L DENGAN HALUSINASI
PENDENGARAN DI YAYASAN PEMENANG JIWA MEDAN
Oleh:
MARLINA
200202033
Preseptor Akademik
Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi segala rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny.L DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSNIASI PENDENGARAN DI
YAYASAN PEMENANG JIWA”. Dalam penyusunan laporan ini banyak
mendapat bantuan, moivasi, dukungan dan bimbingan yang berharga dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis inni mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu:
1. Parlindungan Purba, SH, MM, sebagai Ketua Yayasan Sari Mutiara
Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, sebagai Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia
3. Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, sebagai Dekan Fakultas Farmasi dan
Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
4. Delvin selalu Direktur Yayasan Pemenang Jiwa
5. Ns. Rinco Siregar, MNS, sebagai Keua Program Studi S-I Keperawatan
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
Medan.
6. Ns. Jek Amidos Pardede, M. Kep, Sp. KepJ, selaku Koordinator Program
Studi Ners dan Preceptor klinik Praktek Ners
7. Jenny Marlindawani Purba, S. Kp, MNS, Ph. D selaku Preceptor klinik
Praktek Ners
8. Ns. Erwin Silitonga, M.Kep, selaku Preceptor klinik Praktek Ners
9. Seluruh staff Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu
KesehatanUniversitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ......................................................................................i
Kata Pengantar ..............................................................................................ii
Daftar Isi .........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Umum ...................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Khusus ..................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Halusinasi Pendengaran
2.1.1 Definisi .......................................................................................... 3
2.1.2 Klasifikasi Halusinasi .................................................................... 3
2.1.3 Etiologi ......................................................................................... 4
2.1.4 Rentang Respon ............................................................................. 9
2.1.5 Tanda dan Gejala ........................................................................... 12
2.1.6 Komplikasi .................................................................................... 13
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Identitas Klien .................................................................................. 22
3.2 Alasan Masuk ................................................................................... 22
3.3 Faktor Predisposisi............................................................................ 22
3.4 Fisik .................................................................................................. 23
3.5 Psikososial......................................................................................... 23
3.6 Mekanisme Koping .......................................................................... 26
3.7 Masalah Psikososial dan Lingkungan .............................................. 26
3.8 Pengetahuan Kurang tentang Gangguan Jiwa................................... 26
3.9 Analisa Data .................................................................................... 27
3.10 Pohon Masalah ............................................................................... 29
3.11 Diagnosa Keperawatan .................................................................. 29
3.12 Intervensi Keperawatan .................................................................. 30
3.13 Implementasi dan Evaluasi ............................................................. 32
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian ........................................................................................ 42
4.2 Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 43
4.3 Implementasi .................................................................................... 44
4.4 Evaluasi ............................................................................................ 45
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 46
5.2 Saran ................................................................................................. 46
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Skizofrenia merupakan gangguan psikiatri yang menimbulkan disabilitas
yang cukup luas, serta dicirikan oleh suatu siklus kekambuhan dan remisi.
Sampai saat ini para ahli belum mendapatkan kesepakatan tentang definisi
baku dari kekambuhan skizofrenia. Insiden kambuh pasien skizofrenia sangat
tinggi, yaitu berkisar 60%-75% setelah suatu episode psikotik jika tidak
diterapi. Pasien skizofrenia yang tidak teratur minum obat mengalami
kekambuhan sebesar 74%, di antaranya memerlukan rehospitalisasi sebasar
71%. (Mubin & Livano 2019)
Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis
bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan
menimbulkan gangguan pada satu atau lebih fun gsi kehidupan manusia
(Keliat, 2014).
Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat
signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita
gangguan jiwa bertambah. Berdasarkan data dari World Health Organisasi
(WHO) dalam Yosep (2013), ada sekitar 450 juta orang di dunia yang
mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan hasil penelitian dari Rudi Maslim
dalam Mubarta (2011) prevalensi masalah kesehatan jiwa di Indonesia
sebesar 6,55%. Angka tersebut tergolong sedang dibandingkan dengan negara
lainnya. Data dari 33 Rumah Sakit Jiwa ( RSJ ) yang ada di seluruh
Indonesia menyebutkan hingga kini jumlah penderita gangguan jiwa berat
mencapai 2,5 juta orang. Sedangkan pada tahun 2013 jumlah penderita
gangguan jiwa mencapai 1,7 juta (Riskesdas, 2018 ).
Halusinasi merupakan distrosi pesepsi yang tidak nyata dan terjadi pada
respon neurobiologis maladaptive. Halusinasi yang dialami oleh individu
dapat disebabkan melalui faktor presdisposisi dan presipitasi (Stuart, Keliat &
Pasaribu, 2016).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan secara holistik dan
komprehensif kepada Ny.Ldengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran.
2.1.3 Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi sebagai faktor risiko yang menjadi sumber terjadinya
stres yang mempengaruhi tipe dan sumber dari individu untuk menghadapi
stres baik yang biologis, psikososial dan sosial kultural. Membedakan
stressor predisposisi menjadi tiga, meliputi biologis, psikologis dan sosial
budaya. Stressor predisposisi ini kejadiannya telah berlalu (Stuart, 2013).
Penjelasan secara rinci tentang ketiga stressor predisposisi tersebut sebagai
berikut menurut Keliat (2011) :
a. Biologis
Faktor biologis terkait dengan adanya neuropatologi dan
ketidakseimbangan dari neurotransmiternya. Dampak yang dapat dinilai
sebagai manifestasi adanya gangguan adalah perilaku maladaptif klien .
Secara biologi riset neurobiologikal memfokuskan pada tiga area otak
yang dipercaya dapat melibatkan klien mengalami halusinasi yaitu
sistem limbik, lobus frontalis dan hypothalamus.
b. Psikologis
Meliputi konsep diri, intelektualitas, kepribadian, moralitas,
pengalaman masa lalu, koping dan keterampilan komunikasi secara
verbal . Konsep diri dimulai dari gambaran diri secara keseluruhan yang
diterima secara positif atau negatif oleh seseorang. Penerimaan
gambaran diri yang negative menyebabkan perubahan persepsi
seseorang dalam memandang aspek positif lain yang dimiliki.
c. Sosial Budaya
Meliputi status sosial, umur, pendidikan, agama, dan kondisi politik.
Menurut Nyumirah, 2013 ada beberapa hal yang dikaitkan dengan
masalah gangguan jiwa. Salah satunya yang terjadi pada klien
halusinasi adalah masalah pekerjaan yang akan mempengaruhi status
sosial. Klien dengan status sosial ekonomi yang rendah berpeluang
lebih besar untuk mengalami gangguan jiwa dibandingkan dengan klien
yang memiliki status sosial ekonomi tinggi.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan
tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap
stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan
kekambuhan (Keliat, 2014). Faktor presipitasi sebagai suatu stimulus
yang dipersepsikan oleh individu apakah dipersepsikan sebagai suatu
kesempatan, tantangan, ancaman/tuntutan.
Adaptif Mal adaptif
Pikiran logis Kadang pikiran Gangguan proses
Persepsi akurat terganggu pikir/delusi
Emosi konsisten Ilusi Halusinasi
dengan pengalaman Emosi Tidak mampu mengalami
Perilaku sesuai berlebihan/kurang emosi
Hubungan social Perilaku yang tidak bisa Perilaku tidak terorganisir
positif Menarik diri Isolasi social
1. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah
tersebut, respon adaptif:
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman.
d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
2. Respon Psikososial
Respon psikosial meliputi:
a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan.
b. Ilusi adalah interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
c. Emosi berlebihan atau berkurang.
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindar interaksi dengan
orang lain.
3. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan,
adapun respon maladaptif meliputi:
a. Kelainan pikiran adalah keyakianan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertetangan dengan
kenyataan sosial.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari
hati.
d. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu
kecelakaan yang negatif mengancam.
2.1.6 Komplikasi
Halusinasi dapat menjadi suatu alasan mengapa klien melakukan tindakan
perilaku kekerasan karena suara-suara yang memberinya perintah sehingga
rentan melakukan perilaku yang tidak adaptif. Perilaku kekerasan yang
timbul pada klien skizofrenia diawali dengan adanya perasaan tidak
berharga, takut dan ditolak oleh lingkungan sehingga individu akan
menyingkir dari hubungan interpersonal dengan orang lain (Keliat, 2014).
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan masalah utama gangguan
sensori persepsi: halusinasi, antara lain: resiko prilaku kekerasan, harga
diri rendah dan isolasi sosial.
BAB III
TINJAUAN KASUS
c.1 Identitas Klien
Inisial : Ny. L
Ruang Rawat : Yayasan Pemenang Jiwa
Tanggal Pengkajian : 16 Februari 2021
Umur : 53 Tahun
Agama : Buddha
c.4 Fisik
Klien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital, didapatkan hasil TD : 120/80 mmHg ; N : 82x/i ; S : 36,5oC ; P : 20x/i.
Klien memiliki tinggi badan 160 cm dan berat badan 67 Kg.
c.5 Psikososial
c.5.1 Genogram
Penjelasan :
Klien merupakan anak keempat dari 4 bersaudara, klien memiliki 2 abang dan
1 kakak perempuan. Klien belum menikah.
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: meninggal
3.5.4 Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan: Klien beragama buddha dan yakin
dengan agamanya.
b. Kegiatan Ibadah : Klien ikut melakukan ibadah selama
dirawat.
Diagnosa Keperawatan
3.11.1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
3.11.2. Isolasi Sosial: Menarik Diri
3.11.3. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
3.11 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Intervensi
SP 4:
Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan melakukan
kegiatan terjadwal
DO: SP 3:
- klien tampak murung Latih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih kedua
- lebih banyak diam
- nada bicara pelan SP 4:
Senin,15 1. Data S:
Februari - Klien sering, mondar – mandir, berbicara sendiri, berbicara
- klien mengerti apa yang dikatakan oleh
2021 ngawur, sering senyum-senyum sendiri, sering mengarahkan
perawat.
telinganya ke tempat – tempat tertentu.
Jam 10: 45 O:
- Klien sering mendengarkan suara – suara tanpa wajah yang
wib
menyuruhnya untuk berbicara bicara sendiri. - klien mampu mengenali halusinasinya dengan
- Klien mengatakan suara – suara tersebut muncul 2 kali/ hari, mandiri
muncul pada saat melamun - klien mampu menghardik halusinasinya
- Klien merasa gelisah dan takut jika mendengar suara tersebut. dengan motivasi perawat
A : Halusinasi pendengaran (+)
SP 1
P : Latihan menghardik halusinasi 2 kali sehari.
a. Identifikasi jenis halusinasi
b. Identifikasi isi halusinasi
c. Identifikasi waktu halusinasi
d. Identifikasi frekuensi halusinasi
e. Identifikasi situasi yang menyebabkan halusinasi
f. Identifikasi respon klien terhadap halusinasi
g. Latih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
2. Implementasi Keperawatan
a. Mengidentifikasijenis halusinasi
b. Mengidentifikasi isi halusinasi
c. Mengidentifikasi waktu halusinasi
d. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
e. Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan halusinasi
f. Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi
g. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
Rencana Tindak Lanjut : SP 2 (Latih cara minum obat secara teratur.
3. Intervensi Keperawatan
A : Halusinasi pendengaran (+)
SP 4
PEMBAHASAN
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas, maka penulis dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pengkajian dilakukan secara langsung pada klien dan juga dengan
menjadikan status klien sebagai sumber informasi yang dapat mendukung
data-data pengkajian. Selama proses pengkajian, perawat mengunakan
komunikasi terapeutik serta membina hubungan saling percaya antara
perawat-klien. Pada kasus Ny. L, diperoleh bahwa klien mengalami gejala-
gejala halusinasi seperti mendengar suara-suara, gelisah, mondar-mandir.
Faktor predisposisi pada Ny.L yaitu pernah mengalami gangguan jiwa
sebelumnya serta memiliki riwayat mengonsumsi alkohol.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Ny. L adalah Halusinasi
pendengaran dan harga diri rendah. Tetapi pada pelaksanaannya, penulis
fokus pada masalah utama yaitu halusinasi pendengaran.
3. Perencanaan dan implementasi keperawatan disesuaikan dengan strategi
pelaksanaan pada pasien halusinasi pendengaran.
4. Evaluasi diperoleh bahwa terjadi peningkatan kemampuan klien dalam
mengendalikan halusinasi yang dialami serta dampak pada penurunan
gejala halusinasi pendengaran yang dialami.
1.2 Saran
1. Bagi Perawat
Diharapkan dapat menerapkan komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan
strategi pertemuan 1-4 pada klien dengan halusinasi sehingga dapat
mempercepat proses pemulihan klien.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan bimbingan klinik kepada mahasiswa profesi ners
sehingga mahasiswa semakin mampu dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien-pasien yang mengalami halusinasi pendengaran
3. Bagi Yayasan Pemenang Jiwa
Laporan ini diharapkan dapat menjadai acuan dan referensi dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi
pendengaran.
DAFTAR PUSTAKA
Satria Fajrullah S.A dan Ice Yulia Wardani. 2019. Efektivitas Penerapan Standar
Asuhan Keperawatan Jiwa Generalis Pada Pasien Skizofrenia Dalam Menurunkan
Gejala Halusinasi. http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/view/4855/pdf
http://eprints.umm.ac.id/id/eprint/50094
Keliat, B.A dan Akemat. 2014. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
JakartaEGC.
http://repo.unikadelasalle.ac.id/index.php?p=show_detail&id=4270&keywords =
http://dx.doi.org/10.20527/jbk.v9i2.950
Muhith, Abdul. Pendidikan keperawatan jiwa: Teori dan aplikasi. Penerbit Andi,
2015.
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=Yp2ACwAAQBAJ&oi=fnd&pg =
https://doi.org/10.26714/jkj.1.2.2013.%25p
Pardede, J. (2020). Family Knowledge about Hallucination Related to Drinking
Medication Adherence on Schizophrenia Patient. Jurnal Penelitian
Perawat Profesional, 2(4), 399-408.
https://doi.org/10.37287/jppp.v2i4.183
http://repo.unikadelasalle.ac.id/index.php?p=show_detail&id=3773&keywords =
Yosep Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: Refika Aditama
http://repo.unikadelasalle.ac.id/index.php?
p=show_detail&id=10567&keywords
Yusuf, Ahmad Dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
http://eprints.umpo.ac.id/id/eprint/6107
http://dx.doi.org/10.26576/profesi.87