KOORDINATOR MK:
DOSEN PEMBIMBING:
DISUSUN OLEH :
Tabel 2
Gejala dan Tanda Minor Ansietas
Subyektif Objektif
1. Mengeluh takut 1. Gemetar
2. Mengeluh cepat lelah 2. Menangis
3. Merasa tidak berdaya 3. Sulit tidur dan tidak lelap
4. Sulit konsentrasi
Sumber : (Keliat, 2019)
Menurut SDKI (2016) tanda dan gejala ansietas sebagi berikut ini:
Tabel 1
Gejala dan Tanda Mayor Ansietas
Subyektif Objektif
1. Merasa bingung 1. Tampak gelisah
2. Merasa khawatir dengan akibat dari 2. Tampak tegang
kondisi yang dihadapi 3. sulit tidur
3. Sulit berkonsentrasi
Tabel 2
Gejala dan Tanda Minor Ansietas
Subyektif Objektif
1. Mengeluh pusing 1. Frekuensi napas meningkat
2. Anoreksia 2. Frekuensi nadi meningkat
3. Palpitasi 3. Tekanan darah meningkat
4. Merasa tidak berdaya 4. Diaphoresis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada masa lalu
Adaptif
Maladaptif
Core Problem
Gangguan perilaku : kecemasan
Risiko mencederai diri sendiri,
Stressor
Masalah keperawatan yang mungkin muncul
a. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
b. Gangguan perilaku : kecemasan
c. Koping individu tak efektif
4. Discahrge Planning
1. Menjelaskan rencana persiapan pasca-rawat dirumah untuk memandirikan
klien
2. Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan
3. Melakuakn rujukan ke fasilitas kesehatan
5. Evaluasi
1. Penurunan tanda dan gejala
2. Peningkatan kemampuan klien mengatasi ansietas
3. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan ansietas
6. Rencana tinda lanjut2
1. Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesiali
keperawatan jiwa
2. Rujuk klien ke case menajer
3. Rujuk klien dan keluarga kepada kelompok pendukung.
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Sutejo. (2019). Keperawatan Jiwa : Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan
Jiwa Gangguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
tubuhnya yang diakibatkan oleh perubahan struktur, ukuran, bentuk, dan fungsi
tubuh karena tidak sesuai dengan yang diinginkan. Konfusi dalm gambaran mental
B. Penyebab
chateter, dll
C. Rentang Respon
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang kosnep diri yang positif dengan
dari dirinya
3. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri
Mayor
Subjektif:
Objektif :
Minor
Subjektif:
Objektif:
1. Mastektomi
2. Amputasi
3. Jerawat
4. Luk bakar
5. Obesitas
6. Kehamilan
7. Stroke
a. Mengevaluasi manfaat yang telah di rasakan dari bagian tubuh yang terganggu
b. Mengevaluasi manfaat bagian tubuh yang masih sehat
G. Pohon Masalah
Penyakit Fisik
3) Penyakit Fisik
berfungsi.
c. Menolak berinteraksi dengan
orang lain.
e. Sering mengulang-ulang
terjadi.
Obyektif :
b. Menyembunyikan atau
terganggu.
tubuh.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kaji
b. Tanda dan gejala gangguan citra tubuh dan kemampuan klien dalam
a. Diskusikan dengan klien manfaat yang telah dirasakan dari bagian tubuh
pada pasien.
tubuh.
3) Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien :
rumah.
L. Tindakan kolaborasi
M. Evaluasi
keperawatan jiwa
Keliat, dkk (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Editor penyelaras, Monica Ester. Jakarta:
EGC
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPUTUSASAAN
A. Pengertian
melihat keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilhan pribadi yang tersedia
Penyebab
5. Isolasi sosial
Subjektif
a. Mengungkapkan keputusasaan
d. Mengungkapkan bingung
Objektif
a. Berprilaku pasif
b. Kontak mata kurang
e. Kurang bicara
Minor
Subjektif
a. Sulit tidur
c. Mengungkapkan keragu-raguan
d. Mengungkapkan frustrasi
Objektif
a. Afek datar
b. Kurang inisiatif
Ketidakberdayaan (Akibat)
keputusasaan
c. Harapan kehidupan
F. Tindakan kolaborasi
G. Discahrge Planning
memandirikan klien
H. Evaluasi
keputusasaan
keperawatan jiwa
Keliat, dkk (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Editor penyelaras, Monica Ester.
Jakarta: EGC
makna diri sebagai respons terhadap situasi saat ini (Keliat, 2019). Menurut
Damaiyanti (2012) harga diri rendah ada secara situasional dan kronik, yaitu :
(korban pemerkosaan).
2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri yang berlangsung lama yaitu
sebelum sakit atau dirawat. Klien mempunyai cara berfikir yang negatif.
dirinya. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang
individu akibat kurangnya umpan balik yang positif. Penyebab harga diri
rendah juga dapat terjadi pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi penolakan
dari orang tua, seperti tidak dikasih pujian, dan sikap orang tua yang
b. Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah juga meliputi ideal diri
2. Faktor Presipitasi
3. Ketidakadekuatan pemahaman
6. Riwayat kehilangan
7. Riwayat penolakan
8. Transisi perkembangan
C. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah
Menurut Keliat (2019) Gejala dan Tanda Mayor Harga diri rendah
situasional yaitu:
Subjektif
2. Merasa malu/bersalah
Objektif
3. Berjalan menunduk
Menurut Keliat (2019) Gejala dan Tanda Mayor Harga diri rendah
situasional yaitu:
Subjektif
1. Sulit berkonsentrasi
Objektif
3. Pasif
Rentang Respon
Respon individu terhadap konsep dirinya dimulai dari respon adaptif dan
maladaptif. Menurut Keliat dalam Ade Herman (2011) rentang respon
Maladaptif
Keterangan :
dirinya.
3. Harga diri rendah : Perasaan yang negatif pada diri sendiri, hilangnya percaya
Harga diri seseorang didapatkan dari diri sendiri dan orang lain.
Gangguan harga diri rendah akan terjadi ketika perlakuan orang lain
tinggi sampai rendah. Seseorang yang mempunyai harga diri tinggi maka
memiliki harga diri yang rendah maka lingkungan yang dilihat akan terasa
Penyebab harga diri rendah juga dapat terjadi pada masa kecil sering
tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan atau
pergaulan.
menyelesaikannya tapi tidak tuntas serta ditambah pikiran tidak mampu atau
merasa gagal menjalankan fungsi dan peran itu bisa disebut dengan kondisi
harga diri rendah situasional, jika pada situasi tersebut lingkungan tidak
mendukung positif dan justru menyalahkan secara terus menerus maka akan
Isolasi sosial
Core Problem
Harga Diri Rendah
situasional
adalah :
3. Isolasi sosial.
F. Penatalaksanaan
orang lain. Tujuannya agar klien tidak menyendiri lagi karena jika klien
Menurut Keliat (2019) Kondisi Klinis Terkait Harga diri rendah situasional
yaitu
1. Cedera traumatis
2. Pembedahan
3. Kehamilan
5. Stroke
6. Penyalahgunaan zat
7. Demensia
A. Pengertian
Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa
perilaku atau tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa
hasil yang diharapkan atau tidak akan membawa perubahan hasil seperti
yang diharapkan, sehingga klien sulit mengendalikan situasi yang terjadi
atau mengendalikan situasi yang akan terjadi (NANDA, 2011). Menurut
Wilkinson (2007) ketidakberdayaan merupakan persepsi seseorang
bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna,
kurang penggendalian yang dirasakan terhadap situasi terakhir atau yang
baru saja terjadi. Sedangkan menurut Carpenito-Moyet (2007)
ketidakberdayaan merupakan keadaan ketika seseorang individu atau
kelompok merasa kurang kontrol terhadap kejadian atau situasi tertentu.
Keputusasaan berbeda dengan ketidakberdayaan. Dalam hal ini, individu
yang putus asa tidak melihat adanya solusi untuk mengatasi masalahnya
atau jalan untuk mencapai keinginannnya, bahkan ia sangat merasa ingin
memegang kendali atas hidupnnya. Individu yang tidak berdaya mungkin
melihat alternative atau jawaban untuk masalahnya, tetapi tidak mampu
berbuat apa pun karena persepsi tentang control dan sumber yang ada.
Ketidakberdayaan yang berkepanjangan bisa menyebabkan
keputusasaan.
B. Rentang Respon
1. Perilaku Adaptif dan Maladaftif
Perilaku Adaptif merupakan Tingkah laku yang sesuai dengan
tuntutan lingkungan. Tingkah laku disesuaikan dengan lingkungan.
Sesuai dengan norma-norma dan adata istiadat yang berlaku
dilingkungan dan masayarakat tersebut. Sedangkan Perilaku
Maladaptif Merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan tuntutan
lingkungan, tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku serta
tidak sesuai dengan adat istiadat yang ada dalam lingkungan
masyarakat setempat.
Respon adaftif Respon Maladaftif
a. Harapan
Harapan akan mempengaruhi respons psikologis terhadap
penyakit fisik. Kurangnya harapan dapat meningkatkan stres dan
berakhir dengan penggunaan mekanisme koping yang tidak
adekuat. Pada beberapa kasus, koping yang tidak adekuat dapat
menimbulkan masalah kesehatan jiwa.
b. Ketidakpastian
Ketidakpastian adalah suatu keadaan dimana individu tidak
mampu memahami kejadian yang terjadi. Hal ini akan
mempengaruhi kemmapuan individu mengkaji situasi dan
memperkirakan upaya yang akan dilakukan. Ketidakpastian
menjadi berbahaya jika disertai rasa pesimis dan putus asa.
c. Putus asa
Putus asa ditandai dengan perilaku pasif, perasaan sedih dan
harapan hampa, kondisi ini dapat membawa klien dalam upaya
bunuh diri.
2. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala (batasan karakteristik) (Townsend, 1998):
a. Ekspresi verbal dari tidak adanya kontrol atau pengaruh atau
situasi, hasil atau perawatan diri.
b. Tidak berpartisipasi dalam perawatan atau pengambilan
keputusan saat kesempatan diberikan.
c. Mengekspresikan keragu-raguan yang berkenaan dengan pelaksanaan
peran.
d. Segan mengekspresikan perasaan sebenarnya, takut diasingkan dari
pengasuh.
e. Apatis dan pasif
f. Ketergantungan pada orang lain yang dapat menghasilkan lekas
tersinggung, kebencian, marah, dan rasa bersalah.
Pohon Masalah
Ketidakberdayaan
2) Psikologis :
1. Pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat
tinggal
2. Ketidaknmampuan mengambil keputusan dan mempunyai
kemampuan komunikasi verbal yang kurang atau kurang
dapat mengekspresikan perasaan terkait dengan
penyakitnya atau kondisi dirinya
3. Ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang
secara progresif menimbulkan ketidakmampuan,
misalnya: sklerosis multipel, kanker terminal atau AIDS
4. Kurang puas dengan kehidupannya (tujuan hidup yang sudah
dicapai)
5. Merasa frustasi dengan kondisi kesehatannya dan
kehidupannya yang sekarang
6. Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja
yang terlalu otoriter atau terlalu melindungi/menyayangi
7. Motivasi: penerimaan umpan balik negatif yang konsisten
selama tahap perkembangan balita hingga remaja, kurang
minat dalam mengembangkan hobi dan aktivitas sehari-
hari
8. Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban
maupun sebagai saksi
9. Self kontrol: tidak mampu mengontrol perasaan dan
emosi, mudah cemas, rasa takut akan tidak diakui, gaya
hidup tidak berdaya
10. Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup.
3) Sosial budaya :
1. Usia 30-meninggal berpotensi mengalami ketidakberdayaan
2. Jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan mempunyai
kecenderungan yang sama untuk mengalami
ketidakberdayaan tergantung dari peran yang dijalankan
dalam kehidupannya
3. Pendidikan rendah
4. Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses
penuaan (misalnya: pensiun, defisit memori, defisit
motorik, status finansial atau orang terdekat yang
berlangsung lebih dari 6 bulan)
5. Adanya norma individu atau masyarakat yang menghargai
kontrol (misalnya kontrol lokus internal)
C. Pengkajian
Data-data yang biasa ditampilkan pada pasien dengan ketidakberdayaan
adalah mengatakan secara verbal ketidakmampuan mengendalikan atau
memengaruhi situasi.
1. Mengatakan tidak dapat menghasilkan sesuatu.
2. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.
3. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat kesempatan
diberikan.
4. Segan mengekspresikan perasaan yang sebenarnya.
5. Apatis, pasif.
6. Ekspresi muka murung.
7. Bicara dengan lambat.
8. Nafsu makan tidak ada atau berlebihan.
9. Tidur berlebihan.
10. Menghindari orang lain.
D. Analisa Data
Pengelompokan Data
a. Data Subyektif
1. Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai
kemampuan mengendalikan atau mempengaruhi situasi.
2. Mengungkapakan tidak dapat menghasilkan sesuatu
3. Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap
ketidakmampuan untuk melakukan tugas atau aktivitas
sebelumnya
4. Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran
5. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri
b. Data Obyektif
1. Ketidak mampuan untuk mencari informasi tentang perawatan
2. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan
kesempatan
3. Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya
4. Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan
iritabilitas, ketidaksukaan,marah, dan rasa bersalah
5. Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan
orang lain ketika mendapat perlawanan
6. Apatis dan pasif
7. Ekspresi muka murung
8. Bicara dengan gerakan lambat
9. Tidur berlebihan
10. Nafsu makan tidak ada atau berlebihan
11. Menghindari orang lain
E. Diagnosa Keperawatan
KETIDAKBERDAYAAN
F. Intervensi Keperawatan
a. Intervensi
Untuk
Klien
1. Tujuan umum
Klien mampu mengatasi rasa ketidakbeerdayaan yang dialaminyaa
2. Tujuan khusus
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengenali dan mengekspresikan emosinya
c. Modifikasi pola kognitif yang negative
d. Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang
berkenan dengan perawatanya sendiri
e. Klien termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis
b. Intervensi Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu
dipertimbangkan agar klien merasa aman dan nyaman saat
berinteraksi
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Berjabat tangan
c. Menjelaskan tujuan interaksi
d. Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali
bertemu dengan klien
2. Bantu klien mengenali dan mengekspresikan emosinya
a. Lakukan pendekatan yang hangat, bersifat empati,
tunjukan respons emosional dan menerima klien apa adanya.
b. Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi
diri perawat sendiri (misalnya rasa marah, frustasi, dan
simpati )
c. Sediahkan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang
sifatnyaa suportif, beri waktu klien untuk berespon
d. Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi, dan
klarifikasi
e. Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya dan
identifikasi area-area situasi kehidupannya yang tidak berada
dalam kemampuannya untuk mengontrol
A. DEFINISI
Ketidakmampuan untuk membuat penilaian valid tentang stressor.
Ketidakadekuatan pilihan respons yng dilakukan. Dan atau keidakampuan
untuk menggunakan sumber daya yang tersedia (Keliat, 2019).
Koping individu tidak efektif merupakan ketidakmampuan menilai dan
merespons stressor dan / atau ketidakmampuan menggunakan sumber-sumber
yang ada untuk mengatasi masalah.
B. ETIOLOGI
Penyebab meurut PPNI (2016) adalah
1. Ketidakpercayaan kemampuan diri mengatasi masalah
2. Ketidakadekuatan sisitem pendukung
3. Ketidakadekuatan sistem koping
4. Ketidakteraturan atau kekacauan lingkungan
5. Ketidakcukupan persiapan untuk menghadapi stresor
6. Disfungsi sistem keluarga
7. Krisis situasional
8. Krisis maturasional
9. Kerentanan personalitas
E. RENTANG RESPON
rentang respon mekanisme koping dapat digambarkan sebagai berikut :
Adaptif Maladaptif
Jadi, karakteristik mekanisme koping adalah sebagai berikut :
c. Sosial Budaya
- Usia : tidak dapat menjalankan tugas perkembangan dengan baik
terutama remaja dan dewasa awal
- Gender / Jenis Kelamin : perbedaan gender dalam strategi koping
(wanita lebih banyak daripada pria 2:1)
- Pekerjaan : bekerja tidak tetap, tidak mempunyai pekerjaan, tidak
mandiri dalam ekonomi, beban kerja yang terlalu tinggi
- Penghasilan / Pendapatan : kurang mencukupi untuk kebutuhan
sehari-hari (sumber yang tersedia tidak adekuat), kemiskinan dan
ketidakcukupan keuangan
- Pengalaman Sosial : krisis situasi yang terjadi akibat stressor yang
dialaminya, tinggal di lingkungan bencana alam, perang, pekerjaan
musiman/pekerja pendatang, relokasi, kehilangan orang terdekat
karena kematian
- Latar belakang budaya : adanya konflik yang berkaitan dengan budaya
misalnya hubungan seks pranikah dan aborsi
- Status sosial : penurunan penggunaan dukungan sosial yang ada dan
sumber pendukung yang tersedia tidak adekuat akibat karakteristik
hubungan, tinggal di panti asuhan, rumah orang tua angkat, relokasi.
Harus tinggal di panti asuhan, institusi pendidikan, institusional,
penjara. Belum bisa memisahkan diri dari autokritas keluarga
- Agama dan keyakinan : kurang mengamalkan ajaran agama dan
keyakinannya / mempunyai religi dan nilai agama yang buruk
- Keikutsertaan dalam politik : sebagai pengurus atau post power
syndrome
- Peran sosial : kurang mampu menjalankan perannya untuk
berpartisipasi lingkungan tempat tinggal dan kesulitan membina
hubungan interpersonal dengan orang lain
2. Faktor Precipitasi
a. Nature
Biologis :
- Adanya penyakit akut yang mempengaruhi fungsi tubuh
sehingga mengalami gangguan kemampuan untuk memenuhi
tanggungjawab peran, kehilangan salah satu anggota tubuhnya
- Kesehatan secara umum, misalnya : di diagnose menderita
penyakit kronis yang mmbutuhkan perawatan diri yang
kompleks, tindakan operasi yang menyebabkan kerusakan
anggota tubuh
- Adanya efek samping pengobatan kemoterapi dan radiasi yang
menyebabkan perubahan penampilan, misalnya : rambut
rontok, penurunan BB
- Status gizi, misalnya BB tidak ideal atau terlalu gemuk sebagai
akibat dari peningkatan asupan makanan sebagai respon dari
stress
- Adanya kelainan kongenital : tuli atau buta
- Adanya perubahan fisik akibat penuaan
- Sensitifitas biologi : mengkonsumsi zat yang mengubah mood,
tumor (otak, kimiawi tubuh, retardasi mental)
Psikologis :
- Ketidakmampuan dalam melakukan penilaian terhadap
ancaman yang terjadi yang disebabkan karena kurangnya
kemampuan memahami (intelegensi yang rendah)
- Adanya perubahan pola komunikasi yang biasa sehingga tidak
mampu melepaskan tekanan atau ketegangan yang dialami
akibat stressor yang datang
- Pengalaman masa lalu tidak menyenangkan : penggunaan zat,
retardasi mental, tumor otak yang menyebabkan perubahan afek
atau mood
- Pengalaman yang kurang baik tentang kondisi kesehatannya
sehingga mngalami ketidakpastian
- Sumber psikologis yang tidak adekuat yang dapat mengancam
konsep diri : tingkat percaya diri yang kurang adekuat dalam
kemampuan mengatasi masalah, harga diri rendah,
ketidakberdayaan, keyakinan negative tentang diri yang
berlebihan, model peran yang negative.
- Menderita penyakit yang menyebabkan kehilangan anggota
tubuh dan kerusakan bentuk tubuh sekunder akibat trauma yang
menyebabkan perubahan integritas tubuh, misalnya harga diri
rendah, gangguan citra tubuh, gangguan peran dan ideal diri
yang tidak realistis serta kerancuan identitas
- Tindakan operasi yang menyebabkan kerusakan anggota tubuh
yang berdampak pada perubahan citra tubuh
Sosial budaya
- Usia : Krisis maturasional
- Gender : jenis kelamin perempuan lebih beresiko mengalami
kegagalan menjalankan peran
- Pendidikan : kebutuhan pendidikan, putus sekolah, gagal sekolah
- Penghasilan / pendapatan : kurang mencukupi kebutuhan
sehari-hari (sumber yang tersedia tidak adekuat), kemiskinan
dan ketidakcukupan keuangan, adanya perubahan status
fiansial
- Pekerjaan : pilihan karir, tidak tetap, pengangguran atau baru
terkena PHK, turun jabatan, memasuki masa pension
- Status sosial : penurunan penggunaan sukungan sosial yang ada
dan sumber pendukung yang tersedia tidak adekuat. Perpisahan
dengan keluarga karena harus di rawat di rumah sakit atau
perawatan panti
- Harus tinggal di panti asuhan, institusi pendidikan, instusional,
penjara
- Adanya perubahan tempat tinggal
- Latar belakang budaya : adanya konflik yang berkaitan dengan
budaya misalnya hubungan seks pranikah dan aborsi
- Keikutsertaan partai politik dan organisasi : aktif mengikuti
kegiatan politik dan organisasi atau post power sindrom
- Pengalaman sosial : krisis situasi yang terjadi akibat stressor
yang dialaminya, tinggal di lingkungan bencana alam, perang,
pekerjaan musiman / pekerja pendatang, relokasi, kehilangan
orang dekat karena kematian
- Peran sosial : keterlibatan individu dalam kegiatan sosial di
masyarakat yang kurang
-
G. Tujuan Asuhan keperawatan
4. Kognitif, klien mampu:
c. Mengetahui perubhan kondisi kesehatan dan kemampuannya mengatasi
perubahan
d. Mengetahui pengertian, tanda dan gejala, penyebab serta akibat dari
ketidakefektifan koping
e. Mengetahui cara mengatasi ketidakefektifan koping
5. Psikomotor, klien mampu:
d. Mengatasi masalah secara bertahap
e. Mengguakan sumber daa/ sistem pendukung dalaam
mengatasi masalah
6. Afektif, klien mampu:
d. Merasakan mafaat latihan yang dilakukan
e. Mengembangkan koping yang efektif
f. Merasakan manfaat sistem pendukung
H. Tindakan keperawatan pada klien
A. Kaji Tanda dan gejala ketidakfektifan koping
B. Jelaskan proses terjadinya ketidakfektifan koping
C. Diskusikan koping /cara mengahadapi masalah pada masa lalu
D. Latih menggunkan upaya menyelesaikan masalah saat ini menggunakan
cara lama dan cara baru
E. Latih menggunakan sistem pendukung yang teratur
F. Beri motivasi dan pujian atas keberhasilan mengatasi masalah
I. Tindakan kolaborasi
9. Melakukan komunikasi dengn dokter menggunakan ISBAR dan TBaK
10. Memberikan terapi dokter (obat) kepada klien: Edukasi 8 benar prinsip
pemberian obat dengan menggunakan konsep sfety pemberian obat.
11. Mengobservasi manfaat dan efek samping obat
J. Evaluasi
10. Penurunan tanda dan gejala
11. Peningkatan kemampuan klien mengendalikan perasaan
12. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien
K. Rencana tindak lanjut
10. Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis
keperawatan jiwa
11. Rujuk klien ke case menajer
12. Rujuk klien dan keluarga kepada kelompok pendukung.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, dkk (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Editor penyelaras, Monica Ester.
Jakarta: EGC
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku
kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat
sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan (Keliat,
2019).
Data ini sesuai dengan format pengkajian untuk masalah perilaku kekerasan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan ditetapkan sesuai dengan data yang didapat, dan saat ini tidak
melakukan perilaku kekerasan tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan dan
belum mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan tersebut.
C. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang
pernah dilakukannya
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan
yang dilakukannya
5) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol
perilaku kekerasannya
6) Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
secara fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
b. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar
pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara.
Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina
hubungan saling percaya adalah:
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu
pasien
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan
yang lalu
3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
5) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
pada saat marah secara:
a) verbal
b) terhadap orang lain
c) terhadap diri sendiri
d) terhadap lingkungan
6) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
7) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan
secara:
a) Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam
b) Obat
c) Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
d) Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
8) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
a) Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal
b) Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal
9) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
a) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan
baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan
baik
b) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
10) Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:
a) Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa
b) Buat jadwal latihan sholat, berdoa
11) Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:
a) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar
(benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat,
benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan
guna obat dan akibat berhenti minum obat
b) Susun jadwal minum obat secara teratur
12) Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Persepsi mengontrol Perilaku Kekerasan
DAFTAR PUSTAKA
1. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri (Keliat, 2019)
2. Tanda dan Gejala
Menurut Keliat, (2019) Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah :
Mengkritik diri sendiri
Perasaan tidak mampu
Pandangan hidup yang pesimis
Penurunan produktifitas
Penolakan terhadap kemampuan diri
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data diatas, yang didapat melalui observasi, wawancara atau
pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber sekunder, maka perawat dapat
menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien sebagai berikut:
4. TINDAKAN KEPERAWATAN
Langkah kita selanjutnya untuk mengatasi masalah pasien dengan harga diri
rendah adalah menetapkan beberapa tindakan keperawatan.
1. Tindakan keperawatan pada pasien :
a. Tujuan :
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
5) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang
sudah dilatih
a. Tindakan keperawatan :
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih
dimiliki pasien.
Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek
positif yang masih dimilikinya , perawat dapat :
Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, di rumah,
dalam keluarga dan lingkungan adanya keluarga dan lingkungan
terdekat pasien.
Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu
dengan pasien penilaian yang negatif.
2) Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Untuk tindakan tersebut, saudara dapat :
Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini.
Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
1. Pengkajian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien
untuk mengakhiri kehidupannya (Keliat, 2019). Berdasarkan besarnya
kemungkinan pasien melakukan bunuh diri, kita mengenal tiga macam perilaku
bunuh diri, yaitu:
a. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin
bunuh diri, misalnya dengan mengatakan: “Tolong jaga anak-anak karena
saya akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri
hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri.
Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah / sedih /
marah / putus asa / tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal
negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah
b. Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk
mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat
untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan
rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
Walaupun dalam kondisi ini pasien belum pernah mencoba bunuh diri,
pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat
dimanfaatkan pasien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
c. Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri
untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba
bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau
menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.
Berdasarkan jenis-jenis bunuh diri diatas dapat dilihat data-data yang harus
dikaji pada tiap jenisnya.
Setelah melakukan pengkajian, saudara dapat merumuskan diagnosa
keperawatan berdasarkan tingkat risiko dilakukannya bunuh diri (lihat pembagian
tiga macam perilaku bunuh diri pada halaman sebelumnya).
Jika ditemukan data bahwa pasien menunjukkan isyarat bunuh diri, masalah
keperawatan yang mungkin muncul adalah: Harga diri rendah. Bila saudara telah
merumuskan masalah ini, maka tindakan keperawatan yang paling utama
dilakukan adalah meningkatkan harga diri pasien (selengkapnya lihat modul harga
diri rendah).
2. Diagnosa Keperawatan
Jika ditemukan data bahwa pasien memberikan ancaman atau mencoba
bunuh diri, masalah keperawatan yang mungkin muncul :
Bila saudara telah merumuskan masalah ini, maka saudara perlu segera melakukan
tindakan keperawatan untuk melindungi pasien.
3. Tindakan Keperawatan
Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosa keperawatan : Risiko Bunuh Diri
1. Tindakan keperawatan untuk pasien percobaan bunuh diri
a. Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat
b. Tindakan : Melindungi pasien
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka
saudara dapat melakukan tindakan berikut:
1) Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat
yang aman
2) Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas,
tali pinggang)
3) Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika
pasien mendapatkan obat
4) Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi
pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri
DAFTAR PUSTAKA
b. Isi halusinasi
Data tentang isi halusinasi dapat saudara ketahui dari hasil pengkajian
tentang jenis halusinasi (lihat nomor 1 diatas).
c. Waktu, frekwensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya
halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi,
siang, sore atau malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya
apakah terus-menerus atau hanya sekali-kali? Situasi terjadinya apakah kalau
sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini dilakukan untuk
menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari
situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut
dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi
dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi.
d. Respons halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul.
Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan
saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau
orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi
perilaku pasien saat halusinasi timbul.
1. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara
kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat, 2019).
e. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Ini khan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”
Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat saudara gunakan sebagai
panduan untuk mengkaji pasien dengan waham :
Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan menetap?
Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas
secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan tidak
nyata?
Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?
Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain atau
kekuatan dari luar?
Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya atau
yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data yang diperoleh ditetapkan diagnosa
keperawatan:
D. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
2) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
3) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
4) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
b. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara harus
membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara.
Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina
hubungan saling percaya adalah:
a). Mengucapkan salam terapeutik
b). Berjabat tangan
c). Menjelaskan tujuan interaksi
d). Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu
pasien.
2) Bantu orientasi realita
a) Tidak mendukung atau membantah waham pasien
b) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
c) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
d) Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya
dengarkan tanpa memberikan dukungan atau menyangkal
sampai pasien berhenti membicarakannya
e) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai
dengan realitas.
3) Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak
terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan
marah.
4) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan
fisik dan emosional pasien
5) Berdikusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
6) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
7) Berdiskusi tentang obat yang diminum
8) Melatih minum obat yang benar
DAFTAR PUSTAKA
Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2019).
Untuk mengkaji pasien isolasi sosial Saudara dapat menggunakan wawancara dan
observasi kepada pasien dan keluarga.
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara, adalah:
Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
Pasien merasa tidak berguna
Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
C. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
D. Tindakan Keperawatan
b. Tindakan Keperawatan
1) Membina Hubungan Saling Percaya
Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya, adalah :
Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan
yang Saudara sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien
Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
Buat kontrak asuhan: apa yang Saudara akan lakukan bersama pasien,
berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya di mana
Jelaskan bahwa Saudara akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan terapi
Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
Secara rinci tahapan melatih pasien berinteraksi dapat Saudara lakukan sebagai
berikut:
Beri kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan
orang lain yang dilakukan di hadapan Saudara
Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang (pasien,
perawat atau keluarga)
Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah
interaksi dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya.
Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan
oleh pasien.
Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi
dengan orang lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan
keberhasilan atau kegagalannya. Beri dorongan terus menerus agar
pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya.
DAFTAR PUSTAKA
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan
merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan
toileting {Buang Air Besar (BAB)/Buang Air Kecil(BAK)} secara mandiri
(Keliat, 2019).
Diagnosa Keperawatan
Tindakan keperawatan
b. Tindakan keperawatan
1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri Saudara dapat
melakukan tanapan tindakan yang meliputi:
a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri