Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

GERONTIK DENGAN OSTEOARTRITIS

Oleh :

MARDIANTI,S.KEP

NPM.020021172

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XVI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

2020/2021
A. Konsep Dasar Osteoarthritis

1. Pengertian

Menurut Sudoyo (2009) dalam Nurarif (2013),

osteoarthritis adalah penyakit sendi degenerative yang

berkaitan dengan kartilago sendi.

Osteoarthritis merupakan radang sendi yang bersifat

kronis dan progresif disertai kerusakan tulang rawan

sendi berupa integrasi (pecah) dan perlunakan progresif

permukaan sendi dengan pertumbuhan tulang rawan sendi

(osteofit) di tepi tulang.

2. Patofisiologi

Penyakit osteoarthritis menyebabkan kesalahan dalam

pembentukan jaringan ikat sndi, degenerasi, hipertropi

tulang atau pertumbuhan tulang berlebih dalam bentuk taji

atau tonjolan tulang. Bagian-bagian atau tonjolan tulang

ini atau kartilago yang remuk masuk kedalam cairan

synovial dan menyebabkan nyeri. Kartilago artikuler akan

terus memburuk, ujung tulang akan saling bergesekan satu

sama lain sehingga menyebabkan rasa sakit dan membengkak

menjadi gejala yang lebih banyak dialami oleh pasien.

Terdapat dua perubahan morfologi utama yang

mewarnai osteoarthritis yaitu kerusakan fokal tulang raan

sendi yang progresif dan pembentukan tulang rawan baru

pada dasar lesi tulang rawan sendi dan tepi sendi


(osteofit). Keadaan ini diawali oleh perubahan-perubahan

metabolik tulang rawan sendi. Perubahan tersebut

merupakan peningkatan aktivitas enzim-enzim yang merusak

makromolekul matriks tulang rawan sendi seperti

proteoglikan dan kolagen yang menyebabkan penurunan kadar

proteoglikan serta perubahan sifat-sifat kolagen dan

berkurangnya kadar air tulang rawan sendi.

Keadaan yang terjadi pada penderita osteoarthritis,

sintesis proteoglikan dan kolagen oleh kondrosit

meningkat tajam, tetapi substansi ini juga dihancurkan

dengan kecepatan lebih tinggi sehingga pembentukan tidak

seimbang dengan kebutuhan. Hal ini menyebabkan tulang

rawan kehilangan sifat kompresibilitinya. Peningkatan

usia mempunyai hubungan dengan perubahan-perubahan dalam

fungsi kondrosit, meningkatkan perubahan pada komposisi

tulang rawan sendi yang mengarah pada osteoarthritis.


3. Penyebab

Osteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui

sebabnya, yang disebut dengan osteoartritis idiopatik.

Pada kasus yang lebih jarang, osteoartritis dapat terjadi

akibat trauma pada sendi, infeksi, atau variasi

herediter, perkembangan, kelainan metabolik dan

neurologik., yang disebut dengan osteoartritis sekunder.

Osteoartritis umumnya menyerang usia lanjut.

Fakor resiko yang menyebabkan osteoarthritis antara lain:

a. Umur

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya

osteoartritis, faktor penuaan adalah yang terkuat.

Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin

meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis

hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur

dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.

b. Jenis Kelamin

Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan

sendi, dan lelaki lebih sering terkena osteoartritis

paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan

dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih

sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun

frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari


pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal

pada patogenesis osteoartritis.

c. Genetik

adanya mutasi pada gen prokolagen II atau gen-gen

struktural lain untuk unsur-unsur tulang rawan seperti

kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat atau

proteoglikan dikatakan berperan dalam timbulnya

kecenderungan familial pada osteoartritis.

d. Kegemukan

Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan

meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis baik

pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak

hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang

menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi

lain (tangan atau sternoklavikula).

4. Klasifikasi

a. Osteoartritis Lutut (degenerasi sendi lutut)

Jenis artritis ini paling banyak dijumpai kejadiannya

di Indonesia terutama pada pasien lanjut usia. Pada

perjalanannya, nyeri ini seringkali menimbulkan

keterbatasan dalam beraktivitas sehari-hari.

Komplikasi lain yang terjadi yaitu keterbatasan ruang

gerak sendi disertai kekakuan, deformasi lulut menjadi

bentuk O (genu varum) atau bentuk x (genu valgus).


Komplikasi yang terjadi pada osteoartritis ini

berlangsung secara perlahan tapi pasti akibatnya

menimbulkan ketidakmampuan berdiri dan berjalan.

b. Osteoartritis Kaki (Ankle osteoarthritis)

Merupakan artritis yang terjadi pada 60 – 80% pada

pasien yang memiliki riwayat cidera pergelangan kaki.

Biasa terjadi pada atlet sepakbola atau penari balet.

Penyembuhan dilakukan dengan cara istirahat,

mengurangi gerak dengan menggunakan sepatu rocker

bottom sole atau menggunakan Ankle bandage.

c. Osteoartritis Tangan

Osteoartritis tangan ditandai dengan terbentuknya

pembesaran keras pada sendi jari (Herberden’s node)

yang biasanya disebabkan karena abnormalitas saat

dilahirkan.

5. Tanda dan Gejala

a. Nyeri pada sendi yang terkena

Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri

akan bertambah apabila sedang melakukan sesuatu

kegiatan fisik.

b. Kekakuan dan keterbatsan gerak

Biasanya akan berlangsung 15 - 30 menit dan timbul

setelah istirahat atau saat memulai kegiatan fisik.

c. Pembengkakan sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena

pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba

panas tanpa adanya pemerahan.

d. Krepitasi

Krepitasi berupa rasa gemeretak kadang-kadang dapat

terdengar. Krepitus dapat ditemukan tanpa disertai

rasa nyeri, tapi biasanya berhubungan dengan nyeri

yang tumpul. Gejala ini mungkin timbul karena gesekan

kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi

digerakkan atau secara pasif dimanipulasi.

6. Penatalaksanaan medis

a. Terapi Non Farmakologi

Terapi ini meliputi :

1) Konseling, Informasi dan Edukasi Pasien

Pemberian informasi dan edukasi pasien diperlukan

agar pasien mengerti tentang kondisi penyakit yang

dihadapi dan dapat melakukan perubahan gaya hidup

kearah yang positif.

2) Latihan Kekuatan dan Senam Aerobik

Latihan bermanfaat untuk menguatkan otot sekitar

sendi yang akhirnya akan membantu pengurangan berat

badan. Berenang, jalan kaki, bersepeda stasioner

atau latihan beban ringan sangat dianjurkan karena


terbukti mampu mengurangi rasa nyeri dan

memperbaiki kekakuan sendi.

3) Penurunan Berat Badan

Berkurangnya berat badan mengurangi beban yang

disangga oleh sendi sehingga mengurangi nyeri sendi

dan memperbaiki fungsi sendi.

4) Kompres hangat mengistirahatkan sendi, pemakaian

alat-alat ortotik unruk menyangga sendi yang

mengalami inflamasi

b. Terapi Farmakologi

1) AINS Topikal

AINS Topikal lebih disarankan dibanding AINS oral.

Menurut hasil sebuah meta analisis menunjukkan

bahwa AINS Topikal terbukti efektif mengurangi

nyeri dan kekakuan sendi. Beberapa sediaan AINS

Topikal seperti ibuprofen, Na. Diklofenak,

salisilamid dalam bentuk salep, krim, atau gel

lebih dianjurkan dibanding koyo karena berdasar

penelitian yang ada menunjukkan hasil yang tidak

signifikan pada koyo dibandingkan plasebo untuk

penyakit osteoartritis.

2) Paracetamol

Pedoman terapi menganjurkan penggunaan paracetamol

sebagai pilihan utama analgesik untuk pasien


osteoartritis dengan pembatasan pemakaian 500 mg

untuk satu kali minum dan tidak lebih dari 4 g

dalam sehari.

3) Kapsaisin

Penggunaan kapsaisin topikal dapat digunakan pada

penderita osteoartritis lutut atau tangan. Meskipun

seringkali menimbulkan sensasi terbakar dan

kemerahan pada area yang dioleskan, namun tidak

perlu penghentian terapi.

4) AINS Oral

Prinsip penggunaan AINS Oral adalah sebagai

berikut:

 Jika AINS Topikal atau Paracetamol tidak cukup

kuat mengatasi nyeri

 Penggunaan AINS Oral dimulai dari dosis efektif

terkecil dan lama pemberian sesingkat mungkin

5) Pembedahan yaitu operasi Arthroplasty

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Aktivitas/Istirahat

Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk

dengan stress pada sendi, kekakuan pada pagi hari,

biasanya terjadi secara bilateral dan simetris


limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya

hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan, malaise.

Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit:

kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.

b. Kardiovaskuler

Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat

litermiten, sianosis kemudian kemerahan pada jari

sebelum warna kembali normal.

c. Integritas Ego

Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya

finansial pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor

hubungan.

Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi

ketidakmampuan).

Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh,

identitas pribadi, misalnya ketergantungan pada orang

lain.

d. Makanan / Cairan

Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi

makanan atau cairan adekuat mual, anoreksia.

Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat

badan, kekeringan pada membran mukosa.

e. Hygiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas

perawatan diri, ketergantungan pada orang lain.

f. Neurosensori

Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi

g. Nyeri/kenyamanan

Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai

dengan pembengkakan jaringan lunak pada sendi. Rasa

nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi hari).

h. Keamanan

Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus

Lesi kulit, ulkas kaki

Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan

rumah tangga

Demam ringan menetap

Kekeringan pada mata dan membran mukosa

i. Interaksi Sosial

Kerusakan interaksi dengan keluarga atau

orang lain, perubahan peran: isolasi.

j. Penyuluhan/Pembelajaran

Riwayat rematik pada keluarga

Penggunaan makanan kesehatan, vitamin,

penyembuhan penyakit tanpa pengujian

Riwayat perikarditis, lesi tepi katup.

Fibrosis pulmonal, pkeuritis.


2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri b/d penurunan fungsi tulang

b. Intoleran aktivitas b/d perubahan otot

c. Resiko tinggi cedera b/d penurunan fungsi tulang

d. Perubahan pola tidur b/d Nyeri

e. Defisit perawatan diri b/d Nyeri

3. Perencanaan

Diagnosa I : Nyeri b/d penurunan fungsi tulang

Kriteria hasil: Nyeri hilang atau tekontrol

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :

a. Kaji keluhan nyeri, a. Membantu dalam menentukan

catat lokasi dan kebutuhan managemen nyeri

intensitas dan keefektifan program

(skala 0 – 10). Catat

faktor-faktor yang

mempercepat dan tanda-

tanda rasa sakit non

verbal

b. Berikan matras atau b. Matras yang lembut/empuk,


kasur keras, bantal bantal yang besar akan

kecil. Tinggikan linen mencegah pemeliharaan

tempat tidur sesuai kesejajaran tubuh yang

kebutuhan tepat, menempatkan stres

pada sendi yang sakit.

Peninggian linen tempat

tidur menurunkan tekanan

pada sendi yang terinflamasi

atau nyeri

c. Biarkan pasien
c. Pada penyakit berat, tirah
mengambil posisi yang
baring mungkin diperlukan
nyaman pada waktu tidur
untuk membatasi nyeri atau
atau duduk di kursi.
cedera sendi.
Tingkatkan istirahat di

tempat tidur sesuai

indikasi

d. Dorong untuk sering


d. Mencegah terjadinya
mengubah posisi. Bantu
kelelahan umum dan kekakuan
pasien untuk bergerak
sendi. Menstabilkan sendi,
di tempat tidur, sokong
mengurangi gerakan/rasa
sendi yang sakit di
sakit pada sendi
atas dan di bawah,

hindari gerakan yang


menyentak

e. Anjurkan pasien untuk

mandi air hangat atau


e. Panas meningkatkan relaksasi
mandi pancuran pada
otot dan mobilitas,
waktu bangun. Sediakan
menurunkan rasa sakit dan
waslap hangat untuk
melepaskan kekakuan di pagi
mengompres sendi-sendi
hari. Sensitifitas pada
yang sakit beberapa
panas dapat dihilangkan dan
kali sehari. Pantau
luka dermal dapat
suhu air kompres, air
disembuhkan
mandi

f. Berikan masase yang

lembut
f. Meningkatkan
Kolaborasi elaksasi/mengurangi tegangan

otot
g. Beri obat sebelum

aktivitas atau latihan

yang direncanakan
g. Meningkatkan relaksasi,
sesuai petunjuk seperti
mengurangi tegangan otot,
asetil salisilat
memudahkan untuk ikut serta
(aspirin)
dalam terapi

Diagnosa II : Intoleransi aktivitas b/d perubahan otot.


Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada

aktivitas yang diinginkan.

INTERVENSI RASIONAL
a. Pertahankan istirahat a. Untuk mencegah kelelahan

tirah baring/duduk jika dan mempertahankan

diperlukan. kekuatan

b. Bantu bergerak dengan b. Meningkatkan fungsi sendi,

bantuan seminimal kekuatan otot dan stamina

mungkin. umum.

c. Dorong klien c. Memaksimalkan fungsi sendi

mempertahankan postur dan mempertahankan

tegak, duduk tinggi, mobilitas.

berdiri dan berjalan.

d. Berikan lingkungan yang d. Menghindari cedera akibat

aman dan menganjurkan kecelakaan seperti jatuh.

untuk menggunakan alat Untuk menekan inflamasi

bantu. Berikan obat- sistemik akut.

obatan
Diagnosa III : Resiko tinggi cedera b/d penurunan fungsi

tulang

Kriteria hasil : Klien dapat mempertahankan keselamatan

fisik

INTERVENSI RASIONAL
a. Kendalikan lingkungan a. Lingkungan yang bebas

dengan : Menyingkirkan bahaya akan mengurangi

bahaya yang tampak resiko cedera dan

jelas, mengurangi membebaskan keluaraga dari

potensial cedera akibat kehawatiran yang konstan.

jatuh ketika tidur

misalnya menggunakan

penyanggah tempat

tidur, usahakan posisi

tempat tidur rendah,


gunakan pencahayaan

malam, siapkan lampu

panggil.

b. Izinkan kemandirian dan


b. Hal ini akan memberikan
kebebasan maksimum
pasien merasa otonomi,
dengan memberikan
restrain dapat
kebebasan dalam
meningkatkan agitasi,
lingkungan yang aman,
mengegetkan pasien akan
hindari penggunaan
meningkatkan ansietas.
restrain, ketika pasien

melamun alihkan

perhatiannya ketimbang

mengagetkannya.

Diagnosa IV : Perubahan pola tidur b/d Nyeri.

Kriteria hasil : klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat

atau tidur

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri

a. Tentukan kebiasaan a. Mengidentipikasi


tidur biasanya dan intervensi yang tepat.

perubahan yang terjadi.

b. Berikan tempat tidur b. Meningkatkan kenyamanan

yang nyaman. tidur serta dukungan

pisiologis/psikologis.

c. Buat rutinitas tidur

baru yang dimasukkan c. Bila rutinitas baru

dalam pola lama dan mengandung aspek sebanyak

lingkungan baru. kebiasaan lama, stress dan

aansietas yang berhubungan

dapat berkurang. Membantu

menginduksi tidur
d. Instruksikan tindakan
d. Meningkatkan efek
relaksasi.
relaksasi.
e. Tingkatkan regimen
e. Dapat merasakan takut
kenyamanan waktu tidur,
jatuh karena perubahan
misalnya mandi hangat
ukuran dan tinggi tempat
dan massage.
tidur, pagar tempat tidur

memberikan keamanan untuk

membantu mengubah posisi.


f. Gunakan pagar tempat
f. Tidur tanpa gangguan lebih
tidur sesuai indikasi :
menimbulkan rasa segar,
rendahkan tempat tidur
dan pasien mungkin tidak
bila mungkin.
mampu kembali tidur bila

terbangun.

g. Hindari mengganggui
g. Mungkin diberikan untuk
bila mungkin, misalnya
membantu pasien tidur atau
membangunkan untuk obat
istirahat.
atau terapi.

Diagnosa V : Defisit perawatan diri b/d Nyeri

Kriteria Hasil : Klien dapat melaksanakan aktivitas

perawatan sendiri secara mandiri.

INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji tingkat fungsi a. Mengidentifikasi tingkat

fisik bantuan/dukungan yang

diperlukan.

b. Pertahankan mobilitas, b. Mendukung kemandirian

kontrol terhadap nyeri fisik/emosional.

dan program latihan.

c. Menyiapkan untuk
c. Kaji hambatan terhadap meningkatkan kemandirian
partisipasi dalam yang akan meningkatkan
perawatan diri,
identifikasi untuk harga diri.

modifikasi lingkungan.

d. Memberikan kesempatan
d. Identifikasi untuk untuk dapat melakukan
perawatan yang aktivitas secara mandiri.
diperlukan, misalnya

lift, kursi roda dll.

Pelaksanaan

Evaluasi
Daftar pustaka

Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC,

Jakarta

Kalim, Handono, 2010., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit

FKUI, Jakarta.

Mansjoer, Arif, 2016., Kapita Selekta Kedokteran, Media

Aesculaapius FKUI, Jakarta.

Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai