Anda di halaman 1dari 13

PRE PLANNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

CLOSED KINETIC CHAIN EXERCISE (CKCE) UNTUK MENGATASI


MASALAH NYERI KRONIS PADA LANSIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gerontik


Pembimbing Akademik:
Megah Andriany, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom., Ph.D.

Disusun oleh:
Auzan Hudzaifah 22020120210030
Adriana Agustina Herewila 22020120210083
Mundir Rahmawati 22020120210050
Niken Saraswati 22020120210037
Firdausa Aminah Maharani 22020120210069
Nindya Rachma Gardhika Sari 22020120210029
Savitri 22020120210043
Nur Wahyuni 22020120210054
Amsaini Zakia 22020120210071

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XXXVI


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
1. LATAR BELAKANG
Masa lansia (lanjut usia) didefinisikan sebagai tahap paling akhir dari
siklus kehidupan seseorang. WHO (2009) menyatakan masa lanjut usia
menjadi empat golongan, yaitu usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun,
lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75–90 tahun dan usia
sangat tua (very old) di atas 90 tahun [ CITATION Naf17 \l 1057 ]. Proses menua
dapat diartikan sebagai proses berkurang sampai menghilangnya kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau menggantikan dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Terdapat banyak perubahan yang terjadi
pada lanjut usia mencakup perubahan fisik, fungsi biologis, mental, psikologis,
sosial, ekonomi dan perkembangan spiritual[ CITATION Sar18 \l 1057 ].
Masalah yang sering dijumpai pada lansia salah satunya adalah nyeri.
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat kerusakan jaringan, baik actual maupun potensial atau yang
digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut[CITATION Placeholder1 \t \l
1057 ]. Nyeri yang dialami lansia dapat disebabkan oleh berbagai macam hal,
diantaranya adalah osteoarthritis, asam urat, reumatik, nyeri karena neuropati
jaringan dan sebagainya [CITATION Kii18 \l 1057 ].
Nyeri yang tidak diobati akan menyebabkan masalah lain seperti
penurunan kualitas hidup, penurunan sosialisasi, depresi, munculnya perasaan
pesimis, putus asa, gangguan tidur, gangguan kognitif, dan kekurangan gizi

[ CITATION Ime19 \l 1057 ]. Nyeri yang terjadi pada lansia akan berdampak
secara fisiologis seperti penurunan kekuatan otot, dilatasi pupil, muka tampak
pucat, RR menjadi cepat, gangguan mobilisasi, ketegangan/kekakuan otot,
vasokostriksi perifer, peningkatan gula darah, pernyataan verbal seperti
menangis, mendengkur, meringis, menggigit bibir, gelisah, fokus terhadap
nyeri, dan menghindari percakapan [ CITATION Ais17 \l 1057 ]. Oleh karena itu,
nyeri pada lansia perlu diatasi.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri dapat berupa
intervensi farmakologis dan non farmakologis. Salah satu intervensi non
farmakologis yang dapat dilakukan yaitu terapi Closed Kinetic Chain Exercise
(CKCE). Terapi Closed Kinetic Chain Exercise (CKCE) merupakan suatu
latihan gerak aktif dengan menggunakan bagian distal tubuh yang terfiksasi,
yitu telapak kaki yang menyentuh tanah dan latihan ini melibatkan koordinasi
beberapa kelompok otot dan sendi. Gerakan latihan CKCE merupakan latihan
yang menyerupai gerak fungsional pada aktivitas sehari – hari [ CITATION
Dja20 \l 14345 ]. Pemberian latihan dengan metode terapi latihan CKCE
didasari oleh kondisi pasien dan hasil dari penelitian sebelumnya yang
menunjukkan CKCE lebih aman dan mudah dilakukan oleh pasien lansia
dibandingkan dengan latihan-latihan lainnya seperti Open Kinetic Chain
Exercisse (OKCE) dan Combined Chain Exercise (CCE) [ CITATION Ola17 \l
14345 ][ CITATION Kha191 \l 14345 ].
Penerapan CKCE pada lansia mampu memicu kontraksi penguatan
paha depan yang mampu mengaktifkan sistem β-endorphin penekan rasa nyeri,
mengubah input sensorik ke pusat sistem saraf untuk mengatur persepsi nyeri
dan juga meningkatkan aliran darah dan nutrisi ke tulang rawan. Selain itu
latihan CKCE yang dilakukan mampu meningkatka alirah darah dan
berdampak pada peningkkatan aliran oksigen yang mampu menurunkan nyeri
di area lutut[ CITATION Kha191 \l 14345 ].
2. TOPIK
Terapi aktivitas kelompok pada lansia yang mengalami masalah keperawatan
nyeri kronis dengan terapi Closed Kinetic Chain Exercise.
3. TUJUAN TAK
a. Tujuan Umum
Skala nyeri yang dirasakan klien dapat berkurang, setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1x20 menit
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x20 menit, diharapkan
nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil sebagai berikut :
- Lansia dapat mempraktekkan seluruh gerakan CKCE
- Lansia dapat menjelaskan manfaat CKCE
- Lansia dapat menyebutkan gerakan yang dilakukan dalam CKCE
4. KRITERIA PESERTA
a. Lansia berusia >60 tahun
b. Lansia kelolaan masing-masing individu dalam kelompok 6
c. Lansia dengan masalah keperawatan nyeri kronis
d. Lansia bersedia mengikuti kegiatan
e. Lansia kooperatif dalam mengikuti kegiatan
f. Lansia dapat melakukan semua gerakan dalam terapi CKCE
5. PROSES SELEKSI PESERTA
Proses seleksi peserta dilakukan dengan :
a. Menjelaskan tujuan TAK kepada seluruh lansia klien kelolaan
b. Menanyakan kesediaan lansia untuk mengikuti TAK pada waktu dan tempat
sesuai kesepakatan
c. Menentukan peserta TAK
d. Melakukan terapi aktivitas kelompok kepada seluruh peserta
6. URAIAN STRUKTUR KEGIATAN
a. Tempat pertemuan
Setiap mahasiswa membuat kesepakatan dengan lansia kelolan di tempat atau
daerahnya masing-masing. Pertemuan dilakukan secara online
menggunakan Ms teams.
b. Hari / tanggal
Kegiatan TAK dilakukan pada hari Minggu, 6 Desember 2020
c. Waktu
TAK dilaksanakan pada pukul 09.00-09.20 WIB
d. Jumlah peserta
Peserta yang mengikuti TAK berjumlah 8 orang
e. Setting tempat
Lansia kelolaan dan mahasiswa berada dalam satu tempat yang sudah
disepakati. Lansia kelolaan dan mahasiswa melakukan TAK dengan tetap
memperhatikan protokol kesehatan pencegahan COVID-19. Pelaksanaan
TAK setiap mahasiswa dilakukan di tempat yang berbeda sehingga TAK
dilakukan secara online melalui Ms teams.
f. Denah Posisi
Keterangan
: Mahasiswa

: Lansia kelolan

: Kamera

Berikut adalah denah posisi setiap mahasiswa dalam melakukan TAK dengan
lansia kelompok dimasing-masing tempat. Setiap mahasiswa akan
terhubung dengan menggunakan Ms.teams untuk melakukan terapi
aktivitas kelompok secara bersama-sama.
g. Perilaku yang ditampilkan
Lansia kelolan dalam keadaan sehat dan kooperatif serta tidak
memiliki penurunan fungsi kognitif
h. Metode TAK
Metode TAK yang digunakan yaitu metode diskusi dan demonstrasi
i. Pengorganisasian
Leader : Savitri
Co Leader : Firdausa Aminah Maharani
Operator : Auzan Hudzaifah
Fasilitator : - Mundir Rahmawati
- Niken Saraswati
- Amsaini Zakia
- Nur Wahyuni
- Adriana H.
- Nindya Rachma G.

j. Pembagian tugas
1) Tugas Leader
- Membuka kegiatan TAK dan memperkenalkan diri beserta tim
- Membuat kontrak waktu, tujuan, dan peraturan kegiatan TAK
sebelum kegiatan dimulai.
- Menjelaskan mekanisme kegiatan TAK
- Menjelaskan cara mengontrol nyeri dengan Closed Kinetic Chain
Exercise (CKCE)
- Mengajak lansia kelolaan mempraktikkan mengontrol nyeri dengan
Closed Kinetic Chain Exercise (CKCE)
- Memberikan reinforcement positif
- Melakukan evaluasi subjektif dan objektif.
- Menutup kegiatan
2) Tugas Co-leader :
- Mendampingi leader
- Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas
klien.
- Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan
yang telah dibuat.
- Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking dalam
proses terapi
3) Operator
- Menyiapkan alat yang digunakan untuk terapi TAK (membuat dan
mengatur room di Ms. teams)
- Time Keeper (pengatur waktu)
4) Fasilitator
- Menyediakan fasilitas bagi lansia kelolaan selama kegiatan
berlangsung
- Ikut serta dalam kegiatan kelompok
- Memotivasi klien lansia kelolaan yang kurang aktif
- Membantu leader memfasilitasi peserta TAK untuk berperan aktif
dalam mengikuti TAK
- Mengobservasi jalannya proses kegiatan
- Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan non-verbal klien
lansia kelolaan selama kegiatan berlangsung
- Mengawasi jalannya TAK dari mulai persiapan proses hingga
penutupan
7. ALAT YANG DIGUNAKAN:
a. Kursi dengan sandaran
b. HP atau laptop
c. Matras senam/kain tebal
d. Sphygmomanometer dan stetoschope
e. Jam/stopwatch
8. TAHAP PELAKSANAAN TAK
Waktu Kegiatan Alat dan Bahan PJ
09.00-09.05Orientasi : - HP atau laptop Leader dan
WIB 1. Leader mengucapkan salam - Sphygmomanomet-er fasilitator
2. Leader memperkenalkan diri dan anggota dan stetoschope
kelompok - Jam/stopwatch
3. Leader melakukan evaluasi validasi
4. Leader menjelaskan kontrak waktu dan
tujuan
5. Fasilitator mengukur TTV klien

09.06-09.15Kerja : - Kursi dengan Leader, co-


WIB 1. Leader menjelaskan terapi komplementer sandaran leader,
dengan Closed Kinetic Chain Exercise - HP atau laptop fasilitator
(CKCE) - Matras senam/kain
2. Leader menjelaskan manfaat dari terapi tebal
Closed Kinetic Chain Exercise (CKCE)
3. Leader menjelaskan langkah- langkah
Closed Kinetic Chain Exercise (CKCE)
4. Leader mempraktekan cara melakukan
Closed Kinetic Chain Exercise (CKCE)
5. Leader menganjurkan peserta untuk
memasukan terapi Closed Kinetic Chain
Exercise (CKCE) ke dalam jadwal
kegiatan harian
6. Leader memberikan kesempatan
kepada klien untuk bertanya atau berdiskusi
09.16-09.20Terminasi : - HP atau laptop Leader, fasilitator
WIB 1. Leader melakukan evaluasi subjektif yaitu - Sphygmomanomet-er
dengan menanyakan perasaan klien dan dan stetoschope
pengkajian nyeri setelah mengikuti kegiatan - Jam/stopwatch
TAK CKCE
2. Leader melakukan evaluasi objektif
menanyakan kembali langkah-langkah terapi
CKCE dan melakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital klien (tekanan darah, frekuensi
napas, denyut nadi)
3. Leader menyimpulkan keberhasilan TAK
dan memberikan reinforcement
4. Leader berpamitan dan mengucapkan salam

9. EVALUASI
a. Persiapan
- Mahasiswa berperan sesuai dengan jobdesc dan tanggungjawabnya
masing-masing.
- Media dan alat yang digunakan sudah siap H – 1 sebelum pelaksanaan
terapi aktivitas kelompok.
- Tempat pelaksanaan sudah dipersiapkan H – 1 jam sebelum
pelaksanaan terapi aktivitas kelompok dilaksanakan.
- Klien telah berada diruangan maksimal 5 menit sebelum kegiatan
dimulai
- Waktu pelaksanaan sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan
b. Proses
- Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tempat dan waktu yang telah
direncanakan sebelumnya.
- Klien dapat mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir kegiatan.
- Klien dapat mengikuti aturan dan instruksi saat TAK
- Klien berpartisipasi aktif selama TAK
c. Hasil
- 80% klien mampu memahami dan menyebutkan manfaat terapi Closed
Kinetic Chain Exercise (CKCE)
- 80% klien mampu menjelaskan langkah-langkah melakukan terapi
Closed Kinetic Chain Exercise (CKCE)
- 80% klien mampu mempraktekan cara mengontrol rasa nyeri dengan
terapi Closed Kinetic Chain Exercise (CKCE) secara runtut.
- 80% klien mampu memasukan kegiatan terapi Closed Kinetic Chain
Exercise (CKCE) ke dalam jadwal kegiatan harian klien.
LAMPIRAN

Langkah Closed Kinetic Chain Exercise (CKCE):

- Memposisikan tubuh pasien secara nyaman dan aman


- Melakukan pengecekan tanda-tanda vital klien (tekanan darah, frekuensi
napas, denyut nadi, suhu tubuh)
- Menjelaskan tentang tujuan CKCE
- Menjelaskan waktu latihan CKCE (satu kali sehari dengan tiga kali repetisi
gerakan dan total durasi latihan 6 menit, serta dilakukan dua kali seminggu)
- Menjelaskan gerakan CKCE yang bisa digunakan pada OA lutut
- Mendemonstrasikan gerakan mini squatt, Quadriceps Setting Exercise (QSE),
dan gerakan step up and step down

Gambar 1. Mini Squatt back of chair


Gambar 2. Mini Squat infront of chair

Gambar 3. QSE

Gambar 4. Step up and Step Down


- Melatih klien melakukan mini squatt sebanyak tiga kali
- Melatih klien melakukan QSE sebanyak tiga kali
- Melatih klien melakukan step up and step down sebanyak tiga kali
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S. (2017). Manajemen Nyeri Pada Lansia Dengan Pendekatan Non


Farmakologi. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 2(1).
Adegoke, B., Sanya, A., & Oguniade, S. (2019). The Effectiveness of Open
Versus Closed Kinetic Chain on Pain, Function, and Range of Motion in
Patients with Knee Osteoarthritis. Balt J Health Phys, 11(3), 39-52.
Bahrudin, M. (2017). Patofisiologi Nyeri . E Journal UMM.
Bahrudin, M. (2017). Patofisiologi Nyeri (Pain). 13(1), 7-13.
Djawas, F., & Isna, W. (2020). Closed Kinetic Chain Exercisee fektif Dalam
Meningkatkan Kemampuan Fungsional Pada Osteoarthritis Lutut. Jurnal
Ilmiah Fisioterapi (JIF), 3(2), 1-7.
Kartika, I. R. (2019). Deskripsi Pengetahuan Tentang Manajemen Nyeri Pada
Lansia. REAL in Nursing Journal, 137-143.
Khairuruizal, Irianto, & Ramba, Y. (2019). Perbandingan Pengaruh Kombinasi
Latihan Hold Relax dan Open Kinetic Chain dengan Latihan Hold Relax
dan Close Kinetic Chain terhadap Peningkatan Kemampuan Fungsional
Pasien Osteoarthritis. Nusantara MedicaL Science Journal, 4(2), 55-63.
Kiik, S., Sahar, J., & Permatasari, H. (2018). Peningkatan Kualitas Hidup Lanjut
Usia (Lansia) di Kota Depok Dengan Latihan Keseimbangan. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 21(2), 109-116.
Naftali, A., Ranimpi, Y., & Anwar, M. (2017). Kesehatan Spiritual dan Kesiapan
Lansia dalam Menghadapi Kematian. Buletin Psikologi, 25(2), 124-135.
Olagbegi, O., Adegoke, B., & Odole, A. (2017). Effectiveness of Three Modes of
Kinetic Chain Exercise on Quadriceps Muscle Strength and Thigh Girth
Among Individuals with Knee Osteoarthritis. Archives of Physiotherapy,
7(9), 1-12.

Sari, D., & Leonard, D. (2018). Pengaruh Aroma Terapi Lavender Terhadap
Kualitas Tidur Lansia di Wisma Cinta Kasih. Jurnal Edurance, 3(1), 121-
130.

Anda mungkin juga menyukai