Disusun oleh:
Kelompok C 3 Ruang Arimbi
1
ABSTRAK
Skizofrenia merupakan gangguan yang kompleks, gejala yang paling sering muncul yaitu
halusinasi. Halusinasi merupakan gangguan sensori persepsi yang berupa penglihatan,
pendengaran, penciuman, perabaan, dan penghidu. Pasien dengan halusinasi cendenrung tertawa
sendiri, tersenyum sendiri, asik dengan isi halusinasinya. Sebelum mengalami gangguan jiwa,
pasien dengan gangguan jiwa sebelumnya memiliki masalah terkait harga diri atau harga diri
rendah kronis. Penulisan makalah ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan yang
diberikan kepada Tn. K yang memiliki diagnose keperawatan halusinasi dan harga diri rendah
kronis. Metoda yang digunakan yaitu analisis kasus. Berdasarkan hasil analisis, masalah yang
dimiliki oleh Tn. K dapat teratasi setelah diberikan intervensi.
Kata kunci: Halusinasi, harga diri rendah kronis, skizofrenia
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
2.1 Skizofrenia Paranoid.................................................................................5
2.2 Halusinasi..................................................................................................7
2.3 Harga Diri Rendah Kronis..........................................................................13
BAB 3 PENGKAJIAN..........................................................................................20
3.1 Kasus Pasien.................................................................................................20
BAB 4 PEMBAHASAN........................................................................................29
4.1 Analisis Kasus.............................................................................................29
4.2 Rencana Asuhan Keperawatan...................................................................31
4.3 Lembar SOAP.........................................................................................40
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................44
5.1 Kesimpulan..............................................................................................44
5.2 Saran.............................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................46
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
Harga diri rendah kronik dan halusinasi merupakan salah satu respon
maladaptif dalam rentang respon neurobiologi. Perilaku yang sering muncul
pada skizofrenia adalah kurangnya motivasi, isolasi sosial, perilaku makan
dan tidur yang buruk, sulit menyelesaikan tugas, sukar mengatur keuangan,
penampilan tidak rapi, kurang perhatian, kerap bertengkar, bicara pada diri
sendiri dan tidak patuh minum obat. Berdsarakan tanda dan gejala ini
skizofrenia banyak ditemkan masalah resiko perilaku kekerasan, halusinasi,
harga diri rendah dan waham (Pramujiwati, D., et al., 2017). Harga diri
rendah adalah perasaan negatif terhadap dirinya sendiri menyebabkan
kehilangan rasa percaya diri, pesimis dan tidak berharga dikehidupan. Harga
diri rendah adalah evaluasi negatif pada diri sendiri dan kemampuan diri
disertai adanya tanda dan gejala kurangnya perawatan diri, tidak berani
menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, berbicara lambat dan suara
lemah. Penelitian dari Pramujiwati, D., et al. (2017) harga diri rendah kronik
yang muncul pada pasien skizofrenia dipengaruhi oleh adaya faktor
predisposisi, presipitasi, respon terhadap stressor dan kemampuan pasien.
Pada ruang arimbi RSMM Bogor yang menjadi tempat praktik kurang lebih 2
minggu, pasien sebagian besar memiliki diagnosis medis skizofrenia dan
diagnosa keperawatan halusinasi. Seiring lamanya pasien dirawat akan muncul
beberapa diagnosa keperawatan lainnya pada pasien, seperti harga diri rendah,
isolasi sosial, dan risiko perilaku kekerasan. Makalah ini akan memaparkan
3
1.2.1 Bagaimana dasar teori dari skizofrenia, harga diri rendah kronik serta
halusinasi?
1.2.2 Bagaimana pengkajian terhadap Tn. K?
1.2.3 Apa saja diagnosis keperawatan yang ditegakkan dalam kasus Tn. K?
1.2.4 Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan kepada Tn. K?
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skizofrenia Paranoid
2.1.1 Skizofrenia Paranoid
Skizofrenia adalah gangguan jiwa berat yang terdiri dari berbagai variasi
psikopatologi dengan perjalanan penyakit yang biasanya kronis. Variasi
tersebut berupa gabungan dari beberapa kelainan psikotik, meliputi gangguan
skizofreniform, gangguan schizoafektif, gangguan delusional, gangguan
psikotik singkat, gangguan psikotik bersama (folie a deux), gangguan psikotik
yang disebabkan oleh kondisi medis umum, dan gangguan psikotik akibat zat
(Stuart, 2013). Ada beberapa jenis skizofrenia salah satunya adalah
skizofrenia paranoid. Skizofrenia panaroid merupakan skizofrenia yang
ditandai dengan persecutory yaitu merasa dirinya menjadi korban atau
sedang dimata-matai. Individu yang mengalami penyakit skizofrenia ini
sering mengalami ketakutan, delusi (kepercayaan yang salah) dan biasanya
diikuti oleh halusinasi (suara atau hal lainnya yang dianggap ada, tetapi
sebenarnya tidak ada). Penderita juga akan merasa bahwa ada seseorang yang
akan menyakiti mereka (Videback, 2014). Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa skizofrenia paranoid merupakan skizofrenia yang
utamanya ditandai dengan ketakutan yang berlebihan (paranoid) pada
penderitanya.
5
6
2.1.3 Psikoformaka
Rentang
Dosis
Obat Antipsikotika Bentuk Sediaan
Anjuran
(mg/hari)
Quetiapin 300 - 800 tablet IR (25 mg, 100 mg, 200 mg,
300 mg), tablet XR (50 mg, 300 mg,
7
400 mg)
2.2 Halusinasi
2.2.1 Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respons biologis
maladaptive. Klien sebenarnya mengalami distorsi sensorik sebagai hal yang
nyata dan meresponnya. Pengalaman berupa ancaman yang terjadi pada diri
seseorang dapat menyebabkan hilangnya kemampuan memproses informasi
secara efektif dikenal dengan distorsi kognitif. (Keliat et al., 2017). Pada
halusinasi, tidak ada stimulus eksternal atau internal yang diidentifikasi.
(Stuart, 2016). Halusinasi terang dan jelas, dengan kekuatan penuh dan
mempengaruhi persepsi normal, dan tidak berada di bawah kendali.
Halusinasi mungkin terjadi dalam indra sensorik apapun, tetapi paling umum
terjadi pada skizofrenia dan gangguan terkait, yang halusinasi pendengaran
adalah yang. Halusinasi pendengaran adalah biasanya ditandai sebagai suara,
akrab atau asing, dan dirasakan berbeda dari pikiran individu itu sendiri.
Halusinasi terjadi di konteks sensorium yang jelas; itu terjadi pada jatuh
tertidur (hipnagogik) atau bangun (hypnopompic) adalah dianggap dalam
pengalaman normal (Llorca et al., 2016).
Tahapan halusinasi yaitu :
Halusinasi
Isolasi sosial
Subjektif Objektif
1. Mendengar suara bisikan atau 1. Distorsi sensori
melihat bayangan
2. Respon tidak sesuai
2. Merasakan sesuatu melalui indera
3. Bersikap seolah melihat,
perabaan, penciuman, atau
mendengar, mengecap, meraba, atau
pengecapan
mencium sesuatu.
b. Tanda dan Gejala Minor:
Subjektif Objektif
1. Menyatakan kesal 1. Menyendiri
11
2. Melamun
3. Konsentrasi buruk
5. Curiga
7. Mondar-mandi
8. Bicara sendiri
Harga diri merupakan salah satu bagian dari aspek konsep diri yang dimiliki oleh
individu. Menurut Ramdhani, et al (2020), harga diri merupakan penilaian
seseorang terhadap kemampuan atau hasil yang dicapai untuk kemudian menilai
seberapa jauh dirinya telah memenuhi ideal diri. Ideal diri atau harapan individu
yang tidak tercapai inilah yang dapat menyebabkan terjadinya harga diri rendah,
bahkan hingga harga diri rendah kronik. Menurut Nurhalimah (2016), harga diri
rendah adalah suatu kondisi dimana individu menilai dirinya dan kemampuan
dirinya secara negatif; memiliki anggapan bahwa dirinya tidak berharga; serta
tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Sebagai tambahan,
menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia (2016), harga diri rendah yang
berlangsung dalam waktu lama dan terus menerus dapat disebut dengan harga diri
rendah kronik. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa harga diri rendah kronik
merupakan evaluasi negatif individu terhadap kemampuannya yang berlangsung
dalam waktu lama.
Terjadinya harga diri rendah kronik pada individu dapat disebabkan oleh berbagai
faktor. Menurut Nurhalimah (2016); Stuart, et al (2013), faktor predisposisi dan
presipitasi dari harga diri rendah meliputi:
a. Faktor Predisposisi
14
i. Biologis: pada aspek ini, harga diri rendah dapat disebabkan karena
faktor herediter yaitu adanya anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa kronis maupun adanya riwayat penyakit kronis yang
diderita oleh individu, contohnya trauma kepala.
ii. Psikologis: terdapat berbagai masalah psikologis yang dapat
menyebabkan timbulnya harga diri rendah dan meliputiadanya krisis
identitas, peran yang terganggu, serta ideal diri yang tidak realistis.
Sebagai tambahan, pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan;
kegagalan berulang; kurangnya tanggung jawab personal; serta
memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap orang lain juga dapat
menjadi faktor psikologis yang menyebabkan terjadinya harga diri
rendah.
iii. Sosial budaya: adanya penilaian negatif dari lingkungan, kondisi
sosial ekonomi rendah, tingkat pendidikan rendah, serta adanya
riwayat penolakan lingkungan dapat menjadi faktor sosial budaya yang
menyebabkan harga diri rendah.
b. Faktor Presipitasi
i. Riwayat Trauma: adanya penganiayaan seksual, pengalaman
psikologis yang tidak menyenangkan, menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan, serta terlibat dalam kekerasan dapat
menyebabkan terjadinya harga diri rendah
ii. Ketegangan Peran: adanya transisi peran perkembangan, transisi
peran situasi, serta transisi peran sehat-sakit adalah penyebab dari
ketegangan peran yang dapat menimbulkan harga diri rendah pada
individu terkait.
iii. Stresor biologis: biasanya berupa gangguan fisiologis maupun
konsumsi alkohol; narkotika; serta substansi toksik lainnya yang dapat
mengubah konsep diri.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, harga diri rendah kronik cenderung
terjadi dalam waktu yang lama. Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan
menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia (2016) kurang lebih sama dengan
harga diri rendah dan meliputi:
Merasa malu/bersalah
Pasif
Koping atau cara individu mengatasi permasalahan yang terjadi dapat menjadi
salah satu faktor terjadinya harga diri rendah maupun harga diri rendah kronik.
Pada kondisi ini, menurut Stuart, et al (2013), terdapat tiga aspek mekanisme
koping yang biasanya digunakan dan meliputi:
2.3.5 Psikopatologi
Pada pasien dengan harga diri rendah maupun harga diri rendah kronik,
pelaksanaan intervensi keperawatan bertujuan untuk memampukan individu
mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, menilai
kemampuan yang dapat digunakan, serta menetapkan atau memilih kegiatan
sesuai kemampuan untuk kemudian dilatih dan dibuat perencanaan pelaksanaan
kegiatan yang sudah dilatih (Yusuf, et al., 2015). Adapun tindakan keperawatan
yang dapat dilakukan meliputi (Nurhalimah, 2016; Yusuf, et al., 2015):
PENGKAJIAN
3.1 Kasus Pasien
Pasien Tn. K masuk Rumah Sakit dr. Marzoeki Mahdi Bogor dengan keluhan sulit
tidur, keluyuran, gelisah, dan mengatakan sering mendengar suara – suara yang
mengatakan bahwa ibadahnya tidak akan diterima lagi. Suara – suara itu selalu
muncul setiap saat dan pasien sangat terganggu dengan adanya suara – suara
tersebut. Pasien menjadi gelisah dan takut, pasien juga merasa bahwa untuk apa
hidup kalau ibadahnya sudah tidak lagi diterima. Pasien nampak sedih dan lambat
dalam penyampaian keluhannya. Pasien terbuka kepada perawat dan sangat
komunikatif. Pada kehidupan sehari – hari, pasien tinggal bersama kakak
perempuan dan membantu kakaknya berjualan. Pasien sadar bahwa dirinya tidak
sehat jiwa dan pasien menjadi minder akan keadaannya. Pasien belum menikah
dan belum memiliki pekerjaan, 2 faktor ini membuat pasien semakin malu dan
sedikit menarik diri dari lingkungan rumah. Selama di RSMM pasien terlihat
banyak melamun dan saat interaksi pasien banyak menunduk. Pasien sempat
menanyakan kepada perawat saat pertama kali berinteraksi, apakah di ruangan ini
memiliki masalah yang sama? Dari penjelasan yang diberikan perawat membuat
pasien lebih mau untuk bergaul dengan teman – temannya satu ruang rawat. Saat
proses kegiatan berkelompok pasien terkadang malu, namun setelah dimotivasi,
pasien mau untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan dan pasien sangat suka
diberikan pandu positif.
20
21
No. RM : 373430
TB : 170 cm ; BB : 79 kg
Pasien tidak ada keluhan Fisik ; BMI pasien 27,3 ; pasien tidak
terlihat lemas dan kurus.
Psikososial
Genogram :
Konsep diri :
a. gambaran diri : tidak ada bagian tubuh yang paling disukai namun tidak ada
juga bagian tubuh yang tidak disukai
c. peran : saat sehat pasien di rumah membantu kakaknya berjualan moring dan
di masyarakat ia sering mengikuti kegiatan kerja bakti dan bermain voli. Saat
sakit, pasien tidak dapat bekerja dan tidak membantu kakaknya berjualan lagi,
pasien juga jadi lebih tertutup dengan lingkungan karena ia malu belum menikah
dan belum memiliki pekerjaan.
d. ideal diri : pasien berharap bisa bekerja dan membantu kakaknya lagi serta bisa
menikah dan memiliki rumah sendiri.
e. harga diri : pasien minder dan malu karena tidak bekerja dan belum menikah
23
Hubungan sosial
Orang yang berarti : kakak nomor 3 merupakan kakak terdekat pasien yang
membantu kehidupan sehari – hari pasien.
Peran serta dalam kelompok masyarakat : saat sehat, pasien suka bekerja bakti
membersihkan lingkungan dan bermain voli bersama warga
Spiritual
Nilai dan Keyakinan : agama pasien islam. Ia yakin bahwa semua masalah yang
terjadi adalah azab dari Tuhan
Kegiatan Ibadah : pasien sudah lama tidak beribadah terlebih setelah ada
suara yang mengatakan bahwa shalatnya tidak akan diterima
Status Mental
Aktivitas motorik : pasien terlihat banyak duduk dan terlihat lesu saat pertama
kali datang ke ruangan, namun setelah berkenalan dengan yang lain dan mengikuti
kegiatan bersama dihari esoknya pasien sudah terlihat segar dan bersemangat
Alam Perasaan : pasien sedih dan takut. Sedih karena belum menikah dan
takut akan suara – suara yang mengganggu
Afek : Sesuai
Interaksi selama wawancara : normal dan baik, kontak mata (+) perilaku
bersahabat, terbuka dalam mengungkapkan masalah yang dihadapi
Isi pikir dan proses pikir : baik, tidak ada pikiran yang tidak sesuai dengan
kenyataan
Daya tilik diri : pasien menerima dirinya yang gangguan jiwa dan ingin sembuh
Mempersiapkan makanan : ya
Mencuci pakaian : ya
Belanja : ya
Transportasi : ya
Mekanisme koping :
Aspek Medik
Analisis Data :
Analisis Data
Data Masalah Keperawatan
DO : Harga Diri Rendah Kronik
● Pasien menunduk
DS :
DS :
DO :
PEMBAHASAN
a. Faktor Predisposisi
Pasien kembali masuk ke RSMM karena pengobatan yang kurang berhasil dan
adanya trauma penolakan oleh orang yang dicintainya. Hal ini tentu saja sangat
berpengaruh terhadap kondisi pasien. seperti yang disebutkan oleh Kandar &
Iswanti (2019) rasa kehilangan merupakan faktor psikologi yang sering
menyebabkan masalah pada kejiwaan seseorang. Rasa kehilangan akan
menimbulkan kecemasan yang berlebihan dan berujung pada gangguan
jiwa.`Selain itu, putus obat juga merupakan faktor biologis yang dapat
menyebabkan adanya kekambuhan pada gangguan jiwa. Penolakan dapat
menyebabkan pasien mengalami harga diri rendah dan berduka karena kehilangan
orang yang dicintainya.
b. Konsep Diri
Pasien mengatakan tidak akan ada yang mau dengan dirinya karena ia mengalami
gangguan jiwa. Hal ini merupakan salah satu bentuk dari masalah harga diri
rendah. Selama di RSMM, pasien kehilangan peran untuk membantu kakaknya
berjualan. Ia tidak bisa bekerja dan mengikuti kegiatan di dalam masyarakat.
Selain itu ia merasa malu karena dirinya gangguan jiwa.
c. Hubungan Sosial
Orang yang paling dekat dengan pasien adalah kakak ke 3. Pasien memiliki
hambatan dalam bersosialisasi karena malu dirinya gangguan jiwa. Peran dari
support system sangatlah berarti bagi pasien gangguan jiwa. Support system akan
menjadi kekuatan yang berarti dan menjadi wadah untuk berbagi stressor.
29
30
d. Spiritual
Pasien beragama Islam dan pasien percaya bahwa sakitnya berasal dari tuhan.
Namun ia sudah jarang beribadah semenjak adanya bisikan yang mengatakan
percuma beribadah. Padahal hubungan dengan tuhan sejatinya dapat menjadikan
kita sadar bahwa segala sesuatu berasal dari tuhan dan tuhan pula yang akan
menyelesaikannya. Jika dapat berpikir demikian, kita tidak akan terfokus pada
stressor yang kita miliki, melainkan dapat menjalaninya dengan ikhlas.
e. Status Mental
g. Diagnosis Medis
Diagnosis Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tujuan Umum: 1. Setelah 2 kali 1. Bantu mengenal halusinasi 1. Klien dapat
Halusinasi pertemuan percaya terhadap
pada pasien dengan cara
Pasien dapat pasien perawat. Dan
Definisi: menunjukkan membina hubungan saling menceritakan
mengontrol
gangguan tanda-tanda percaya dengan pasien. pengalaman
halusinasinya. percaya halusinasinya
persepsi
kepada 2. Bantu pasien mengenal dengan nyaman.
sensori Tujuan Khusus: perawat:
halusinasinya dengan 2. Kontak sering
tanpa 1. Klien dapat ● Ekspresi dan singkat dapat
mendiskusikan isi halusinasi,
adanya wajah membina
mengenal frekuensi, waktu halusinasi
bersahabat hubungan saling
stimulus halusinasiny muncul, situasi dan respon percaya dan
dari luar ● Menunjukkan
a. dapat
rasa senang pasien ketika halusinasi
(eksternal). memutuskan
2. Klien dapat ● Ada kontak muncul, Adakan kontak halusinasi dan
Gangguan mata mengenal
mengontrol sering dan singkat secara
persepsi periaku pada saat
halusinasiny ● Mau berjabat bertahap. halusinasi
sensori ini tangan
a. memudahkan
meliputi 3. Identifikasi bersama klien
● Mau perawat
32
Diagnosis Keperawatan
Kriteria Hasil (PPNI, 2018) Intervensi (PPNI, 2018)
D. 0086 Harga Diri Rendah Kronik Harga diri (L.09069) Manajemen Perilaku (I.12463)
● Perasaan putus asa menurun 1. Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk
diri sendiri
● Pikiran mencederai diri
sendiri menurun 2. Diskusikan persepsi negative diri
Edukasi:
Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Harga Diri TUM: ● Pasien dapat 1. Bina hubungan saling Membangun rasa percaya
Rendah Kronik menerima kehadiran percaya dengan: antara pasien dan perawat,
Pasien mampu
perawat setelah 2x sehingga pasien dapat
berinteraksi a) Sapa pasien
pertemuan memberikan informasi
dengan orang dengan ramah
Definisi: tentang keadaannya secara
lain ● Pasien dapat (verbal dan non-
sebenar-benarnya
Persepsi negatif mengungkapkan verbal)
yang dipercayai perasaan dan
b) Perkenalkan diri
atau dipegang TUK 1: keberdayaan saat ini
sejak lama secara verbal c) Menanyakan nama
Pasien mampu
tentang dan panggilan
membangun a) Pasien mampu
penilaian diri, yang pasien sukai
hubungan saling menjawab salam
penghargaan
percaya d) Menjelaskan
diri, penerimaan b) Kontak mata (+)
tujuan pertemuan
diri,
c) Mau berjabat
kompetensi, dan e) Membuat kontak
tangan
perilaku interaksi secara
terhadap diri d) Mau berkenalan jelas, jujur, dan
sendiri tepati janji yang
e) Mau menjawab
telah dibuat
pertanyaan
f) Menunjukkan
f) Mau duduk
empati dan
berdampingan
menerima pasien
38
No RM : 373430
Impleentasi Evaluasi
DS: S : mengatakan lebih tenang karena
- Pasien mengatakan mendengar sudah tau bagaimana usir suara
suara suara yang tidak ada halusinasi
orangnya
- Suaranya mengatakan bahwa O : pasien dapat memperagakan cara
sholat pasien tidak akan menghardik dengan tepat
diterim
DO: A : dx: halusinasi, RBD
- Pasien tampak cemas ketika I: Kaji halusinasi , Latihan
bercerita menghardik, bercakap-cakap,
- Suara lemah distraksi, edukasi obat
Diagnosa keperawatan:
Halusinasi P:
Tindakan keperawatan: - Latih bercakap-cakap dan
- Kaji halusinasi distraksi
- Latihan menghardik, bercakap- - Kaji aspek positif
cakap, distraksi, edukasi obat
RTL Perawat
- Evaluasi latihan menghardi
- Latih distraksi
42
No RM : 373430
Ruangan Arimbi
Impleentasi Evaluasi
DO: S : pasien senang karena ternayata
- Suara pasien terdengar lemah, mengetahui kalua banyak hal baik
terkadang murung, dan yang dimiliki dan banyak harapan
menyendiri yang harus dicapai, aspek positif yang
DS: dimiliki pasien yaitu beres-beres
- Pasien mengatakan ada suara rumah, suka bantu memasak, memiliki
yang mengatakan bahwa banyak teman, bisa main voli.
sholatnya sudah tidak akan Harapan yang diinginkan pasien yaitu
diterima sehingga ia tidak lagi ingin sembuh, ingin berkeluarga, ingin
bersemangat untuk hidup. bantu kakak, ingin menikah, dan ingin
Merasa tidak berguna karena memiliki rumah.
kondisi sakitnya, belum
menikah, dan merasa tidak ada O : pasien senang, memahami aspek
yang mau menjadi istrinya positif yang dimiliki
Diagnosa keperawatan:
Harga Diri Rendah Kronis A, dx HDRK
Tindakan keperawatan: I: Mengkaji HDRK, mengkaji aspek
- Kaji HDRK positif pasien, mengkaji harapan yang
- Kaji aspek positif yang dimiliki pasien, dan mengkaji
dimiliki hobi/kegemaran pasien
- Kaji harapan yang dimiliki
- Kaji hobi/kegemaran P:
RTL Perawat - Latihan salah satu aspek positif
- SP 2 HDRK, lakukan dan sesuai dengan jadwal
jadwalkan kegemaran/aspek
43
No RM : 373430
Ruangan Arimbi
Impleentasi Evaluasi
DS: S : mengatakan senang karena
- Pasien mengatakan mengetahui hal baik pada dirinya
malu/minder karena belum Pasien mau melakukan latihan aspek
menikah positif, seperti beres-beres ruangan
- Malu tidak bekerja
- Merasa ini semua azab dari O : pasien tersenyum dan dapat
tuhan menyebutkan kapan akan melakukan
DO: latihan aspek positif
- Pasien banyak menunduk
- Suara pelan dan lemah A, dx HDRK
Diagnosa keperawatan: I: Identifikasi aspek positif
Harga Diri Rendah Kronis Latih aspek positif yang dimiliki
Tindakan keperawatan:
- Identifikasi aspek positif
- Latih aspek positif yang P:
dimiliki - Latihan salah satu aspek positif
RTL Perawat sesuai dengan jadwal
- Melakukan kegiatan yang ada
pada aspek positif klien
- Menjadwalkan kegiatan/latih
aspek positif
- Melatih aspek positif ssesuai
jadwal
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil diskusi, dapat disimpulkan bahwa Tn. K mengalami
Harga Diri Rendah Kronis yang disebabkan karena faktor predisposisi dan
faktor presipitasi di masa lalunya yang tidak menyenangkan. Tn.K
sebelumnya sudah menjalani pengobatan, namun pengobatan tersebut tidak
berhasil karena terbatasnya obat yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan di
sekitar tempat Tn. K. Kondisi pada hari pertama pengkajian, Tn. K
mengatakan bahwa sering mendengar suara halusinasi. Suara halusinasi
tersebut memerintahkan Tn. K untuk tidak beribadah lagi, karena dari suara
tersebut mengatakan percuma ibadahnya tidak akan diterima. Selain itu, Tn. K
juga mengatakan malu karena belum menikah dan saat ini belum bekerja.
Oleh karena itu, masalah keperawatan yang muncul pada Tn. K yaitu
Halusinasi dan Harga Diri Rendah Kronis. Intervensi yang sudah dilakukan
untuk masalah keperawatan halusinasi yaitu memberikan intervensi mengenai
teknik menghardik, bercakap-cakap, teknik distraksi, dan edukasi obat. Dan
juga sudah dilakukan intervensi untuk masalah keperawatan harga diri rendah
kronis yaitu dengan mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki oleh Tn. K,
melatih aspek positif, dan menjadwalkan kegiatan aspek positif Tn. K.
Intervensi yang dilakukan untuk Tn. K selama 3 hari memperlihatkan bahwa
Tn. K mengetahui aspek positif yang dimiliki oleh Tn. K dan sudah tidak
mendengar suara halusinasi lagi.
5.2 Saran
Berdasarkan diskusi ini, maka dapat disarankan untuk :
44
45
Berdasarkan makalah ini, diharapkan makalah ini dapat menjadi rujukan rumah
sakit dan juga perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
yang memiliki diagnosa keperawatan lebih dari 1 diagnosa keperawatan. Selain
itu juga, makalah ini dapat memberikan pandangan dalam pemberian asuhan
keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien .
45
DAFTAR PUSTAKA
Fatmawati, I. (2016). Faktor-fakto Penyebab Skizofrenia. Diambil dari
https://core.ac.uk/download/148613036.pdf
Keliat, B.A dan Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
46
PPNI. (2016). Standard Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan indikator
diagnostik, Edisi 1. Jakarta: EGC.
Stuart, G. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing 10th edition. St.
Louis: Mosby
Stuart, G. W. (2016). Principle and practices psychiatric nursing. Riverport Lane:
Elsevier.
Videback, S. L. (2014). Psychiatric-Mental Health Nursing. Philadelphia: Wolters
Kluwer Health
World Health Organization Schizophrenia. (2017). Report of the WHO
Schizophrenia. Diakses dari:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs396/en/
Yosep, I,. & Sutini, T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental
Health Nursing. Bandung: Refika Aditama
Yusuf, Ah., D. (2015). Buku AjAr KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA. Jakarta:
Salemba Medika.
47