Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOARTRITIS

1. Defenisi

Osteoartritis dikenal sebagai artritis degeneratif atau penyakit sendi degeneratif atau

Osteoartrosis, yang merupakan suatu kelompok abnormalitas mekanik yang melibatkan

degradasi/ kerusakan dari sendi, termasuk kartilago artikular dan tulang subkondral ( Di

Cesare,et al., 2009). Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada

usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia

diatas 60 tahun.

Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :

1. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan

dengan osteoartritis

2. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur (Long, C Barbara, 1996

hal 336)

2. Etiologi

Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa

faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :

1. Umur

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang

terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya

umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40

tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun. Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi
sejalan dengan bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan

endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.

2. Jenis Kelamin

Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena

osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun

frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun

frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan

adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.

3. Genetic

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang

wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih

sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung

mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa

osteoarthritis. Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya

ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita,

hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.

4. Suku

Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan

diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara

orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai

pada orang – orang Amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan

dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan

pertumbuhan.
5. Kegemukan

Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk

timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak

hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga

dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).

6. Cedera sendi, pekerjaan dan olah raga (trauma)

Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang menimbulkan

kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.

7. Kepadatan tulang dan pengausan (wear and tear)

Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui dua

mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus

dikandungnya.

8. Akibat penyakit radang sendi lain

Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan

dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran sinovial dan sel-sel

radang.

9. Joint Mallignment

Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan membal

dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil / seimbang sehingga mempercepat proses

degenerasi.

10. Penyakit endokrin

Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang berlebihan

pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen,
tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi

proteaglikan menurun.

11. Deposit pada rawan sendi

Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat mengendapkan

hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat

dalam rawan sendi.

3. Patofisiologi

Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan

progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami

kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.

Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan

unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik

tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang

membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan.

Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti

panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.

Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal

ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang

sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut.

Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa

tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan

sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik
sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang

pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi

tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi,

deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,1995)

PATHWAY

Proses Penuaan
Trauma
Intrinsik
Ekstrinsik
Pemecahan Perubahan
kondrosit Komponen sendi
Kolagen
Progteogtikasi Perubahan
Jaringan sub metabolisme sendi
Proses penyakit
degeneratif kondrial
yang panjang

Pengeluaran
MK:Kerusakan enzim lisosom
Penatalaksanaan
lingkungan
Kerusakan
Kurang matrik kartilago
kemampuan
mengingat
Penebalan Perubahan
Kesalahan
tulang sendi fungsi sendi
interpretasi

Penyempitan Deformitas
rongga sendi sendi
Kontraktur
MK: Kurang
pengetahuan Penurunan MK: Kerusakan
Kekuatan mobilitas fisik
nyeri

MK: Gangguan Hipertrofi


MK: Kurang Citra tubuh
perawatan diri

Distensi Cairan

MK: Nyeri akut


4. Gambaran Klinis

1. Rasa nyeri pada sendi

Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang

melakukan sesuatu kegiatan fisik.

2. Kekakuan dan keterbatasan gerak

Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai

kegiatan fisik.

3. Peradangan

Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan

menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan

menimbulkan rasa nyeri.

4. Mekanik

Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan

berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit

yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.

Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada

osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas.

Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui

penyebabnya.

5. Pembengkakan Sendi

Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam

ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.

6. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.

7. Gangguan Fungsi

Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

5. Pemeriksaan Penunjang

 Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai

penyempitan rongga sendi

 Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal

6. Penatalaksanaan

a. Tindakan preventif

 Penurunan berat badan

 Pencegahan cedera

 Screening sendi paha

 Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja

b. Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul

 Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat- alat

ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi

 Irigasi tidal ( pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik,

 Pembedahan; artroplasti
LAPORAN KASUS

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Nama Pasien : Ny.E

Umur : 65 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status Perkawinan : Kawin

Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia

Diagnosa Medis : Osteoartritis

Penanggung Jawab / Keluarga

Nama : Bp. L

Umur : 52 Tahun

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Alamat : Jl. Dahlia

Hubungan dengan Pasien : Anak


b. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama

Saat pengkajian Pasien mengatakan lutut kanan nyeri, kemeng-kemeng, sakit, kalau

ditekuk tidak bisa, kaku dan terasa sakit sekali.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

Alasan masuk RS : Pasien mengatakan lutut kanan nyeri, kemeng-kemeng, sakit, kalau

ditekuk tidak bisa sudah 1 minggunan.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pasien mengatakan pernah dirawat di RS karena menderita gastritis

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit dan tidak ada

riwayat penyakit keturunan

c. Kesehatan Fungsional

1. Aspek Fisik – Biologis

a. Nutrisi

Sebelum Sakit : Pasien mengatakan makan normal 3x1 sehari, minum sehari 1-2 liter

Selama Sakit : Pasien mengatakan makan normal 3x1 sehari, minum sehari 0-1 liter.

b. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit : Pasien mengatakan BAB normal 1 sehari, BAK normal tidak ada

masalah

Selama Sakit : Pasien mengatakan BAB terganggu dengan sakit di lutut kanan, BAK

lancar tapi harus memakai kursi roda untuk ke kamar kecil.

c. Pola Aktivitas

Sebelum Sakit : Kesehatan aktivitas sehari-hari Pasien mengatakan melakukan aktifitas

sehari-hari secara mandiri

Setelah Sakit : Aktivitas pasien di bantu oleh keluarga

d. Kebutuhan istirahat – tidur

Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidur 6-8 jam setiap hari,tidur siang 1-2 jam

Selama sakit : Pasien mengatakan tidur 6-8 jam setiap hari,tidur siang 1-2 jam.

e. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual

1. Pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan

S : Pasien mengatakan sehat itu mahal harganya

O : Pasein mengatakan sakit lutut kaki kanan

2. Pola hubungan

Pasien menyatakan hubungan dengan masyarakat/ tetangga harmonis tidak ada masalah.
3. Koping atau toleransi stress

Pasien selalu berpikir positif biar tidak stres.

4. Kognitif dan persepsi tentang penyakitnya

Pasien menyatakan tidak merasa malu dengan penyakitnya.

5. Konsep diri

 Gambaran diri : Bagian tubuh pasien tidak terdapat kecacatan

 Harga diri : Hubungan pasien dengan keluarga,masyarakat baik

 Ideal diri : Pasien mengharapkan sembuh dan dapat beraktifitas seperti dahulu

 Identitas diri : Pasien mengatakan bahwa dirinya perempuan harus dapat bekerja

kembali untuk membantu keluarga

F. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum

Kesadaran : Compos mentis

2. Tanda vital = TD: 130/80 mmHg Nadi: 88x/mm TB: 150 cm BB: 45 Kg Suhu : 36,50 C RR :

22 x/mm

Head toe to

1) Kulit : Turgor kulit kering

2) Kepala : Simetris, warna rambut merah ( disemir), tidak terdapat nyeri tekan.

3) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limpa dan tidak ada tiroid.
4) Tungkak : Tidak ada lesi,tidak ada benjolan/massa.

5) Dada

a) Inspeksi : Dada tampak simetris

b) Auskultasi : Dada terdengar trakheal, bronchial

c) Perkusi : Dada terdengar samar saat diketuk

d) Palpasi : Dada tidak ada nyeri tekan, expansi dada simetris

6) Payudara

a) Inspeksi : Tampak simetris

b) Palpasi : Tidak terdapat benjolan, tidak terdapat nyeri tekan

7) Punggung : Tidak terdapat lesi

8) Abdomen

a) Inspeksi : Tampak simetris

b) Auskultasi : Terdengar peristaltik usus dengan jelas

c) Perkusi : Terdengar timpasi

d) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

9) Panggul : Bentuk panggul normal

10) Ektremitas

a) Atas : Tidak ada kelainan bentuk pada tulang dan tangan (anggota gerak atas)

b) Bawah : Tidak ada kelainan bentuk pada tulang dan jari, kaki, terjadi

kelemahan/rasa sakit pada lutut kaki kanan


Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Patalogi Klinik

Jenis Pemeriksaan Hasil Normal

Hb 11.5 12-14

Leukosit 9.400 4000-10.000

Trombosit 284.000 150.000

Eritrosit 3,66 450.000

Obat Dosis Rute

Santagesic 3x1 ampul IV

Ranitidin 2x1 sehari/12jam IV

Methil 62,5mg IV

prednisolon 3xtiap/8jam 3x1 ampul IV

Analisa Data

No Symptom Etiologi Problem

1. DS: Pasien menyatakan nyeri Reaksi antibody, faktor Nyeri

dilutut kanan sejak 1 minggu metabolic dan infeksi dengan

sebelum dirawat di RS kecendrungan

DO: Virus

TD : 130/80
Nadi : 88x/menit Reaksi peradangan

Suhu : 36,50 C

P : Jatuh di kamar mandi Nyeri

Q : Pegel-pegel,kemeng,

nyeri

R :Lutut kanan

S : Skala nyeri 6

T : Setiap berjalan sakit

2. DS: Pasien mengatakan lutut Reaksi antibody, faktor Hambatan Mobilitas

kanan sakit untuk ditekuk metabolic dan infeksi dengan Fisik

atau digerakkan kecendrungan virus

DO: Pasien dalam berpindah

tempat menggunakan kursi Reaksi peradangan

roda ADL dibantu keluarga.


Synovial menebal

Deformitas sendi

Infiltasi kedalam os subcondria

Hambatan nutrisi pada

kartilago

artikularis Kerusakan kartilago


& tulang

Tendon&Ligamen melemah

Mudah luksasi dan subluksasi

Kekakuan sendi

Hambatan mobilitas fisik

3. DS: Pasien mengtakan tidak Reaksi antibody, faktor Kurang Pengetahuan

mengerti tentang penyakitnya metabolic dan infeksi dengan

DO: - Pasien mengatakan kecendrungan virus

belum tahu tentang sakitnya

Terpasang infus RL 20 tpm, Reaksi peradangan

di lengan kanan
Kurangnya informasi tentang

penyakitnya

Kurang pengetahuan tentang

kesehatan
Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan Agen Injuri Biologis ditandai dengan Hambatan mobilitas fisik,

Keterbatasan rentang pergerakan sendi, Lutut kanan terasa kaku , nyeri kalau ditekut terasa

sakit sekali

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungann dengan kelemahan otot

3. Kurang pengetahuan tentang kesehatan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

penyakitnya

Intervensi dan Rasional

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

Nyeri Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Mengetahui keadaan

asuhan keperawatan dan tingkat nyeri umum pasien dan tindakan

selama 3x24jam pasien selanjutnya

nyeripasien 2. Ajarkan pasien 2. Nafas dalam dapat

berkurang dengan tertarik relaksasi merilekskan pasien dan

kriteria hasil nafas dalam mengalihka nyeri

1. TTV dalam batas 3. Edukasi pasien 3.Mengoptimalkan pasien

normal 2.Nyeri dan keluarga untuk untuk istirahat

berkurang dari skala membatasi 4. obat oral getik dapat

3. wajah rileks pengunjung megurangi rasa nyeri

4. kolaborasi dengan

dokter pemberian
analgetik

Hambatan Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Mengetahui keadaaan

Mobilitas Fisik asuhan keperawatan kemampuan pasien umum 2. ROM dapat

selama 3x24 jam dalam beraktifitas mengurangi kekakuan otot

tidak terjadi 2. Lakukan ROM 3. mengurangi faktor resiko

hambatan mobilitas 3. Edukasi keluarga 4. Fisioterapi mengurangi

fisik untuk mendampingi rasa nyeri

aktifitas pasien

4. kolaborasi dengan

keluarga

Kurang Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui tingkat

Pengetahuan asuhan keperawatan pengetahuan pasien pengetahuan penyakit

selama 1x24 jam 2. Berikan 2. pendidikan kesehatan

pasien pahaam pendidikan dapat meningkatkan

dengan kriteria hasil: kesehatan tentang pemahaman pasien

pasien mengetahui penyakitnya 3. pasien paham cara

penyakitnya 3. Ajarkann pasien pencegahan 4. Pasien

cara pencegahan memahami proses

penyakit perjalanan penyakit

4. kolaborasi dengan

dokter untuk

memberikan

informasi
Implementasi dan Evaluasi

Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi

20 Agustus 2020 Nyeri 1. Observasi TTV S: Pasien mengatakan

Pukul 08.00 Wib dan tingkat nyeri nyeri pada lutut

pasien kanan berkurang

2. Ajarkan pasien O: Pasien dalam

tertarik relaksasi berjalan sudah bisa

nafas dalam sendiri tanpa bantuan

3. Edukasi pasien dan kursi roda

keluarga untuk TTV TD : 120/80

membatasi Nadi : 92x/menit

pengunjung Suhu : 36,50 C

4. kolaborasi dengan RR: 22x/menit

dokter pemberian A: Pasien

analgetik mengatakan bisa

berjalan pelan-pelan

tanpa kursi roda ADL

dibantu

P: Lanjutkan intervesi

20 Agustus 2020 Hambatan Mobilitas 1. Observasi S: Pasien mengatakan

Pukul 10.00 Wib Fisik kemampuan pasien lutut sudah berkurang

sakitnya sudah bisa


dalam beraktifitas ditekut dan tidak sakit

2. Lakukan ROM O: Pasien dalam

3. Edukasi keluarga berjalan sudah tidak

untuk mendampingi menggunakan kursi

aktifitas pasien roda, ADL dibantu

4. kolaborasi dengan A: Rasa nyeri pada

keluarga lutut sudah berkurang

P: Lanjutkan

intervensi

20 Agustus 2020 Kurang Pengetahuan 1. Kaji tingkat S: Pasien mengatakan

Pukul 14.00 Wib pengetahuan pasien tidak tahu tentang

2. Berikan pendidikan penyakitnya

kesehatan tentang O: Pasein mengtakan

penyakitnya sakit pada lutut kanan

3. Ajarkann pasien A: Pasien

cara pencegahan mengatakan belum

penyakit tahu informasi

4. kolaborasi dengan kesehatan

dokter untuk P: Lanjutkan

memberikan intervensi

informasi

Anda mungkin juga menyukai