Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TERAPI KOGNITIF : SENAM OTAK PADA LANSIA


DI POLI LANSIA PUSKESMAS PUTRI AYU

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

Fiqri Gumilang (G1B222048)


Wahyu Eka S. (G1B222045)
Anisa (G1B222006)
Sorcha Ophelia N. (G1B222015)
Sri Mulyani (G1B222031)
Eva Daya N. (G1B222026)
Ambarwati (G1B222049)
Fitra Ayda N. (G1B222037)
Henni Ramadhani S. (G1B222032)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS JAMBI
2024
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TERAPI KOGNITIF : SENAM OTAK PADA LANSIA

Topik/Judul Kegiatan : Terapi Kognitif : Senam Otak Pada Lansia


Sasaran : 10 Orang Lansia di Poli Lansia Puskesmas Putri Ayu
Hari/Tanggal : Selasa, 26 Maret 2024
Jam : 08.00-08.30 WIB
Alokasi Waktu : 1 x 30 menit
Tempat Pelaksanan : Poli Lansia Puskesmas Putri Ayu

A. Latar Belakang
Lansia dapat dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Proses menjadi lansia merupakan proses alamiah yang dapat
terjadi pada setiap orang (Wahyu, Santoso and Bimbingan, 2013). Dimana keadaan
yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya
kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual. Aspek yang
juga mengalami penurunan secara degeneratif adalah fungsi kognitif (kecerdasan
atau pikiran) (Qotifah, 2017).
Pertambahan usia dan peningkatan prevalensi penyakit tidak menular,
merupakan faktor utama penyebab penurunan fungsi kognitif yang kelak akan
meningkatkan penyakit demensia pada kelompok lansia. Badan Pusat Statistik
(BPS) melaporkan bahwa terdapat 29,3 juta penduduk lanjut usia (lansia) di
Indonesia pada 2021. Angka ini setara dengan 10,82% dari total penduduk di
Indonesia. Jumlah lanjut usia (Lansia) yang terus meningkat dapat menjadi aset
bangsa bila sehat dan produktif. Namun lansia yang tidak sehat dan tidak mandiri
akan berdampak besar terhadap kondisi sosial dan ekonomi bangsa. Kesehatan
manusia usia lanjut perlu mendapatkan perhatian khusus agar hidup secara
produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif
dalam pembangunan (Dennison, Paul E & Dennison, Gail E. 2006).
Proses menua dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal wajar dan
akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang, hanya lambat
ceptnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu. Berdasarkan UU
No. 13 Tahun 1998 dikatakan bahwa batasan lanjut usia adalah pada umur 60
tahun, terjadi proses penuaan secara ilmiah. Hal ini akan menimbulkan masalah
fisik, mental, ekonomi dan spikologis. Sebagian besar klien usia lanjut mengeluh
mengalami nyeri dan sakit/pegal-pegal pada ekstremitas bawah. Kondisi yang
masih baik ini tentunya perlu dipertahankan dan dilakukan tindakan pencegahan
untuk menjaga kesehatan kognitif maupun mencegah keluhan fisik. Oleh karena
perlu untuk mengadakan penyuluhan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan dan
meningkatkan derajat kesehatan termasuk fungsi kognitif dan kesehatan fisik
(Dennison, Paul E & Dennison, Gail E. 2006).
Senam otak merupakan serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana
dimana gerakan dibuat untuk merangsang otak kiri dan kanan. Meringankan atau
merelaksasi belakang otak dan bagian depan otak. Merangsang system yang terkait
dengan perasaan/emosional, yakni otak tengah dan otak besar. Senam otak dapat
dilakukan dengan gerakan sederhana sambil melakukan kegiatan sehari-hari
(Pranata, Indaryati & Fari., 2020).
Porsi latihan yang tepat yaitu sekitar 10-15 menit, sebanyak 2-3 kali dalam
sehari hasilnya bisa segera diketahui setelah melakukan latihan secara teratur
salaam 2 minggu berturut-turut. Latihan yang dilakukan secara teratur akan
memperlihatkan hasil yang optimal. Terapi senam otak yang dilakukan selama 2 x
sehari dalam 15 menit selama 3 bulan secara teratur dapat mengurangi terjadinya
penurunan fungsi kognitif. Melakukan senam otak secara rutin dapat meningkatkan
kualitas hidup lansia (Mukharomah et al., 2022).
Berdasarkan penelitian dari Aisyatu Al-Finatunni’mah dkk Salah satu upaya
pencegahan penurunan kognitif pada demensia pada lansia adalah dengan
melakukan senam otak. Metode yang digunakan yaitu studi deskriptif dengan
pendekatan proses asuhan keperawatan pada dua lansia sebagai subjek studi. Fungsi
kognitif diukur dengan menggunakan instrumen Mini Mental State Exam (MMSE).
Hasil studi menunjukkan senam otak dapat meningkatkan fungsi kognitif pada
lansia demensia yang ditunjukkan dengan peningkatan skor MMSE pada kedua
subjek studi. Setelah dilakukan intervensi senam otak selama seminggu, skor
MMSE meningkat dengan kisaran 0-16. Intervensi senam otak ini dapat
direkomendasikan secara teratur bagi lansia agar dapat meningkatkan fungsi
kognitif secara optimal. Penelitian lain dari Lilik Pranata dkk, hasil yang capai
dengan mengunakan intrument MMSE terdapat peningkatan fungsi kognitif pada
lansia, setalah di dampingi dalam senam otak (Dennison, Paul E & Dennison, Gail
E. 2006).
Berdasarkan hasil pengkajian pada lansia secara umum di Puskesmas Putri Ayu
terdapat 51 lansia yang datang melakukan pemeriksaan. Dari 51 lansia yang datang
melakukan pemeriksaan terdapat 45 lansia yang masih memiliki fisik yang baik,
sehat dan kemampuan aktifitas pada tingkat mandiri, dan masih memiliki
kemampuan kognitif yang baik, belum ditemukan tanda-tanda kepikunan ataupun
demensia. Namun sebagian besar kelayan mengeluh mengalami nyeri dan
sakit/pegal-pegal pada ekstremitas bawah. Kondisi kelayan yang masih baik ini
tentunya perlu dipertahankan dan dilakukan tindakan pencegahan untuk menjaga
kesehatan kognitif maupun mencegah keluhan fisik dari kelyaan. Oleh karena itu,
dipandang perlu untuk mengadakan terapi modalitas lansia yang bertujuan untuk
menjaga kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan termasuk fungsi kognitif
dan kesehatan fisik (Dennison, Paul E & Dennison, Gail E. 2006).
Senam otak merupakan temuan baru yang sudah dibuktikan melalui penelitian
dapat digunakan sebagai upaya pencegahan atau dapat mengatasi masalah
kesehatan kognitif, mencegah demensia, sehingga senam otak merupakan topik
yang menarik untuk dilakukan pada acara terapi modalitas lansia bersama dengan
lansia yang melakukan pemeriksaan di Puskesmas Putri Ayu. Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan kegiatan dikarenakan
penurunan fungsi kognitif pada lansia dapat diminimalisir dengan adanya program
kegiatan lansia berupa penyuluhan “Terapi Kognitif : Senam Otak pada Lansia”.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukannya penyuluhan Terapi Kognitif : Senam Otak pada Lansia,
diharapkan lansia dapat menyeimbangkan kemampuan beraktivitas dan berpikir
pada saat yang bersamaan.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukannya penyuluhan selama 30 menit diharapkan lansia mampu :
a. Mengetahui definisi fungsi kognitif pada lansia
b. Mengetahui perubahan kognitif pada lansia
c. Mengetahui faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif lansia
d. Mengetahui pencegahan lansia dalam mempertahankan fungsi kognitif
e. Mengetahui definisi senam otak
f. Mengetahui manfaat senam otak
g. Mengetahui tujuan senam otak.

C. Rencana Kegiatan
1. Nama Kegiatan
Penyuluhan Terapi Kognitif : Senam Otak Pada Lansia.
2. Sasaran
10 orang lansia di Poli Lansia Puskesmas Putri Ayu.
3. Metode
a. Diskusi dan tanya jawab
b. Ceramah
4. Media
a. Leaflet
b. Lembar balik.
5. Alat
a. Kursi.

D. Pengorganisasian Kegiatan
1. Tim Pelaksana
a. Pembimbing Akademik : Ns. Lisa Anita Sari, M.N.S.
b. Penyuluh : Ambarwati
c. Moderator : Sri Mulyani
d. Observer : Sorcha Ophelia Nanda
e. Fasilitator : - Eva Daya Nababan
- Fiqri Gumilang
- Henni Ramadhani Safitri
- Anisa
- Fitra Ayda Ningsih
f. Dokumentasi : Wahyu Eka Saputri

2. Uraian Tugas
a. Moderator
Uraian Tugas :
1. Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim pada peserta.
2. Mengatur proses dan lama penyuluhan.
3. Memimpin jalannya penyuluhan dan menutup acara penyuluhan.
b. Penyuluh
Uraian Tugas :
1. Mengkaji tingkat pengetahuan peserta tentang materi.
2. Menyampaikan materi dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami.
3. Memberikan reinforcement positif.
4. Menjawab pertanyaan peserta.
c. Observer
Uraian Tugas :
1. Mengamati jalannya kegiatan.
2. Mengevaluasi kegiatan.
3. Mengamati dan mencatat perilaku verbal dan non-verbal peserta.
4. Membuat laporan hasil kegiatan penyuluhan.
d. Fasilitator
Uraian Tugas:
1. Bersama moderator menjalin kerja sama menyajikan materi penyuluhan.
2. Memotivasi peserta kegiatan dalam bertanya.
3. Memotivasi peserta dalam mengikuti penyuluhan.
4. Menyiapkan alat.
e. Dokumentasi
Uraian Tugas:
1. Bertanggung jawab dalam pendokumentasian kegiatan berlangsung.
2. Bertanggungjawab dalam publikasi hasil kegiatan.
3. Setting Tempat

Keterangan :
: Peserta
: Moderator
: Penyuluh
: Fasilitator
: Observer
: Dokumentasi

E. Uraian Kegiatan
Tahapan
No Kegiatan Pemateri Kegiatan Peserta
Waktu
1. 5 menit Pembukan:
1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan dari 3. Mendengarkan
penyuluhan
4. Menyebutkan materi yang 4. Mendengarkan
akan diberikan
5. Menjelaskan kontrak waktu. 5. Menyetujui kontrak waktu
2. 20 Menit Pelaksanaan:
1. Menggali pengetahuan klien
1. Menjawab pertanyaan
tentang senam otak
2. Menjelaskan definisi fungsi
2. Memperhatikan
kognitif pada lansia
3. Menjelaskan perubahan
3. Memperhatikan
kognitif pada lansia
4. Menjelaskan faktor yang
4. Memperhatikan
mempengaruhi fungsi kognitif
lansia
5. Menjelaskan pencegahan
5. Memperhatikan
lansia dalam mempertahankan
fungsi kognitif
6. Menjelaskan definisi senam
6. Memperhatikan
otak
7. Menjelaskan manfaat senam
7. Memperhatikan
otak
8. Menjelaskan tujuan senam
8. Memperhatikan
otak.
3. 5 menit Penutup:
1. Membuka sesi bertanya 1. Bertanya
2. Meminta peserta untuk 2. Menjawab pertanyaan
menyebutkan kembali terkait
materi yang sudah
disampaikan.
3. Menyimpulkan materi 3. Memperhatikan
4. Menutup acara dengan ucapan 4. Menjawab salam
terimakasih dan salam
penutup.
F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Audiens dapat mengikuti kegiatan sesuai dengan rencana dan tepat waktu
b. Audiens tidak meninggalkan ruangan pada saat kegiatan berlangsung
c. Kondisi lingkungan mendukung untuk melaksanakan kegiatan
d. Leader dan lainnya berperan sebagaimana mestinya.
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah dibuat
b. Audiens berpartisipasi aktif selama kegiatan berlangsung
c. Audiens mempraktekkan senam gerak latih otak dengan benar
d. Pemateri dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal sampai akhir
e. Moderator membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan
f. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan
g. Fasilitator melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab antisipasi masalah.
h. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan
i. Dokumentasi mendokumentasikan kegiatan yang berlangsung
j. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal sampai akhir.
3. Evaluasi Hasil
a. 30% lansia yang hadir pada saat kegiatan mampu menyebutkan definisi
fungsi kognitif pada lansia
b. 30% lansia yang hadir pada saat kegiatan mampu menyebutkan perubahan
kognitif pada lansia
c. 30% lansia yang hadir pada saat kegiatan mampu menyebutkan faktor yang
mempengaruhi fungsi kognitif lansia
d. 30% lansia yang hadir pada saat kegiatan mampu menyebutkan pencegahan
lansia dalam mempertahankan fungsi kognitif
e. 30% lansia yang hadir pada saat kegiatan mampu menyebutkan definisi
senam otak
f. 30% lansia yang hadir pada saat kegiatan mampu menyebutkan manfaat
senam otak
g. 30% lansia yang hadir pada saat kegiatan mampu menyebutkan tujuan senam
otak.
MATERI TERAPI KOGNITIF : SENAM OTAK PADA LANSIA

A. Definisi Fungsi Kognitif Pada Lansia


Kognitif merupakan proses pikir seseorang untuk memperoleh pengetahuan
dengan cara mengingat, memahami, menilai sesuatu. Fungsi kognitif ialah proses
mental dalam memperoleh pengetahuan/kemampuan kecerdasan yang mencakup
cara berpikir, daya ingat, perencanaan, dan pelaksanaan (Adriani, 2021).
Pada lanjut usia selain mengalami kemunduran fisik juga sering mengalami
kemunduran fungsi intelektual termasuk fungsi kognitif. Kemunduran fungsi
kognitif dapat berupa mudah lupa (forgetfulness) bentuk gangguan kognitif yang
paling ringan diperkirakan dikeluhkan oleh 39% lanjut usia yang berusia 50-59
tahun, meningkat menjadi lebih dari 85% pada usia lebih dari 80 tahun. Mudah lupa
ini bisa berlanjut menjadi gangguan kognitif ringan (Mild Cognitive Impairment-
MCI) sampai demensia sebagai bentuk klinis yang paling berat (Almareta, 2021).

B. Perubahan Kognitif Pada Lansia


Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia terdiri dari berkurangnya
kemampuan meningkatkan fungsi intelektual, berkurangnya efisiensi transmisi
saraf di otak yang menyebabkan proses informasi melambat dan banyak informasi
yang hilang, berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi baru dan
mengambil informasi dari memori, serta kemampuan mengingat kejadian yang baru
saja terjadi (Yudhana, 2020).

C. Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif Lansia


a. Status Kesehatan
Salah satu faktor penyakit yang mempengaruhi penurunan kognitif lanjut usia
adalah hipertensi. Peningkatan tekanan darah kronis dapat meningkatkan efek
penuaan pada struktur otak. Penyakit jantung koroner dan penyakit vaskuler
lainnya juga dikaitkan dengan memburuknya fungsi kognitif.
b. Faktor Makanan
Kekurangan vitamin D berkisar antara 25 hingga 54 % pada orang berusia 60
tahun ke atas. Hal ini dikarenakan metabolisme vitamin D pada lansia kurang
efisien. Sumber utama vitamin D adalah sinar matahari.
c. Usia
Faktor usia dapat berhubungan dengan fungsi kognitif. Bahwa perubahan yang
terjadi pada otak akibat bertambahnya usia antara lain fungsi penyimpanan
informasi hanya mengalami sedikit perubahan.
d. Status Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi penurunan fungsi kognitif.
Kelompok dengan pendidikan rendah tidak pernah lebih baik dibandingkan
kelompok dengan pendidikan lebih tinggi.
e. Jenis Kelamin
Wanita lebih beresiko mengalami penurunan kognitif. Hal ini disebabkan adanya
peranan level hormon seks endogen dalam perubahan fungsi kognitif. Reseptor
estrogen telah ditemukan dalam area otak yang berperan dalam fungsi belajar
dan memori, seperti hipokampus. Rendahnya level estradiol dalam tubuh telah
dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif umum dan memori verbal.
f. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik dapat mempertahankan aliran darah ke otak mungkin juga
meningkatkan persendian nutrisi ke otak. Pada latihan atau aktivitas fisik
beberapa sistem molekul yang dapat berperan dalam hal yang bermanfaat pada
otak (Nurdiyanti, 2021).

D. Pencegahan Lansia Dalam Mempertahankan Fungsi Kognitif


Perawat atau keluarga sangat berperan penting dalam membantu lansia yang
mengalami penurunan pada aspek kognitif, yaitu dengan menumbuhkan dan
membina hubungan saling percaya, saling bersosialisasi, dan selalu mengadakan
kegiatan yang bersifat kelompok. Selain itu untuk mempertahankan fungsi kognitif
pada lansia upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara menggunakan otak
secara terus menerus dan diistirahatkan dengan tidur, kegiatan seperti membaca,
mendengarkan berita dan cerita melalui media sebaiknya dijadikan kebiasaan yang
bertujuan agar otak tidak beristirahat secara terus menerus (Depkes RI, 2017).
Mengisi teka teki silang (TTS) juga merupakan salah satu cara menjaga daya
ingat yang bisa di lakukan para lansia. Brain gym (senam otak) juga diduga mampu
mempertahankankan bahkan meningkatkan kemampuan fungsi kognitif lansia.
Gerakan-gerakan ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki dapat
memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. Gerakan yang menghasilkan
stimulus itulah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan,
konsentrasi, kecepatan, persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah dan
kreativitas), selain itu kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan spiritual
sebaiknya digiatkan agar dapat memberi ketenangan pada lansia (Depkes RI, 2017).

E. Definisi Senam Otak


Senam otak merupakan serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana
dimana gerakan dibuat untuk merangsang otak kiri dan kanan. Meringankan atau
merelaksasi belakang otak dan bagian depan otak. Merangsang system yang terkait
dengan perasaan/emosional, yakni otak tengah dan otak besar. Senam otak dapat
dilakukan dengan gerakan sederhana sambil melakukan kegiatan sehari-hari
(Pranata, Indaryati & Fari., 2020).
Porsi latihan yang tepat yaitu sekitar 10-15 menit, sebanyak 2-3 kali dalam
sehari hasilnya bisa segera diketahui setelah melakukan latihan secara teratur
salaam 2 minggu berturut-turut. Latihan yang dilakukan secara teratur akan
memperlihatkan hasil yang optimal. Terapi senam otak yang dilakukan selama 2 x
sehari dalam 15 menit selama 3 bulan secara teratur dapat mengurangi terjadinya
penurunan fungsi kognitif. Melakukan senam otak secara rutin dapat meningkatkan
kualitas hidup lansia (Mukharomah et al., 2022).

F. Manfaat Senam Otak


Menurut (Amtonis & Fata, 2018), manfaat dari senam otak adalah
memungkinkan belajar dan bekerja tanpa stress, dapat dipakai dalam waktu singkat
(kurang dari 5 menit), tidak memerlukan bahan atau tempat khusus, meningkatkan
kepercayaan diri, menunjukkan hasil dengan segera, sangat efektif pada seseorang
yang mengalami gangguan kognitif, dan mampu mengaktifkan seluruh potensi dan
keterampilan yang dimiliki seseorang.
G. Tujuan Senam Otak
Menurut (Pranata, Indaryati & Fari, 2020) tujuan senam otak adalah :
1. Untuk membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat
sehingga kegiatan belajar atau bekerja berlangsung menggunakan seluruh otak
(whole brain).
2. Mengurangi stress emosional dan pikiran lebih jernih.
3. Menjadikan orang lebih bersemangat, lebih konsentrasi, lebih kreatif dan efisien.
4. Kemampuan berbahasa dan daya ingat meningkat.
5. Hubungan antar manusia dan suasana belajar/bekerja lebih rileks dan senang.
Senam otak bertujuan untuk memicu otak agar tidak kehilangan daya intelektual.
Kelupaan dapat dikembalikan kembali kewaspadaan otaknya dengan cara senam
otak. Hubungan pikiran dan kerja otot, saat pikiran positif otak akan terintegrasi
dan efeknya akan menguatkan otot. Sebaliknya, pikiran negatif akan melemaskan
otot. Sebelum melakukan senam otak dianjurkan banyak minum air putih. Sebab,
air akan menghantarkan listrik ke otak sehingga otak mampu menerima ransangan
dengan mudah (Pamungkas & Saraswati, 2021).
DAFTAR PUSTAKA.

Adriani, R. B. (2021). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. CV Adanu Abimata.


Al-Finatunni’mah, A., & Nurhidayati, T. (2020). Pelaksanaan senam otak untuk
peningkatan fungsi kognitif pada lansia dengan demensia. Ners
Muda, 1(2), 139.
ALMARETA FAJRIN, A. F. (2021). PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP
FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL LANJUT USIA
HARAPAN KITA KOTA PALEMBANG TAHUN 2021 (Doctoral
dissertation, STIK Bina Husada Palembang).
Amtonis, I., & Fata, U. H. (2018). Pengaruh senam otak terhadap peningkatan fungsi
kognitif. Jurnal Ners dan Kebidanan (Journal of Ners and
Midwifery), 1(2), 087-092.
Departemen kesehatan RI. (2017). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi
Petugas Kesehatan. Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembina Kesehatan
Masyarakat.
Desnita, R., & Surya, D. O. (2023). PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP
FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA HIPERTENSI. JURNAL
KESEHATAN PIJAR, 2(1), 76-83.
Nurdiyanti, S. (2021). EFEKTIVITAS SENAM OTAK (BRAIN GYM) UNTUK
MENINGKATKAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA YANG
MENGALAMI DEMENSIA EVIDENCE BASED NURSING (Doctoral
dissertation, Universitas Aisyiyah Bandung).
Pamungkas, S. P., & Saraswati, R. (2021, December). Senam Otak Untuk
Meningkatkan Fungsi Memori Pada Lansia. In Prosiding University
Research Colloquium (pp. 858-865).
Pranata, L., Indaryati, S., & Fari, A. I. (2020). Pendampingan Lansia Dalam
Meningkatkan Fungsi Kognitif Dengan Metode Senam
Otak. Madaniya, 1(4), 172-176.
YUDHANA, H. (2020). PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP PENINGKATAN
FUNGSI KOGNITIF LANSIA DI POSYANDU KRESNA PUNCAK
BURING INDAH KEDUNGKANDANG KOTA MALANG HERDIAN
YUDHANA 150714201411.
Dennison, Paul E & Dennison, Gail E. 2006. Brain Gym (Senam Otak) Buku Panduan
Lengkap. Terjemahan Bene Ridianto PS. Jakarta: Grasindo

Anda mungkin juga menyukai