Anda di halaman 1dari 46

KONSEP DAN SUHAN KEPERAWATAN PADA LANJUT

USIA DENGAN GANGGUAN PERNAFASAN


(TB)
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH:
KEPERAWATAN GERONTIK

DISUSUN
OLEH:
1.NURUL AZMI
2.INDRIA FITRIANI
3.ZULFAHMI

Dosen Pembimbing : Ns. Maulida M,kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


(STIKes) GETSIMPENA LHOKSUKON
TAHUN AJARAN 2019/2020

1
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Organisasi


kesehatan dunia / world health organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari populasi
dunia telah terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis. Tuberculosis masih merupakan salah
satu masalah kesehatan yang utama di dunia. Setiap tahun terdapat 9 juta kasus baru dan
kasus kematian hamper mencapai 2 juta manusia. Di semua Negara telah terdapat penyakit
ini, tetapi yang terbanyak Afrika sebesar 30%, Asia sebesar 55%, dan untuk Cina dan India
secara tersendiri sebesar 35% dari semua kasus tuberculosis.

Laporan WHO( global reports 2010), mengatakan pada tahun 2009 anga kejadian TB
diseluruh dunia sebesar 9,4 juta (antara 8,9 juta hingga 9,9 juta jiwa) dan meningkat terus
secara perlahan pada setiap tahunnya dan menurun lambat seiring didapati peningkatan
perkapita. Prevalensi kasus TB didunia sebesar 14 juta ( berkisar 12 juta sampai 16 juta).
Jumlah penderita TB di Indonesia mengalami penurunan, dari peringkat ke-3 menjadi
peringkat ke-5 dunia, namun hal ini dikarenakan jumlah penderita TB di Afrika selatan dan
Nigeria melebihi dari jumlah penderita TB di Indonesia.

Melihat fenomena masih tingginya angka kejadian TBC, penulis tertarik untuk
mengambil judul kasus ini adapun Alasan penulis mengambil judul ini karena penyakit
Tuberkulosis memerlukan pengobatan dan perawatan yang optimal, sehingga sangat
diperlukan penanganan yang tepat . penyakit ini akan terus mengalami perkembangan yang
progresif dan belum ada penyembuhan secara total untuk kasus TBC.

2
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa diharapkan mampu menerapkan asuhan keperawatan dengan gangguan


system pernapasan pada kasus Tuberculosis.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami tentang konsep dasar Tuberkulosis meliputi: defenisi,
klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan medis
& penatalaksanaan Keperawatan pada penderita Tuberkulosis.
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada penderita Tuberkulosis.
c. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada penderita Tuberkulosis
d. Mahasiswa mampu menetapkan intervensi keperawatan pada pasien Tuberkulosis.

C. Manfaat Penulisan

Mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan menambah keterampilan dalam


memberikan asuhan keperawatan , khususnya pada pasien dengan gangguan pernapasan :
Tuberkulosis.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan

1. Anatomi sistem pernapasan


Menurut Ernawati (2012), pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar
yang mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Sistem pernapasan pada
manusia dibagi atas 2 bagian, yaitu :
a. Saluran napas bagian atas
Terdiri atas hidung ( naso, nasal), sinus pranasal, faring (tekak) tonsil dan
adenoid, laring ( pangkal tenggorokan).
b. Saluran napas bagian bawah
Terdiri atas : trachea, bronchusutuma, bronchuslobaris,
bronchussementalis, bronchiale, terminal bronchiale.

Gambar 1. Sistem Pernapasan


5
6

4
Menurut Sloane (2003), system pernapasan terdiri dari:
1. Hidung
Hidung merupakan organ utama saluran pernapasan yang langsung
berhubungan dengan dunia luar yang berfungsi sebagai jalan masuk dan
keluarnya udara melalui proses pernapasan, selain itu, hidung juga berfungsi
untuk mempertahankan dan menghangatkan udara yang masuk dan sebagai
filter dalam membersihkan benda asing yang masuk.
2. Faring
Terletak antara rongga hidung bagian lateral dengan laring, dibelakang
ronga mulut. Faring terbagi atas tiga bagian, yaitu :
a. Nasofaring
Merupakan faring bagian atas yang berhungan dengan rongga
hidung. Pada bagian ini terdapat muara tubaeutachi yang berfungsi
menyeimbangkan tekanan udara pada membrane timpani.
b. Orofaring
Terletak dibagian rongga mulut antara langit-langit lunak dan
dasar lidah sampai tulang hyioid.
c. Laringofaring
Merupakan laring bawah dan faring, pada bagian ini terdapat
pertemuan antara saluran pernapasan dan saluran pencernaan Melalui
epiglotis.
3. Laring
Laring atau kotak suara merupakan saluran pencernaan yang berfungsi
sebagai jsoalan masuknya udara, membersihkan jalan masuknya udara ke
esophagus dan sebagai produksi suara.

4. Trakea
Trakea merupakan organ tabung antara laring sampai dengan puncak paru,
panjangnya sekitar 10-12 cm.

5
5. Bronkus
Bronkus merupakan cabang dari trakea yang bercabang dua ke paru-paru
kanan ( right lung ) dan paru-paru kiri ( left lung).
6. Paru-paru
Paru-paru berada pada rongga dada bagian atas, bagian samping dibatasi
oleh otot dan rusuk, dan dibagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot
kuat.
7. Alveolus (alveoli)
Unit fungsional paru-paru adalah alveoli. Alveolus merupakan bagian
terminal cabang-cabang bronkus yang bertanggung jawab akan struktur paru-
paru yang menyerupai kantong kecil pada salah satu sisinya.
2. Fisiologi pernapasan
Menurut Ernawati (2012), pernapasan merupakan proses pertukaran udara
diantara individu dan lingkungannya. Proses pernapasan terdiri dari tiga bagian yaitu :
a. Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari paru-paru yang
tergantung pada perbedaan tekanan antara mulut dan alveoli. Pada inspirasi, dada
mengembang, diafragma turun, dan volume paru bertambah. Ekspirasi merupakan
gerakan pasif.
Ventilasi paru bergantung pada empat faktor, yaitu :
1. Oksigen atmosfir yang adekuat
2. Jalan nafas yang bersih
3. Pengembangan paru yang adekuat
4. Regulasi pernapasan

8
b. Difusi gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan kapiler paru-
paru
c. Transport atau pengangkutan dan karbondioksida melalui darah kedalam dan dari
sel-sel ke jaringan

6
B. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian Tuberkulosis
Menurut Sylvia A.price dalam buku asuhan keperawatan praktis Huda,amin dan
Hardi Kusuma, (2016): 316. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi menular
yang disebabkan basil mycobacterium tuberculosis, atau basil tuberkel, yang tahan
asam. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan saluran pencernaan
dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang
berasal dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut.
Menurut Hood Alsagaff, (1995) : 73 dalam Wijaya, Andra Saferi dan Yessie
Mariza Putri, (2013) : 137. Tuberkulosis atau TB adalah penyakit infeksisus yang
terutama menyerang parenkim paru.

2. Etiologi
Menurut Wim De Jong dalam buku asuhan keperawatan praktis Huda,Amin dan
Hardi Kusuma ( 2016) : 317. Penyebab tuberculosis adalah mycobacterium
tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan,
sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mycobacterium tuberculosis
yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang
menderita mastitis tuberculosis usus. Basil tipe human bias berada di bercak luda
(droplet) dan diudara yang berasal dari penderita TBC, Dan orang yang terken rentan
terinfeksi bila menghirupnya.
Setelah organisme terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat bertahan hidup
dan menyebar ke nodus limfatikus local. Penyebaran
melalui aliran darah ini dapat menyebabkan TB pada orang lain , dimana infeksi
laten dapat bertahan sampai bertahun-tahun.(Patrick Davey).
Menurut Wim De Jong ,Dalam perjalanan penyakitnya terdapat 4 fase :
1. Fase 1 (fase tuberculosis primer)
Masuk ke dalam paru dan berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi
pertahanan tubuh.

7
2. Fase 2
3. Fase 3 (fase laten) :
Fase dengan kuman yang tidur ( bertahun-tahun/ seumur hidup) dan
reaktifitas jika terjadi perubahan keseimbangan daya tahan tubuh, dan bias
terdapat di tulang panjang, vertebra, tuba fallopi, otak, kelenjar limfhilus,
leher dan ginjal.
4. Fase 4 :
Dapat sembuh tanpa cacat atau sebaliknya, juga dapat menyebar ke organ
yang lain dan yang kedua adalah keginjal setelah paru.

3. Klasifikasi
Menurut Hood alsagaff, (1995) : 73 dalam Wijaya, Andra Saferi dan
YessieMariza Putri, ( 2013). Klasifikasi TB paru dibuat berdasarkan gejala klinik,
bakteriologik, radiologic, dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting
karena merupakan salah satu faktor determinan untuk menetapkan strategi terapi.
Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB paru dibagi sebagai
berikut:
a. TB paru BTA positif dengan criteria
1. Dengan atau tanpa gejala klinik
2. BTA positif : mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positi 1 kali
disokong biakan positif 1 kali atau disokong radiologic positif 1 kali.
3. Gambaran radiologi sesuai dengan TB Paru.
b. TB paru BTA negative dengan criteria :
1. Gejala klinik dan gambaran radiologi sesuai dengan TB Paru aktif
2. BTA negative, biakan negative tetapi radiologi positif
c. Bekas TB Paru dengan criteria :
1. Bakteriologi ( mikroskopik dan biakan) negative
2. Gejala klinik tidak ada atau gejala sisa akibat kelainan paru
3. Radiologic menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, Menunjukkan serial
foto yang tidak berubah
4. Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat ( lebih mendukung)

8
Klasifikasi menurut WHO, 1991 TB dibagi dalam 4 kategori yaitu:
1. Kategori 1, ditujukkan terhadap :

-kasus batuk dengan sputum positif


-kasus baru dengan bentuk TB berat
2. kategori 2, ditujukan terhadap :
- kasus kambuh
- kasus gagal dengan sputum BTA positif
3. kategori 3, ditujukan terhadap :
- kasus BTA negative dengan kelainan paru yang luas
- kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori
4. kategori 4, ditujukan terhadap :
- TB kronik

9
4. Patofisiologi

10
5. Manifestasi klinis

Menurut Corwin,Elizabeth J (2009) : 547. Gambaran klinis tuberculosis


mungkin belum muncul pada infeksi awal, dan mungkin tidak akan pernah tampak
apabila tidak terjadi infeksi aktif. Apabila terjadi infeksi aktif, pasien biasanya
memperlihatkan:
a. Demam, serta ada batuk/ batuk darah
b. Malaise
c. Keringat malam
d. Hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan
e. Batuk purulent produktif disertai nyeri dada

Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik


dan gejala sistemik:

1. Gejala respiratorik, meliputi:


a. Batuk : Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yangpaling
sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak
bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b. Batuk darah : Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin
tampak berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darh atau darah
segar dalamjumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya
pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya
pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak napas : Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas
atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax,
anemia dan lain-lain.
d. Nyeri dada : Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.
Gejala ini timbul apabila system persarafan di pleura terkena.

11
2. Gejala sistemik, meliputi:
a. Demam : Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore
dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin
panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
b. Gejala sistemik lain : Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan serta malaise.
c. Timbul gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi
penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat
juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
d.
6. Komplikasi
Menurut Corwin,Elizabeth J (2009) :548 komplikasi penyakit Tuberkulosis
adalah :
a. Penyakit yang parah dapat menyebabkan sepsis yang hebat, gagal napas, dan
kematian.
b. Tb yang resisten terhadap obat dapat terjadi. Kemungkinan galur lain yang
resisten obat dapat terjadi.

7. Cara Penularan dan faktor resiko

Menurut Hood alsagaff, (1995) : 73 dalam Wijaya, Andra Saferi dan


YessieMariza Putri, ( 2013). Dan menurut Brunner dan Suddarth. Tubercolosis
ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara. Individu terinsfeksi
melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet besar
( lebih besar dari 100u ) dan kecil ( 1 sampai 5 u ). Droplet yang besar menetap,
sementara droplet yang kecil tertahan diudara dan tertiup oleh individu yang rentan.

Individu yang beresiko tinggi untuk tertular tuberculosis adalah :

12
a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif
b. Individu imunosupresif ( Termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang
dalam terapi kortikosteroid atau mereka yang terinfeksi dengan HIV )
c. Pengguna obat-obatan IV dan alkoholik
d. Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat ( tunawisma,tahanan,
etnik dan ras minoritas terutama anak-anak dibawah usia 15 tahun atau dewasa
muda antara yang berusia 15-44 tahun )

e. Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya ( misalny
diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi, bypass gasterektomi
yeyunoileal )
f. Imigran dari negara dengan insiden TB yang tinggi ( Asia tenggara, Afrika,
Amerika latin, karibia )
g. Setiap individu yang tinggal di institusi ( misalnya fasilitas perawatan jangka
panjang, institusi psikiatrik, penjara )
h. Indivudi yang tinggal didaerah perumahan substandart kumuh
i. Petugas kesehatan
j. Resiko untuk tertular TB juga tergantung pada banyaknya organisme yang
terdapat di udara

8. Pemeriksaan penunjang
Menurut Mansjoer,dkk (1999: hal 472), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan
pada klien dengan tuberkulosis paru, yaitu:
1. Laboratorium darah rutin : LED normal/ meningkat, limfositosis
2. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70% pasien yang dapat
didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini
3. Tes PAP (peroksidase anti peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining
untuk menentukan adanya igG spesifik terhadap basil TB

13
Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan ini ditujukan untuk pemeriksaan terhadap
Mycobacterium penyebab infeksi paru dan kuman-kuman yan lain.

Pemeriksaan dahak dilakukan dengan pengumpulan 3 spesimen


dahak yang dikumpulkan pada 2 hari kunjungan yang berurutan berupa
sewaktu-pagi-sewaktu (SPS).
S(sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung
pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah
pot dahak untuk mengumpulkan dahak pada pagi, hari ke-2.
P (pagi) : dahak dikumpulkan di rumah pada pagi, hari kedua segera
setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserehkan kepada
petugas di UPK.
S(sewaktu) : dahak dikumpulkan di UPK pada hari ke-2, saat
menyerahkan dahak pada pagi hari.

Cara pengambilan sputum secara umum:

1. Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana


kemungkinan untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Atau
juga
bisa diambil sputum sewaktu. Pengambilan sputum juga harus
dilakukan sebelum pasien menyikat gigi.
2. Agar sputum mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien mengonsumsi air
yang banyak pada malam sebelum pengambilan sputum.
3. Jelaskan pada pasien apa yang dimaksud dengan sputum agar yang
dibatukkan benar-benar merupakan sputum, bukan air liur/saliva
ataupun campuran antara sputum dan saliva. Selanjutnya, jelaskan
cara mengeluarkan sputum.

14
4. Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk berkumur-
kumur dengan air dan pasien harus melepas gigi palsu(bila ada).
5. Sputum diambil dari batukkan pertama(first cough).
6. Cara membatukkan sputum: Tarik nafas dalam dan kuat(dengan
pernafasan dada)batukkan kuat sputum
dari bronkus trakea mulut wadah penampung.
Wadah penampung berupa pot steril bermulut besar dan
berpenutup(Screw Cap Medium).
7. Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan adalah
air liur/saliva, maka pasien harus mengulangi membatukkan sputum.
8. Sebaiknya, pilih sputum yang mengandung unsur-unsur khusus,
seperti, butir keju, darah dan unsur-unsur lain.
9. Bila sputum susah keluarlakukan perawatan mulut
Perawatan mulut dilakukan dengan obat glyseril
guayakolat(expectorant) 200 mg atau dengan mengonsumsi air teh
manis saat malam sebelum
pengambilan sputum.
10. Bila sputum juga tidak bisa didahakkan, sputum dapat diambil
secara:

 Aspirasi transtracheal
  Bronchial lavage
  Lung biopsy

4. Penatalaksanaan Medis

Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu


berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan
bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di
samping itu perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang
dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short Course

15
(DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari lima komponen
yaitu:

1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam


penanggulangan TB.

2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung


sedang pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan
kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan
langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan
pertama dimana penderita harus minum obat setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.

Terapi pengobatan

Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga


mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT
serta memutuskan mata rantai penularan.

Beberapa jenis resisten obat harus dipertimbangkan ketika merencanakan


terappi efektif :

1) Resisten obat primer : resisten terhadap satu agen antituberkulosis


agris depan individu yang sebelumnya belum mendapatkan
pengobatan

2) Resisten obat didapat atau sekunder : resisten terhadap satu atau


lebih agen antituberkulosis pada pasien yang sedang menjalani
terapi
3) Resisten banyak obat : resisten terhadap dua agens,
INH(Isoniazid) dan RIF (Rifamfisin).

16
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari
obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai
dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid,
Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah Kanamisin,
Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat
Rifampisin/INH.

Menurut Somantri (2008 : 63) jenis dan dosis obat :


a) Isoniazid ( INH)
Bersifat bakterisid dapat membunuh 90% kuman populasi
kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat
efektif terhadap kuman dalam metabolik aktif, yaitu kuman yang
sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kh BB, efek
samping kejang, anoreksia, malaise, demam, nyeri epigastrik dan
trombositopenik.
b) Rifamfisin
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semidormant
(persistent) yang tidak dapat dibunuh oleh Isoniazid. Dosis 10 mg/kg
BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intermitten 3x
seminggu. Efek samping demam, menggigil, anemia hemolitik,
terdapat kerusakan hati yang berat, dan supresi imunitas.
c) Pirazinomid
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam
sel dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kgBB.
Sedangkan untuk pengobatan intermitten 3x seminggu diberikan
dengan dosis 3,5 mg/kgBB. Efek samping gangguan hari, gout
anoreksia, mual-muntah, malaise dan demam.
d) Streptomicin
Bersifat bakterisid, dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kgBB.
Sedangkan untuk pengobatan intermitten 3x seminggu digunakan

17
dosisi yang sama. Efek samping vertigo, sempoyongan dan dapat
menurunkan fungsi ginjal
e) Etambutol
Bersifat sebagai bakterisiostatik. Dosis harian yang dianjurkan
15 mg/kgBB. Sedangkan untuk pengobatan intermitten 3x seminggu
digunakan dosis 30 mg/kgBB. Efek samping penurunan ketajaman
penglihatan, gout, gatal, nyeri sendi, sakit kepala dan nyeri perut.

5. Pencegahan
Pencegahan umum :
a. Mengurangi kontak dengan penderita TBC aktif
b. Menjaga standar hidup yang baik dengan makanan bergizi, lingkungan
yang sehat dan berolahraga.
c. Pemberian vaksi bacille calmette guerin (BCG) untuk mencegah kasus
TBC yang lebih berat.
d. Menyediakan fasilitas pelayanan atau medis yang memadai.
e. Memberikan penyuluhan tentang TBC
f. Menjaga kebersihan seperti : cuci tangan dan tubuh harus dipertahankan
sebagai kegiatan rutin
g. Bagi penderita dan keluarga dalam serumah, alat-alat makan ditaruh secara
terpisah

Pencegahan bagi penderita :


a. Ketika batuk sebaiknya menutup mulut
b. Jangan meludah disembarang tempat
c. Makan makanan yang bergizi dan diit tinggi kalori tinggi protein (TKTP)

Terdapat beberapa cara untuk mencegah TBC :


a. Sinar ultraviolet pembasmi bakteri, sinar ini bisa membunuh bakteri yang
terdapat diudara.

18
b. Isoniazid sangat efektif jika diberikan kepada orang-orang dengan resiko
tinggi tuberculosis. Misalnya petugas kesehatan dengan hasil tes
tuberculin positif, tetapi hasil rontgen tidak menunjukkan adanya
penyakit. Isoniazid diminum setiap 6-9 bulan.
c. Dinegara berkembang, vaksin BCG digunakan untuk mencegah infeksi
micobacterium tuberculosis.

A. Asuhan Keperawatan

B. Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. Identitas Klien
Nama : Ny. A
Umur : 72 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Aceh
Agama : Islam
Status Perkawinan : Janda
Keluarga yang dapat dihubungi : 085260643431
Telp :-

B. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama : klien mengatakan batuk berdahak dan sulit bernafas.
Status Kesehatan Setahun Terakhir: klien mengatakan dua tahun terakhir sakit tb.
Riwayat jatuh/injuri : (penyebab, gejala, tempat jatuh)
Riwayat penyakit dahulu : tb
Riwayat penggunaan obat-obatan :
a. Nama Obat : OAT

19
b. Dosis :-
Alergi :
Makanan :-
Obat-obatan :-
Lingkungan :-

C. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual
Psikologis :
Adakah orang yang terdekat dengan pasien : kilen mengatakan orang terdekat keluarganya
1. Masalah-masalah utama yang dialami : klien mengatakan sering batuk berdahak
dan sesak nafas.
2. Bagaimana sikap klien terhadap proses penuaan : klien mengatakan sangat bersyukur dengan
kehidupannya dalam menjalani kehidupannya.
3. Bagaimana cara klien menangani stress yang dialami : klien mengatakan cara bersabar dan
melakukan aktivitas seperti biasa
4. Apakah harapan klien saat ini : klien berharap bisa segera sembuh agar tidak merepotkan
keluarganya
5. Apakah harapan klien akan datang : klien mengatakan ingin bersama keluarganya sampai tutup
usia.

Sosial :
1. Dari mana sumber keuangan klien saat ini : keluarganya
2. Apa kegiataan klien dalam mengisi waktu luang : beraktifitas di rumah seperti biasa dan
menikmati masa tuanya
3. Aktivitas klien saat ini : kegiatan IRT
4. Kegiatan / organisasi yang saat ini di ikuti : pengajian
5. Seberapa sering lansia berhubungan dengan orang lain diluar rumah : klien mengatakan hanya
ketika ada waktu luang .
Spiritual :
1. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan : klien mengatakan selalu
melakukan ibadah secara teratur.

20
2. Apakah klien aktif terlibat dalam kegiatan keagamaan : klien mengatakan akan pergi jika
keadaanya sehat.
3. Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal : klien mengatakan bahwa klien percaya dengan
takdir yg telah di tetapkan

D. Pola Kebiasaan Sehari-hari (saat ini)


Pola Nutrisi :
Frejuensi : 1x/hari
Nafsu makan : kurang baik
Jenis makan : MB
Kebiasaan sebelum makan : mencuci tangan dan berdoa
Kesulitan mengunyah : tidak
Nyeri saat menelan : ya
Pola eliminasi :
Buang air Kecil ;
Frekuensi : 3 – 4 x/ hari
Nyeri saat BAK : tidak
Retensi Urine : tidak
Inkotinensia : tidak
Buang Air Besar ;
Frekuensi : 1 x / hari
Nyeri saat BAB : tidak
Melena : tidak
Keluhan : tidak
Apakah klien memakai pencahar Frekuensi : tidak
Pola personal hygine :
Mandi ;
Frekuensi : 2 x/hari
Oral Hygine ;
Frekuensi : 2 x / hari
Waktu : pagi dan malam

21
Penggunaan pasta gigi : ya
Cuci Rambut ;
Frekuensi : seminggu 3 kali
Penggunaan shampoo : ya
Pola Istirahat dan Tidur ;
Lama tidur : 6 jam
Kebiasaan tidur siang : tidak
Kebiasaan sebelum tidur : membaca doa ketika tidur
Keluhan/masalah saat sebelum tidur : merasa kesulitan
Pola aktivitas dan latihan ;
Kegiatan dalam pekerjaan sehari-hari : sebagi IRT
Kegiatan waktu luang : berkunjung ke keluarga terdekat
Aktivitas olah raga : tidak ada
Keluhan saat aktifitas : -

E. Pemeriksaan Fisik
1. Vital Sign :
 Tinggi badan : 148 cm Berat badan : 50 Kg
Respiratory : 28 x / m.
 Temperatur : 36,9 C Nadi : 90 x (kuat/lemah;teratur/tidak)
 Tekanan darah : 120 mmHg
2. System :
NO KEPALA YA TIDAK KETERANGAN

1 Sakit kepala Tidak

2 Riwayat trauma Tidak

3 Pusing Tidak

4 Gatal kulit kepala Tidak

22
NO MATA YA TIDAK KETERANGAN

1 Perubahan penglihatan Ya Lanjut usia

2 Kacamata Tidak Penglihatan kabur

3 Air mata berlebihan Tidak -

4 Pruiritus Tidak -

5 Bengkak Tidak -

6 Diplopia Tidak -

7 Pandangan kabur Tidak -

8 Fotophobia Tidak -

9 Riwayat infeksi Tidak

NO TELINGA YA TIDAK KETERANGAN

1 Perubahan pendengaran Ya Karena mengkonsumsi obat tb

2 Keluaran Tidak -

3 Tinitus Tidak -

4 Vertigo Ya Gangguan pergerakan

5 Sensitifitas pendengaran Tidak -

6 Riwayat infeksi Tidak -

7 Alat protesa Tidak -

NO MULUT TENGGOROKAN YA TIDAK KETERANGAN

1 Sakit tenggorokan Tidak -

2 Lesi /ulkus Tidak -

23
3 Serak /perubahan suara Ya Karena penumpukan sekret

4 Kesulitan menelan ya Karena penumpukan sekret.

5 Pendengaran gusi Tidak

6 Caries gigi Ya Gigi berlubang

NO LEHER YA TIDAK KETERANGAN

1 Kekakuan Tidak -

2 Nyeri Tidak -

3 Benjolan /massa Tidak -

4 Keterbatan gerak Tidak -

NO SSP YA TIDAK KETERANGAN

1 Sakit kepala Tidak -

2 Kejang Tidak -

3 Sinkope /serangan jatuh Tidak -

4 Paralisis Tidak -

5 Paresis Tidak -

6 Masalah koordinasi Tidak -

7 Tremor /spasme Tidak -

8 Parestesia Tidak -

9 Cedera kepala Tidak -

10 Masalah memori Tidak

24
NO ENDOKRIN YA TIDAK KETERANGAN

1 Intoleransi panas Tidak -

2 Intoleransi dingin Tidak -

3 Goiter Tidak -

4 Pigmentasi kulit Tidak -

5 Perubahan rambut Ya Lanjut usia

6 Poliphagia Tidak -

7 Polidipsi Tidak -

8 Poliuri Tidak -

NO CARDIOVASKULER YA TIDAK KETERANGAN

1 Nyeri dada Tidak -

2 Palpitasi Tidak -

3 Sesak nafas Tidak -

4 Dispnoe d’effort Tidak -

5 Dispnoe noktural Tidak -

6 Orthopnoe Tidak -

7 Murmur Tidak -

8 Edema Tidak -

9 Varises Tidak -

10 Perestesia Tidak -

11 Perubahan warna kulit Tidak -

25
NO GASTROINTESTINAL YA TIDAK KETERANGAN

1 Disphagia Tidak -

2 Nyeri ulu hati Tidak -

3 Mual /muntah Tidak -

4 Hematemesis Tidak -

5 Perubahan nafsu makan ya Karena kesulitan menelan

6 Intoleran makanan Tidak -

7 Ikterus Tidak -

8 Diare Tidak -

9 Konsultipasi Tidak -

10 Perdarahan rektum Tidak

11 Haemoroid Tidak

NO INTEGUMEN YA TIDAK KETERANGAN

1 Lesi /luka Tidak -

2 Pruitus Tidak -

3 Perubahan pigmentasi Tidak -

4 Perubahan tekstur Tidak -

5 Perubahan nevi Tidak -

6 Sering memar Tidak -

7 Perubahan rambut Tidak -

8 Perubahan kuku Tidak -

9 Penonjolan tulang kalus Tidak -

26
NO HEMOPOETIK YA TIDAK KETERANGAN

1 Perdarahan /memar abnormal Tidak -

2 Pembengkakan kelenjar limfe Tidak -

3 Anemia Tidak -

4 Riwayat transfusi darah Tidak -

NO PERKEMIHAN YA TIDAK KETERANGAN

1 Disuria Tidak -

2 Frekwensi Tidak -

3 Menetes Tidak -

4 Ragu – ragu Tidak -

5 Dorongan Tidak -

6 Hematoria Tidak -

7 Poliuria Tidak -

8 Oliguria Tidak -

9 Nokturia Tidak -

10 Inkotinensia Tidak -

11 Batu Tidak -

12 Infeksi Tidak -

NO MUSKULOSKELETAL YA TIDAK KETERANGAN

1 Nyeri persendian Tidak -

2 ROM Tidak -

3 Kekakuan Tidak -

27
4 Pembengkakan sendi Tidak -

5 Deformitas Tidak -

6 Spasme Tidak -

7 Kelemahan otot Tidak -

8 Masalah cara berjalan Tidak -

9 Nyeri pinggang Tidak -

10 Proteksi Tidak

E. Aktifitas dan Latihan


Kemampuan perawatan diri :

Skor : 0 = mandiri,

1 = dibantu sebagian,

2 = perlu bantuan orang lain,

3 = perlu bantuan orang lain dan alat,

4 = tergantung/ tidak mampu

Aktifitas 0 1 2 3 4

Mandi 0

Berpakaian 0

Mobilisasi di tempat tidur 0

Pindah 0

Ambulasi 0

Naik tangga 0

28
Belanja 0

Memasak 0

Merapikan rumah 2

A. Kognitif dan Perseptual


 Status mental :
 Tingkat kesadaran : compos mentis
 Afasia : tidak

 Dimensia :  ya,  tidak

 Orientasi :  normal,  bingung,  tidak ada respon


 Bicara :  normal,  gagap,  afasia,  bloking
 Bahasa yang digunakan : Aceh, indonesia

 Kemampuan membaca :  bisa,  tidak


 Kemampuan interaksi :  sesuai,  tidak. Sebutkan !

 Pendengaran :  normal,  terganggu kanan/kiri,  tuli kanan/kiri,  alat bantu

pendengaran,  tinitus
 Penglihatan :  normal,  kacamata,  lensa kontak,  terganggu kanan/kiri,  buta

kanan/kiri  kabur kanan/kiri,  lainnya. Sebutkan !


 Vertigo :  ya,  tidak

B. Lingkungan

 Jenis lantai rumah :  tanah,  tegel,  porselin lainnya. Sebutkan !


 Kondisi lantai :  licin,  lembab,  kering  lainnya. Sebutkan!
 Tangga rumah :

  Tidak ada
  Ada :  aman (ada pegangan),  tidak aman
29
 Penerangan :  cukup,  kurang
 Tempat tidur :  aman (pagar pembatas, tidak terlalu tinggi),  tidak aman
 Alat dapur :  berserakan,  tertata rapi
 WC :

  Tidak ada
  Ada :  aman (posisi duduk, ada pegangan),  tidak aman (lantai licin, tidak ada
pegangan)

 Kebersihan lingkungan :  bersih (tidak ada barang membahayakan),  tidak bersih dan tidak
aman (pecahan kaca, gelas, paku, dll.)

C. Pengetahuan
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya : klien mengatakan tidak terlalu mengetahui tenta g
penyakitnya.

INSTRUMEN PENGKAJIAN TENTANG KEAMANAN

KATZ INDEKS
Termasuk dalam kategori manakah klien anda :
A : Mandiri dalam makan, kontinen,toileting, berpakaian, berpindahdan mandi
B : Mandiri dalam semua hal, kecuali salah satu dari fungsi diatas
C : Mandiri, kecuali mandi dan satu fungsi yang lain
D : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi lain
E : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, toileting dan satu fungsi lain
F : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, toileting berpindah dan satu fungsi lain
G : Ketergantungan untuk semua fungsi

No Kriteria Dengan Bantuan Mandiri


1 Makan 5 10
2 Berpindah dari kursi roda ke II dan sebaliknya 5 – 10 15
3 Personal toilet 0 5
4 Keluar masuk toilet 5 10

30
5 Mandi 5 15
6 Jalan dipermukaan datar 0 5
7 Naik turun tangga 5 10
8 Mengenakan pakaian 5 10
9 Kontrol Bowels 5 10
10 Kontrol Bladder 5 10

3. Pengkajian Individual dan lingkungan


 Apakah klien mengalami gangguan penglihatan ?
(  ) Ya ( ) Tidak ( ) Kanan/Kiri/keduanya
 Kapan terjadinya ? ( ) Siang/malam/semua (  ) jauh/dekat/keduanya
 Bagaimana ? (  ) Remang-remang/terlihat dobel/buta
 Pakai alat bantu kacamata? ( ) Ya (  ) Tidak
 Jika memakai kacamata bagaimana fungsinya ? ( ) Jelas/tidak jelas
 Apakah klien mengalami gangguan pendengaran ? ( ) Ya (  ) Tidak ( )
Kaki/keduanya ( ) Sensori/konduksi/campuran
 Membran Telinga? (  ) Utuh ( ) Cacat
 Apakah mengalami gangguan neorimuskuler? (  ) Ya ( ) Tidak
 Apakah klien mengalami kelemahan fisik ? (  ) Ya ( ) Tidak
 Apakah klien mengalami postural Hypertensi ? ( ) Ya (  ) Tidak
 Apakah klien mengalami inkontinensia ? ( ) Ya (  ) Tidak
 Yang manakah ? Defekasi/Miksi/keduanya
 Apakah klien pernah jatuh ? (  ) Ya ( ) Tidak
 Berapaka kali ? ( ) > 3 kali/bulan ( ) >1 kali/bulan (  ) baru sekali
 Kapan terjadinya ? ( ) Siang/malam
 Dimana terjadinya ? (  ) Diluar rumah ( ) Dikamar tidur ( ) Dikamar mandi
 Apakah masing-masing ruang/jalan/gang ada lampu ? (  ) Ya/sebagian/tidak
 Fungsinya ? (  ) Baik ( ) Tidak
 Apakah ada lampu emergensi ? ( ) Ya (  ) Tidak ( ) Bertenaga baik/tidak
( ) Mudah dijangkau/tidak ( ) Mencukupi/tidak
 Apakah ada pegangan ? ( ) Ya ( ) Tidak
 Apakah warna lantai dengan dinding sama? ( ) Ya (  ) Tidak
 Apakah ada warna gelap sebagai warna pembatas antara dinding dan lantai ? ( )
Ya (  ) Tidak
 Bagaimana kondisi lantai kamar mandi ? ( ) Licin ( ) Tidak rata ( ) Kasar ()
Bersih ( ) Kotor
 Bagaimana kondisi lantai didalam rumah dan teras ? ( ) Licin ( )
Tidak rata ( ) Kasar (  ) Bersih ( ) Kotor
 Adakah tangga/undak-undakan ? (  ) Ya ( ) Tidak
31
 Dimana ? (  ) Didalam rumah ( ) Dluar rumah
 Berapa sudut tangga ? ( ) >60 ( ) 30 – 60 (  ) <30
 Berapa jarak ketinggian tiap anak tangga ? ( ) >30 cm (  ) 15 – 30 cm ( ) <15 cm
 Ada peganggan pada tangga? (  ) Ya ( ) Tidak
 Ada jalan khusus untuk kursi roda ? ( ) Ya (  ) Tidak
 Bagaimana perabotan rumah tangga?
- Tempat tidur
- Almari
- Meja
- kursi
 Apakah rendah (< 45 cm), tinggi, stabil,goyah ?
 Apakah kursi ada sandaran, pegangan ?

PENGKAJIAN STATUS MENTAL

Short Portable Status Questioner (SPSMQ)

Instruksi:
Ajukan pertanyaan 1 – 10 pada daftar ini dan catat semua jawaban .
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan sepuluh pertanyaan

Benar Salah No Pertanyaan


 1 Tanggal berapa hari ini ?
 2 Hari apa sekarang ini ?
 3 Apa nama tempat ini ?
 4 Berapa nomor telepon anda ?
 4.a Dimana alamat anda ?
 5 Berapa umur anda ?
 6 Kapan anda lahir ?
 7 Siapa presiden indonesia sekarang ?
 8 Siapa presiden sebelumnya ?
 9 Siapa nama ibu anda ?
 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka
baru, semua secara menurun

Secara total : 10
Interprestasi hasil : 10

Mini – Mental State Exam (MMSE)

32
No Nilai Nilai Kriteria
Maximal Klien
1 Orientasi
5 5 Menyebutkan dengan benar :
 Tahun
 Musim
 Tanggal
 Hari
 Bulan
5 4 Dimana kita sekarang berada ?
 Negara
 Propinsi
 Kota
 PSTW
 Wisma
2 Registrasi
3 3 Sebutkan nama 3 objek oleh pemeriksa, kemudian tanyakan
kepada klien ketiga objek tadi :
 Negara apa yang sering Ny. A kunjungi
 Apa yang sering Ny. A lakukan
 Sudah berapa lama Ny. A mengidap penyakit TB.
3 Perhatian
dan kalkulasi

5 5 Minta klien untuk memulai angka 100 kemudian kurangi 7


sampai 5 kali/tingkat :
 Ny. A dari angka 100 di kurang 7 berapa
 Coba Ny. A kurang 7 lagi
 Di kurang 7 lagi berapa hasilnya Ny. A
 Coba Ny. A kurang 7 lagi
 Sekrang Ny. A kurang 7 lagi berapa hasil
keseluruhannya
4 Mengingat
3 2 Minta klien untuk mengulang ke 3 objek pada pertanyaan
no. 2 :
 Coba Ny. A ulang pertanyaan saya mengenai negara
 Sekarang Ny. A ulangi lagi pertanyaan saya yang ke 2
 Baikalah Ny. A coba ibu ulangi lagi pertanyaan sayay
yang terakhir tadi
5 Bahasa
9 7 Tunjukkan pada klien suatu benda dan tanyakan pada klien
nama benda tersebut :
 Coba Ny. A perhatikan gambar ini dan apa yang ibu

33
lihat di gambar ini
 Sekarang coba perhatikan gambar satu lagi dan apa yg
Ny. A lihat

Minta klien untuk mengulang kata berikut : “tak ada jika,


dan, atau, tetapi” bila benar nilai 1 point
 Coba Ny. A katakan tak ada jika, dan atau tetapi
Pernyataan benar

Minta klien untuk mengikuti perintah berikut


 Coba Ny. A Ambil kertas ditangan
 Lalu Ny. A Lipat dua
 Dan Ny. A taruh dilantai

Perintahkan pada klien untuk satu hal (bila aktifitas sesuai


perintah nilai 1 point)
 ……………………..

Perintahkan pada klien untuk menulis satu kalimat dan


menyalin gambar :
 Coba Ny. A tuliskan satu kalimat yg ibu sukai
 Coba Ny. A gambarkan apa yg saya gambarkan

D. Pemeriksaan Penunjang (Kalau Ada)


E. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

34
1. DS : Peradangan Bersihan jalan
parenkim paru nafas tidak
- Klien mengatakan adanya efektif
penumpukan dahak dan
sulit bernafas.

DO :
Peningkatan
- TD :120/70 mmHg produksi sputum
- N :90 X / m
- Rep : 30 x /m
- Tem : 36,9 c
- Aulkultasi paru ronchi +
sputum kental. Tertahannya sekresi

Jalan nafas
terganggu

DS : - klien mengatakan kurang Proses menua Kurangnya


2. mengetahui tentang penyakitnya  pengetahuan
Penurunan daya
DO : ingat

- Klien tampak menahan
Kurangnya
rasa sakit saat bernafas
informasi
- Klien tampak bertanya
tentang penyakitnya.

35
C. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif.
2. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

KRITERIA SKOR BOBOT NILAI PEMBENARAN

Sifat masalah : 2/3x1=2/3 Keadaan dimana harus


segera di atasi supaya
- tidak atau kurang sehat 3 1 tidak membahayakan
- ancaman kesehatan 2 lansia yang tinggal
bersama keluarga
-gangguan kesehatan 1

Kemungkinan masalah untuk 2/2x2= 2 Penyediaan sarana yamg


diubah: murah dan mudah di
2 2 dapat oleh keluarga
- Dengan mudah
1
- Hanya sebagian
0
- Tidak dapat

Potensi masalah untuk dicegah: 0/2x1=0 Keluarga yamg


mempunyai kesibukan
- Tinggi 3 1 yang tinggi, tetapi tetap
- Cukup 2 merawat orang tua
lansia suatu
- Rendah
1 penghormatan dan
pengabdian bagi
keluarga.

36
Menonjolnya masalah 0/2x1 = 0 Keluarga merasa bahwa
keadaan tersebut telah
- masalah berat harus 2
berlangsung lama dan
segera di tangani
tidak pernah ada
- ada masalah, tetapi
1 1 kejadian yang membuat
tidak harus segera di
lansia cedera.
tangani
- masalah tidak di 0
rasakan

Jumlah: 3 : 1/3

D. Rencana Keperawatan
Nama : Ny. A

Alamat : seuneubok teungoh

Dx : TB

No Diagnosa PERENCANAAN

Keperawatan NOC NIC

1 Bersihan jalan Tujuan : 1. kaji keadaan umum klien


nafas tidak 2. Auskultasi suara nafas .
Setelah di lakukan tindakan 3. Anjurkan pasien untuk istirahat .
efektif.
keperawatan selama 48 jam di 4. berikan tindakan non farmakologis
harapakan klien : 5. berikan motivasi tentang
KH : meminimalkan aktivitas

37
- keadaan umum 6. kolaborasy dalam pemberian terapi
membaik
- ttv normal

 Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara napas
yang bersih, tidak ada
sianosis, dispnea ( mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernapas dengan
mudah, tidak ada pused
lips)
 Menunjukkan jalan napas
yang paten ( klien tidak
merasa tercekik, irama
napas , frekuensi
pernapasan dalam
rentang normal, tidak ada
suara napas abnormal)
 Mampu
mengidentifikasikan dan
mencegah faktor yang
dapat menghambat jalan
napas.

2 Kurangnya Tujuan : 1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga


pengetahuan 2. Berikan penkes tentang TB.
Setelah di lakukan tindakan
berhubungan 3. Evaluasi tingkat pengetahuan
dengan keperawatan selama 48 jam di keluarga
harapkan klien :
kurangnya
informasi KH :

38
- menambah
pengetahuan klien dan
keluarga
- mengetahui sejauh
mana klien dan
keluarga memahami
tentang penyakitnya.

E. Catatan Perkembangan
Nama : Ny. A
Alamat : seuneubok teungoh
Dx : TB
TGL
NO DX IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
WAKTU

39
1. 11 juni 2020 / 1. 1. Mengakaji keadaan S : klien mengatakan ada
10.00 WIB umum klien dahak dan sulit bernafas.
2. Mengkaji suara nafas.
O : klien tampak sulit bernafas
3. mengauskultasi suara
nafas - k/u baik
4. menganjurkan pasien
- TD :130/80 mmHg-
untuk istirahat .
- N :80 X / m
5. memberikan tindakan
- Rep : 28 x /m
non farmakologis
- Tem : 36,9 c
6. memberikan motivasi
- Suara nafas ronchi
tentang
meminimalkan A : maslah belum teratasi
aktivitas
7. Mengajarkan teknik - Bersihan jalan nafas
relaksasi tidak efektif
8. Memberikan motivasi
P : intervensi di lanjutkan
tentang
meminimalkan - pantau k/u klien-
aktivitas - anjurkan teknik
relaksasi
- kolaborasi dalam
pemberian terapi

40
2. 11 juni 2020/ 10.30 2. 1. mengkaji tingkat S : klien mengatakan tidak
WIB pengetahuan tahu tentang penyakitya.
keluarga
0 : - tampak bingung
2. memberikan penkes
tentang rematik - tampak bertanya
3. mengevaluasi tingkat
pengetahuan A : masalah kurangnya
keluarga. pengetahuan teratasi sebagian

P : intervensi di lanjutkan

- Kaji tingkat
pengetahuan keluarga
- Berikan penkes
tentang TB
- Evaluasi tingkat
pengetahuan keluarga

41
Nama : Ny. A
Alamat : Seuneubok teungoh
Dx : TB

No Tgl / jam Dx IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF

1. 12 juni 2020/ 1. 1. Memantau k/u klien S : klien mengatakan


10.30 WIB 2. Mengkaji skala nyeri Dahaknya mulai
3. Menganjurkan teknik berkurang dan
relaksasi nafasnya udah mulai
normal
O : - k/u mulai
membaik
- TD :130/80
mmHg
- N :80 X / m
- Rep : 24 x /m
- Tem : 36,5 c
- Suara nafas
vasikuler
A : maslah bersihan
jalan nafas kurang
efektif teratasi
sebagian.

P : intevensi di
hentikan

2 12 juni 2020 / 2. 1. mengkaji tingkat pengetahuan S : klien mengatakan

42
11.00 WIB keluarga sudah mengetahui
2. memberikan penkes tentang
rematik
tentang penyakitnya.
3. mengevaluasi tingkat
pengetahuan keluarga.
O : - klien tampak
mengerti.
A : masalah teratasi

P : intervensi di
hentikan

43
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Organisasi


kesehatan dunia / world health organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari populasi
dunia telah terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan agar tenaga kesehatan akan lebih dapat
memahami tentang konsep dasar dan pemberikan asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan
TB.

44
DAFTAR PUSTAKA

Gloria, M.B. (2004). Nursing Intervention Classification. America: Mosby Elsevier.


Herdman, T.H. (2009). NANDA International Nursing Diagnoses: Defenitions and Classification
edition 2009-2011. United Kingdom: Willey Blackwell.
Lueckenotte, A.G. (1996). Gerontologic Nursing. America: Mosby.
Masjoer, A, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran (edisi ketiga). Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Media Aesculapius.
Moorhead. (2004). Nursing Outcomes Classification (fourth edition). America: Mosby Elsevier
Purwoastuti, E. (2009). Waspadai Gangguan Rematik. Yogyakarta: Kanisius.
Wiyayakusuma, H. (2007). Atasi Rematik dan Asam Urat Ala Hembing. Jakarta: Puspa Swara.

45

Anda mungkin juga menyukai