Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1. Pengertian

A. Definisi

Osteoartritis adalah kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat inflamasi

ringan yang timbul karena gesekan ujung- ujung tulang penyusun sendi

( Soenarwo, 2011)

Osteoartritis didefinisikan sebagai penyakit yang diakibatkan oleh

kejadian biologis dan mekanik yang menyebabkan gangguan

keseimbangan antara proses degradasi dan sintesis dari kondrosit matriks

ektraseluler tulang rawan sendi dan tulang subkondral.

Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif

atau osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi

yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan

ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer, 2002)

B. Epidemiologi

Angka kejadian OA sering dijumpai pada orang dengan usia 45

tahun keatas dengan angka kejadian pada wanita lebih banyak daripada

pria. Diseluruh dunia, diperkirakan 9,6% pria dan 18% wanita berumur

60 tahun keatas, terkena OA. Insiden OA pada umur kurang dari 20

tahun sekitar 10% dan meningkat lebh dari 80% pada umur lebih dari 55

tahun (Susanto,2011).
C. Etiologi

1. Faktor Predisposisi

Beberapa faktor pencetus dari Osteoartritis yang banyak

meyebabkan gejala, meliputi:

a) Umur

Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan

bertambahnya usia dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan

endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.

b) Pengausan

Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak

rawan sendi melalui 2 mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi

karena bahan yang harus dikandungnya.

c) Kegemukan

Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang

berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh

osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat

menambah kegemukan

d) Trauma

Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah

trauma yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan

biomekanik sendi tersebut.


e) Keturunan

Herbeden node merupakan salah satu bentuk osteortritis yang biasa

ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis

sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.

f) Akibat penyakit radang sendi lain

Infeksi (artritis rematoid, infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan

reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matrik rawan sendi

oleh membran synovial dan sel- sel radang.

g) Joint mallignment

Pada akromegali karena pengaruh hormone pertumbuhan, maka

rawan sendi akan menebal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/

seimbang sehingga memperceat proses degenerasi

h) Penyakit Endokrin

Pada hipertiroidisme terjadi produksi air dan garam- garam

proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehinggga

merusak sifat fisik rawan sendi, ligament. Tendon, synovial, dan kulit

pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi

proteaglandin menurun.

i) Deposit pada rawan sendi

Hemokromatosis,penyakit wilson, akronotis, kalsium pirofosfat

dapat mengendapkan homosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis,

kristal monosodium urat/ pirofosfat dalam rawan sendi.


2. Faktor Presipitasi

Mereka yang terdiagnosis osteoartritis, sangatlah diperlukan

adanya perhatian lebih mengenai keadaan lingkungan. Ketika lingkungan

sekitarnya yang tidak mendukung. Maka kemungkinan besar klien akan

merasakan gejala penyakit ini. Banyak diantaranya ketika keadaan suhu

lingkungan sekitar klien yang cukup dingin, maka klien akan merasa ngilu,

kekakuan sendi pada area – area yang biasa terpapar, sulit untuk mobilisasi

dan bahkan kelumpuhan.

D. Patofisiologi

Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak

meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan,

rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan

pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini

disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting

rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik

tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida

protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga

mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena

adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan

kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.

Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya

gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau

diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut.

Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-


peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital

dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada

kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur

ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya

mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi

tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki

kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus.


a. Pathway
E. Klasifikasi

Osteoartritis diklasifikasikan menjadi:

1. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang

berhubungan dengan osteoartritis.

2. Tipe skunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah mengalami

fraktur.

F. Gejala klinis

a. Nyeri sendi, keluhan utama

b. Hambatan gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat dengan

pelan- pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.

c. Kaku pagi

d. Krepitasi, rasa gemeretak (kadang- kadang dapat terdengar) pada sendi

yang sakit.

e. Pembesaran sendi (deformitas)

f. Perubahan gaya berjalan

g. Tanda- tanda peradangan, tanda- tanda peradangan pada sendi (nyeri

ekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan)

G. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi bila osteoartritis tidak ditangani yaitu

terjadi deformitas atau kerusakan struktur penunjang sendi dengan perjalanan

penyakit. Pergeseran ulnar atau jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal,


deformitas bautonmere dan leher angsa pada kaki terdapat protrusi (tonjolan)

kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal.

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan

ulkus peptikum yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti

inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit

(disease modifying antirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor

penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.

Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga

sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya

berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan

neuropati iskemik akibat vaskulitis.

H. Pemeriksaan diagnostik (Penunjang)

a. Foto sinar X pada sendi- sendi yang terkena. Perubahan-perubahan yang

dapat ditemukan adalah

1) Pembengkakan jaringan lunak

2) Penyempitan rongga sendi

3) Erosi sendi

4) Osteoporosis juksta artikuler

b. Tes Serologi

1) BSE Positif

2) Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis

c. Pemeriksaan radiologi

1) Periarticular osteopororsis, permulaan persendian erosi


2) Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan

ankilosis

d. Aspirasi sendi

Cairan sinovial menunjukkan adanya kekurangan serta proses

radang aseptik, cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara

makroskopik.

I. Terapi/ Tindakan Penanganan

Prinsip utama pengobatan penyakit osteoartritis adalah dengan

mengistirahatkan sendi yang terserang. Karena jika sendi yang terserang terus

digunakan akan memperparah peradangan. Dengan mengistiratakan sendi

secara rutin dapat mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan. Embidaian bisa

digunakan untuk imobilisasi dan mengistiratkan satu atau beberapa sendi.

Tetapi untuk mencegah kekakuan dapat dilakukan beberapa gerakkan yang

sistematis. Obat- obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ini adalah:

1. Obat anti peradangan non steroid, yang paling sering digunakan adalah

aspirin dan ibuprofen. Obat ini mengurangi pembengkakan sendi dan

mengurangi nyeri.

2. Obat slow-acting. Obat ini ditambahkan jika terbukti obat anti

peradangan non steroid tidak efektif setelah diberikan selama 2-3 bulan

atau diberikan segera jika penyakitnya berkembang cepat.

3. Kortikosteroid, misalnya prednison merupakan obat paling efektif untuk

mengurangi peradangan dibagian tubuh manapun. Kortikosteroid efektif

digunakan pada pemakaian jangka pendek, dan kurang efektif bila


digunakan dalam jangka panjang. Obat ini tidak memperlambat

perjalanan pnyakit ini dan pemakaian jangka panjang mengakibatkan

berbagai efek samping., yang melibatkan hampir setiap orang.

4. Obat Imunosupresif (contoh metotreksat,azatioprin, dan

cyclophosphamide) efektif unuk mengatasi artritis yang berat. Obat ini

menekan peradangan sehingga pemakaian kortikosteroid bisa dihindari

atau diberikan dengan dosis rendah.

Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk

mencapai tujuan- tujuan ini. Pendidikan, istirahat, latihan fisik dan termoterapi,

gizi dan obat- obatan.

a. Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan

pendidikan yang cukup tentang penyakit kepada pasien, keluarganya dan

siapa saja yang berhubungan dengan pasien. Pendidikan yang di berikan

meliputi pengertian tentang patofisiologis, penyebab, dan prognosis penyakit

ini, semua kompnen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang

kompleks, sumber- sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini, dan

metode-metode efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim

kesehatan. Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus menerus.

Bantuan dapat diperoleh melalui club penderita. Badan- badan

kemasyarakatan dan dari orang- orang lain yang juga pendeita artritis

reumatoid serta keluarga mereka.

b. Istirahat penting karena osteartiritis biasanya disertai rasa lelah yang hebat.

Walaupun rasa lelah dan kekakuan sendi itu bisa timbul setiap hari, tetapi ada

masa- masa ketika pasien merasa lebih baik atau lebih berat. Kekakuan dan
rasa tidak nyaman dapat meningkat apabila beristirahat, hal ini berarti bahwa

pasien dapat mudah terbangun dari tidurnya pada malam hari karena nyeri.

c. Latihan- latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi

sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang

sakit, sedikitnya dua kali sehari. Kompres panas pada sendi- sendi yang sakit

dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Mandi parafin dengan suhu

yang bisa diatur dan mandi dengan suhu panas dan dingin dapat dilakukan di

rumah.

d. Tindakan operatif dapat dilakukan apabila tindakan diatas sudah tidak dapat

menolong pasien lagi. Penggantian engsel (artoplasti) dilakukan dengan

mengganti engsel yang rusak dan diganti dengan alat lain yang terbuat dari

plastik atau metal yang disebut prostesis. Pembersihan sambungan

(debridemen) dapat dilakukan dengan mengangkat serpihan tulang rawan

yang rusak yang mengganggu pergerakan dan menyebabkan nyeri saat

pergerakan tulang. Penataan tulang dapat dipilih jika artroplasti tidak dipilih

pada kondisi tertentu, seperti osteoartritis pada anak dan remaja. Penataan ini

dilakukan agar sambungan/ engsel tidakmenerima beban saat melakukan

pergerakan.
DAFTAR PUSTAKA

Agatha, D.R., 2014, Laporan Pendahuluan Osteoatritis (online), available:


http://davvhieedreeo.blogspot.com/2014/03/laporan-pendahuluan-
osteoartritis-oa.html, (24 Maret 2015)

Anonim, 2013, Askep Gerontik Pasien dengan Rematik, (online), available:


rhizaners.blogspot.com/2013/02/askep-gerontik-pasien-dengan-
rematik.html, (24 Maret 2015)

Carpenito, L.J., 2012, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC

Price, S.A. dan Lorraine M.Wilson., 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6 Vol.2, diterjemahkan dari: Pathophysiologi:
Clinical Concepts of Disease Processes (6th Edition), oleh H. Hartanto,
Jakarta: EGC

Puspita, E.D., 2014, Asuhan Keperawatan Osteoatritis, (online), available:


http://awlianteka.blogspot.com/2014/06/asuhan-keperawatan-
osteoartritis.html, (24 Maret 2015)

Smeltzer, C.S. dan Bare, B.G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Vol.2 Edisi 8, diterjemahkan dari: Brunner &
Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical Nursing (8 th Edition), oleh
Agung Waluyo, dkk., Jakarta: EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA

PERTEMUAN I (Sabtu, 13 Maret 2021)

1. Latar Belakang

Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat

oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota

keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012).

Menurut Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit

terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan

beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu

atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Menurut Sutanto (2012) yang dikutip dari Bailon dan Maglaya

(1997) keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung

karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah

tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan

menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.


Pengkajian keluarga merupakan satu tahapan dimana perawat

mengambil informasi dari keluarga dengan pendekatan sistematis untuk

mengumpulkan data dan menganalisa. Sehingga dapat diketahui

kebutuhan keluarga yang dibinanya. Metode dalam pengkajian bisa

melalui wawancara, observasi, vasilitasi dan keadaan rumah.

Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga dan meanstrument dari

data sekunder (hasil lab papsmear dan lain-lain) (Susanto, 2012 : Hal. 93).

Proses pengkajian keluarga ditandai dengan pengumpulan

informasi yang terus menerus dan keputusan profesional yang

mengandung arti terhadap informasi yang dikumpulkan dengan kata lain

data dikumpulkan secara sistemats menggunakan alat pengkajian keluarga,

kemudia di klasifikasi dan di analisis menginterprestasikan (Friedman,

2013 : Hal 165).

Pengkajian keluarga merupakan proses yang ditandai dengan

pengumpulan informasi keluarga yang terus menerus dengan keputusan

profesional yang mengandung arti terhadap informasi yang dikumpulkan

secara sistematis dengan menggunakan alat pengkajian keluarga,

kemudian diklasifikasikan dan dianalisis untuk menginterprestasikan

(Mubarak, 2010 : Hal. 164).

Pengkajian keluarga (Mubarak, 2010 : Hal. 164) adalah

mengidentifikasikan data sosial, budaya, data lingkungan, struktur fungsi

stres dan strategi, koping keluarga, pengkajian individu anggota keluarga

yaitu mental, fisik, emosi, sosial dan spiritual.

2. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan

Belum ditegakkan, karena pengkajian belum dilakukan sepenuhnya.

b. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan data umum maupun informasi mengenai kondisi

keluarga dengan lengkap melalui kepala keluarga dan anggota

keluarga yang lain.

c. Tujuan Khusus

1. Dapat membina hubungan saling percaya

2. Mendapatkan data keluarga secara umum

3. Mendapatkan data tentang tugas, pencapaian keperawatan keluarga

3. Rencana Kegiatan

a. Topik : pengkajian keluarga

b. Metode : wawancara dan observasi

c. Media : format pengkajian keluarga

d. Hari/Tanggal : Sabtu, 13 Maret 2021

e. Waktu : 40 menit

4. Strategi Pelaksanaan

No Alokasi waktu Kegiatan

1 09.10– 09. 15 Fase orientasi

1. Mengucapkan salam

2. Validasi keadaan

3. Membuat kontra waktu, topik dan tempat


4. Menjelaskan tujuan

2 09.15– 09.25 Fase Kerja (wawancara dan observasi)

1. Data umum

2. Riwayat dan tahap perkembangan

3. Pengkajian keluarga

3 09.25 – 09.35 Fase Terminasi

1. Membuat kesimpulan dan hasil pengkajian

2. Membuat kontra waktu dan topik pertemuan

selanjutnya

3. Mengucapkan salam

5. Kriteria Evaluasi

a. Kriteria struktur

1. Tersedianya media berupa format pengkajian dan nursing kit

2. Tersedianya tempat pertemuan

3. Adanya kontrak waktu selama 40 menit

b. Kriteria proses

1. Keluarga mengkuti kegiatan dari awal hingga selesai

2. Keluarga berpartisipasi aktif dalam memberikan informasi

3. Keluarga ikut memfasilitasi pada saat perawat mengobservasi dirumah

4. Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

c. Kriteria hasil
1. Terbinanya hubungan saling percaya antara perawat dengan seluruh

anggota keluarga

2. Di dapatkkan data pengkajian keluarga sesuai dengan yang

diharapkan oleh perawat.

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUAGA

PERTEMUAN II ( Selasa , 16 Maret 2021)

A. Latar Belakang

Pada pertemuan pertama, perawat sudah melakukan pertemuan dengan

keluarga Ny. H dan membina hubungan baik dengan keluarga, prawat telah

melakukan pengkajian data umum, riwayat dan tahapan perkembangan

keluarga dan pengkajian lingkungan

Pada pertemuan kedua perawat akan melakukan lanjutan pengkajian dari

fungsi keluarga, stress dan koping keluarga, pemeriksaan fisik. Asuhan

keluarga dimulai dengan melakukan analisis data. Perawat pelu mengadakan

kontrak waktu dengan keluarga yang bersangkutan guna menyampaikan

maksud dan tujuan serta mengatasi masalah kesehatan mereka. Setelah

mendapatkan tanggapan positif dari keluarga tersbut.

B. Rencana Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan
Belum dapat ditegakkan karna pengkajian belum dilakukan

sepenuhnya.

2. Tujuan umum

Untuk mendapatkan data umum maupun informasi mengenai

informasi dan kondisi keluarga dengan lengkap melalui kepala

keluarga dan anggota keluarganya

3. Tujuan khusus

a. Dapat membina saling percaya

b. Mendapatkan data keluarga secara umum, nama kepala keluarga,

alamat, komposisi keluarga dan genogram, tipe keluarga, suku bangsa,

agama

C. Rencana Kegiatan

1. Topik : melanjutkan pengkajian keperawatan keluarga

2. Metode : wawancara, observasi

3. Media : format pengkajian keluarga dan pulpen

4. Hari/Tanggal : Selasa, 16 Maret 2021

5. Waktu : 50 menit

D. Strategi Pelaksanaan

No Alokasi Waktu Kegiatan

1 14.00 – 14.15 Fase orientasi

1. Mengucapkan salam

2. Validasi keadaaan

3. Membuat kontrak waktu, topik dan tempat

4. Menjelaskan tujuan
2 14.15 – 14. 40 Fase kerja (wawancara, observasi)

1. Fungsi keluarga

2. Stress dan koping keluarga

3. Harapan keluarga

4. Pemeriksaan fisik

5. Analisa data

3 14.40 – 14.50 Fase terminasi

1. Membuat kesimpulan dan hasil pertemuan

selanjutnya

2. Mengucapkan salam

E. Kriteria Hasil

1. Kriteria struktur

a. Tersedianya media berupa format pengkajian dan nursing kit

b. Tersedianya tempat pertemuan

c. Adanya kontrak waktu selama 50 menit

2. Kriteria proses

a. Keluaga mengkuti kegiatan dari awal hingga selesai

b. Tidak seluruh anggota keluarga hadir

c. Keluarga berpartisipasi aktif dalam memberi informasi

d. Keluarga ikut memotivasi pada saat perawat mengobservasi di rumah

e. Keluarga dapat membina hubungan saling perccaya

3. Kriteria hasil

a. Terbinanya hubungan saling percaya


b. Di dapatkan data pengkajian keluarga sesuai yang diharapkan

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA

PERTEMUAN III Rabu, 24 Maret 2021

A. Latar belakang

Pada pertemuan ke II, perawat melakukan pengkajian lanjutan dari

fungsi keluarga, stres dan koping keluarga, harapan keluarga dan

pemeriksaan fisik

Pada pertemuan ke III, perawat akan menentukan masalah

keperawatan keluarga Ny. H, dan juga menentukan scoring pada Ny. H dan

juga membuat perencanaan keperawatan yang telah ditetapkan berdasarkan

hasil scoring masalah yang ditetapkan bersama keluarga.

B. Rencana keperawatan

1. Diagnosa keperawatan

a. Nyeri Akut

b. Intoleransi Aktivitas

c. Resiko Jatuh
1. Tujuan umum

Untuk menentukan prioritas masalah keperawatan keluarga dengan scoring

masalah keperawatan keluarga Ny. H

2. Tujuan khusus

a. Mampu menentukan prioritas masalah keperawatan keluarga Ny. H

b. Mampu menentukan rencana asuhan keperawatan keluarga Ny. H

yang telah diprioritaskan

C. Rencana Kegiatan

1. Topik : menentukan prioritas masalah

2. Metode : wawancara dan diskusi

3. Media : format scoring

4. Hari/tanggal : Rabu, 24 Maret 2021

5. Waktu : 40 menit

D. Strategi Pelaksanaan

No Alokasi Waktu Kegiatan

1. 10.00 – 10.10 Fase orientasi

a. Mengucapkan salam

b. Validasi keadaan

c. Membuat kontrak waktu, topik dan tempat

d. Menentukan maksud dan tujuan

2. 10.10 – 10. 30 Fase kerja

a. Mendiskusikan penentuan prioritas

b. Mendiskusikan tetang rencana asuhan

keperawatan yang telah ditentukan


c. Menyepakati rencana asuhan keperawatan

pada keluarganya

3. 10.30 – 10. 40 Fase Terminasi

a. Membuat kesimpulan dari hasil pertemuan

b. Membuat kontrak waktu dan topik

pertemuan selanjutnya

c. Mengucapkan salam

E. Kriteria Evaluasi

1. Kriteria struktur

a. Tersedianya format scoring masalah keperawatan 2 hari sebelum

pertemuan pertama

b. Telah membuat kontrak dengan keluarga

c. Tempat pertemuan telah ditentukan oleh keluarga sebelum pertemuan.

2. Kriteria proses

Keluarga saling terbuka dengan perawat

a. Keluarga dapat mengikuti penentuan prioritas masalah keperawatan

b. Keluarga aktif dalam melakukan pertemuan ke III

c. Keluarga menyepakati hasil scoring yang ditentukan

d. Keluarga menyepakati kontrak pertemuan selanjutnya

3. Kriteria hasil

a. Prioritas telah ditentukan sesuai dengan kesepakatan keluarga Ny. H

b. Intervensi dibuat sesuai dengan rencana asuhan keperawatan keluarga

pada Ny. H yang telah diprioritaskan


Analisa Data

No Data Masalah

1. Ds: Pasien mengatakan nyeri pada lutut Nyeri akut


sebelah kiri, sakit saat berjalan, duduk dan
saat sholat.

Do :
TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/ menit
R: 16 x/menit
T: 36 ºC
- Nyeri dirasakan dibagian
pergelangan kaki
- Wajah tampak meringis
- Nyeri yang dirasakan terus
menerus
- Pasien kelelahan saat berjalan
- Pasien menggunakan tongkat
saat beraktifitas
P : disebabkan karena terpeleset saat mau
makan dan terjatuh

Q : rasa nyeri dirasakan sangat sakitseperti


dipukuli oleh benda yang besar dan berat

R : nyeri terjadi pada kaki

S:4

T : keluhan nyeri ini dirasakan semenjak


dua bulan yang lalu

2. Ds: pasien mengatakan tidak bisa Intoleransi Aktivitas


beraktivitas seperti sedia kala, seperti
duduk dan bangun dari kursi harus dibantu.

Do:
TD: 120/70 mmHg
N: 80 x/menit
R: 16 x/menit
T: 36 ºC
- Pergerakan terbatas
- Pasien tampak susah menggerakkan
kaki saat beraktifitas
- Pasien selalu menggunakan tongkat
3. Ds : Pasien mengatakan tidak bisa berjalan Resiko Jatuh
jauh. Pasien mengatakan setiap bergerak
harus menggunakan tongkat

Do :
TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/menit
R : 16 x/menit
T : 36 ºC
- Saat beraktifitas pasien harus
menggunakan tongkat
- Saat bangun dari tempat
duduk/kursi selalu mencari
tongkat untuk berdiri
- Saat berjalan selalu tampak
berhati-hati untuk memilih jalan

FORMAT SKORING PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN


KELUARGA

1. Nyeri Akut
No Kriteria Skor Bobot Nilai
1. Sifat masalah Skala : 3 3 3/3x1 = 1
 Aktual
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2 2 2/2x2= 2
Skala :

 Mudah
3. Potensial masalah untuk dicegah 2 2 2/3x1= 0,6
Skala :

 Tinggi
4. Menonjolnya masalah Skala 2 2 1/2x1 = 0,5
 Masalah berat, harus segera
Ditangani
Total 4,1

2. Intoleransi Aktivitas

No Kriteria Skor Bobot Nilai


1. Sifat masalah Skala : 3 1 3/3x1 =1
 Aktual
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2 2 2/2x2= 2
Skala :

 Mudah

3. Potensial masalah untuk dicegah 3 3 3/3x1=1


Skala :

 Tinggi
4. Menonjolnya masalah Skala 2 2 2/2x1 = 1
 Masalah berat, harus segera
Ditangani
Total 5

3. Resiko Jatuh

No Kriteria Skor Bobot Nilai


1. Sifat masalah Skala : 2 2 2/3x1 = 0,6
 Risiko
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2 2 2/2x2= 2
Skala :

 Sebagian

3. Potensial masalah untuk dicegah 2 2 2/3x1= 0,6


Skala :

 Cukup

4. Menonjolnya masalah Skala 1 1 1/2x1 = 0,5


 Ada masalah, tetapi tidak perlu
segera diatasi

Total 3,7
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA

PERTEMUAN IV (KAMIS, 25 Maret 2021)

A. Latar Belakang

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang di hubungkan oleh

perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,

mental, emosional dan social dari individu- individu yang ada di

dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk

mencapai tujuan bersama (friedman, 1998)..

Pada pertemuan ke III, perawat sudah menentukan masalah

keperawatan keluarga Ny. H dan juga menentukan scoring pada keluarga

Ny. H dan juga membuat perencanaan keperawatan yang telah ditetapkan

berdasarkan hasil scoring masalah yang ditetapkan bersama keluarga.

Pada pertemuan ke IV perawat akan melakukan terapi Kompres air jahe

merah ROM (Range Of Motion) pada Ny.H.


B. Rencana Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan :

a. Intoleransi Aktivitas

2. Tujuan umum :

Setelah dilakukan terapi Kompres air jahe hangat dan ROM

diharapkan dapat mengurangi bengkak serta kaku pada kaki.

3. Tujuan khusus:

Setelah dilakukan demonstrasi terapi Kompres air jahe hangat dan

ROM (Range Of Motion) :

a. Keluarga mampu melakukan secara mandiri saat diperlukan

b. Keluarga mampu mempraktekkan kembali terapi kompres air jahe

hangat

c. Keluarga mampu mempraktekkan kembali terapi ROM

C. Rancangan Kegiatan

1. Topik : demonstrasi terapi Kompres air jahe hangat dan ROM (Range

Of Motion)

2. Metode : demonstrasi, ceramah dan diskusi

3. Hari/tanggal: Kamis, 25 Maret 2021

4. Strategi pelaksanaan (fase orientasi kerja dan terminasi)


No Alokasi Waktu Kegiatan

1. 15.00 – 15.10 Fase orientasi

a. Mengucapkan salam

b. Validasi keadaan

c. Membuat kontrak waktu, topik dan tempat

d. Menentukan maksud dan tujuan

2. 15.10 – 15. 30 Fase kerja

a. Menjelaskan manfaat ROM

b. Menjelaskan cara kerja ROM

c. Menjelaskan kapan saja harus melakukan

ROM

e. Mendemonstrasikan/ melakukan ROM

3. 15.30 – 15. 40 Fase Terminasi

a. Membuat kesimpulan dari hasil pertemuan

b. Membuat kontrak waktu dan topik pertemuan

selanjutnya

c. Mengucapkan salam

D. Kriteria Evaluasi

1. Kriteria struktur

a. Telah membuat kontrak waktu sebelumnya

b. Tersedianya alat dan bahan


2. Kriteria proses

a. Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan

perawat

b. Keluarga dapat berpartisipasi dengan perawat

c. Keluarga mengatakan perasaan senang

3. Kriteria hasil

a. Keluarga mampu melakukan terapi kompres air jahe hangat dan

ROM

b. Keluarga mampu menyebutkan manfaat dari kompres air jahe

hangat dan ROM (Range Of Motion)

c. Keluarga mampu mengaplikasikan kompres air jahe hangat dan

ROM dalam sehari-hari.


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TGL/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


WAKTU KEPERAWATAN
Kamis Intoleransi a) Mengucapkan salam Subjektif:
Aktivitas b) Validasi perasaan
25 Maret  Ny.H mengatakan
c) Membuat kontrak
2021 susah saat
waktu selama 30
beraktivitas.
menit untuk
menjelaskan tujuan Objektif :
terapi kompres air
 Ny.H tampak
jahe hangat danROM
aktivitasnya hanya
(Range Of Motion)
duduk dan
d) Menjelaskan tujuan
berbaring
kedatangan.
 Ny.H tampak
e) Penyuluhan,
senang saat
mengajari nenek
dilakukan terapi
untuk cara terapi
kompres air jahe Analisa:
hangat dan ROM.
TD :120/80 mmHg
f) Membuat kesimpulan
hasil pertemuan R: 24 x/menit

g) Membuat kontrak
N : 80 x/menit
untuk pertemuan
selanjutnya T: 36,5oC

h) Mengucapkan salam. Perencanaan :

Intervensi dilanjutkan
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA

PERTEMUAN V (JUMAT, 26 Maret 2021)

A. Latar Belakang

Pada pertemuan ke IV, perawat sudah melakukan terapi kompres air

jahe hangat dan ROM (Range Of Motion) pada Ny.N dan memeriksa TTV

pada Ny. H didapatkan hasil TD :120/80 mmHg, R: 24 x/menit, N : 80 x/menit

dan T: 36,5oC. Pada kaki Ny.H masih terlihat membengkak dan kaku saat

digerakkan.

Pada pertemuan ke V diulangi pemberian terapi kompres air jahe

hangat dan ROM pada Ny.H diharapkan agar kaki Ny.H tidak kaku dan

bengkak berkurang.

B. Rencana Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan :

a) Intoleransi Aktivitas

2. Tujuan umum :

Setelah dilakukan terapi kompres air jahe hangat dan ROM

diharapkan dapat mengurangi bengkak dan kekakuan pada kaki Ny.H

3. Tujuan khusus:
Setelah dilakukan demonstrasi terapi Kompres air jahe hangat dan

ROM (Range Of Motion) :

a. Keluarga mampu melakukan secara mandiri saat diperlukan

b. Keluarga mampu melakukan terapi kompres air jahe hangat.

c. Keluarga mampu mempraktekkan kembali terapi ROM

C. Rancangan Kegiatan

1. Topik : demonstrasi terapi kompres air jahe hangat dan ROM (Range

Of Motion)

2. Metode : demonstrasi, ceramah dan diskusi

3. Hari/tanggal: Jumat, 26 Maret 2021

4. Strategi pelaksanaan (fase orientasi kerja dan terminasi)


No Alokasi Waktu Kegiatan

1. 11.00 – 11.10 Fase orientasi

a. Mengucapkan salam

b. Validasi keadaan

c. Membuat kontrak waktu, topik dan tempat

d. Menentukan maksud dan tujuan

2. 11.10 – 11. 30 Fase kerja

a. Menjelaskan manfaat kompres air jahe

hangat dan ROM

b. Menjelaskan cara kerja kompres air jahe

hangat dan ROM

c. Menjelaskan kapan saja harus melakukan

kompres air jahe hangat dan ROM

d. Mendemonstrasikan/ melakukan kompres

air jahe hangat dan ROM

3. 11.30 – 11.40 Fase Terminasi

a. Membuat kesimpulan dari hasil pertemuan

b. Membuat kontrak waktu dan topik pertemuan

selanjutnya

c. Mengucapkan salam
E. Kriteria Evaluasi

1. Kriteria struktur

a. Telah membuat kontrak waktu sebelumnya

b. Tersedianya alat dan bahan

2. Kriteria proses

a. Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

b. Keluarga dapat berpartisipasi dengan perawat

c. Keluarga mengatakan perasaan senang

3. Kriteria hasil

a. Keluarga mampu melakukan kompres air jahe hangat dan ROM

b. Keluarga mampu menyebutkan manfaat dari kompres air jahe

hangat dan ROM (Range Of Motion)

c. Keluarga mampu mengaplikasikan kompres air jahe hangat dan

ROM dalam sehari-hari.


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TGL/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


WAKTU KEPERAWATAN
Jumat Intoleransi a. Mengucapkan salam Subjektif:
Aktivitas b. Validasi perasaan
26 Maret  Ny.N mengatakan
c. Membuat kontrak
2021 bengkak sudah
waktu selama 30
berkurang
menit untuk
menjelaskan tujuan Objektif :
kompres air jahe
 Ny.H tampak
hangat dan ROM
aktivitasnya hanya
(Range Of Motion)
duduk dan
d. Menjelaskan tujuan
berbaring
kedatangan.
 Ny.H tampak
e. Penyuluhan,
senang saat
mengajari nenek
dilakukan terapi
untuk cara terapi
kompres air jahe Analisa:
hangat dan ROM.
TD :110/70 mmHg
f. Membuat kesimpulan
hasil pertemuan R: 20 x/menit

g. Membuat kontrak
N : 88 x/menit
untuk pertemuan
selanjutnya T: 36,5oC

h. Mengucapkan salam. Masalah Teratasi

Sebagian

Perencanaan :

Intervensi dilanjutkan
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA

PERTEMUAN VI (SABTU, 26 Maret 2021)

A. Latar Belakang

Pada pertemuan ke V, perawat sudah melakukan terapi kompres air

jahe hangat dan ROM (Range Of Motion) pada Ny.N dan memeriksa TTV
110
pada Ny. H didapatkan hasil TD : /70 mmHg, R: 20 x/menit, N : 88
x
/menit dan T: 36,5oC. Saat dilakukan ROM (Range Of Motion) kaki Ny.H

bengkak dan kekakuan pada kaki Ny.H sudah berkurang.

Pada pertemuan ke VI diulangi pemberian terapi kompres air jahe

hangat dan ROM pada Ny.H diharapkan agar bengkak dan kekakuan pada

kaki Ny.H berkurang.

B. Rencana Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan :

a) Intoleransi Aktivitas

2. Tujuan umum :

Setelah dilakukan terapi ROM diharapkan dapat mengurangi

bengkak serta kekakuan pada kaki Ny.H

3. Tujuan khusus:

Setelah dilakukan demonstrasi terapi kompres air jahe hangat dan

ROM (Range Of Motion) :


a. Keluarga mampu melakukan secara mandiri saat diperlukan

b. Keluarga mampu melakukan kompres air jahe hangat

c. Keluarga mampu mempraktekkan kembali terapi ROM

C. Rancangan Kegiatan

1. Topik : demonstrasi kompres air jahe hangat dan ROM (Range Of

Motion)

2. Metode : demonstrasi, ceramah dan diskusi

3. Hari/tanggal: Sabtu, 26 Maret 2021

4. Strategi pelaksanaan (fase orientasi kerja dan terminasi)


No Alokasi Waktu Kegiatan

1. 13.00 – 13.10 Fase orientasi

a. Mengucapkan salam

b. Validasi keadaan

c. Membuat kontrak waktu, topik dan tempat

d. Menentukan maksud dan tujuan

2. 13.10 – 13. 30 Fase kerja

a. Menjelaskan manfaat kompres air jahe

hangat dan ROM

b. Menjelaskan cara kerja kompres air jahe

hangat dan ROM

c. Menjelaskan kapan saja harus melakukan

kompres air jahe hangat dan ROM

d. Mendemonstrasikan/ melakukan kompres

air jahe hangat dan ROM

3. 13.30 – 13. 40 Fase Terminasi

a. Membuat kesimpulan dari hasil pertemuan

b. Membuat kontrak waktu dan topik

pertemuan selanjutnya

c. Mengucapkan salam
D. Kriteria Evaluasi

1. Kriteria struktur

a. Telah membuat kontrak waktu sebelumnya

b. Tersedianya alat dan bahan

2. Kriteria proses

a. Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

b. Keluarga dapat berpartisipasi dengan perawat

c. Keluarga mengatakan perasaan senang

3. Kriteria hasil

a. Keluarga mampu melakukan kompres air jahe hangat dan ROM

b. Keluarga mampu menyebutkan manfaat dari kompres air jahe

hangat dan ROM (Range Of Motion)

c. Keluarga mampu mengaplikasikan kompres air jahe hangat dan

ROM dalam sehari-hari.


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TGL/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


WAKTU KEPERAWATAN
Sabtu Intoleransi a. Mengucapkan salam Subjektif:
Akivitas b. Validasi perasaan
26 Maret  Ny.H mengatakan
c. Membuat kontrak
2021 sudah berkurang
waktu selama 30 menit
bengkak serta
untuk menjelaskan
kekakuan pada kaki.
tujuan ROM (Range
Of Motion) Objektif :
d. Menjelaskan tujuan
 Ny.H tampak
kedatangan.
aktivitasnya hanya
e. Penyuluhan, mengajari
duduk dan
nenek untuk cara terapi
berbaring
ROM.
 Ny.H tampak
f. Membuat kesimpulan
senang saat
hasil pertemuan
dilakukan terapi
g. Membuat kontrak
untuk pertemuan Analisa:
selanjutnya
TD :120/70 mmHg
h. Mengucapkan salam.
R: 22 x/menit

N : 85 x/menit

T: 37oC

Masalah Teratasi

Perencanaan :

Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai