Oleh :
NPM.02.002.1163.
Mahasiswa
( ) ( )
KATA PENGANTAR
Penyusun
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tolak ukur kemajuan salah satu bangsa
sering kali dilihat dari harapan hidup penduduknya.
Demikian juga indonesia sebagai negara berkembang,dengan
perkembangan yang cukup baik,semakin tinggi harapan
hidupnya maka diproyeksikan dapat mencapai lebih dari 70
tahun pada tahun-tahun yang akan datang.
Pada tahun 2000 jumlah orang yang lanjut usia
sebesar 7,28% dan pada tahun 2020 diperediksikan sebesar
11,34 sebesar 11,34% (BPS, 1992). Dari data USABureu of
the cencus,bahkan diperkirakan indonesia akan mengalami
penambahan lansia terbesar seluruhdunia,antara tahun
1999-2025, yaiyu sebesar 41,4% (keinsela dan
teuber,1993).
Menua (menjadi tua = aging) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi dan
struktur normalnya sehinnga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Contantinides).
Proses menua (aging proses) merupakan bagian dari
kontinum kehidupan, pengaruh-pengaruhnya bervariasi
secara luas dari satu individu ke individu lainnya tidak
berkembang pada kecepatan yang sama, dan pada satu waktu
tertentu pasien dapat memperlihatkan hanya beberapa
karakteristik. Klasifikasi lansia telah berubah dari
tahun ketahun karena peningkatan lama hidup antara 65-
75 termasuk dewasa lanjut dan lebih dari 75 termasuk
dewasa lansia.
Dengan lanjutnya usia, energi pelan-pelan
berkurang, reaksi terhadap kejadian disekitarnya menjadi
lambat, daya kreatif dan inisiatif berangsur-angsur
menyempit dan pelan –pelan dia menarik diri.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam pembuatan laporan ini
adalah :
1. Mampu mengkaji data klien yang ada di Desa Kore
kab.Bima.
2. Mampu menganalisa data yang diperoleh.
3. Mampu merumuskan diagnosa secara cepat dan tepat.
4. Mampu memprioritaskan masalah dari suatu permasalahan
yang sedang dihadapi.
5. Mampu menentukan tujuan tindakan keperawatan.
6. Mampu merencanakan tindakan keperawatan.
7. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan yang telah
direncanakan.
8. Mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang
telah direncanakan.
C. Metode Penulisan
Adapun metode yang digunakan penulis adalah :
1. Metode Wawancara
Dimana pada metode yang digunakan ini diharapkan
peran aktif dari klien dari setiap pertanyaan yang
diajukan oleh perawat. Pada metode ini perawat bisa
memperoleh data yang lebih akurat, sehingga dapat
membantu perawat dalam menegakkan diagnosa
keperawatan.
2. Metode Observasi
Pada metode ini perawat menilai dan memantau setiap
tindakan dan sikap dari klien.
3. Studi kasus
Penulis melakukan atau mempelajari kasus yang akan di
lakukan pengkajian.
4. Studi kepustakaan
Penulis mempelajari kasus dengan menggunakan berbagai
teori atau literature yang diambil dari buku dan
kepustakaan.
5. Sumber data
Primer : Yang diperoleh dari klien itu sendiri.
Skunder : Yang di peroleh dari orang terdekat, team
kesehatan lain, serta hasil pemeriksaan fisik.
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Proses Menua
Menjadi orang tua adalah suatu prosess
menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan dari infeksi dan memperbaiki diri dari
kerusakan yang diderita
2. Teori Menua
a. Teori genetic
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa lama hidup
ditentukan pada informasi DNA pada gen.
b. Kerusakan DNA
Informasi yang dibutuhkan yang dibutuhkan seluntuk
membangun protein esensial tergantung pada bangunan
molekul DNA
c. Teori radikal bebas
Radikal bebas mengandung oksigen dengan aktivitas
yang tinggi yang sangat cepat bereaksi dengan
molekul lain dan membuat aktivitas enzim dan
protein dapat berubah.
d. Teori auto imun
Teori ini mengemukakan bahwa proses penuaan
diakibatkan karena antibodi yang bereaksi terhdap
sel normal dan merusaknya.
3. Batasan usia lanjut
1) Menurut WHO;
a) Middle Age / Usia Pertengahan
b) Elderly Age / Usia Lanjut
c) Old Age / Usia Lanjut Tua
d) Very Old Age / Usia Sangat Tua
2) Menurut UU Nomor 13 tahun 1998
UU nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia
menyebutkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang
berusia 60 tahun keatas.
3) Menurut Binner dan Jenner (1977).
a) Usia Kronologis.
Yaitu usia yang menunjuk pada jangka waktu
seseorang sesuai dengan tahun kelahirannya.
b) Usia Biologis.
Yaitu Usia yang menunjuk kepada jangka waktu
seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan
hidup tidak mati.
c) Usia Psikologis.
Yaitu usia yang menunjuk kepada kemampuan
seseorang untuk mengadakan penyesuaian-
penyesuaian kepada situasi yang dihadapi.
d) Usia Sosial.
Yaitu usia yang menunjuk kepada peran-peran yang
diharap atau diberikan masyarakat kepada
seseorang sehubungan dengan usianya.
4. Prinsip proses menua.
a. Proses menua merupakan proses secara terus menerus
(berlanjut) secara alamiah yang dialami semua
makhluk hidup.
b. Proses menua setiap individu pada organ tubuh tidak
sama cepatnya.
c. Proses menua bukanlah suatu penyakit namun
merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsang dari luar tubuh maupun
dalam tubuh.
Dengan demikian kaum lanjut usia sering menderita
berbagai penyakit.
h. Sistem Genito-Urinaria
1)Ginjal mengecil, Nefron atrofi, aliran darah ke
ginjal menurun.
2)Otot vesika urina menurun
3)Pembesaran prostat
4)Atrofi vulva
i. Sistem Endokrin
1)Semua produksi hormon menurun
2)Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
j. Sistem Integumen
1)Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak
2)Pigmentasi dan gangguan elastisitas kulit
3)Kelenjar keringat berkurang
4)Kuku jari menjadi keras dan rapuh
5)Menurunnya respon terhadap trauma
TINJAUAN KASUS
B. Riwayat keluarga
Genogram
Keterangan;
: Perempuan hidup
: Laki-laki hidup
: Perempuan meninggal
: Laki-laki Meninggal
: Klien
: Tinggal serumah
C. Riwayat Pekerjaan
1. Pekerjaan saat ini:
Klien mengatakan masih aktif bekerja sebagai
Pedagang.
2. Berapa jarak dari rumah:
Sekitar 5 meter dari rumah.
3. Alat transportasi:
Jalan kaki.
4. Alamat pekerjaan:
Klien mengatakan memiliki kios depan rumahnya.
5. Pekerjaan sebelumnya:
Kalau dulu klien mengaku aktif bekerja disawah
namun sekarang sudah tidak lagi karena sudah
tidak memiliki lahan.
6. Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap
kebutuhan:
NY.D menceritakan kebutuhan sehari-hari
terpenuhi dari hasil jualan. Selain itu tidak
ada lagi.
D. Riwayat Lingkungan Hidup
1. Tipe tempat tinggal:
Tipe rumah permanen.
2. Jumlah Kamar:
Rumah hanya terdiri dari 3 ruangan,yaitu ruang
tamu,kamar tidur dan dapur.
3. Jumlah tongkat:
Tidak ada.
4. Kondisi tempat tinggal:
Ruangan rumah tampak bersih,Ventilasi ada dan
selalu dibuka. Pencahayaan cukup, terdapat lima
lubang angin berukuran kecil (diameter sekitar
15-20 cm)..
5. Jumlah orang yang tinggal dirumah:
Ruangan ditempati oleh NY.D dan suaminya Tn.”A”
6. Derajat privasi:
derajat privasinya sangat baik.
7. Tetangga terdekat:
Disamping rumahnya terdapat rumah anak-anaknya,
didepan ada rumah anaknya yang bungsu dan
disamping utara rumahnya terdapat rumah anaknya
perempuannya yang nomer dua.
8. Alamat/telpon:
Desa kore kab.bima
E. Riwayat Rekreasi
1. Hobi / minat:
NY.D mengatakan hobby mengaji.
2. Keanggotaan organisasi:
Tidak pernah berorganisasi
3. Liburan perjalanan:
Tidak ada aktifitas berlibur seperti berjalan-
jalan bersama keluarga ataupun sendiri.
F. Sistim Pendukung
1. Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterapi:
Terdapat Poskesdes yang diketuai oleh seorang
bidan.
2. Jarak dari rumah:
Sekitar 100 meter.
3. puskemas:
puskesmas terdekat adalah yang berjarak sekitar
10 Km.
4. Klinik:
Tidak ada
5. Pelayanan kesehatan dirumah:
Tidak ada.
6. Makanan yang dihantarkan:
Makanan sehari-hari yang dihidangkan oleh ny.D
sendiri.
7. Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga:
Tidak ada perawatan khusus yang dilakukan
keluarga terkait upaya menjaga kesehatan NY.”D”.
G. Deskripsi Kekhususan
1. Kebiasaan ritual:
NY.D terbiasa melakukan ibadah sholat s olat
5 waktu, pengajian di Desanya sudah lama tidak
aktif.
H. Status Kesehatan
1. Statatus kesehatan untuk selama satu tahun yang
lalu: Klien mengatakan menderita sakit kepala
berat 2 hari yang lalu, terasa seperti goyang dan
berputar-putar, melayang dan muntah-muntah.
Keluhan ini sering sekali kumat, hampir setiap 2
atau 3 hari.
2. Status kesehatan umum selama lima tahun yang
lalu: Klien mengatakan pernah menderita demam
tinggi dan sakit kepala, kemudian keluarga
membawa berobat ke Puskesmas dan di vonis
penyakit Thyfus oleh dokter.
I. Keluhan Utama
Keluhan saat ini adalah rasa pusing yang masih
datang tiba-tiba, pengelihatan terasa perih dan
kabur.
Provokative/Paliative:
NY.D mengatakan merasakan pusing sudah lama,
hilang-timbul. Pusing biasanya kumat jikalau
sedang kelelahan bekerja atau kalau sedang ada
pikiran yang memberatkan.
Quality/Quantity:
Terasa goyang, berputar-putar dan seperti
melayang. Semakin berat terasa kalau tidur
dengan bantal yang rendah. Kepala terasa seperti
kosong
Region:
Rasa sakit dikepala terasa menyebar diseluruh
permukaan kepala. Sedangkan dimata perihnya
dibagian depan bola mata.
Severity Scale:
Skala Nyeri untuk pusing saat ini masih terasa
tidak terlalu berat dengan nilai 5 pada skala 0-
10.
Timming:
NY.D mengatakan biasanya sakit kepalanya kumat
pada malam hari saat sedang tidur atau bangun
tidur, apalagi sedang banyak pikiran atau
kelelahan.
1. Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan:
NY.D menyadari saat ini dirinya semakin tua dan
sering sakit namun dia harus tetap bekerja untuk
nafkah keluarga, kalaupun sakit ya harus
kedokter katanya.
2. Obat – obatan:
Obat yang sering dikonsumsi oleh NY.D adalah
Paracetamol diminum 3x1 tablet sehari atau
Fanadol 3x1 tablet sehari.
3. Status imunisasi:
NY.D mengatakan tidak pernah imunisasi
Alergi:
Tidak ada riwayat alergi.
Penyakit yang diderita:
NY.D mengatakan dirinya menderita Rhematik,
Pusing-pusing dan Pengelihatan kabur.
J. Aktivitas Sehari-hari
1. Indeks Katz
NY.D mendapatkan skor A artinya klien mandiri
dalam hal makan, mandi, berpakaian, toileting,
kontinen dan mobilisasi.
2. Oksigenasi
NY.D mengatakan tidak ada masalah pada
pernapasan, hal ini terbukti dengan bernapas
tanpa alat bantu dan frekuensi pernapasan klien
normal yaitu 20 kali/menit.
3. Cairan dan Elektrolit
NY.D mengatakan minum air putih 3 gelas per hari
setiap habis makan, selain air putih kelayan
juga terbiasa minum kopi 1 sehari.
4. Nutrisi
NY.D mengatakan makan 3 kali sehari, dengan menu
yang seimbang.
5. Eliminasi
NY.D mengatakan biasanya BAB sekali sehari dan
BAK sekitar 4-5 kali sehari.
6. Aktivitas
Pagi setelah sarapan NY.D segera memulai
aktifitas hariannya yaitu membuka kios dan mulai
bejualan. Demikianlah aktifitas harian yang
diceritakan oleh NY.”D”.
7. Istirahat tidur
NY.D tidak suka begadang, malam selepas sholat
Isya, mengobrol sejenak dan mereka siap-siap
untuk tidur. Karena baisanya menjdelang shubuh
pagi hari dia sudah terbangun katanya. Kecuali
jikalau ada keluhan seperti sebelumnya,
terkadang bisa tidak tidur semalam suntuk
tambahnya.
8. Personal Hygiene
Mandi 2 kali sehari, kadang disungai atau kadang
dikamar mandi sekitar rumahnya. Kadang memakai
sabun atau terkadang juga tidak pakai.
9. Seksual
Kebutuhan seksual biologis sudah lama tidak lagi
.
10. Rekreasi
Tidak ada rekreasi jalan-jalan yang di agendakan
oleh NY.D paling sekedar duduk-duduk di kios
bersama anak dan cucunya.
11. Psikologis
Persepsi klien:
Klien mengatakan keluhan kesehatan yang
dialaminya merupakan penyakit yang biasa di
derita orang tua.
Konsep diri yang terdiri dari :
o Identitas:
Klien mampu memahami kondisinya kini
sebagai orang lansia dan berprilaku
sebagaimana lansia pada umumnya.
o Body image:
Klien mengaku menyadari bentuk kondisi
tubuhnya dan memandang positif terhadap
kondisi dan keadaan tubuhnya saat ini.
o Ideal diri:
Klien dapat bertingkahlaku sewajarnya
sebagai mana lansia pada umumnya.
o Harga diri:
Klien dapat berinteraksi dengan masyarakat
tanpa kendala terkait rasa percaya diri
dan harga diri.
o Peran:
Klien bisa berinteraksi dengan masyarakat
sesuai dengan perannya sebagai orang yang
dituakan saat ini.
Emosi:
Ungkapan klien tentang emosi relatif stabil
walaupun terkadang marah juga sesekali waktu.
Adaptasi:
Klien mengatakan selalu bisa menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekitarnya.
Mekanisme pertahanan diri:
Setiap permasalahan yang sedang dihadapi oleh
klien selalu berusaha ia sampaikan ke
keluarga bahkan terhadap masalah yang kecil
sekalipun tak terkecuali permasalahan
kesehatan yang sering dialaminya.
K. Tinjauan Sistim
Keadaan umum: Baik
Tingkat kesadaran: Kompos mentis
GCS:
Membuka mata: 4 (spontan)
Verbal: 6 (Mengikuti perintah)
Motorik: 5 (Orientasi baik dan
sesuai)
Total GCS klien adalah 15
Tanda–tanda vital:
Nadi: 80 kali / menit
RR:20 kali / menit
Tensi:130/80 mmHg
Suhu: 37 derajat
VOD: 6/6 dan VOS: 5/6
1. Kepala
Inspeksi: Rambut putih, tipis, tidak terdapat
kutu, kulit kepala tidak terdapat lesi.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan, tidak ada
nyeri tekan.
2. Mata, telinga, hidung:
Inspeksi : mata: tampak gejala pengkristalan
pada lensa mata kiri lebih tebal daripada mata
kanan, tampak lingkaran halo pada kedua bola
mata,tampak lingkaran halo pada kedua
mata,VOD:6/6, VOS:5/6, telinga dan hidung bentuk
simetris,tidak tampak benjolan polip dihidung,
telinga kiri dan kanan tampak ada serumen,
konjungtiva normal, sclera tidak ikterik,
repleks pupil positif.
Palpasi :Tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri
tekan
3. Leher
Inspeksi: tampak simetris, tidak tampak
benjolan/pembengkakan kelenjar thyroid ataupun
vena jugularis.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat
pembesaran kelenjar tiroid, maupun pelebaran
vena jugularis .
4. Dada dan punggung :
Inspeksi : Bentuk dada simetris, punggung tampak
kiposis, tampak kemerahan, pernapasan normal
dengan tidak ada tarikan dinding dada, tidak
terdapat lesi disekitar dada dan punggung.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat
massa.
Perkusi : jaringan paru terdengar sonor, pada
daerah jantung terdengar suara pekak.
Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak
terdapat suara ronchi, dan vokal resonan antara
dinding kiri dan kanan sama getarannya dan tidak
ada suara tambahan(murmur).
5. Abdomen dan pinggang
Inspeksi: abdomen datar
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada
massa atau pun benjolan dan turgor kulit kembali
< 2 detik.
Perkusi : suara lambung timpani, hati redup.
Auskultasi : Bising usus normal 12x/menit
6. Ekstremitas atas dan bawah
Inspeksi : Kulit keriput, tidak tampak kemerahan
pada ekstremitas atas dan bawah tonus otot
ekstremitas atas 5, sedangkan ekstremitas bawah
5.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada
ekstremitas atas dan ekstremitas bawah,
persendian tidak teraba hangat.
Perkusi : ketukan tendom bisep dan terisep
normal, reflex patella (+).
7. Sistem imune: Tidak erkaji
8. Genetalia : Tidak terkaji
9. Sistem reproduksi: Klien tidak mengeluhkan
kelainan pada sistem reproduksi.
10. Sistem persarafan
Refleks fisiologis dalam keadaan normal dan
refleks patella yang kanan maupun yang kiri
normal, klien masih mampu tersenyum, meringis,
dan memperlihatkan gigi yang ada.
11. Sistem pengecapan: Kelien masih bisa membedakan
rasa manis, asin, asam dan pahit.
12. Sistem penciuman: Klien masih memiliki sistem
penciuman yang baik terlihat pada kelayan masih
bisa membedakan bau kopi dan parfum.
13. Taktil respon: Klien masih mampu merespon
terhadap stimulus panas, dingin.
L. Status Kognitif, Afektif dan Sosial
1) Short Portable Mental Status Questioner (7)
2) Mini Mental State Examination (MMSE)=27
3) Intervensin Depresi Back (4)
4) APGAR keluarga (7)
M. Data Penunjang
1) Laboratorium:-
2) Radiologi:-
3) EKG:-
4) CT scan:-
5) Obat–obatan: Paracetamol 500 mg
a. Analisa Data
No Symtom Etiologi Problem
1 DS: Ketegangan Gangguan
P:Klien mengatakan merasakan pusing fisik dan rasa
sudah lama, hilang timbul. fikiran nyaman
Pusing biasanya kumat jikalau sedang nyeri
kelelahan bekerja atau kalau sedang Pusing (kronis)
ada pikiran yang memberatkan.
Q:Terasa goyang, berputar-putar dan Nyeri
seperti melayang.
Semakin berat terasa kalau tidur
dengan bantal yang rendah.
Kepala terasa seperti kosong.
R:Klien mengatakan lokasi sakitnya jauh
didalam kepala.
S:Klien menyatakan nyerinya tidak
terlalu berat (sedang).
T:paling sering kumat pada saat tidur
pada malam hari atau kadang saat
bangun tidur.
DO:
o Klien mengekspresikan wajah
meringis saat menceritakan tentang
penyakitnya.
o Klien menunjukkan lokasi pusingnya
didalam kepala.
o Nyeri sedang nilai 5 Pada skala
nyeri 0-10. dirasakan 6 (0-10)
o TTV
TD : 130/90 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 37 C
b. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
ketegangan fisik dan pikiran.
2. Gangguan persepsi sensori pengelihatan
berhubungan dengan proses kristalisasi lensa mata
(katarak) ditandai dengan
3. Resiko cidera b/d penurunan visus
II. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
1 Gangguan Setelah 1. Pantau tanda-tanda 1. Mengenal dan memudahkan
rasa nyaman dilakukan vital, intensitas/skala dalam melakukan tindakan
pusing tindakan nyeri. keperawatan.
berhubungan keperawatan 2. Anjurkan klien 2. Istirahat untuk mengurangi
dengan selama 3x30 istirahat ditempat intesitas nyeri.
ketegangan menit di tidur. 3. Posisi yang tepat mengurangi
fisik dan harapkan pusing 3. Atur posisi pasien penekanan dan mencegah
pikiran. berkurang dengan senyaman mungkin ketegangan otot serta
kriteria hasil : 4. Anjurkan klien untuk mengurangi nyeri.
Klien meminimalkan pergerakan 4. Banyak gerak meningkatkan
mengungkapkan ketika tidur. intensitas pusing
rasa pusing 5. Motivasi keluarga untuk 5. Kerja sama keluarga
berkurang. membantu istirahat menciptakan lingkungan
Klien tampak tidur klien secara kondusif meningkatkan
tenang dan maksimal. kwalitas istirahat klien.
rileks. 6. Ajarkan teknik 6. Relaksasi mengurangi
Klien dapat relaksasi dan napas ketegangan dan membuat
beristirahat dalam. perasaan lebih nyaman.
tidur dengan 7. Jelaskan manfaat obat 7. Analgetik mengurangi pusing
analgetik untuk sehingga klien menjadi lebih
nyaman. mengurangi pusing. nyaman.
2 Gangguan Setelah 1. Kaji ketajaman 1. Penemuan data awal terhadap
Persepsi dilakaukan penglihatan klien dan komplikasi dapat mencegah
sensori tindakan observasi tanda-tanda kerusakan lebih lanjut.
penglihatan keperawatan disorientasi. 2. Meningkatkan keamanan
berhubungan selama 3x 30 2. Orientasikan klien mobilitas dalam lingkungan.
dengan menit klien terhadap lingkungannya. 3. Rangsangan cahaya yang berat
pengkris mampu 3. Kaji status penglihatan dapat menyebabkan
talan lensa meningkatkan yang kabur dan tanda- ketidaknyamanan.
mata kwalitas tanda iritasi mata. 4. Menghindarkan dari cidera
(katarak) pengelihatan 4. Modifikasi lingkungan fisik.
dalam batas dalam batas keamanan dan 5. Penatalaksanaan dini
situasi kondisi kenyamanan klien. mencegah komplikasi.
dengan kriteria; 5. Anjurkan klien untuk
Mengenal memeriksakan kesehatan
gangguan peglihatan lebih lanjut.
pengelihatan
dan mampu
berkompensasi
terhadap
perubahan
Mengidentifi
kasi potensial
bahaya dalam
lingkungan.
3 Resiko Setelah 1. Kurangi resiko bahaya 1.mencegah cidera
cidera b/d dilakukan dari lingkungan klien
penurunan tindakan seperti:
visus keperawatan -berikan pencahayaan
selama 3 x 30 yang adekuat
menit klien -turun dari tempat tidur
tidak mengalami dari sisi mata yang
cidera atau tidak mengalami gangguan
gangguan visus penglihatan
akibat jatuh -pasang pengaman tempat
dengan kriteria: tidur
Klien mampu -singkirkan benda-benda
mengidentifika berbahaya dari area yang
si hal – hal di lewati klien
yang
meningkatkan
resiko cidera
(jatuh)
Klien mampu
mengidentifika
si dan
menyingkirkan
benda-benda
berbahaya dari
lingkungan
Klien mampu
mencegah
aktifitas yg
meningkatkan
resiko cidera
2. 25/02/2021 Gangguan S:
Jam 11.00 Persepsi sensori Klien mengatakan masih bisa beraktifitas dengan aman.
penglihatan Rasa perih dimata masih terasa kalau terkena sinar/cahaya.
berhubungan Mata kanan lebih kabur.
dengan pengkris Keluarga kooferatif membantu klien dalam aktifitas sehari-hari.
talan lensa Keluarga mengatakan akan mengajak klien mengontrol
mata (katarak) penglihatannya ke puskesmas.
O:
VOD:6/6
VOS:5/6
Inspeksi: tampak lingkaran halo pada OD dan OS.
Pengapuran mata pada OS lebih tebal/lebih putih.
A:Masalah teratasi sebagian.
P:
Intervensi dipertahankan.
Beri support system kepada keluarga untuk memeriksakan klien ke
puskesmas.
Disusun Oleh :
NPM : 02.002.1163
2020/2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik : VERTIGO
Sasaran : Keluarga NY.’’D’’
Tempat : Desa Kore kab. bima
Hari/Tanggal : 28/02/2021
Waktu : 1 x 30 menit.
I. ANALISA SITUASI
A. Peserta
B. Tempat
Keadaan ruangan cukup luas,bersih dan nyaman.
II. TUJUAN
A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
III. MATERI
1. Pengertian Vertigo.
2. Penyebab Vertigo.
3. Gejala-gejala Vertigo.
4. Penatalaksanaan Vertigo.
5. Makanan pantangan penderita Vertigo.
IV.METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
V.MEDIA
- Leaflet
VIII. EVALUASI
A. Standar evaluasi
B. Pertanyaan evaluasi
1. Sebutkan pengertian Vertigo?
2. Sebutkan penyebab Vertigo?
3. Sebutkan gejala-gejala dari Vertigo tersebut?
4. Jelaskan cara penatalaksanaan Vertigo.
Mansoer ,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III. Jakarta : EGC
Internet : http://medicastore.com
Internet : www.triohardinhakim08.blogspot.com
1. Pengertian
Pengertian
Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya
memutar. Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari
tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari
jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo
mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan
kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus,
unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing.
(http://www.kalbefarma.com).
Etiologi
Menurut (Burton, 1990 : 170) yaitu :
Lesi vestibular
Fisiologik
Labirinitis
Menière
Obat ; misalnya quinine, salisilat.
Otitis media
“Motion sickness”
“Benign post-traumatic positional vertigo”
Lesi saraf vestibularis
Neuroma akustik
Obat ; misalnya streptomycin
Neuronitis
vestibular
Lesi batang otak, serebelum atau lobus temporal
Infark atau perdarahan pons
Insufisiensi vertebro-basilar
Migraine arteri basilaris
Sklerosi diseminata
Tumor
Siringobulbia
Epilepsy lobus temporal
Penyakit Sistem Vestibuler Perifer :
Telinga bagian luar : serumen, benda asing.
Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media
purulenta akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis,
kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan.
Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan
vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus Meniere ), mabuk
gerakan, vertigo postural.
Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor.
Inti Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria
serebeli posterior inferior, tumor, sklerosis multipleks.
Penyakit SSP :
Hipoksia Iskemia otak. : Hipertensi kronis, arterios-klerosis,
anemia, hipertensi kardiovaskular, fibrilasi atrium paroksismal,
stenosis dan insufisiensi aorta, sindrom sinus karotis, sinkop,
hipotensi ortostatik, blok jantung.
Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues.
Trauma kepala/ labirin.
Migren.
Epilepsi.
Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid, tumor
medula adrenal, keadaan menstruasi-hamil-menopause.
Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom
hiperventilasi, fobia.
Kelainan mata: kelainan proprioseptik.
Intoksikasi.
Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang
disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam
sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus
menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain
yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang
menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI,
susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap
oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler
memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul
kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah
proprioseptik.
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat
integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual
dan proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya
dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons
yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh
dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala
dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan
tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis,
atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses
pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo
dan gejala otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak
adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus,
unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.
Klasifikasi Vertigo
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok
:
a. Vertigo paroksismal
Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung
beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi
suatu ketika serangan tersebut dapat muncul lagi. Di antara serangan,
penderita sama sekali bebas keluhan. Vertigo jenis ini dibedakan
menjadi :
Yang disertai keluhan telinga :
Termasuk kelompok ini adalah : Morbus Meniere, Arakhnoiditis
pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor fossa
cranii posterior, kelainan gigi/ odontogen.
Yang tanpa disertai keluhan telinga :
Termasuk di sini adalah : Serangan iskemi sepintas arteria
vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada anak
(Vertigo de L’enfance), Labirin picu (trigger labyrinth).
Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi:
Termasuk di sini adalah : Vertigo posisional paroksismal laten,
Vertigo posisional paroksismal benigna.
b. Vertigo kronis
Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa (Cermin Dunia
Kedokteran No. 144, 2004: 47) serangan akut, dibedakan menjadi:
Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis
Tb, labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan
ototoksik, tumor serebelopontin.
Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis,
sindrom pasca komosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi,
sklerosis multipel, kelainan okuler, intoksikasi obat, kelainan
psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainan endokrin.
Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo
servikalis.
c. Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-
angsur mengurang, dibedakan menjadi :
Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster otikus,
labirintitis akuta, perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera pada
auditiva interna/arteria vestibulokoklearis.
Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom arteria
vestibularis anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika,
sklerosis multipleks, hematobulbi, sumbatan arteria serebeli
inferior posterior.
Ada pula yang membagi vertigo menjadi :
Vertigo Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler.
Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan sistem somatosensorik dan
visual.
Manifestasi klinik
Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan
reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun,
lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng
(dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata
merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.
Pemerikasaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan mata
Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
Pemeriksaan neurologik
Pemeriksaan otologik
Pemeriksaan fisik umum.
Pemeriksaan khusus :ENG
Audiometri dan BAEP
Psikiatrik
Pemeriksaan tambahan :
Laboratorium
Radiologik dan Imaging
EEG, EMG, dan EKG.
Penatalaksanaan Medis
Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari
:
Terapi kausal
Terapi simtomatik
Terapi rehabilitatif.
Pembimbing Lahan Mahasiswa
Mengetahui
Pembimbing Akademik
(...................................................)