Anda di halaman 1dari 30

PENGKAJIAN SPESIFIK TIME UP GO TEST KEPERAWATAN

GERONTIK

Dosen Pembimbing:

Uswatul Khasanah, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Kelas: VII - D / Billingual A

Disusun Oleh:

 Andieni Santika – 2018720004  Nendra Elaya Azra S – 2018720030


 Atria Adhara Ridwan – 2018720007  Vara Sevi Siamita – 2018720048
 Intan Ayu Pebriyanti – 2018720021  Yohanna – 2018720051
 Intan Permata Akmal – 2018720022  Yuni Sari Harum – 2018720052
 PROGRAM
Muthia Mila STUDI ILMU KEPERAWATAN
Nissa – 2018720027  Bella Fariza Marsyah - 2018720061
 Mutiara Danera Chani – 2018720028

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYH JAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2020-2021 GENAP

SEPTEMBER 2021
A. Pengertian
Tes Timed Up and Go (TUG) adalah suatu tes atau pemeriksaan untukmengukur
keseimbangan, mobilitas, dan risiko jatuh.

Pada pemeriksaan TUG pasien berjalan sendiri dengan atau tanpa alat bantu berjalan
jika dibutuhkan. Pasien berjalan sepanjang tiga meter yang dimulai dengan duduk dan
saat pemeriksa mengatakan “GO” pasien berdiri dan mulai berjalan sepanjang yang
telah ditentukan dan kembali duduk seperti semula. Waktu yang dicatat adalah waktu
saat pasien mulai berdiri sampai duduk kembali.

Tes TUG telah terbukti menjadi alat ukur yang akurat sebagai skrining faktor risiko
jatuh pada lanjut usia. Sehingga alat ini dapat menjadi alat skrining awal untuk
mencegah jatuh, memperbaiki produktifitas hidup pada lansia dan menghindari
berbagai komplikasi yang ditimbulkan dari kejadian jatuh.

B. Tujuan
Tujuannya untuk menentukan dan mengetahui antara hubungan riwayat jatuh dengan
peningkatan skor tes Time Up and Go pada pasien geatri di rumah sakit. Tes ”Timed
Up and Go” (tes-TUG) dapat digunakan untuk mengukur mobilitas, keseimbangan
dan pegerakan pada lanjut usia, yang diukur dari berapa detik waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan aktivitas berturut-turut bangkit dari kursi, jalan tiga meter, berbalik
arah dan kembali ke kursi.

C. Kontraindikasi
1. Lansia dengan gangguan kognitif berat. TUG tidak disarankan untuk dilakukan
pada lansia dengan gangguan kognitif berat karena akan menghambat pasien
dalam melakukan tugas-tugas yang diberikan dalam tes. Rockwood, Awalt,
Carver, dan MacKnight (2000) menemukan bahwa pada lansia dengan gangguan
kognitif 35,5% memiliki kesulitan dalam melakukan tes.
2. Lansia dengan gangguan keseimbangan dan postur tubuh. Pasien yang memiliki
kesulitan dalam mengubah/mempertahankan posisinya juga harus di ekslusikan
untuk dilakukan tes TUG, kriterianya seperti kesulitan bangun dari/ mengubah
posisi tempat duduknya. Pada pasien stroke, TUG dapat dilakukan dengan
terlebih dahulu melakukan tes Penilaian Postur seperti (PASS) sebagai
pertimbangan apakah pasien memiliki keseimbangan yang cukup baik sehingga
memungkinkan dalam mengikuti tes (Benaim, Pérennou , Villy, Rousseaux, &
Pelissier, 1999).
3. TUG adalah alat tes sederhana yang digunakan untuk menilai aspek
keseimbangan lansia. Disarankan menggunakan Skala Penilaian Postur untuk
Pasien stroke (PASS) (Benaim et al., 1999) atau Skala Keseimbangan Berg jika
memerlukan hasil dan tingkat yang lebih komprehensif (Berg, Wood-Dauphinee,
Williams, & Maki, 1992).

D. Alat dan bahan


1. Form pemeriksaan
2. 1 buah kursi
3. Stopwatch
4. Midline

E. Prosedur
1. Mempersiapkan alat
a. Fisioterapis memilih tempat pemeriksaan di dalam ruangan dengan lantai
datar.
b. Fisioterapis menyiapkan form pemeriksaan.
c. Fisioterapis menyiapkan satu buah kursi yang tidak terlalu ringan ataupun
mudah bergeser.
d. Fisioterapis menyiapkan stopwatch.
e. Fisioterapis menandai jarak atau lintasan tes sejauh 3 meter dari kursi dengan
midline.

2. Mempersiapkan klien:
a. Klien di instruksikan memakai pakaian yang Longgar atau fleksibel.
b. Fisioterapis memberikan gambaran singkat tentang pemeriksaan yang akan
dilakukan kepada klien.
3. Pelaksanaan:
a. Fisioterapis mengatur posisi klien dengan duduk santai di kursi, kedua tangan
di atas paha.
b. Fisioterapis menginstruksikan klien untuk berjalan secepat mungkin ke arah
garis putar kemudian kembali lagi duduk di kursi.
c. Fisioterapis menginstruksikan klien untuk mengulangi gerakan nomor dua
sekali lagi.
d. Fisioterapis mencatat hasil kecepatan gerakan klien yang kedua.
e. Fisioterapis mencatat dan mengintepretasikan hasil pemeriksaan pada form
pemeriksaan.
Lampiran
Format Time Up Go Test

Nama :
Umur :
Hasil pengukuran Timed Up and Go Test:

Pengukuran perminggu Pre test Post test

Nilai Timed Up & Go Test


Waktu Kriteria
< 10 detik Normal
< 20 detik Mobilitas baik, mampu pergi keluar rumah
sendiri tanpa bantuan
< 30 detik Masalah, tidak bisa pergi keluar rumah
sendiri, membutuhkan bantuan orang lain
ketika berjalan atau menggunakan alat
bantu.
DAFTAR PUSTAKA

Fenderson, Claudia B., & Wen K. Ling. 2012. Pemeriksaan Neuromuskular. Jakarta :
Erlangga Medical Series.

Ginting, S., & Marlina, S. (2018). Hubungan tes “timed up and go” dengan frekuensi
jatuh pada lansia. Jurnal Penelitian Keperawatan Medik, 1(1), 37-40.
Geriatric Depression Scale (GDS)

Dosen:

Ns. Uswatul Khasanah, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Disusun oleh:

Kelompok 2 Kelas 7D

1. Cintya Munadya Lontara (2018720062)


2. Dinda Aradifa Ardiansyah (2018720066)
3. Ega Tiansyah Ramadhanti (2018720067)
4. Hayuni Amalia (2018720074)
5. Indri Sesa Febrianda (2018720126)
6. Insyra Putri Anisa (2018720127)
7. Miranda Putri Cantika (2018720080)
8. Muhammad Destriadi (20200910100139)
9. Nurul Tri Jaatsiah (2018720088)
10. Reda Dwiyanti (2018720135)
11. Riko Dzikriana (2018720093)

Program Studi Keperawatan


Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2021
A. Pengertian
Geriatric Depression Scale (GDS) merupakan salah satu instrumen yang paling sering
digunakan untuk mendiagnosis depresi pada usia lanjut. Terdapat dua bentuk GDS,
yaitu short form (15 pertanyaan) dan long form (30 pertanyaan). GDS- 15 dan GDS-
30 berkorelasi tinggi dan mempunyai tingkat sensitivitas mirip, tetapi spesifisitas
GDS-15 sedikit menurun dibandingkan GDs-30. GDS-30 dapat digunakan untuk
mendeteksi gejala depresi pada gangguan kognitif ringan tetapi tidak pada penderita
dengan demensia Alzheimer. Untuk mendeteksi gejala depresi pada penderita
demensia, disarankan menggunakan instrumen lain yang lebih spesifik seperti Comell
Scale for Depression in Dementia (Edwin, 2014).

B. Tujuan
untuk mendeteksi gejala depresi pada gangguan kognitif ringan tetapi tidak pada
penderita dengan demensia Alzheimer.
C. Kontraindikasi
Pada penderita demensia alzeimer
D. Alat dan Bahan
1. Alat tulis
2. Form pengkajian GDS
E. SOP
1. Persiapan alat:
 Alat tulis
 Lembar tabel Geriatric Depression Scale (GDS).
2. Persiapan pasien:
 Pasien diberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
 Menjelaskan tuuan dan tahap pelaksanaan
 Kontrak waktu
3. Pelaksanaan:
 Wawancara pasien dengan menggunakan Geriatric Depression Scale
4. Tahap terminasi:
 Mengucapkan terimakasih
 Memberikan respon positif
 Berpamitan dengan responden
 Membereskan alat
F. Lampiran Format
1. GDS 15

No Pernyataan Ya Tidak
1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan
anda?
2. Apakah anda telah banyak menghentikan aktivitas dan
minat-minat anda?
3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong?
4. Apakah anda sering merasa hidup anda bosan?
5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap
saat?
6. Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan
terjadi pada anda?
7. Apakah anda merasa bahagia untuk Sebagian besar
hidup anda?
8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya?
9. Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada
pergi ke luar dan mengerjakan suatu hal yang baru?
10. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah
dengan daya ingatan anda dibanding kebanyakan
orang?
11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini
menyenangkan?
12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan
anda saat ini?
13. Apakah anda merasa penuh semangat?
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada
harapan?
15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik
keadaannya daripada anda?
Beri tanda ceklist (V) antara jawaban ya atau tidak pada tiap pertanyaan
2. GDS 30
 

No Pernyataan Ya Tidak
1. Apakah anda puas dengan kehidupan anda?
2. Apakah anda mengurangi banyak aktivitas dan hobi
anda?
3. Apakah anda merasa kehidupan anda terasa hampa?
4. Apakah anda senantiasa bosan?
5. Apakah anda memiliki harapan pada masa depan?
6. Apakah anda terganggu dengan pikiran yang tidak
dapat diungkapkan/ keluarkan?
7. Apakah anda bersemangat setiap waktu?
8. Apakah anda takut tentang sesuatu yang buruk yang
akan menimpa anda?
9. Apakah anda merasa bahagia pada sebagian besar
waktu anda?
10. Apakah anda merasa tidak berdaya?
11. Apakah anda merasa resah dan gelisah?
12. Apakah anda lebih memilih di dalam rumah daripada
berjalan-jalan ke luar dan melakukan sesuatu yang
baru?
13. Apakah anda seringkali khawatir akan masa depan
anda?
14. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah
dengan daya ingat anda dibandingkan kebanyakan
orang?
15. Apakah anda berfikir bahwa luar biasa anda diberikan
kehidupan sampai sekarang?
16. Apakah anda merasa murung dan sedih?
17. Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan
anda saat kini?
18. Apakah anda mengkhawatirkan lalu (kejadian kejadian
masa lalu) anda?
19. Apakah anda merasakan bahwa kehidupan ini sangat
menyenangkan/menarik?
20. Apakah anda memiliki kesulitan atau merasa berat
untuk memulai hal yang baru?
21. Apakah anda memiliki energi maksimal (penuh
semangat)?
22. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada
harapan?
23. Apakah anda berfikir bahwa orang lain lebih baik
keadaannya daripada anda?
24. Apakah anda seringkali kesal pada hal-hal sepele?
25. Apakah anda seringkali merasa ingin menangis?
26. Apakah anda memiliki kesulitan dalam
berkonsentrasi?
27. Apakah anda senang bangun di pagi hari?
28. Apakah anda lebih memilih untuk menghindari
perkumpulan sosial?
29. Apakah anda mudah untuk membuat keputusan?
30. Apakah pikiran anda jernih seperti biasanya?
Beri tanda ceklist (V) antara jawaban ya atau tidak pada tiap pertanyaan
G. Daftar Pustaka
Conradsson M, Rosendahl E, Littbrand H, Gustafson Y, Olofsson B, Lövheim
H. Usefulness of the Geriatric Depression Scale 15-item version among very old
people with and without cognitive impairment. Aging Ment Health.
2013;17(5):638-45. doi:10.1080/13607863.2012.758231
Greenberg SA. How to try this: the Geriatric Depression Scale: Short Form. Am J
Nurs. 2007;107(10):60-9. doi:10.1097/01.NAJ.0000292204.52313.f3
Njoto, Edwin Nugroho. 2014. Mengenali Depresi pada Usia Lanjut Penggunaan
Geriatric Depression Scale (GDS) untuk Menunjang Diagnosis.

Effendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Yesavage JA, Brink TL, Rose TL, et al. Development and validation of a geriatric
depression screening scale: a preliminary report. J Psychiatr Res. 1983;17:37-49
SPESIFIC ASSESSMENT: MINI NUTRITION
ASSESSMENT

Dosen: Uswatul Khasanah, Ns, Sp. Kep. Kom

Oleh:
Kelompok 3 Kelas 7D
Asri Narawangsa 2018720156
Aulia Sari Yusrida 2018720157
Khairunisa Hana Pratiwi 2018720167
Nourma Aini Pratiwi 2018720175
Renaissance 2018720181
Rhestu Septiani Yasin 2018720182
Sa’rah Fauziyyah 2018720139
Shania Rifa Islamia 2018720185
Sukmawati Agung S. 2018720144
Tiyana Qoulan 2018720145
Yuni Wahyuni 2018720192

S1 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021/2022
A. TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Mini Nutritional Assessment (MNA) Mini Nutritional Assessment (MNA)
merupakan salah satu alat ukur yang digunakan untuk menskrining status gizi
pada lansia. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah seorang lansia
mempunyai resiko mengalami malnutrisi akibat penyakit yang diderita dan atau
perawatan di rumah sakit. MNA ini banyak digunakan karena sangat sederhana
dan mudah dalam pelaksanaannya. Darmojo (2010) dalam penelitian yang
dilakukan pada 200 pasien preoperasi gastrointestinal menunjukkan bahwa MNA
dapat dilakukan oleh klinisi terlatih, mempunyai reprodusibilitas tinggi dan dapat
menskrining pasien yang mempunyai resiiko malnutrisi.
Mini Nutritional Assessment (MNA) juga salah satu instrumen untuk
mendeteksi adanya risiko malnutrisi ataupun adanya malnutrisi. Instrumen MNA
terdiri dari dua tahap yaitu tahap I : tahap penapisan / skrining dan tahap II :
penilaian. Apabila nilai/skor pada tahap I < 11, akan dilanjutkan ke tahap II.
Selanjutnya seseorang diklasifikasi malnutrisi apabila jumlah total skor akhir <17,
risiko malnutrisi apabila rentang skor antara 17-23,5. Apabila subyek mempunyai
masalah malnutrisi perlu dilakukan intervensi gizi dan selanjutnya dilakukan
pemantauan dan evaluasi penatalaksanaan gizi
MNA saat ini digunakan untuk menilai status gizi orang lanjut usia di klinik,
panti jompo, dan rumah sakit. Mini Nutritional Asessment (MNA) didesain dan
telah dibuktikan bagus sebagai alat kajian tunggal dan cepat untuk menilai status
gizi pada lansia. MNA ini merupakan kuesioner dalam bahasa Indonesia dan
sudah diuji validasnya untuk menskrining status gizi lansia. Banyak penelitian-
penelitian yang telah dilakukan menggunakan MNA sebagai alat ukur untuk
menilai status gizi lansia. Diantaranya Agustiana (2007) melakukan penelitian
hubungan Mini Nutritional Asessment (MNA) dengan albumin serum pasien usia
lanjut dimana hasilnya menunjukkan melalui skor MNA diketahui risiko
malnutrisi (MNA skor 17-23,5) 84,6% dan sebesar 46,2% mengalami malnutrisi
berat jika dilihat dari albumin 2,8 mg/dl. Skor MNA ini dapat menggambarkan
kadar albumin serum.
Kesimpulan pemeriksaan Mini Nutritional Assesment (MNA) adalah
menggolongkan pasien atau lansia dalam keadaan status gizi baik, beresiko
malnutrisi ataukah malnutrisi berat. MNA mempunyai dua bagian besar yaitu
screening dan assessment, dimana penjumlahan semua skor akan menentukan
seorang lansia pada status gizi baik, beresiko malnutrisi, atau beresiko
underweight (Darmojo, 2010). Dalam pengukuran MNA ini, pengukuran
antropometri menjadi salah satu yang diukur untuk menilai status gizi lansia

2. Tujuan
MNA bertujuan untuk mengetahui apakah seseorang berada pada kondisi
risiko malnutrisi atau tidak sehingga dapat ditentukan intervensi gizi sejak dini
tanpa membutuhkan penilaian oleh tim khusus gizi (Vellas, 1999). Adapun tujuan
lainnya yaitu cara untuk mengukur status gizi pada usila dengan cara melakukan
tanya jawab dengan menggunakan kuisioner MNA.

3. Alat dan bahan


- Pengukur LLA
- Meteran
- Penggaris
- Timbangan badan

4. SOP
Prosedur :
- Perkenalan diri
- Menjelaskan tujuan dari prosedur
- Melakukan prosedur sesuai form di lampiran
5. Lampiran
FORMULIR MNA (MINI NUTRITIONAL ASSESSMENT)

Nama :

Berat Badan :

Tinggi Badan :

Umur :

Jenis Kelamin :

No. Rekam Medis : Tanggal


Pemeriksaan :

1) PENAPISAN (SCREENING)

a. Apakah ada penurunan asupan makanan dalam jangka waktu 3 bulan oleh karena
kehilangan nafsu makan, masalah pencernaan, kesulitan menelan atau
mengunyah?
0 = nafsu makan yang sangat berkurang

1 = nafsu makan sedikit berkurang (sedang)

2 = nafsu makan biasa saja

b. Penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir?

0 = penurunan berat badan lebih dari 3 kg

1 = tidak tahu

2 = penurunan berat badan 1 – 3 kg

3 = tidak ada penurunan berat badan


c. Mobilitas?

0 = harus berbaring di tempat tidur atau menggunakan kursi roda 1 = biasa


keluar dari tempat tidur atau kursi roda, tetapi tidak bisa keluar rumah
2 = bisa keluar rumah

d. Menderita stress psikologis atau penyakit akut dalam 3 bulan terakhir?

0 = ya

2 = tidak

e. Masalah neuropsikologis?

0 = demensia berat atau depresi berat

1 = demensia ringan

2 = tidak ada masalah psikologis

f. Indeks Masssa Tubuh (IMT) yaitu berat badan dalam kg/tinggi badan dalam m²?
0 = IMT < 19 kg/ m²
1 = IMT 19 – < 21 kg/ m²

2 = IMT 21 – < 23 kg/ m²

3 = IMT 23 atau lebih

Skor PENAPISAN (subtotal maksimum 14 poin)

Skor ≥ 11 normal, tidak beresiko  tidak perlu melengkapi form pengkajian


Skor ≤ 11 kemungkinan malnutrisi  lanjutkan pengkajian
2) PENGKAJIAN (ASSESSMENT)

g. Hidup mandiri, tidak bergantung pada orang lain (bukan di rumah sakit atau panti
werdha)?

0 = tidak
1 = ya

h. Minum obat lebih dari 3 macam dalam 1 hari?

0 = ya

1 = tidak

i. Terdapat ulkus decubitus/luka tekan atau luka di kulit?

0 = ya

1 = tidak

j. Berapa kali pasien makan lengkap dalm 1 hari?

0 = 1 kali

1 = 2 kali
2 = 3 kali

k. Konsumsi BM tertentu yang diketahui sebagai BM sumber protein (asupan


protein)?
• Sedikitnya 1 penukar dari produk susu (susu, keju, yogurt) perhari
(ya/tidak)

• Dua penukar atau lebih dari kacang – kacangan atau telur perminggu

(ya/tidak)

• Daging, ikan atau ungags setiap hari (ya/tidak)

0,0 = jika 0 atau 1 pertanyaan yang jawabannya ya

0,5 = jika 2 pertanyaan jawabannya “ya”

1,0 = jika 3 pertanyaan jawabannya “ya”

l. Adakah mengkonsumsi 2 penukar atau lebih buah atau sayuran per hari?
0 = tidak

1 = ya

m. Berapa banyak cairan (air, jus, kopi, teh, susu, …) yang diminum setiap hari?
0,0 = kurang dari 3 gelas

0,5 = 3 sampai 5 gelas

1,0 = lebih dari 5 gelas

n. Cara makan?

0 = tidak dapat makan tanpa bantuan orang lain

1 = makan sendiri dengan sedikit kesulitan


2 = dapat makan sendiri tanpa masalah

o. Pandangan pasien terhadap status gizinya?

0 = merasa dirinya kekurangan makan.kurang gizi

1 = tidak dapat menilai/tidak yakin dengan status gizinya

2 = merasa tidak ada masalah dengan status gizinya

p. Dibandingkan dengan orang lain yang seumur, bagaimana pasien melihat status
kesehatannya?
0.0 = tidak sebaik mereka

0,5 = tidak tahu

1,0 = sama baik


2,0 = lebih baik

q. Lingkar Lengan Atas (LLA) dalam cm?

0,0 = LLA < 21 cm

0,5 = LLA 21 – < 22 cm

1,0 = LLA ≥ 22 cm

r. Lingkar betis (LB) dalam cm?


0 = LB < 31 cm

1 = LB ≥ 31 cm

Skor PENGKAJIAN (maksimum 16 poin)

Skor PENAPISAN

PENILAIAN TOTAL (maksimum 30 poin)


DAFTAR PUSTAKA

Agustina, L (2007). Hubungan skor mini nutritional assessment (mna) dengan albumin
serum pasien usia lanjut di bangsal geriatri rumah sakit dr kariadi semarang,
diakses pada tanggal 7 September 2011, <http://eprints.undip.ac.id/26103/>.

Darmojo., (2010), Keperawatan Gerontik, Jakarta; EGC.

Guigoz, Y., dkk. 2006. The mini nutritional assessment (MNA) review of the literature-
what does it tell us?. The Journal of Nutrition, Health & Aging, Vol. 10. pg. 466.

Vellas, B., dkk. 2006. Overview of The MNA - Its History and Challenges. J. nutr Health
Aging; 10:456-465.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Penyelenggaraan Pelayanan


Kesehatan Lanjut Usia Di Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK
BERG BALANCE SCALE

Disusun Oleh:
Kelas 7D Kelompok 4
 Anggraini Setiawan
 Diajeng Ratna Dila Juwita
 Husnul Khatimah
 Mellyana Fawziyah
 Revi Ade Mukti Mutiara Putri
 Robbiatul Istiqomah
 Selviana Putri
 Siti Jihan Juhaeriah
 Vannya Dwi Amara Rizalmi
 Wulandari Safitri

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020/2021
BERG BALANCE SCALE FORM

1. Pengertian
Berg Balance Scale adalah suatu tes klinis yang banyak digunakan untuk pengukuran
keseimbangan seseorang misalnya keseimbangan dinamis pada lansia ataupun pasien
dengan riwayat sakit. Langley, F.A., Mackintosh, S.F.H. (2007) dalam Putri (2018).
Pemeriksaan ini digunakan untuk pemeriksaan statis dan dinamis seseorang yang
terdiri dari 14 perintah yang dinilai dengan menggunakan skala ordinal Langley, F.A
2007 dalam Tim Eduners 2021.

2. Tujuan
Untuk mengukur keseimbangan baik secara statis maupun dinamis pada lansia dan
menentukan risiko jatuh pada lansia (rendah, sedang, atau tinggi).

3. Indikasi
Menurut Rogers (2016) dalam Gea 2018 indikasi Berg balance scale adalah klien yang
mengalami gangguan keseimbangan

4. Kontraindikasi
Menurut Rogers (2016) dalam Gea 2018 kontraindikasinya yaitu adanya riwayat fraktur
pada ekstremitas bawah, hipotensi ortostantik (penurunan daya keseimbangan) dan atrofi
(pengecilan) di salah satu atau kedua tungkai.

Hal lain yang harus diperhatikan menurut Tim Eduners. 2021:


Apabila tekanan darah tinggi tidak boleh dilakukan, dan apabila lansia merasa pusing,
penilaian ini tidak bisa dilakukan.

5. Alat dan Bahan Beg Balance scale menurut Tim Eduners. 2021 :
a. Stop watch atau jam tangan
b. Penggaris atau penanda dengan penanda 5 cm, 12,5 cm dan 25 cm
c. Kursi bersadaran lurus dengan penyangga lengan dan kursi tanpa penyangga lengan.
d. Objek untuk diambil dari lantai
e. Blok injakan kaki (step tool)
f. Form penilaian Berg balance scale waktu tes dilakukan 15 – 20 menit

6. Standar Operasional Prosedur


a. Pra Interaksi
1) Verifikasi program pengobatan klien
2) Mencuci tangan
3) Mendekatkan alat di dekat pasien dengan benar
b. Tahap Orientasi
1) Memberiksan salam
2) Menjelaskan maskud dan tujuan prosedur tindakan
3) Menanyakan persetujuan
c. Tahap Kerja
1) Mengatur posisi klien
2) Tanyakan apakah lansia merasa pusing? Apabila merasa pusing penilaian ini tidak
bisa dilakukan
3) Lakukan pemeriksaan tekanan darah! Jika tekanan darah tinggi pemeriksaan ini
tidak boleh dilakukan.
4) Minta lansia merubah posisi dari duduk ke berdiri dan tidak menggunakan tangan
sebagai sokongan, kemudian nilai
5) Minta lansia untuk berdiri selama 2 menit tanpa berpegangan. Kemudian nilai
6) Minta lansia duduk tanpa sandaran punggung tetapi kaki sebagai tumpuan, atau
dengan melakukan duduk dan melipat tangan selama 2 menit, kemudian nilai
7) Minta lansia merubah posisi berdiri ke duduk, kemudian nilai
8) Minta lansia berpindah ke kursi yang ada penyangga tangan dan ke kursi yang
tidak ada penyangga tangan
9) Minta lansia untuk berdiri tanpa bantuan dengan mata tertutup selama 10 detik,
kemudian nilai
10) Minta lansia untuk berdiri tanpa bantuan dengan dua kaki rapat dan berdiri tanpa
berpegangan, kemudian nilai
11) Minta lansia untuk meraih kedepan dengan mengulurkan tangan ketika berdiri,
dengan posisi tangan 90 derajat dan meregangkan jari tangan serta meraih
semampu lansia (penguji meletakkan penggaris untuk mengukur jarak antara jari
dengan tubuh) kemudian nilai
12) Minta lansia untuk mengambil objek dari lantai dari posisi berdiri, kemudian nilai
13) Minta lansia untuk melihat kebelakang, melewati bahu kanan dan kiri ketika
berdiri, kemudian nilai
14) Minta lansia berputur satu lingkaran (360O) penuh minta ulangi, kemudian nilai
15) Minta lansia menempatkan kaki secara bergantian pada sebuah pijkan ketika
berdiri tanpa bantuan, kemudian nilai
16) Minta lansia untuk berdiri tanpa bantuan satu kaki di depan kaki lainnya,
kemudian nilai
17) Minta lansia untuk berdiri dengan satu kaki semapunya tanpa berpegangan,
kemudian nilai

d. Tahap Terminasi
1) Merapikan pasien
2) Berpamitan dengan pasien
3) Membersihkan alat
4) Mencuci tangan
5) Dokumentasikan.

7. Form Berg Balancr scale


Indikator Berg Balance Scale berdsar pada Canadian Centre for activity and Aging
tahun 2007 :
No Indikator Kemampuan Skor
1. Duduk ke berdiri 4 : mampu berdiri tanpa menggunakan tangan
3 : mampu untuk berdiri namun menggunakan
bantuan tangan
2 : mampu berdiri menggunakan tangan setelah
beberapa kali
mencoba
1 : membutuhkan bantuan minimal untuk berdiri
0 : membutuhkan bantuan sedang atau maksimal
untuk berdiri
2. Berdiri tanpa 4 : mampu berdiri selama dua menit
bantuan 3 : mampu berdiri selama dua menit dengan
pengawasan
2 : mampu berdiri selama 30 detik tanpa bantuan
1 : membutuhkan beberapa kali untuk mencoba
berdiri selama
30 detik tanpa bantuan
0 : tidak mampu berdiri selama 30 detik tanpa
bantuan
3. Duduk tanpa 4 : mampu duduk dengan aman selama dua menit
sandaran punggung 3 : mampu duduk selama dua menit di bawah
tetapi kaki sebagai pengawasan
tumpuan di 2 : mampu duduk selama 30 detik
lantai 1 : mampu duduk selama 10 detik
0 : tidak mampu duduk tanpa bantuan selama 10
detik
4. Berdiri ke duduk 4 : duduk dengan aman dengan pengguanaan
minimal tangan
3 : duduk menggunakan bantuan tangan
2 : menggunakan bantuan bagian belakan kaki
untuk turun
1 : duduk mandiri tapi tidak mampu mengontrol
pada saat dari
berdiri ke duduk
0 : membutuhkan bantuan untuk duduk
5. Berpindah 4 : mampu berpindah dengan sedikit penggunaan
tangan
3 : mampu berpindah dengan bantuan tangan
2 : mampu berpindah dengan isyarat verbal atau
pengawasan
1 : membutuhkan seseorang untuk membantu
0 : membutuhkan dua orang untuk membantu atau
mengawasi
6. Berdiri tanpa 4 : mampu berdiri selama 10 detik dengan aman
bantuan dengan mata 3 : mampu berdiri selama 10 detik dengan
tertutup pengawasan
2 : mampu berdiri selama 3 detik
1 : tidak mampu menahan mata agar tetap tertutup
tetapi tetap
berdiri dengan aman
0 : membutuhkan bantuan agar tidak jatuh
7. Berdiri tanpa 4 : mampu merapatkan kaki dan berdiri satu menit
bantuan dengan dua 3 : mampu merapatkan kaki dan berdiri satu menit
kaki rapat dengan
pengawasan
2 : mampu merapatkan kaki tetapi tidak dapat
bertahan selama
30 detik
1 : membutuhkan bantuan untuk mencapai posisi
yang
diperintahkan tetapi mampu berdiri selama 15 detik
0 : membutuhkan bantuan untuk mencapai posisi
dan tidak dapat
bertahan selama 15detik
8. Meraih ke depan 4 : mencapai 25 cm (10 inchi)
dengan mengulurkan 3 : mencapai 12 cm (5 inchi)
tangan ketika berdiri 2 : mencapai 5 cm (2 inchi)
1 : dapat meraih tapi memerlukan pengawasan
0 : kehilangan keseimbangan ketika
mencoba/memerlukan
bantuan
9. Mengambil objek 4 : mampu mengambil dengan mudah dan aman
dari lantai dari posisi 3 : mampu mengambil tetapi membutuhkan
berdiri pengawasan
2 : tidak mampu mengambil tetapi meraih 2-5 cm
dari benda dan
dapat menjaga keseimbangan
1 : tidak mampu mengambil dan memerlukan
pengawasan
ketika mencoba
0 : tidak dapat mencoba/membutuhkan bantuan
untuk mencegah
hilangnya keseimbangan atau terjatuh
10. Melihat ke belakang 4 : melihat ke belakang dari kedua sisi
melewati bahu kanan 3 : melihat ke belakang hanya dari satu sisi
dan kiri ketika 2 : hanya mampu melihat ke samping tetapi dapat
berdiri menjaga
keseimbangan
1 : membutuhkan pengawasan ketika menengok
0 : membutuhkan bantuan untuk mencegah
ketidakseimbangan
atau terjatuh
11. Berputar 360 derajat 4 : mampu berputar 360 derajat dengan aman
selama 4 detik
atau kurang
3 : mampu berputar 360 derajat hanya dari satu sisi
selama
empat detik atau kurang
2 : mampu berputar 360 derajat, tetapi dengan
gerakan yang
lambat
1 : membutuhkan pengawasan atau isyarat verbal
0 : membutuhkan bantuan untuk berputar
12. Menempatkan kaki 4 : mampu berdiri mandiri dan melakukan 8 pijakan
secara bergantian dalam 20
pada sebuah pijakan detik
ketika 3 : mampu berdiri mandiri dan melakukan 8 kali
berdiri tanpa bantuan pijakan > 20
detik
2 : mampu melakukan 4 pijakan tanpa bantuan
1 : mampu melakukan >2 pijakan dengan bantuan
minimal
0 : membutuhkan bantuan untuk mencegah
jatuh/tidak mampu
melakukan
13. Berdiri tanpa 4 : mampu menempatkan kedua kaki (tandem) dan
bantuan satu kaki di menahan
depan kaki lainnya selama 30 detik
3 : mampu memajukan kaki dan menahan selama
30 detik
2 : mampu membuat langkah kecil dan menahan
selama 30 detik
1 : membutuhkan bantuan untuk melangkah dan
mampu
menahan selama 15 detik
0 : kehilangan keseimbangan ketika melangkah atau
berdiri
14. Berdiri dengan satu 4 : mampu mengangkat kaki dan menahan >10
kaki detik
3 : mampu mengangkat kaki dan menahan 5-10
detik
2 : mampu mengangkat kaki dan menahan >3 detik
1 : mencoba untuk mengangkat kaki, tidak dapat
bertahan
selama 3 detik tetapi dapat berdiri mandiri
0 : tidak mampu mencoba

8. Interpensi Hasil
a. Rentang nilai 0-4, dimana 0 berarti lansia tidak mampu melakukan dan 4 berarti
lansia mampu melakukan tanpa bantuan.
b. Skor maksimum adalah 56.
c. Dengan hasil untuk nilai 0-20 resiko jatuh tinggi dan perlu menggunakan alat
bantu jalan berupa kursi roda
d. nilai 21-40 resiko jatuh sedang dan perlu menggunakan alat bantu jalan seperti
tongkat kruk dan walker
e. Nilai 41-56 resiko jatuh rendah dan tidak memerlukan alat bantu

9. Daftar Pustaka
Putri, Novilia Purwita, and Aris Rakhmadi. "Pemeriksaan Keseimbangan Dinamis
Pasien Lanjut Usia dengan Berg Balance Scale berbasis Web." Emitor: Jurnal
Teknik Elektro 18.1 (2018): 28-35.
Tim Eduners. 2021. Buku Pengayaan Uji Kompetensi Keperawatan Gerontik.
Surabaya: Health Books Publishing

Anda mungkin juga menyukai