Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOARTRITIS

A. Definisi
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degenaeratif atau
osteoartritis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling
sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas) (Nanda
NicNoc,2017).
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Sendi yang paling
sering terserang oleh osteoarthritis adalah sendi-sendi yang harus memikul beban
tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebra lumbal dan sevikal, dan sendi-sendi pada
jari. Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan
ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan
tulang baru pada permukaan persendian. Osteoarthritis adalah bentuk arthritis yang
paling umum, dengan jumlah pasiennya sedikit melampaui separuh jumlah pasien
arthritis. Gangguan ini sedikit lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki (Price
dan Wilson, 2014)
Jadi osteoartritis merupakan kelainan yang bersifat progresif lambat yang
mengenai rawan sendi.
B. Epidemiologi
Angka kejadian OA sering dijumpai pada orang dengan usia 45 thn keatas dengan
angka kejadian pada wanita lebh banyak daripada pria. Diseluruh dunia, diperkirakan
9,6% pria dan 18% wanita berumur 60 thn keatas, terkena OA. Insiden OA pada
umur kurang dari 20 tahun sekitar 10% dan meningkat lebh dari 80% pada umur
lebih dari 55 tahun (Susanto,2011).

C. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pencetus dari Osteoartritis yang banyak meyebabkan gejala,
meliputi:
1) Umur
Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya
usia dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya
berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
2) Pengausan
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan
sendi melalui 2 mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi
karena bahan yang harus dikandungnya.
3) Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat
badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis
mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah
kegemukan
4) Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi
tersebut.
5) Keturunan
Herbeden node merupakan salah satu bentuk osteortritis yang biasa
ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis
sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.
6) Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematoid, infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matrik rawan sendi oleh
membran synovial dan sel- sel radang.
7) Joint mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormone pertumbuhan, maka rawan
sendi akan menebal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/
seimbang sehingga memperceat proses degenerasi
8) Penyakit Endokrin
Pada hipertiroidisme terjadi produksi air dan garam- garam proteglikan
yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehinggga merusak
sifat fisik rawan sendi, ligament. Tendon, synovial, dan kulit pada diabetes
melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglandin menurun.
9) Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis,penyakit wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan homosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/ pirofosfat dalam rawan sendi.
b. Faktor Presipitasi
Demografi, mereka yang terdiagnosis osteoartritis, sangatlah diperlukan adanya
perhatian lebih mengenai keadaan lingkungan. Ketika lingkungan sekitarnya yang
tidak mendukung. Maka kemungkinan besar klien akan merasakan gejala
penyakit ini. Banyak diantaranya ketika keadaan suhu lingkungan sekitar klien
yang cukup dingin, maka klien akan merasa ngilu, kekakuan sendi pada area-
area yang biasa terpapar, sulit untuk mobilisasi dan bahkan kelumpuhan.
D. Patofisiologi

Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang,


dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi
mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru
pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan
kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga
diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan
dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit
sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena
adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan
kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya
gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan
penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-
perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu
misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan
sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan
ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan
metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami
erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi
yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus.

E. Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi:
a. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang
berhubungan dengan osteoartritis.
b. Tipe skunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah mengalami fraktur.

F. Gejala Klinis
a. Nyeri sendi, keluhan utama
b. Hambatan gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan-
pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
c. Kaku pagi
d. Krepitasi, rasa gemeretak (kadang- kadang dapat terdengar) pada sendi yang
sakit.
e. Pembesaran sendi (deformitas)
f. Perubahan gaya berjalan
g. Tanda- tanda peradangan, tanda- tanda peradangan pada sendi ( nyeri ekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan)
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi bila osteoartritis tidak ditangani yaitu terjadi
deformitas atau kerusakan struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit.
Pergeseran ulnar atau jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas
bautonmere dan leher angsa pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal
yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptikum yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi
nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying
antirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan
mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan
dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik
akibat vaskulitis.

H. Pemeriksaan diagnostik (Penunjang)


a. Foto sinar X pada sendi- sendi yang terkena. Perubahan-perubahan yang
dapat ditemukan adalah
1. Pembengkakan jaringan lunak
2. Penyempitan rongga sendi
3. Erosi sendi
4. Osteoporosis juksta artikuler
b. Tes Serologi
1. BSE Positif
2. Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
c. Pemeriksaan radiologi
1. Periarticular osteopororsis, permulaan persendian erosi
2. Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan
ankilosis
d. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya kekurangan serta proses radang
aseptik, cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.
I. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum yang lengkap perlu dilakukan. Disamping menilai adanya
sinovasi pada setiap sendi, perhatikan juga hal- hal berikut ini:
1. Keadaan umum: komplikasi steroid, berat badan.
2. Tangan: meliputi vaskulitasi dan fungsi tangan
3. Lengan: Siku dan sendi bahu, nodul rematoid dan pembesaran kelenjar limfe
aksila.
4. Wajah: periksa mata untuk sindroma sjorgen, skleritis, episkelritis,
skleromalasia perforans, katarak anemia dan tanda- tanda hiperviskositas
pada fundus. Kelenjar parotis membesar
5. Mulut: (Kring, karies dentis, ulkus) catatan: artritis rematoid tidak
menyeababkan iritasi.
6. Leher: adanya tanda- tanda terkenanya tulang servikal.
7. Toraks: Jantung (adanya perikarditis, defek konduksi, inkompetensi katup
aorta dan mitral).Paru- paru (aadanya efusi pleura, fibrosis, nodul infark,
sindroma caplan)
8. Abdomen: andanya splenomegali dan nyeri tekan epigastrik
9. Panggu dan lutut: tungkai bawah danya ulkus, pembengkakan betis (kista
baker yang ruptur) neuropati, mononeuritis multipleks dan tanda- tanda
kompresi medula spinalis.
10. Kaki: efusi lutut, maka cairan akan mengisi cekungan medial dan kantong
suprapatelar mengakibatkan pembengkakan diatas dan sekitar patela yang
berbentuk seperti ladam kuda dan efusi sendi pergelangan kaki akan terjadi
pembengkakan pada sisi anterior.
11. Urinalisis: untuk protein dan darah, serta pemeriksaan rektum untuk
menentukan adanya darah.

J. Terapi/ Tindakan Penanganan


Prinsip utama pengobatan penyakit osteoartritis adalah dengan mengistirahatkan
sendi yang terserang. Karena jika sendi yang terserang terus digunakan akan
memperparah peradangan. Dengan mengistiratakan sendi secara rutin dapat
mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan. Pembidaian bisa digunakan untuk
imobilisasi dan mengistiratkan satu atau beberapa sendi. Tetapi untuk mencegah
kekakuan dapat dilakukan beberapa gerakkan yang sistematis. Obat- obat yang
digunakan untuk mengobati penyakit ini adalah:
1. Obat anti peradangan non steroid, yang paling sering digunakan adalah
aspirin dan ibuprofen. Obat ini mengurangi pembengkakan sendi dan
mengurangi nyeri.
2. Obat slow-acting. Obat ini ditambahkan jika terbukti obat anti peradangan non
steroid tidak efektif setelah diberikan selama 2-3 bulan atau diberikan segera
jika penyakitnya berkembang cepat.
3. Kortikosteroid, misalnya prednison merupakan obat paling efektif untuk
mengurangi peradangan dibagian tubuh manapun. Kortikosteroid efektif
digunakan pada pemakaian jangka pendek, dan kurang efektif bila digunakan
dalam jangka panjang. Obat ini tidak memperlambat perjalanan pnyakit ini
dan pemakaian jangka panjang mengakibatkan berbagai efek samping., yang
melibatkan hampir setiap orang.
4. Obat Imunosupresif (contoh metotreksat,azatioprin, dan cyclophosphamide)
efektif unuk mengatasi artritis yang berat. Obat ini menekan peradangan
sehingga pemakaian kortikosteroid bisa dihindari atau diberikan dengan dosis
rendah.

Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai


tujuan- tujuan ini. Pendidikan, istirahat, latihan fisik dan termoterapi, gizi dan
obat- obatan.

a. Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan


pendidikan yang cukup tentang penyakit kepada pasien, keluarganya dan
siapa saja yang berhubungan dengan pasien. Pendidikan yang di berikan
meliputi pengertian tentang patofisiologis, penyebab, dan prognosis
penyakit ini, semua kompnen program penatalaksanaan termasuk
regimen obat yang kompleks, sumber- sumber bantuan untuk mengatasi
penyakit ini, dan metode-metode efektif tentang penatalaksanaan yang
diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus dilakukan
secara terus menerus. Bantuan dapat diperoleh melalui club penderita.
Badan- badan kemasyarakatan dan dari orang- orang lain yang juga
pendeita artritis reumatoid serta keluarga mereka.
b. Istirahat penting karena osteartiritis biasanya disertai rasa lelah yang
hebat. Walaupun rasa lelah dan kekakuan sendi itu bisa timbul setiap
hari, tetapi ada masa- masa ketika pasien merasa lebih baik atau lebih
berat. Kekakuan dan rasa tidak nyaman dapat meningkat apabila
beristirahat, hal ini berarti bahwa pasien dapat mudah terbangun dari
tidurnya pada malam hari karena nyeri.
c. Latihan- latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi
sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi
yang sakit, sedikitnya dua kali sehari. Kompres panas pada sendi- sendi
yang sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Mandi parafin
dengan suhu yang bisa diatur dan mandi dengan suhu panas dan dingin
dapat dilakukan di rumah.
d. Terapi komplementer juga bisa diterapkan pada penderita OA, diantara
terapi komplementer salah satunya menurut penelitian Suherry dkk 2014
yang berjudul “Pemberian Campuran Daun Pandan Wangi (Pandanus
Amaryllifolius Roxb) Dan Virgin Coconut Oil (Vco) Berpengaruh Terhadap
Penurunan Nyeri Sendi Pada Lansia Dengan Osteoartritis”. Pemberian
campuran daun pandan wangi dan virgin coconut oil menurunkan
ambang nyeri sendi yang dialami lansia dengan Osteoartritis,
sehingga memudahkan aktifitas dan istirahat dan membuat lansia
menjadi lebih nyaman. Karena daun pandan dan virgin coconut oil
memiliki kandungan antiinfamasi
e. Tindakan operatif dapat dilakukan apabila tindakan diatas sudah tidak
dapat menolong pasien lagi. Penggantian engsel (artoplasti) dilakukan
dengan mengganti engsel yang rusak dan diganti dengan alat lain yang
terbuat dari plastik atau metal yang disebut prostesis. Pembersihan
sambungan (debridemen) dapat dilakukan dengan mengangkat serpihan
tulang rawan yang rusak yang mengganggu pergerakan dan
menyebabkan nyeri saat pergerakan tulang. Penataan tulang dapat dipilih
jika artroplasti tidak dipilih pada kondisi tertentu, seperti osteoartritis pada
anak dan remaja. Penataan ini dilakukan agar sambungan/ engsel
tidakmenerima beban saat melakukan pergerakan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian fisik
a. Identitas
b. Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada persendian, bengkak, dan terasa kaku.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan sakit pada persendian, bengkak, dan terasa
kaku.
2. Pola fungsi Gordon
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, saat klien sakit tindakan yang
dilakukan klien untuk menunjang kesehatannya.
b. Nutrisi/metabolic
Kaji makanan yang dikonsumsi oleh klien, porsi sehari, jenis makanan, dan
volume minuman perhari, makanan kesukaan.
c. Pola eliminasi
Kaji frekuensi BAB dan BAK, ada nyeri atau tidak saat BAB/BAK dan warna
d. Pola aktivitas dan latihan
Kaji kemampuan klien saat beraktivitas dan dapat melakukan mandiri, dibantu
atau menggunakan alat
e. Pola tidur dan istirahat
Kaji pola istirahat, kualitas dan kuantitas tidur, kalau terganggu kaji
penyebabnya
f. Pola kognitif-perseptual
Status mental klien, kaji nyeri dengan Provokasi (penyebab), Qualitas 9nyerinya
seperti apa), Reqion (di daerah mana yang nyeri), Scala (skala nyeri 1-10),
Time (kapan nyeri terasa bertambah berat).
g. Pola persepsi diri
Pola persepsi diri perlu dikaji, meliputi; harga diri, ideal diri, identitas diri,
gambaran diri.
h. Pola seksual dan reproduksi
kaji manupouse, kaji aktivitas seksual
i. Pola peran dan hubungan
Kaji status perkawinan, pekerjaan
j. Pola manajemen koping stress
k. Sistem nilai dan keyakinan
3. Fungsional klien
a. Indeks Barthel yang dimodifikasi
Penilaian didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam meningkatkan
aktivitas fungsional. Penilaian meliputi makan, berpindah tempat, kebersihan
diri, aktivitas di toilet, mandi, berjalan di jalan datar, naik turun tangga,
berpakaian, mengontrol defikasi dan berkemih. Cara penilaian:
NO KRITERIA BANTUAN MANDIRI
1 Makan 5 10
2 Minum 5 10
3 Berpindah dari kursi roda ketempat tidur/sebaliknya 5-10 15
4 Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, 0 5
menggosok gigi)
5 Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka 5 10
tubuh, menyiram)
6 Mandi 5 15
7 Jalan di permukaan datar 0 5
8 Naik turun tangga 5 10
9 Menggunakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10
11 Kontrol Bladder (BAK) 5 10
Total skor
Cara penilaian:
< 60 : ketergantungan penuh/total
65-105 : ketergantungan sebagian
110 : mandiri

b. Indeks Katz
Pengkajian menggunakan indeks kemandirian katz untuk aktivitas kehidupan
sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari
klien dalam hal: makan, kontinen (BAB/BAK), berpindah, ke kamar mandi,
mandi dan berpakaian. Indeks Katz adalah pemeriksaan disimpulkan dengan
system penilaian yang didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam
melakukan aktivitas fungsionalnya. Salah satukeuntungan dari alat ini adalah
kemampuan untuk mengukur perubahan fungsi aktivitas dan latihan setiap
waktu, yang diakhiri evaluasi dan aktivitas rehabilitasi. Pengukuran pada kondisi
ini meliputi:
Termasuk kategori manakah klien?
a. Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB/BAK), menggunakan pakaian, pergi ke
toilet, berpindah dan mandi
b. Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas
c. Mandiri kecuali mandi dan salah satu fungsi lain
d. Mandiri kecuali mandi, berpakaian dan salah satu fungsi diatas
e. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan salah satu fungsi yang lain
f. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang
lain
g. Ketergantungan untuk semua fungsi diatas

Keterangan :

Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari orang
lain, seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi, meskipun ia dianggap mampu.

4. Status mental dan kognitif gerontik


a. Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
Digunakan untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan intelektual. Pengujian
terdiri atas 10 pertanyaan yang berkenan dengan orientasi, riwayat pribadi,
memori dalam hubungannya dengan kemampuan perawatan diri, memori
jangka panjang dan kemampuan matematis atau perhitungan (Pfeiffer, 2002).
NO PERTANYAAN BENAR SALAH
1 Tanggal berapa hari ini
2 Hari apa sekarang
3 Apa nama tempat ini
4 Alamat anda?
5 Berapa umur anda?
6 Kapan anda lahir (minimal tahun lahir)
7 Siapa presiden indonesia sekarang?
8 Siapa presiden ndonesia sebelumnya?
9 Siapa nama ibu anda?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara menurun
Jumlah
Interpretasi hasil :
1) Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
2) Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
3) Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
4) Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat

5. MiniMental Status Exam (MMSE)


Mini mental status exam (MMSE) menguji aspek kognitif dari fungsi mental:
orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa. Nilai
kemungkinan ada 30, dengan nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya
kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut. Pemeriksaan
memerlukan hanya beberapa menit untuk melengkapi dan dengan mudah dinilai,
tetapi tidak dapat digunakan sendiri untuk tujuan diagnostic. karena pemeriksaan
MMSE mengukur beratnya kerusakan kognitif dan mendemonstrasikan
perubahan kognitif pada waktu dan dengan tindakan. Ini merupakan suatu alat
yang berguna untuk mengkaji kemajuan klien yang berhubungan dengan
intervensi. Alat pengukur status afektif bdigunakan untuk membedakan jenis
depresi serius yang mempengaruhi fungsi-fungsi dari suasana hati. Depresi
adalah umum pada lansia dan sering dihubungkan dengan kacau mental dan
disorientasi, sehingga seorang lansia depresi sering disalah artikan dengan
dimensia. Pemeriksaan status mental tidak dengan jelas membedakan antara
depresi dengan demensia, sehingga pengkajian afektif adalah alat tambahan
yang penting.

B. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen cedera biologis, distensi jaringan


oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
2. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik
serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi
4. Resiko trauma berhubungan dengan keterbatasan ketahanan fisik, perubahan
fungsi sendi
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi.
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas sendi, perubahan bentuk
tubuh pada sendi dan tulang.

C. Perencanaan/Intervensi
No Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Nyeri b.d agen Setelah diberikan asuhan Pain Management
cedera biologis, keperawatan selama 1x24 jam  Lakukan pengkajian
distensi jaringan oleh diharapkan nyeri nyeri secara
akumulasi cairan, berkurang/terkontrol dengan komprehensif termasuk
destruksi sendi kriteria hasil : lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
 Mampu mengontrol nyeri
kualitas dan faktor
(tahu penyebab nyeri,
presipitasi
mampu menggunakan
 Observasi reaksi
tehnik nonfarmakologi
nonverbal dari
untuk mengurangi nyeri,
ketidaknyamanan
mencari bantuan)
 Evaluasi pengalaman
 Melaporkan bahwa nyeri
nyeri masa lampau
berkurang dengan
 Kurangi faktor
menggunakan
presipitasi nyeri
manajemen nyeri
 Pilih dan lakukan
 Mampu mengenali nyeri
penanganan nyeri
(skala, intensitas,
(farmakologi, non
frekuensi dan tanda
farmakologi dan inter
nyeri)
personal)
 Menyatakan rasa
 Kaji tipe dan sumber
nyaman setelah nyeri
nyeri untuk
berkurang
menentukan intervensi
 Tanda vital dalam
 Ajarkan tentang teknik
rentang normal
non farmakologi
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
 Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

Analgesic Administration

 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
 Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)

2. Gangguan/kerusakan Setelah diberikan asuhan Exercise therapy :


mobilitas fisik b/d keperawatan selama 3x24 jam, ambulation
deformitas skeletal, diharapkanhambatan
 Monitoring vital sign
nyeri, mobilisasi fisik dapat diatasi
ketidaknyamanan, dengan kriteria : sebelm/sesudah latihan
penurunan .kekuatan dan lihat respon pasien
 Klien meningkat dalam
otot saat latihan
aktivitas fisik
 Kaji kemampuan
 Mengerti tujuan dari
pasien dalam
peningkatan mobilitas
mobilisasi
 Memverbalisasikan
 Latih pasien dalam
perasaan dalam
pemenuhan kebutuhan
meningkatkan
ADLs secara mandiri
kekuatan dan
sesuai kemampuan
kemampuan berpindah
 Dampingi dan Bantu
 Memperagakan
pasien saat mobilisasi
penggunaan alat Bantu
dan bantu penuhi
untuk mobilisasi
kebutuhan ADLs ps.
(walker)
 Berikan alat Bantu jika
klien memerlukan
 Bantu klien melakukan
latihan ROM
 Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
3 Defisit perawatan diri Setelah diberikan asuhan
Self Care assistance : ADLs
b/d kelemahan, keperawatan selama 3x24 jam,
 Monitor kemampuan
kerusakan persepsi klien mampu merawat diri
klien untuk perawatan
dan kognitif dengan kriteria hasil :
diri yang mandiri.
 Klien terbebas dari bau  Monitor kebutuhan
badan klien untuk alat-alat
 Menyatakan bantu untuk kebersihan
kenyamanan terhadap diri, berpakaian,
kemampuan untuk berhias, toileting dan
melakukan ADLs makan.
 Dapat melakukan ADLS  Sediakan bantuan
dengan bantuan sampai klien mampu
secara utuh untuk
melakukan self-care.
 Dorong klien untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan
yang dimiliki.
 Dorong untuk
melakukan secara
mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukannya.
 Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
.
4. Resiko trauma b/d Setelah diberikan asuhan
Environmental Management
penurunan fungsi keperawatan selama 3x24 jam,
safety
sendi, keterbatasan diharapkan klien tidak/terhindar
 Sediakan lingkungan
ketahanan fisik dari resiko trauma dengan
yang aman untuk
criteria:
pasien
 Klien terbebas dari  Identifikasi kebutuhan
cedera keamanan pasien,
 Klien mampu sesuai dengan kondisi
menjelaskan faktor fisik dan fungsi kognitif
resiko dari pasien dan riwayat
lingkungan/perilaku penyakit terdahulu
personal pasien
 Mampu memodifikasi  Menghindarkan
gaya hidup untuk lingkungan yang
mencegah injuri berbahaya (misalnya
memindahkan
perabotan)
 Memasang side rail
tempat tidur
 Menyediakan tempat
tidur yang nyaman dan
bersih
 Menempatkan saklar
lampu ditempat yang
mudah dijangkau
pasien.
 Memberikan
penerangan yang
cukup
 Mengontrol lingkungan
dari kebisingan
 Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
 Berikan penjelasan
pada pasien dan
keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan
penyebab penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Suherrly Reza, dkk. 2014. Pemberian Campuran Daun Pandan Wangi (Pandanus
Amaryllifolius Roxb) Dan Virgin Coconut Oil (Vco) Berpengaruh Terhadap Penurunan
Nyeri Sendi Pada Lansia Dengan Osteoartritis. Article in Journal of Community He
alth Nursing.

Nanda Internasional.(2017). Diagnosa Keperawatan : Difinisi dan Klasifikasi 2015-201710 th


ed :Jakarta : EGC.

Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta: EGC; 2014.

Ahmad Susanto, (2011) Psikologi Sosial. Jakarta Rineke Cipta

Anda mungkin juga menyukai