Anda di halaman 1dari 18

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA DENGAN

RHEUMATOID ARTHRITIS

A. Pengertian
Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang berarti mucus,
suatu cairan yang dianggap jahat mengalir dari otak ke sendi dan struktur lain tubuh
sehingga menimbulkan rasa nyeri atau dengan kata lain, setiap kondisi yang disertai
kondisi nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal disebut reumatik.
Penyakit rematik meliputi cakupan luas dari penyakit yang dikarakteristikkan oleh
kecenderungan yang mempunyai efek ke tulang, sendi, dan jaringan lunak (Soumya,
2011).Penyakit rematik dapat digolongkan dalam 2 bagian, yang pertama rematik
sebagai penyakit jaringan ikat karena mempunyai efek ke rangka pendukung (supporting
framework) tubuh dan organ – organ internalnya.Penyakit yang dapat digolongkan dalam
golongan ini adalah rheumatoid arthritis, gout, dan fibromialgia. Golongan yang kedua
dikenal sebagai penyakit autoimun karena ia terjadi apabila sistem imun yang biasanya
memproteksi tubuh dari infeksi dan penyakit, mulai merusak jaringan - jaringan tubuh
yang sehat. Penyakit yang dapat digolongkan dalam golongan ini adalah rheumatoid
artritis,spondiloartritis, lupus eritematosus sistemik dan skleroderma. (NIAMS, 2008).

B. Etiologi
Penyebab dari Reumatik hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor
resiko untuk timbulnya Reumatik antara lain adalah :
1. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya rheumatoid arthritis, faktor ketuaan adalah
yang terkuat.Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan
bertambahnya umur.Rheumatoid arthritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang
pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena rheumatoid arthritislutut dan sendi , dan lelaki lebih
sering terkena rheumatoid arthritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi rheumatoid arthritis kurang lebih sama pada
laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi rheumatoid arthritis lebih banyak pada
wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis
rheumatoid arthritis.
3. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya rheumatoid arthritismissal, pada ibu
dari seorang wanita dengan rheumatoid arthritis pada sendi-sendi inter falang distal
terdapat dua kali lebih sering rheumatoid arthritis pada sendi-sendi tersebut, dan
anakanaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu
dananak perempuan dari wanita tanpa rheumatoid arthritis.
4. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada rheumatoid arthritis nampaknya terdapat
perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya rheumatoid arthritispaha
lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia.
5. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya rheumatoid arthritis baik pada wanita maupun pada pria.
Kegemukanternyata tak hanya berkaitan dengan rheumatoid arthritis pada sendi yang
menanggung beban, tapi juga dengan rheumatoid arthritis sendi lain (tangan atau
sternoklavikula).

C. Tanda Dan Gejala


Gejala utama dari rheumatoid arthritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena,
terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa
kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan
pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dan perubahan gaya jalan.
Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin
dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
yang merata dan warna kemerahan, antara lain;
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan
dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi
Pada beberapa klien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk dari
kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
Klien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang
paling sering) secara perlahan-lahan membesar
6. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua klienrheumatoid arthritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul
berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang
lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian klien yang umumnya tua
(lansia).

D. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,
eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi
menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian ini
granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke
tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan
pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya
serangan dan tidak adanya serangan.  Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.  Yang lain. terutama yang mempunyai
faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang
progresif.
E. Pathway
Inflamasi non – bacterial disebabkan oleh infeksi,
endokrin, autoimun, metabolic dan faktor
genetik, serta faktor lingkungan

Artritis Reumatoid

Sinovilis Tenosinovitis Kelainan pd Kelainan pd jaringan Gambaran khas


tulang ekstra - artikular nodul subkutan

Hiperemia & Invasi kolagen


pembengkak Erosi tl. & Miopati Sistemik saraf Kelenjar limfe Inflamasi
an kerusakan keluar ekstra
pd tl. rawan - artikular

Atrofi otot Neuropati


Instabilitas dan Splenomegali perifer
Mk : Nyeri deformitas
Nekrosis & Ruptur tendo
akut sendi
kerusakan dlm secara parsial Anemia
ruang sendi atau lokal Osteoporosis
Perubahan bentuk tubuh
generalisata
pada tl. dan sendi
Mk : Gangguan
Mk : Hambatan Mk : Gangguan Kelemahan fisik
Ansietas mekanis & Perikarditis,
mobilitas fisik Konsep Diri, Citra Diri
fungsional pd miokarditis
sendi dan radang
Mk : Defisit
Gambaran khas katup jantung
Perawatan diri
nodul subkutan
Mk : Risiko
cedera Kegagalan
fungsi jantung
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan
leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal )
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio.
Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen ( C3 dan C4 ).
6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang
kental dibanding cairan sendi yang normal.
8. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-
kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi
peri-artikuler pada foto rontgen.

G. Komplikasi
1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di
bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku.
5. Terjadi splenomegali.
6. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya
untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam
sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat

H. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik. Obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan mengurangi
peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis
2. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang
sakit.
3. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
4. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
5. Dukungan psikososial
6. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat
7. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
8. Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri
9. Konsumsi makanan yang mengandung protein dan Vitamin
10. Diet rendah purin
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN RHEUMATOID
ARTHRITIS

A. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala :
a. Sendi karena gerakan,
b. Nyeri tekan, memburuk dengan stress pada sendi : Kekakuan pada pagi hari.
c. Keletihan
Tanda :
a. Malaise
b. Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau kelainan pada
sendi dan otot
2. Kardiovaskuler
Gejala :
a. Jantung cepat
b. Tekanan darah menurun
3. Integritas Ego
Gejala :
a. Faktor-faktor stress akut atau kronis, misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, factor-faktor hubungan
b. Keputusasaan dan ketidak berdayaan
c. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya ketergantungan
pada orang lain
4. Makanan Atau Cairan
Gejala :
Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat :
mual.
5. Anoreksia
Gejala :
Kesulitan untuk mengunyah
Tanda : Penurunan berat badan
Kekeringan pada membran mukosa
6. Hygiene
Gejala :
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan pada orang
lain.
7. Neurosensori
Gejala :
a. Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki
b. Hilangnya sensasi pada jari tangan
Tanda :
Pembengkakan sendi
8. Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
a. Fase akut dari nyeri
b. Terasa nyeri kronis dan kekakuan
9. Keamanan
Gejala:
a. Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
b. Kekeringan pada mata dan membran mukosa
10. Interaksi Sosial
Gejala:
a. Kerusakan interaksi dan keluarga / orang lsin
b. Perubahan peran: isolasi

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akutberhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh pada tulang dan
sendi
4. Risiko cedera berhubungan dengan kelemahan fisik
5. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
C. Intervensi Keperawatan

DATA YANG MUNGKIN Tujuan dan Kriteria Hasil


No Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan (NIC)
MUNCUL (NOC)
1. Nyeri akutberhubungkan □ keluhan NOC : NIC :
dengan : agen pencedera; - Pain Level, Pain Management
distensi jaringan oleh nyeri/ketidaknyamanan, - Pain control, - Lakukan pengkajian nyeri secara
akumulasi cairan/ proses kelelahan; - Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
inflamasi, destruksi sendi. karakteristik, durasi, frekuensi,
□ berfokus pada diri Kriteria Hasil : kualitas dan faktor presipitasi
sendiri/penyempitan fokus; - Mampu mengontrol nyeri -  Observasi reaksi nonverbal dari
(tahu penyebab nyeri, ketidaknyamanan
□ perilaku distraksi/respons mampu menggunakan - Gunakan teknik komunikasi
autonomik; perilaku yang tehnik nonfarmakologi terapeutik untuk mengetahui
untuk mengurangi nyeri, pengalaman nyeri klien
bersifat berhati- mencari bantuan) - Kaji kultur yang mempengaruhi
hati/melidungi - Melaporkan bahwa nyeri respon nyeri
berkurang dengan - Evaluasi pengalaman nyeri masa
menggunakan manajemen lampau
nyeri - Evaluasi bersama klien dan tim
- Mampu mengenali nyeri kesehatan lain tentang
(skala, intensitas, ketidakefektifan kontrol nyeri
frekuensi dan tanda nyeri) masa lampau
- Menyatakan rasa nyaman - Bantu klien dan keluarga untuk
setelah nyeri berkurang mencari dan menemukan
- Tanda vital dalam rentang dukungan
normal - Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
-  Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
-  Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
- Evaluasi keefektifan kontrol nyer
- Tingkatkan
istirahatKolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
- Monitor penerimaan klien tentang
manajemen nyeri

Analgesic Administration
- Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
- Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
- Cek riwayat alerg
- Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
- Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
- Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
- Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri secara
teratur
- Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
- Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
- Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala

2. Gangguan mobilitas fisik □ Kesulitan berpindah posisi NOC : NIC :


berhubungan dengan atau berganti posisi - Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation
deformitas skeletal □ Secara verbal mengeluhkan - Mobility Level - Monitoring vital sign
sulit mobilisasi - Self care : ADLs sebelm/sesudah latihan dan lihat
□ Perubahan cara berjalan - Transfer performance respon klien saat latihan
□ Penurunan waktu reaksi - Konsultasikan dengan terapi fisik
□ Pergerakan lambat Kriteria Hasil : tentang rencana ambulasi sesuai
□ Keterbatasan rentang gerak - Klien meningkat dalam dengan kebutuhan
aktivitas fisik - Bantu klien untuk menggunakan
sensi
- Mengerti tujuan dari tongkat saat berjalan dan cegah
peningkatan mobilitas terhadap cedera
- Memverbalisasikan - Ajarkan klien atau tenaga
perasaan dalam kesehatan lain tentang teknik
meningkatkan kekuatan ambulasi
dan kemampuan berpindah - Kaji kemampuan klien dalam
- Memperagakan mobilisas
penggunaan alat Bantu - Latih klien dalam pemenuhan
untuk mobilisasi (walker) kebutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
- Dampingi dan Bantu klien saat
mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
- Berikan alat Bantu jika klien
memerlukan.
- Ajarkan klien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
3 Gangguan citra tubuh NOC NICBody image enhancement
berhubungan dengan □ Mengungkapkan perasaan - Body image - Kaji secara verbal dan non verbal
perubahan bentuk tubuh yang mencerminkan - Self esteem respon klien terhadap tubuhnya
pada tulang. dan sendi perubahan pandangan - Monitor frekuensi mengkritik
tentang tubuh individu Kriteria Hasil : dirinya
□ Mengungkapkan persepsi - Body image positif - Jelaskan tentang pengobatan,
yang mencerminkan - Mampu mengidentifikasi perawatan, kemajuan dan
perubahan individu dalam kekuatan persona prognosis penyakit
penampilan - Mendiskripsikan secara - Dorong klien mengungkapkan
□ Perubahan struktur/fungsi faktual perubahan fungsi perasaannya
dari bagian-bagian yang tubuh - Identifikasi arti pengurangan
- Mempertahankan interaksi melalui pemakaian alat bantu
sakit.
sosial - Fasilitasi kontak dengan individu
□ Bicara negatif tentang diri lain dalam kelompok kecil
sendiri, fokus pada
kekuatan/fungsi masa lalu,
dan penampilan.
□ Perubahan pada gaya
hidup/kemampuan fisik
untuk melanjutkan peran,
kehilangan pekerjaan,
ketergantungan pada orang
terdekat.
□ Perubahan pada keterlibatan
sosial; rasa terisolasi.
□ Perasaan tidak berdaya,
putus asa.
4 Risiko jatuh berhubungan □ Riwayat jatuh NOC : Risk Kontrol NIC : : Managemen Resiko Fall
dengan kelemahan fisik □ Prostesis ekstremitas bawah Kriteria Hasil :
Prevention
□ Penurunan status mental - Klien terbebas dari cedera
□ Ruang yang tidak dikenal - Klien mampu menjelaskan - Identifikasi faktor-faktor yang
□ Anemia cara/metode mempengaruhi resiko jatuh
□ Penurunan kekuatan untukmencegah - Identifikasi deficit pasien yang
injury/ceder
ekstremitas bawah dapat meningkatkan potensi jatuh
- Klien mampu menjelaskan
□ Gangguan mobilitas fisik dalam lingkungan tertentu
factor resiko dari
□ Neoplasma (letih/ mobilitas - Identifikasi karakteristik yang
lingkungan/perilaku
terbatas) persona dapat meningkatkan potensi untuk
- Mampumemodifikasi gaya jatuh
hidup untukmencegah - Ajarkan pasien bagaimana
injur meminimalkan jatuh / cidera
- Menggunakan fasilitas
- Berikan penkes kekeluarga
kesehatan yang ad
- Mampu mengenali tentang factor resiko yang
perubahan status kesehatan berkontribusi terhadap jatuh
 Environment Management
(Manajemen lingkungan)
- Sediakan lingkungan yang aman
untuk klien
- Identifikasi kebutuhan keamanan
klien, sesuai dengan kondisi fisik
dan fungsi kognitif  klien dan
riwayat penyakit terdahulu klien
- Menghindarkan lingkungan yang
berbahaya (misalnya
memindahkan perabotan)
- Memasang side rail tempat tidur
- Menyediakan tempat tidur yang
nyaman dan bersih
- Menempatkan saklar lampu
ditempat yang mudah dijangkau
klien.
- Membatasi pengunjung
- Memberikan penerangan yang
cukup
- Menganjurkan keluarga untuk
menemani klien.
- Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
- Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan
- Berikan penjelasan pada klien dan
keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.

5 Ansietas berhubungan □ Penurunan produktivitas NOC : NIC :


dengan proses penyakit □ Gerakan yang lreieven - Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan
□ Geiisah - Coping kecemasan)
□ Melihat sepintas - Gunakan pendekatan yang
□ Insomnia Kriteria Hasil : menenangkan
□ Kontak mata yang buruk  - Klien mampu - Nyatakan dengan jelas harapan
mengidentifikasi dan terhadap pelaku klien
□ Mengekspresikan
mengungkapkan gejala -  Jelaskan semua prosedur dan apa
kekawatiran karena
cemas yang dirasakan selama prosedur
perubahan dalam peristiwa
- Mengidentifikasi, - Temani klien untuk memberikan
hidup
mengungkapkan dan keamanan dan mengurangi takut
□ Agitasi 
menunjukkan tehnik untuk - Berikan informasi faktual
□ Mengintai  mengontol cemas mengenai diagnosis, tindakan
□ Tampak waspada  - Vital sign dalam batas prognosis
normal - Dorong keluarga untuk menemani
- Postur tubuh, ekspresi anak
Affektif:  wajah, bahasa tubuh dan - Lakukan back / neck rub
□ Gelisah, Distres  tingkat aktivitas - Dengarkan dengan penuh
□ Kesedihan yang menunjukkan perhatian
mendalam  berkurangnya kecemasan - Identifikasi tingkat kecemasan
□ Ketakutan - Bantu klien mengenal situasi
□ Perasaan tidak adekuat yang menimbulkan kecemasan
- Dorong klien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
- Instruksikan klien menggunakan
teknik relaksasi
- Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan

6 Defisit perawatan diri □ Dapat ditandai oleh: NIC :


berhubungan dengan NOC : Self Care assistane : ADLs
kelemahan fisik Ketidakmampuan mengatur - Self care : Activity of - Monitor kemempuan klien untuk
AKS (makan, mandi, Daily Living (ADLs) perawatan diri yang mandiri.
- Monitor kebutuhan klien untuk
berpakaian, dan eliminasi). Kriteria Hasil : alat-alat bantu untuk kebersihan
- Klien terbebas dari bau diri, berpakaian, berhias, toileting
badan dan makan.
- Menyatakan kenyamanan - Sediakan bantuan sampai klien
terhadap kemampuan mampu secara utuh untuk
untuk melakukan ADLs melakukan self-care.
- Dapat melakukan ADLS - Dorong klien untuk melakukan
dengan bantuan aktivitas sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang dimiliki.
- Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu
melakukannya.
- Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
klien tidak mampu untuk
melakukannya.
- Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan
- Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari. 
DAFTAR PUSTAKA

Jhonson R. dan Leny R (2010).Keperawatan Keluarga Plus Contoh Askep Keluarga.


Yogyakarta : Nuha Medika.

Lynda, Jual. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. alih bahasa Monica Ester,
Skp.EGC : Jakarta

Mustaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Editor, Eko Karioni. Jakarta : EGC

Prapti Utami dan Tim Lentera.(2003). Tanaman Obat untuk Mengatasi Rematikdan Asam
Urat. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Wahyudi Nugroho. (2000). Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai