Anda di halaman 1dari 9

PRE PLANNING TERAPI OKUPASI : MEMBUAT VAS BUNGA DAN

MERANGKAI BUNGA DARI KAIN FLANEL PADA LANSIA DI PANTI


WREDHA HARAPAN IBU NGALIYAN SEMARANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Program Profesi Ners Stase gerontik


Dosen Pembimbing : Rita Hadi Widyastuti, M. Kep., Sp. Kom

Disusun Oleh :
Sugianto 22020116220088
Aidi Abshar Saman 22020116220077
Istirochah 22020116220079
Dwi Titik W 22020116220093
Woro Susanti R 22020116220080
Dyas Rahmi Jamila 22020116220102
Dwi Istiyaningsih 22020116220095
Anis Wati 22020116220075
Hermin Setyawati 22020116220089
Eva Susanawati 22020116220073

PROGRAM PROFESI NERS XXIX


DEPARTEMEN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017

0
PRE-PLANNING
TERAPI OKUPASI : MEMBUAT VAS BUNGA DAN MERANGKAI BUNGA
DARI KAIN FLANEL

Pokok bahasan : Stres pada Lansia


Sasaran : Lansia di Panti Wredha Harapan Ibu Ngaliyan
Semarang
Waktu : 09.00 – 09.30 WIB
Tanggal : a. 31 Agustus 2017
b. 5 September 2017
c. 6 September 2017
d. 7 September 2017
e. 8 September 2017
Tempat : Aula Panti Wredha Harapan Ibu Ngaliyan Semarang
Penanggung jawab : a. 31 Agustus 2017 : Woro Susanti & Aidi Absyar
b. 5 September 2017 : Dwi Titik & Dyas Rahmi
c. 6 September 2017 : Istirochah & Dwi Istiyaningsih
d. 7 September 2017 : Hermin S & Anis Wati
e. 8 September 2017 : Sugianto & Eva Susanawati

A. Latar Belakang
Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang
yang lemah dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan
meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian seiring
dengan bertambahnya usia, terjadi berbagai perubahan fisiologis yang tidak hanya
berpengaruh terhadap penampilan fisik, namun juga terhadap fungsi dan
tanggapannya pada kehidupan sehari-hari (Nugroho, 2012).
Definisi secara umum menyebutkan bahwa seseorang dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan

1
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan lansia
(Azizah, 2011). Stres sebagai keadaan seseorang melihat ketidaksepadanan antara
keadaan atau kondisi dan sistem sumber daya biologis, psikologis dan sosial yang
ada padanya (Yosep, 2011).
Graff (2007) melakukan penelitian sebagai salah satu cara mengoptimalkan
fungsi kognitif lansia dengan menggunakan terapi okupasi. Terapi okupasi
merupakan bentuk psikoterapi suportif berupa aktivitas-aktivitas yang
membangkitkan kemandirian secara manual, kreatif dan edukasional untuk
penyesuaian diri dengan lingkungan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik dan
mental pasien yang bertujuan untuk mengembangkan, memelihara, memulihkan
fungsi dan atau mengupayakan kompensasi / adaptasi untuk aktifitas sehari-hari,
produktivitas dan luang waktu melalui pelatihan, remediasi, stimulasi dan
fasilitasi. Hasil penelitian Ponto, Dewantari L, dkk di Panti Wredha Damai
Ranomuut Manado pada tahun 2015 mengatakan bahwa sebelum dilakukan terapi
okupasi pada 15 responden lansia didapatkan data : 1 orang mengalami stres
ringan (6,7%), 9 orang mengalami stres sedang (60%), dan 5 orang mengalami
stres berat (33,3%).
Uraian penjelasan di atas, dapat mendasari penelitian pemberian terapi
okupasi untuk menurunkan tingkat stress pada lansia yang akan Kami lakukan
sebanyak 5 kali pertemuan sesuai kesepakatan dengan lansia.

B. Tujuan
a. Tujuan Intruksional Umum
Setelah dilakukan terapi okupasi : membuat vas bunga dan merangkai bunga
dari kain flanel, lansia dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengatasi
gangguan pola tidur.
b. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah dilakukan terapi okupasi : membuat vas bunga dan merangkai bunga
dari kain flanel selama 30 menit diharapkan :

2
1. Lansia dapat mengetahui cara meningkatkan kualitas tidur dengan terapi
okupasi : membuat vas bunga dan merangkai bunga dari kain flanel.
2. Lansia terampil dalam berbagai aktivitas yang mengasah ketrampilan,
keseimbangan otak dan fisik pasien.

C. Rancangan Kegiatan
1. Topik
Terapi okupasi : membuat vas bunga dan merangkai bunga dari kain flannel.
2. Metode Pelaksanaan
Diskusi dan demonstrasi.
3. Sasaran dan Target
Lansia yang bertempat tinggal di Panti Wredha Harapan Ibu Ngaliyan
Semarang.
4. Media dan alat bantu
a. Kain flanel warna merah, pink, hijau, kuning, putih, ungu
b. Gunting
c. Lem perekat (Uhu)
d. Botol bekas
e. Tusuk sate (tangkai bunga)
f. Sterofom / busa
g. Daun
h. Pelilit tangkai bunga warna hijau
i. Batu alam kecil / kerikil

3
5. Setting Tempat

Keterangan :
: Klien
: Mahasiswa / Pemberi Intervensi
: Dokumentator

6. Susunan Acara
Waktu Kegiatan
09.00-09.05 WIB Orientasi :
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan
- Menjelaskan prosedur
- Melakukan kontrak waktu

09.05-09.25 WIB Kerja :


- Menjelaskan tujuan dan mafaat dari relaksasi otot
progresif
- Mengukur tekanan darah
- Memperagakan teknik relaksasi otot progresif

09.25-09.30 WIB Terminasi dan Evaluasi :


- Mengevaluasi respon klien
- Memberikan kesempatan Ny.S untuk bertanya
- Memberikan reinforcement positif
- Penutup

4
7. Pengorganisasian
Supervisor : Rita Hadi Widyastuti, M. Kep., Sp. Kom
Penyaji/instruktur : a. 31 Agustus 2017 : Woro Susanti & Aidi Absyar
b. 5 September 2017 : Dwi Titik & Dyas Rahmi
c. 6 September 2017 : Istirochah & Dwi Isti
d. 7 September 2017 : Hermin S & Anis Wati
e. 8 September 2017 : Sugianto & Eva Susanawati

8. Kriteria Evaluasi
a. Struktur
1) Menyusun pre planning H-2 pelaksanaan relaksasi otot progresif
2) Kontrak waktu dengan klien
b. Proses
1) Klien dapat mengikuti kegiatan relaksasi otot progresif
2) Kegiatan yang telah disusun berjalan sesuai rencana kegiatan yang
telah dibuat
c. Hasil
1) Klien mampu menyebutkan pengertian, tujuan dan cara melakukan
relaksasi otot progresif
2) Klien mampu mendemonstrasikan relaksasi otot progresif

9. Lampiran Media Intervensi


Demonstrasi dan dokumentasi kegiatan

10. Materi
a. Pengertian
Terapi okupasi merupakan usaha penyembuhan melalui kesibukan atau
pekerjaan tertentu. Terapi ini merupakan salah satu jenis terapi kesehatan
yang merupakan bagian dari rehabilitasi medis. Penekanan terapi ini
adalah pada sensori, motorik dan proses neurologi dengan cara

5
memanipulasi, memfasilitasi dan modifikasi lingkungan sehingga tercapai
peningkatan, perbaikan dan pemeliharaan kemampuan.

b. Jenis terapi okupasi


Terdapat beberapa jenis terapi okupasi diantaranya adalah :
1) Aktivitas latihan fisik untuk meningkatkan kesehatan jiwa.
2) Aktivitas dengan pendekatan kognitif.
3) Training ketrampilan.
4) Terapi bermain.

c. Proses
Beberapa tahapan yang dilakukan dalam terapi okupasi diantaranya :
1) Assessment
Tahap ini merupakan proses dimana seorang terapis memperoleh
informasi tentang pasien yang berguna untuk menentukan kerangka
kerja. Proses ini harus dilakukan secara adekuat untuk menentukan
jenis terapi okupasi yang akan diberikan pada klien.
2) Treatment
Setelah dilakukan asessment maka dilakukan treatment yang terdiri
atas 3 tahap yaitu :
a) Formulasi pemberian terapi
b) Implementasi terapi yang telah direncanakan.
c) Review terapi yang diberikan.
3) Evaluasi
Tahapan ini merupakan akhir dari proses terapi okupasi dan menilai
keberhasilan terapi.

6
d. Evaluasi
Lembar Kuesioner instrumen DASS
LEMBAR KUESIONER
DASS ( DEPRESSION ANXIETY STRESS SCALE)
Kuesioner terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan
pengalaman Bapak/Ibu/Saudara dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari.
Terdapat empat pilihan jawaban yang di sediakan untuk setiap pernyataan yaitu :
0 : tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah
1 : sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang
2 : sesuai dengan saya sampai batas yang dapat di pertimbangkan, atau
cukup sering
3 : sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.

Selanjutnya, Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk menjawab dengan cara memberi


tanda silang (X) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan pengalaman
Bapak/Ibu/Saudara selama satu minggu ini, tidak ada jawaban benar ataupun salah,
maka isilah sesuai dengan keadaan Bapak/Ibu/Saudara yang sesungguhnya, yaitu
berdasarkan jawaban yang pertama yang terlintas dipikiran Bapak/Ibu/saudara.

No. PERNYATAAN 0 1 2 3

Saya merasa bahwa diri saya merasa marah karena hal-


1.
hal yang sepele
Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu
2.
situasi
3. Saya merasa sulit untuk bersantai
4. Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal
Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk
5.
merasa cemas
Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika
6. mengalami penundaan (misalnya : kemacetan lalu lintas,
menunggu sesuatu
7. Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung

7
8. Saya merasa sulit untuk beristirahat
9. Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah
Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat
10.
saya kesal
Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan
11.
terhadap hal yang sedang saya lakukan
12. Saya merasa sedang gelisah
Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang
13. menghalangi saya untuk menyelesaikan hal yang sedang
saya lakukan
14. Saya menemukan diri saya mudah gelisah

e. Daftar Pustaka
Azizah, 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha ilmu.
Graff. 2007. Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) Terapi Okupasi Daily Activity.
(https://id.scribd.com/doc/1237472 37/tak).
Nugroho,W. 2012. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta : EGC.
Ponto, Dewantari L, dkk. 2015. Pengaruh Penerapan Terapi Okupasi Terhadap
Penurunan Stres Pada Lansia Di Panti Werdha Damai Ranomuut
Manado. ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 2. Mei 2015.
Yosep.I, 2011. Keperawatan jiwa. Bandung : Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai