pasie
n merasa , sakit yang dide
rita nya saat ini, karena p
asien sudah durhaka kepa
da ibunya, karena tidak m
ampu mengurus ibunya y
ang sudah tua.

Do : Ansietas Ancaman terhadap


Pasien sudah mendapatka kematian
n terapi campuran morfin
yang diberikan setiap 4 ja
m, namun nyeri dan sesa
k masih berlanjut.
Ds :
Pasien mengeluh sesak n
afas walaupun dalam kon
disi berbaring dan terlent
ang di tempat tidur dan n
yeri pada waktu-waktu te
rtentu.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Distress spiritual b.d kondisi penyakit kronis
2. Ansietas b.d ancaman terhadap kematian

F. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan dan kriteria ha Intervensi Rasional


sil
Distress spiritual b.d kon 1. bina hubungan saling 1. agar pasien bersedia
disi penyakit kronis. percaya dengan pasien untuk meceritakan
Setelah dilakukan 2. Kaji penyebab faktor keluhan yang dialami
tindakan keperawatan distress spiritual pasien 2. Untuk
3x24 jam masalah 3. Bantu pasien mengidentifikasi
distress spiritual dapat mengungkapkan perasaan penyebab distress
teratasi dengan kriteria & pikiran tentang spiritual pasien
hasil: keyakinan 3. Mendengarkan cerita
1.mekanisme koping 4. Bantu klien pasien pada saat pasien
individu adekuat mengembangkan melakukan kegiatan
2.mampu keterampilan untuk ibadah/shalat
mengidentifkasi mengatasi perubahan 4. Mengetahui aspek
penyebab masalah spiritual dalam kehidupan positif dan kemampuan
distrees spiritual 5. Bantu pasien ikut serta yang masih dimiliki
dalam kegiataan pasien
keagamaan 5. Memfasilitasi kegiatan
keagamaan seperti
pengajian
Ansietas b.d ancaman 1. Bina hubungan saling per 1. Hubungan saling perca
terhadap kematian. caya dengan menggunakan ya antara perawat dan klie
Setelah dilakukan prinsip komunikasi terapeut n bertujuan agar klien ma
tindakan keperawatan ik mpu mengungkapkan mas
3x24 jam masalah alah yang ada serta memu
2. Memberi kesempatan kli
distress spiritual dapat dahkan perawat untuk mel
en untuk mengungkapkan p
teratasi dengan kriteria akukan intervensi
erasaanya
hasil:
2. Klien dapat merasa lega
1. Klien dapat berinterak 3. Anjurkan klien untuk me
dan perawat dapat menget
si dengan perawat denga lakukan terapi-terapi yang
ahui masalah yang dihada
n cara menyebutkan nam diberikan perawat.
pi oleh klien. Memberika
anya, ada kontak mata d 4. Bantu klien mengidentifi
n suasana tenang agar klie
engan perawat, menjawa kasi kemampuan dan aspe
n tidak terdistraksi dan m
b salam dari perawat k positif yang dimiliki erasa nyaman dalam men
2. Klien dapat menunjuk gungkapkan masalahnya.
kan ekspresi yang dirasa
3. Terapi berguna untuk
kan
menurunkan tingkat kece
3. Klien mampu menjela masan klien. Klien dapat
skan masalah yang dihad mengetahui tujuan, manfa
apinya at dan langkah-langkah ya
ng akan dilakukan. Pengu
4. Klien mampu melaku
atan positif dapat memoti
kan terapi-terapi yang di
vasi klien untuk melakuka
ajarkan perawat seperti t
nnya.
eknik napas dalam, distr
aksi dan terapi lima jari 4. Klien dapat menjalanka
dengan baik n aktivitas seperti sebelu
mnya. Sebagai evaluasi d
5. Klien mampu melaku
ari semua aktivitas yang d
kan aktivitas
ilakukan klien. Mengetah
ui perkembangan klien, d
an klien termotivasi untuk
melakukannya.

G. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
H. Catatan Perkembangan Hari ke-1

Hari/Tanggal Implementasi Respon Hasil


Selasa, 18 De 18/12/21 18/12/21
sember 2021 Jam 08.30 Jam 08.30
1. mendengarkan ungkapan S : Pasien mengatakan bahwa dirinya tak
pikiran pasien tentang masal ut akan kematian dan merasa bahwa hidu
ah spiritual. p sudah tidak bermakna.
O : Pasien tampak cemas memikirkan pe
nyakit yang dideritanya.
18/12/21 18/12/21
Jam 09.00 Jam 09.00
2. Membantu pasien mengid S : pasien menyalahkan Tuhan atas peny
entifikasi konflik antara kep akit yang dideritanya.
ercayaan spiritual atau religi O : Pasien tampak kecewa terhadap takdi
ous dan diagnosis penyakit t r yang Tuhan berikan
erminal.
18/12/21 18/12/21
Jam 10.30 Jam 10.30
3. Menanyakan kepada pasie S : Pasien mengatakan ingin mendiskusi
n apakah ia ingin mendiskus kan masalah spiritualnya dengan rohania
ikan keluhan spiritual denga wan yang dipilihnya.
n rohaniawan yang dipiihny O : Pasien tampak mengangguk bersedia
a. mendiskusikan masalahnya dengan roha
niawan
18/12/21 J 18/12/21
am 16.00 Jam 16.00
5.Membina hubungan saling S : Pasien mengatakan percaya kepada p
percaya dengan menggunak erawat untuk memabantu mengurangi pe
an prinsip komunikasi terap rmasalahan spirtualnya.
eutik O : Pasien tampak kooperatif saat berdis
kusi dengan perawat
18/12/21 Ja 18/12/21
m 16.15 Jam 16.15
6. Memberi kesempatan klie S : Pasien mengatakan lebih lega setelah
n untuk mengungkapkan per mengungkapkan permasalahannya
asaanya O : Pasien tampak lebih tenang

I. Catatan Perkembangan Hari Ke-2

Hari/Tanggal Implementasi Respon Hasil


Rabu, 19 Dese 19/12/21 19/12/21
mber 2021 Jam 08.30 Jam 08.30
1. membantu pasien mengkl S : Pasien mengatakan memahami cara
arifikasi cara-cara positif da positif dalam menggunakan kepercayaa
n negative dalam mengguna nta untuk memaknai pengalaman termin
kan kepercayaan untuk mem al.
aknai pengalaman terminal. O : Pasien mampu menjelaskan kembali
cara positif dalam menggunakan keperc
ayaan untuk memaknai pengalaman ter
minal.
19/12/21 19/12/21
Jam 10.00 Jam 10.00
2. Menjelaskan tahap berduk S : Pasien mengatakan memahami taha
a dan karakteristik emosi ser p berduka dan karakteristik emosi serta
ta perilaku pada masing-mas perilaku pada masing-masing tahap
ing tahap O : Pasien mampu menjelaskan kembali
tahap berduka dan karakteristik emosi s
erta perilaku pada masing-masing tahap
19/12/21 19/12/21
Jam 16.30 Jam 16.30
3.Menganjurkan klien untuk S : Pasien mengatakan setuju untuk mel
melakukan terapi-terapi yan akukan terapi-terapi yang diberikan pera
g diberikan perawat. wat.
O : Pasien tampak mengangguk menyan
ggupi untuk melakukan terapi-terapi ya
ng diberikan perawat.

J. Catatan Perkembangan Hari Ke-3

Hari/Tanggal Implementasi Respon Hasil


Kamis, 20 Des 20/12/21 20/12/21
ember 2021 Jam 09.00 Jam 09.00
1.Membantu pasien menyus S : Pasien mengatakan sudah bisa meny
un rencana yang menggunak usun rencana yang menggunakan keyaki
an keyakinan untuk mening nan untuk meningkatkan kemampuan k
katkan kemampuan koping t oping terhadap penyakit terminal.
erhadap penyakit terminal. O : Pasien mampu menjelaskan rencana
yang digunakanya untuk meningkatkan
kemampuan koping terhadap penyakit t
erminal.
20/12/21 20/12/21
Jam 11.00 Jam 11.00
2.Menggunakan teknik men S : Pasien mengatakan lebih lega setelah
dengar aktif untuk memberi mengungkapkan permasalahannya.
kan kesempatan kepada pasi O : Pasien tampak lebih tenang
en untuk mengeluarkan pera
saan, atau sarankan ia untuk
memukul bantal atau mengg
unakan benda yang aman.
20/12/21 20/12/21
Jam 16.00 Jam 16.00
3.Membantu klien mengiden S : Pasien mengatakan sudah bisa mengi
tifikasi kemampuan dan asp dentifikasi kemampuan dan aspek posit
ek positif yang dimiliki if yang dimilikinya
O : Pasien mampu menjelaskan kemam
puan dan aspek positif yang dimiliki u
ntuk mekanisme koping

K. EVALUASI

No. Diagnosa Evaluasi


1. Distress spiritual b.d kondisi penya S : Pasien mangatakan keinginan untuk mati masih
kit kronis ada namun sudah berkurang

O : klien tampak tenang

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
2. Ansietas b.d ancaman terhadap S : Pasien mengatakan sudah bisa mengidentif
kematian ikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimilikinya

O : Pasien mampu menjelaskan kemampuan d


an aspek positif yang dimiliki untuk meka
nisme koping
A : Ansietas belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

Analisis Motivasi Hidup Pasien Penderita KankerKebanyakan manusia cenderung


menganggap bahwa cobaan hidupterbatas pada hal-hal yang tidak menyenangkan,
padahal kenikmatan jugamerupakan salah satu bentuk ujian, sebagaimana firman
Allah dalam surat al-Anbiya’ ayat 35:

‫ونبلوكم باا َّشر وا ْْليْفتنة والينا ترجعون‬


Artinya: “Dan sesungguhnya Kami akan menguji kalian dengankeburukan dan
kebaikan sebagai cobaan. Dan kepada Kamilah kaliankembali” (Departemen Agama
RI, 2005: 325)
Ujian kehidupan harus dipahami setiap manusia agar tidak terbuaipada
kegembiraan dan tidak larut pada kesedihan. Banyak orang yang suksesdalam ujian
kesusahan namun gugur dalam ujian kenikmatan. Hal ini terjadikarena tidak ada
keseimbangan antara rasa sabar dan syukur. Keseimbanganantara sabar dan syukur
inilah buah dari keimanan yang mengantarkanseseorang pada ketenangan lahir dan
batin (Salim, 2011: 1-3).

Orang yang beriman mempercayai bahwa dibalik ujian terdapathikmah, misalnya


ujian berupa sakit. Sakit merupakan ujian yang tidakmenyenangkan, sehingga
menjadikan iman seseorang dalam keadaan diuji.Bila mampu menjalaninya dengan
sabar, tawakal, dan optimis, berarti telahmenjalani ujian dengan baik, sebaliknya
orang yang tidak mampu sabar, 63tawakal, dan optimis. Kebanyakan orang sakit,
khususnya kanker, cenderungmengalami penolakan, penyangkalan, depresi, bahkan
putus asa. Kondisipsikis tersebut justru menambah tingkat keparahan penyakit kanker
yangdiderita.Kondisi psikis pasien penderita kanker sangat erat kaitannya
dengansistem imun. Pasien dengan kondisi psikis negatif dapat menurunkan
dayatahan tubuh (Machasin, 2010: 9).

Menurunnya daya tahan tubuh menyebabkankemampuan memerangi sel kanker


menurun. Kondisi demikian perlu segeraditangani. Salah satu upaya penanganannya
dengan menumbuhkan motivasipada pasien penderita kanker melalui proses
bimbingan rohani Islam.Bimbingan rohani Islam dimaksud untuk meringankan beban
psikis pasien(Machasin, 2010: 13).
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha
Pencipta. Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang dirasakan tentang diri sendiri dan
hubungan dengan orang lain, yang dapat diwujudkan dengan sikap mengasihi orang lain, baik
dan ramah terhadap orang lain. Dimensi spiritual adalah upaya untuk mempertahankan
keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapat
kekuatan ketika sedang menghadapi stres emosional, penyakit fisik atau kematian.
Perkembangan spiritual yang terjadi pada lanjut usia yaitu agama/kepercayaan semakin
terintegrasi dalam kehidupan, lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya,
mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan
untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama,
serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan
penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kesejahteraan spiritual sebagai penguatan hidup dalam
suatu hubungan dengan tuhan, diri sendiri komunitas dan lingkungan yang memelihara dan
menghargai keutuhan. Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya dalam kedaan sakit atau mendeteksi
kematian. Peran keperawatan dalam meningkatkan spiritualitas lansia harus sangat bersifat
individual yaitu melakukan pengkajian, sebagai teman, sebagai advokat, pemberi asuhan,
manajer kasus, dan peneliti. Asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah spiritual
meliputi dari proses pengkajian, analisa data, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun
intervensi keperawatan, implementasi, dan evaluasi.

2. SARAN
Makalah ini membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien kanker dengan masalah
spiritual yang diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca mengenai apa itu
spiritualitas, karakteristik spiritual pada , kebutuhan dasar spiritual , dan peran perawat dalam
spiritual . Selain itu juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi perawat mengenai
memberikan pelayanan yang sesuai serta untuk pertanggungjawaban dan pertangunggugatan
dari segala tindakan yang dilakukan perawat. Untuk penyusunan makalah kedepannya penulis
dapat mencari sumber-sumber lain agar data dan fakta yang terhimpun lebih variatif dan
mengurangi tingkat kesalahan informasi atau data yang dipaparkan dalam makalah.
DAFTAR PUSTAKA

Moorhead, Sue. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Indonesia : Licensing


Department.
Herdman, T. H. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.
Kemp, Charles, Terminal Illness: A Guide To Nursing Care (terj.), Nike Budhi Subekti, Klien
Sakit Terminal: Seri Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC, 2009
Machasin, Urgensi Bimbingan Rohani Islam bagi Proses Penyembuhan Pasien: Suatu
Tinjauan dalam Perspektif Psikologi. Makalah, Seminar Nasional Pengembangan
Profesionalitas Layanan Bimbingan Rohani Islam pada Pasien Menuju Pola
Pelayanan Holistik Rumah Sakit di Jawa Tengah, di IAIN Walisongo Semarang, 18
April 2012
Bastaman, Hanna Djumhana, Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi Islami,
Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2011
Diananda, Rama, Panduan Lengkap Mengenal Kanker, Jogjakarta: Mirza Media Pustaka,
2009
: Mangan, Yellia, Solusi Sehat Mencegah dan Mengatasi Kanker, Jakarta: Argomedia
Pustaka, 2009
Masfiah, Pengaruh Bimbingan Keagamaan Terhadap Kesehatan Jiwa Penderita Penyakit
Kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta, Skripsi (tidak dipublikasikan),
Semarang : Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, 2007

Anda mungkin juga menyukai