Anda di halaman 1dari 18

TERAPI MODALITAS

SENAM OTAK (BRAIN GYM) DENISON


DI PSTW WANA SERAYA DENPASAR TAHUN 2017

A. JUDUL : Terapi Modalitas : Aktivitas Senam Otak (Brain Gym) Denison di


PSTW Wana Seraya Denpasar.

B. Latar Belakang
Proses penuaan merupakan proses normal yang akan dialamai oleh semua
manusia dalam hidupnya. Orang-orang yang sudah mengalami penuaan
disebut dengan orang lanjut usia atau lansia. Menurut Kemenkes RI tahun
2016, lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun atau lebih.
Usia tersebut merupakan tahap akhir dari proses penuaan yang berdampak
pada perubahan aspek biologis, ekonomi dan sosial. (Badan Pusat Statistik
2014). Perubahan akibat proses menua pada lansia memerlukan perhatian
khusus untuk melindungi dan memberdayakan lansia yang jumlahnya semakin
bertambah setiap tahun.
Jumlah penduduk lanjut usia (lansia) terus mengalami peningkatan. Indonesia
termasuk ke dalam lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia
terbanyak di dunia yaitu mencapai 20,24 juta jiwa, atau setara dengan 8,03%
dari seluruh penduduk Indonesia pada tahun 2014 (Susenas 2014). Diprediksi
pada tahun 2020 jumlah lanjut usia meningkat menjadi 11,20% dari total
penduduk Indonesia. Peningkatan jumlah penduduk lansia dapat disebabkan
adanya peningkaan angka harapan hidup yang merupakan dampak dari
peningkatan kualitas kesehatan (Badan Pusat Statistik, 2012). Meningkatnya
jumlah penduduk lansia ini mengharuskan perhatian pada lansia terutama dari
segi kesehatan dan kesejahteraan lansia ditingkatkan.
Perubahan akibat proses menua berdampak terhadap fisik, fungsi, mental,
spiritual dan psikososial lansia. Menurut Nugroho tahun 2008, semakin
bertambahnya usia seseorang maka akan terjadi perubahan struktur dan
fisiologi serta kemunduran berbagai sel/jaringan/organ sehingga terjadi
perubahan pada fisik, psikologis, serta sosial. Dari segi kesehatan, diketahui
semakin bertambah usianya, maka keluhan kesehatan akan semakin meningkat
pula. Pada tahun 2014, angak kesakitan lansia sebesar 25,05% yang berarti
bahwa sekitar satu dari empat lansia pernah mengalami sakit dalam satu bulan
terakhir (Statistik Penduduk Lanjut Usia 2014).
Menurut Amirullah (2011), lanjut usia yang berusia di atas 60 tahun berisiko
terkena demensia. Demensia cukup sering dijumpai pada lansia, menimpa
sekitar 10 % kelompok usia di atas 65 tahun dan 47 % kelompok usia di atas
85 tahun. Pada sekitar 10-20% kasus demensia bersifat reversibel atau dapat
diobati. Di Indonesia, prevalensi demensia pada lanjut usia yang berumur 65
tahun adalah 5% dari populasi lansia. Prevalensi ini meningkat menjadi 20%
pada lansia berumur 85 tahun ke atas Demensia adalah istilah umum yang
digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif global yang
biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas sosial dan okupasi
yang normal juga aktivitas kehidupan seharihari (AKS). Medicastore (2012)
menyatakan, penderita demensia akan mengalami penurunan dalam ingatan,
kemampuan untuk mengingat waktu dan kemampuan untuk mengenali orang,
tempat dan benda. Penderita mengalami kesulitan dalam menemukan dan
menggunakan kata yang tepat dan dalam pemikiran abstrak (misalnya dalam
pemakaian angka). Pada akhirnya penderita tidak mampu mengikuti suatu
percakapan dan bisa kehilangan kemampuan berbicara.
Beragam pengobatan dapat diterapkan pada pasien demensia ini. Mulai dari
terapi farmakologis dengan menggunakan obat-obatan sampai terapi non
farmakologis seperti rehabilitasi medik berupa fisioterapi, latihan kognitif,
terapi wicara dan terapi okupasi. Banyak orang yang merasa terbantu
melepaskan stres, menjernihkan pikiran dan meningkatkan daya ingat dengan
melakukan senam otak. Senam otak berguna untuk melatih otak. Latihan otak
akan membuat otak bekerja atau aktif. Menurut penelitian, otak seseorang
yang aktif (suka berfikir) akan lebih sehat secara keseluruhan dari orang yang
tidak atau jarang menggunakan otaknya (Yanuarita, 2012). berdasarkan hasil
penelitian Ramadia (2009), didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan skor
fungsi kognitif secara bermakna, pada seluruh responden kelompok
eksperimen yang telah diberikan latihan kognitif (senam otak) selama lebih
kurang 20 menit. Rata-rata peningkatan skor fungsi kognitif pada lansia
dengan demensia ringan, di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu
Batusangkar tersebut adalah sebesar 3,84 %.
Berdasarkan hasil pengkajian di Panti Werda, ditemukan data bahwa terdapat
10 Lansia mengalami keterbatasan melakukan ADL. Lansia mengeluh jarang
ditengok oleh keluarganya sehingga mereka malas untuk melakukan aktifitas.
Disamping itu berdasarkan pengkajian ditemukan data 15 lansia menderita
Hipertensi, 10 lansia menderita Depresi Sedang dan juga terdapat lansia yang
sudah mengalami dimensia. Berdasarkan hal tersebut, mahasiswa ingin
memberikan terapi modalitas berupa senam otak (brain gym) dennison pada
lansia di Panti Werdha.

C. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi modalitas : Senam Otak Denison selama 1 x 45
menit, peserta diharapkan dapat memahami mengenai senam otak (brain gym)
denison dan dapat mempraktekkan senam otak denison.

D. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi modalitas : Senam Otak Denison selama 1 x 45
menit, peserta diharapkan mampu:
1. Menjelaskan definisi senam otak denison
2. Menyebutkan manfaat senam otak denison
3. Mempraktikan langkah-langkah senam otak dan mengaplikasikan senam
otak denison
4. Mengikuti terapi modalitas dengan baik

E. Tempat
Tempat dilakukannya kegiatan Terapi Modalitas : Senam Otak Denison
adalah di Ruang Aula PSTW Wana Seraya.

F. Waktu
Hari : Jumat, 27 Oktober 2017
Waktu : 16.00 16.45 Wita (45 Menit)

G. Sasaran
1. Peserta : Peserta merupakan lansia yang tinggal di Panti Sosial Werdha
Wana Seraya Denpasar yang tidak memiliki keterbatasan untuk melakukan
terapi, lansia yang kooperatif dan mamapu mengikuti proses kegiatan
sampai selesai.
2. Jumlah : 30 Orang

H. Materi
(terlampir)

I. Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi dan Praktek langsung

J. Media
1. Video senam otak
2. Laptop
3. Proyektor dan LCD
4. Speaker

K. Pengorganisasian Kelompok

Ketua Pelaksana : Ayu Maha Erni


Penyaji & Demonstrator : Padma Peratiwi
Danis Lisyaningsih
Desak Made Widyawati
Moderator/MC : Juliana Dewi
Observer : Adyan Wacaka
L. Setting

Keterangan

: MC / Moderator

: Pemateri & demonstrator

: Observer

: Peserta

M. Rencana Pelaksanaan
1. Persiapan :
Memilih klien sesuai indikasi.
Membuat kontrak dengan klien.
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Proses :
Orientasi
MC memandu jalannya kegiatan dengan :
a. Membuka kegiatan dengan salam terapeutik
b. Memperkenalkan diri
c. Memperkenalkan pemateri dan demonstrator
d. Menjelaskan tujuan dari kegiatan
e. Menyebutkan materi yang akan diberikan
f. Menjelaskan aturan kegiatan :
o Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
o Bila ingin keluar harus meminta izin
o Lama kegiatan 45 menit
Tahap Kerja
MC memberikan kesempata pada pemateri dan demonstrator mengambil
alih kegiatan.
a. Pemateri memberikan materi berupa pengertian, manfaat dan
mekanisme senam otak dennison pada lansia.
b. Pemateri menayangkan video senam otak dennison kepada lansia.
c. Demonstrator melakukan demonstrasi dan praktik dalam
melakukan senam otak dennison didepan lansia. Demonstrator
menjelaskan dan mempraktekkan secara rinci cara melakukan
senam otak dennison, lansia mengikuti gerakan dan arahan yang
diberikan.
d. Memberikan kesempatan kepada lansia untuk bertanya, pemateri
menjawab pertanyaan dari peserta.
e. Setelah selesai kegiatan, klien diminta untuk menceritakan kesan
dan pesannya pada kegiatan yang sudah dilakukan.
Tahap Terminasi
a. Evaluasi
o Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti senam otak
dennison.
o Melakukan evaluasi secar lisan dengan memberikan beberapa
pertanyaan pada lansia.
o Memberikan pujian atas jawaban klien
o Mengucapkan terimakasih atas peran serta peserta.
b. Rencana tindak lanjut
Menganjurkan klien untuk bisa menerapkan senam otak dennison
di kehidupan sehari-hari, dilakukan 1 kali sehari atau 4 kali
seminggu selama 15 menit.

3. Evaluasi :

a. Evaluasi Struktur
Rencana kegiatan dan informasi kepengurusan dipersiapkan satu minggu
sebelum kegiatan. Rencana kegiatan diawali dengan melakukan
permohonan izin dan melakukan kontrak waktu dengan pihak pengelola
panti untuk melakukan kegiatan. Selain itu, rencana kegiatan meliputi
pelatihan terhadap moderator, demonstrator dan penyaji. Sarana prasarana
seperti video dan materi penyuluhan disiapkan 3 hari sebelum
pelaksanaan kegiatan. kontrak waktu dengan lansia juga sudah dilakukan
sehari sebelum kegiatan.
b. Evaluasi Proses
Kegiatan berlangsung tepat waktu.
70% peserta hadir dalam kegiatan dan berpartisipasi dalam kegiatan
hingga selesai
80% lansia mengikuti kegiatan dengan aktif
c. Evaluasi Hasil
Sasaran mampu :
Menjelaskan definisi senam otak dennison
Menyebutkan 2 manfaat senam otak dennison
Mampu mempraktekkan 3 gerakan senam otak dennison
80% lansia yang mengikuti kegiatan mengatakan merasa lebih baik
setelah mengikuti kegiatan.
LAMPIRAN MATERI

SENAM OTAK DENNISON


Definisi
Senam otak adalah senam yang berisi beberapa gerakan sederhana untuk
memperbaiki kerja bagian otak kanan dan kiri untuk memperbaiki fungsi otak.
Senam otak dapat meningkatkan kemampuan mengingat, kemampuan
koordinasi tubuh, kemampuan gerak, kemampuan penanganan stres, dan
peningkatan kemampuan belajar (Dennison & Gail, 2009). Senam otak atau
lebih dikenal dengan Brain Gym adalah gerakan-gerakan ringan dengan
permainan melalui olah tangan dan kaki dapat memberikan rangsangan atau
stimulus pada otak (Hidayaah, 2017).
Manfaat
a. Menurunkan stres
Senam otak bermanfaat untuk menurunkan tingkat stres pada seseorang
karena mempengaruhi hormon-hormon pemicu stres. Dengan melakukan
senam otak dapat memberikan perasaan tenang, nyaman, dan rileks
sehingga tingkat stres dapat diturunkan (Sari, 2016).
b. Meningkatkan fungsi mental
Latihan senam otak ini membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya
tertutup atau terhambat. Senam otak dapat memperlancar aliran darah dan
oksigen ke otak dan juga merangsang kedua belah otak untuk bekerja
sehingga didapat keseimbangan aktivitas kedua belahan otak secara
bersamaan (Hidayaah, 2017). Senam otak bermanfaat untuk meningkatkan
perhatian, penggunaan bahasa, daya ingat, persepsi, pemecahan masalah,
kreativitas, dan pola pikir (Yusuf, Indarwati, & Jayanto, 2010).
Jadi beberapa manfaat melakukan senam otak adalah
1. Menurunkan stres
2. Memberikan perasaan nyaman, tenang dan rileks
3. Meningkatkan perhatian/fokus.
4. Meningkatkan penggunaan bahasa
5. Meningkatkan daya ingat
6. Meningkatkan proses pemecahan masalah, kreativitas dan pola pikir
Mekanisme pelaksanaan
Senam otak merupakan salah satu intervensi yang praktis karena bisa
dilakukan dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Latihan senam otak
dapat memberikan pengaruh peningkatan kognitif ketika dilakukan minimal
satu kali dalam sehari. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayaah (2017)
menyatakan bahwa lansia yang melakukan senam otak satu kali dalam sehari
dalam satu bulan mengalami peningkatan fungsi kognitif dengan p-value
sebesar 0,01. Latihan senam otak yang dilakukan sebanyak dua hingga tiga
kali sehari selama 10-15 menit juga dapat meningkatkan fungsi kognitif pada
lansia (Andri, 2013).
Langkah-langkah dalam pelaksanaan senam otak yaitu sebagai berikut
(Setiawan, 2014):
1. Dimensi Lateralis
Cara melakukan gerakan :
Menggambar dengan kedua tangan
pada saat yang sama, ke dalam, ke
luar, ke atas dan ke bawah. Coretan
ganda dalam bentuk nyata seperti :
lingkaran, segitiga, bintang, hati,
dsb. Lakukan dengan kedua
tangan.
Fungsinya :
a. Kesadaran akan kiri dan
kanan.
b. Memperbaiki penglihatan
perifer
c. Kesadaran akan tubuh,
koordinasi, serta keterampilan
khusus tangan dan mata.
d. Memperbaiki kemampuan
olahraga dan keterampilan
gerakan.
2. Dimensi Pemfokusan
Cara melakukan gerakan :
Naikan otot bahu kiri dan kanan,
tarik napas saat kepala berada di
posisi tengah, kemudian hembuskan
napas ke samping atau ke otot yang
tegang sambil relaks. Ulangi
gerakan pada tangan kiri.
Fungsinya :
a. Melepaskan ketegangan
tengkuk dan bahu yang timbul
karena stress.
b. Menyeimbangkan otot leher dan
tengkuk (Mengurangi sikap
tubuh yang terlalu condong ke
depan)
c. Menegakkan kepala (Membantu
mengurangi kebiasaan
memiringkan kepala atau
bersandar pada siku)

3. Dimensi Pemusatan
Cara melakukan gerakan :
Pijit daun telinga pelan-pelan, dari
atas sampai ke bawah 3x sampai
dengan 5x.
Fungsinya :
a. Energi dan nafas lebih baik
b. Otot wajah, lidah dan rahang
relaks.
c. Fokus perhatian meningkat
d. Keseimbangan lebih baik

Gerakan senam otak untuk menurunkan stres yang dialami lansia yaitu sebagai
berikut (Sari, 2016):
No Gambar Cara melakukan gerakan dan fungsinya
1. Menggerakkan secara bergantian pasangan
kaki dan tangan yang berlawanan, seperti
gerak jalan di tempat. Gerakan silang
mengaktifkan hubungan kedua sisi otak dan
merupakan gerakan pemanasan.

Gerakan Silang
2. Angka delapan digambar dengan posisi
tidur dengan titik tengah yang jelas,
memisahkan wilayah lingkaran kiri dan
kanan, serta dihubungkan dengan garis
yang tersambung. Manfaat dari gerakan ini
adalah mengaktifkan kedua belahan otak
yang menunjang koordinasi tangan dan
mata. Gambar angka delapan tidur dapat
Gerakan Delapan Tidur
dilakukan di udara atau diatas permukaan
pasir, kertas atau papan tulis. Gerakan ini
dilakukan sebanyak tiga kali untuk setiap
tangan.
3. Menyilangkan kaki, yaitu posisi kaki kanan
di depan kaki kiri, Lalu menyilangkan
kedua tangan, tangan kanan berada di atas
tangan kiri dan satukan telapak tangan
dengan jari saling bersilangan. Putar ke
arah dalam dan kemudian letakkan di dada.
Lakukan gerakan ini secara bergantian.

Gerakan Hook-Up

4 Lakukan gerakan memijat satu bahu untuk


membuat otot menjadi tidak tegang sambil
menggerakkan kepala perlahan ke kiri lalu
ke kanan dengan tinggi posisi datu tetap.
Ulangi pada bahu yang lain.
Gerakan ini dapat membantu
mengembangkan dan menguatkan
hubungan-hubungan saraf di otak bagian
belakang dan otak bagian depan. Selain itu
gerakan ini dapat mengendurkan otot dan
Gerakan Burung Hantu tendon yang menegang dan memendek
karena reflex batang otak

5. Angkat satu tangan ke belakang kemudian


tangan yang lain memegang siku tangan
yang diangkat. Gerakan ini bisa dilakukan
sambil duduk atau berdiri.
Gerakan Mengaktifkan
Tangan

6. Sakelar otak yang dimaksud yaitu jaringan


lunak dibawah tulang selangka kiri dan
kanan tulang dada. Daerah tersebut dipijat
dengan satu tangan, sementara tangan yang
lain memegang pusar. Manfaat dari gerakan
ini yaitu meningkatkan kelancaran aliran
darah ke otak dan keseimbangan badan.

Gerakan Sakelar Otak

7. Ujung jari satu tangan menyentuh bawah


bibir, ujung jari lainnya di pinggir atas
tulang kemaluan ( 15cm di bawah pusar).
Lakukan sambil bernapas perlahan dan
dalam. Ganti tangan untuk mengaktifkan
kedua sisi otak.

Gerakan Tombol Bumi


8. Tombol imbang terdapat di belakang
telinga, pada sebuah lekukan di batas
rambut antara tengkorak dan tengkuk (4-
5cm ke kiri dan ke kanan dari garis tengah
tulang belakang) dan persis di belakang
daerah mastoid. Sentuh daerah ini dengan
satu tangan, sedangkan tangan yang lain
menyentuh pusar. Gerakan ini dapat
dilakukan sambil berdiri atau duduk.

Gerakan Tombol Imbang

9. Menarik napas melalui hidung kemudian


hembuskan napas pendek melalui bibir
yang diruncingkan. Tarik napas sampai
hitungan ketiga, dan tahan napas sampai
hitungan tiga, lalu hembuskan napas selama
tiga hitungan. Tangan diletakkan di perut.
Ulangi beberapa kali. Pernapasan perut
dilakukan dapat dilakukan saat gerakan
pendinginan

Pernapasan Perut

LEMBAR EVALUASI SATUAN ACARA KEGIATAN

Petunjuk Pengisian
7. Tulis nama lansia pada kolom yang tersedia
8. Beri tanda centang ( ) sesuai dengan respon yang ditunjukkan oleh lansia
Aspek Yang dinilai
Mengikuti Mengikuti Menyatakan Memberi
kegiatan keiatan senang tanggapan
No Nama
dengan sampai mengikuti dan mampu
aktif selesai kegiatan menjawab
pertanyaan
DAFTAR HADIR PESERTA SENAM OTAK DENNISON
DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR
JUMAT, 27 OKTOBER 2017

No Nama Ttd
DAFTAR PUSTAKA

Amirullah. 2011. Jumlah Orang Pikun Indonesia Meningkat. Diakses pada


http://www.tempo.co/read/news/2011/12/06/060370238/Jumlah-
Orang-Pikun-Indonesia-Meningkat.

Andri. (2013). Memaksimalka Otak Melalui Senam Otak (Brain Gym).


Yogyakarta: TernovaBooks.
Dennison, P. E & Gail, E.. (2009). Brain Gyam and me. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Hidayaah, Y. N. (2017). Pengaruh Senam Otak (Brain Gym) Terhadap Fungsi
Kognitif Pada Lansia Di RT 03 RW 01 Kelurahan Tandes
Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 10(1), 88-95.
Kemenkes RI. (2016). Infodatin : Situasi Lanjut Usia (Lansia) di Indonesia.
Diakses pada
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/in
fodatin/infodatin%20lansia%202016.pdf.

Medicastore. 2012. Demensia. Diakses pada http://medicastore.


com/penyakit/699/Demensia.html.

Ramadia, Arya. 2009. Pengaruh Latihan Kognitif terhadap Perubahan Skor


Fungsi Kognitif pada Lansia dengan Demensia Ringan di PSTW
Kasih Sayang Ibu Batusangkar. Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas. Padang : Sumatera Barat.

SARI, N. P. A. R. (2016). Pengaruh Senam Otak Terhadap Tingkat Stres Lansia


Di Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati Singaraja. [Doctoral
dissertation]. Universitas Udayana; Denpasar.
Setiawan, R. A. (2014). Pengaruh Senam Otak Dengan Fungsi Kognitif Lansia
Demensia Di Panti Werdha Darma Bakti Kasih Surakarta. [Skripsi
tidak dipublikasikan]. Stiker Kusuma Husada; Surakarta.
Yanuarita, Andri. 2012. Memaksimalkan Otak Melalui Senam Otak (Brain Gym).
Yogyakarta : TeranovaBooks
Yusuf, A., Indarwati, R., & Jayanto, A. D. (2010). Senam Otak Meningkatkan
Fungsi Kognitif Lansia. Jurnal Ners, 5(1), 79-86.

Anda mungkin juga menyukai