Anda di halaman 1dari 12

KEBENCANAAN SOSIAL: TAWURAN ANTAR PELAJAR

D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK 10:
1. Marlina
2. Pebriantris
3. Oinike

Dosen Pembimbing:
Edriyani Yonlafados M.Kep

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA
MEDAN
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tawuran merupakan suatu perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh
sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Kata tawuran sepertinya bagi masyarakat
Indonesia ini sudah tidak asing lagi di telinga. Pada umumnya, tawuran diamati sebagai suatu
tindakan yang tidak dibenarkan. Tawuran antar pelajar maupun tawuran antar remaja
semakin menjadi semenjak terciptanya geng-geng sekelompok anak muda. Mereka sudah
tidak merasa bahwa perbuatan tawuran yang dilakukan sangatlah tidak terpuji dan bisa
menggangu ketenangan dan ketertiban masyarakat. Sebaliknya, mereka malah merasa
bangga jika masyarakat itu takut dengan geng/kelompoknya. Seorang pelajar yang
berpendidikan seharusnya tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji seperti itu.

Biasanya permusuhan antar sekolah itu terjadi dimulai dari masalah yang sangat sepele.
Remaja yang masih labil tingkat emosinya justru menanggapi sebagai sebuah tantangan bagi
mereka. Masalah sepele tersebut bisa berupa saling ejek ataupun masalah memperebutkan
seorang wanita. Pemicu lain biasanya adanya rasa dendam. Dengan rasa kesetiakawanan
yang tinggi para siswa tersebut akan membalas perlakuan yang disebabkan oleh siswa
sekolah yang dianggap merugikan seorang siswa atau mencemarkan nama baik sekolah.
Sebenarnya jika dilihat lebih dalam lagi, salah satu akar penyebabnya adalah permasalahan
yang dihadapi individu yang kemudian menyebabkan depresi seseorang, sebagaimana kita
tahu bahwa materi pendidikan di sekolah Indonesia itu cukup berat. Akhirnya stress yang
memuncak itu mereka tumpahkan dalam bentuk yang tidak terkendali yaitu tawuran. Akibat
dari tawuran pelajar itu sendiri, antara lain :
1. Kematian dan luka berat bagi para siswa, pelaku dan masyarakat.

2. Kerusakan yang parah pada kendaraan dan kaca gedung atau rumah yang terkena lemparan

batu.

3. Trauma pada para siswa dan masyarakat yang menjadi korban.

4. Rusaknya mental para generasi muda.

5. Turunnya kualitas pendidikan di Indonesia.


Hal terpenting adalah bagaimana menemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan
persoalan ini. Seluruh lapisan masyarakat harus ikut berperan dalam menanggulangi kasus
tawuran pelajar, yaitu orang tua, guru/sekolah, pemerintah termasuk juga aparat kepolisian yang
menangani para pelaku tawuran pelajar tersebut. Dalam bukunya yang berjudul “Dinamika
Masyarakat Indonesia”, Prof. Dr. Awan Mutakin berpendapat bahwa sistem sosial yang stabil
(equilibrium) dan berkesinambungan (kontinuitas) senantiasa terpelihara apabila terdapat adanya
pengawasan melalui dua macam mekanisme sosial dalam bentuk sosialisasi dan pengawasan
sosial (control social).1 Tawuran pelajar antar sekolah bukanlah hal yang tidak mungkin terjadi di
Yogyakarta, meskipun tawuran pelajar yang terjadi di Yogyakarta tidak sebanyak dan sesering di
kota-kota lain seperti Jakarta. Tawuran pelajar di kota pelajar seperti Yogyakarta ini sangatlah
memprihatinkan dan sangat tidak mencerminkan sebagai kota pendidikan dan budaya. Menurut
Pasal 28 G ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 “Setiap orang berhak atas perlindungan diri
pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta
berhak atas rasa aman dan perlindungan darn ancaman ketakutan untuk berbuat sesuatu yang
merupakan hak asasi”. Di dalam pasal 28 G ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 dimaksudkan
agar setiap perbuatan yang dilakukan oleh pelaku tawuran pelajar merupakan perbuatan yang
melanggar hak asasi seseorang untuk mendapatkan rasa aman. Selain orang tua dan sekolah,
dalam hal ini polisi mempunyai peranan penting dalam menindak para pelaku tawuran pelajar.

1.2.Tujuan Kegiatan

1.2.1 Tujuan Umum


Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan remaja mampu menerapkan perilaku remaja
yang baik dan bermoral.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Menjelaskan tentang pengertian tawuran antar pelajar.
2. Menjelaskan faktor penyebab terjadinya tawuran antar pelajar.
3. Menampilkan roleplay tawuran antar pelajar.
4. Menjelaskan dampak tawuran antar pelajar.
5. Menjelaskan hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi tawuran antar pelajar.
1.3. Tahap Pelaksanaan

No Tahap Kegiatan Kegiatan peserta


1. Pendahuluan 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan TIU dan TIK 3. Memperhatikan

2. Pelaksanaan Menjelaskan:
1. Pengertian tawuran antar 1. Mendengarkan
pelajar
2. Faktor penyebab terjadinya 2. Mendengarkan
tawuran antar pelajar
3. Roleplay tawuran antar 3. Memperhatikan
pelajar
4. Dampak tawuran antar 4. Mendengarkan
pelajar
5. Hal-hal yang dapat 5. Mendengarkan
dilakukan untuk mengatasi
tawuran antar pelajar

3. Penutup 1. Tanya jawab Mendengarkan dan


2. Mengucapkan terima Memperhatikan
kasih dan memberikan
salam.

BAB 2
MATERI
2.1. Pengertian Tawuran Antar Pelajar

Dalam kamus bahasa Indonesia “tawuran”dapat diartikan sebagai perkelahian


yang meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar.
Dan “kelompok” adalah sekumpulan orang yang mengindetifikasi satu sama lain dan
merasa bahwa mereka saling memiliki. Suatu kelompok ketika dua atau lebih orang
berinteraksi selama lebih dari beberapa saat, saling mempengaruhi satu sama lain melalui
beberapa cara, dan memikirkan diri mereka sebagai “kita”. Sehingga pengertian tawuran
pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana
perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar.
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan
sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja,
dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional
dan sistematik.
a. Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan”
mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk
memecahkan masalah secara cepat.
b. Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu
organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus
diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila
dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui
bahwa pada masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah geng yang
mana dari pembentukan geng inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya
peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman
sebayanya
Tawuran merupakan salah satu bentuk kenakalan remaja, yaitu kecenderungan
remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan
kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang umumnya
dilakukan remaja di bawah umur 17 tahun. Aspek kecenderungan kenakalan remaja
terdiri dari (1) aspek perilaku yang melanggar aturan atau status, (2) perilaku yang
membahayakan diri sendiri dan orang lain, (3) perilaku yang mengakibatkan korban
materi dan (4) perilaku yang mengakibatkan korban fisik.
Menurut Ridwan tawuran pelajar didefinisikan sebagai perkelahian massal yang
dilakukan oleh sekelompok siswa terhadap sekelompok siswa lainnya dari sekolah yang
berbeda. Tawuran terbagi dalam tiga bentuk: (1) tawuran pelajar yang telah memiliki rasa
permusuhan secara turun temurun, (2) tawuran satu sekolah melawan satu perguruan
yang didalamnya terdapat beberapa jenis sekolah dan (3) tawuran pelajar yang sifatnya
insidental yang dipicu oleh situasi dan kondisi tertentu. Tawuran juga dapat didefinisikan
sebagai perkelahian massal yang adalah perilaku kekerasan antar kelompok pelajar laki-
laki yang ditujukan kepada kelompok pelajar dari sekolah lain.
Tawuran pelajar adalah fenomena sosial yang sudah dianggap lumrah oleh
masyarakat di Indonesia. Bahkan ada sebuah pendapat yang menganggap bahwa tawuran
adalah salah satu kegiatan rutin dari pelajar yang menginjak usia remaja. Tawuran pelajar
sering terjadi di kota-kota besar yang seharusnya memiliki masyarakat dengan peradaban
yang lebih maju. Para pelajar remaja yang sering melakukan aksi tawuran tersebut lebih
senang melakukan perkelahian di luar sekolah daripada masuk kelas pada kegiatan
belajar mengajar.
Dari konflik ini dapat kita analisis dengan teori konflik Ibn Khaldun, ia
membaginya menjadi tiga perspektif. Pertama, perspektif psikologis yag merupakan
dasar sentimen dan ide yang membangun hubungan sosial diantara berbagai kelompok
manusia (keluarga, suku, dan lainnya). Kedua, fenomena politik yang berhubungan
dengan perjuangan memperebutkan kekuasaan dan kedaulatan yang melahirkan
imperium, dinasti, dan negara. Ketiga, fenomena ekonomi yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan ekonomi baik pada tingkat individu, keluarga, masyarakat maupun
keluarga. Dengan teori ini kita dapat berpacu bahwa tawuran dapat terjadi karena
hubungan kelurga yang kurang dan lebih memilih untuk berhungan dengan teman yang
dapat membuatnya lebih nyaman sehingga timbullah rasa solidaritas pada dirinya tehadap
kelompoknya dan kemudian adanya keinginan penguasaan wilayah yang diperjuangkan
dengan melakukan kekerasan antar pelajar sekolah.
2.2. Faktor Penyebab Terjadinya Tawuran Antar Pelajar
a. Faktor Internal
Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung
melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan
disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang melakukan
perkelahian biasanya tidak mampu melakukan adaptasi dengan lingkungan yang
kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan keanekaragaman
pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai keberagaman lainnya yang semakin lama
semakin bermacam-macam. Para remaja yang mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa
dalam memecahkan segala masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang
akan ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil
dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya mudah friustasi, tidak mudah
mengendalikan diri, tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya. Seorang remaja
biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah orang-orang
sekelilingnya.

b. Faktor Eksternal
1. Faktor Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua diterapkan.
Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya
maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan
kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya. Selain itu ketidak
harmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab kekerasan yang dilakukan oleh
pelajar. Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak
menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan
bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.
Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994). Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak
berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997).
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan
remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik
bagi anak (hawari, 1997). Jadi disinilah peran orangtua sebagai penunjuk jalan
anaknya untuk selalu berprilaku baik.
2.    Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para siswa pandai secara akademik
namun juga pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan wadah untuk para siswa
mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah
untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran
yang bermutu. Contohnya disekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang
tidak memiliki cukup kesabaran dalam mendidik anak muruidnya akhirnya guru
tersebut menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru
oleh para siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang
pendidik yang memiliki kepribadian yang baik.
3.     Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku
remaja. Seorang remaja yang tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik akan
menjadikan remaja tersebut ikut menjadi tidak baik. Kekerasan yang sering remaja
lihat akan membentuk pola kekerasan dipikiran para remaja. Hal ini membuat
remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang dilakukan untuk mengisi
waktu senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan
tawuran.
4.    Faktor Pacar
Masalah pacar seperti berebut pacar, saing-saingan pacar, ada yang
menggoda pacar satu sekolah, juga acapkali menimbulkan tawuran yang
kemudian bereskalasi menjadi tawuran antar sekolah yang melibatkan massa yang
besar karena solidaritas atas sesama.
5.    Faktor Geng
Hampir setiap sekolah terutama sekolah negeri memiliki geng yang
didirikan oleh kakak-kakak kelas, yang kemudian diwariskan kepada adik-
adiknya di sekolah. Proses pewarisan geng ini kepada adik kelas sekaligus
menanamkan budaya geng yang harus ditaati dan dilaksanakan telah menjadikan
sekolah sebagai pusat tawuran dan bullying. Mereka yang sudah telanjur menjadi
anggota geng, tidak berani mengundurkan diri, karena takut mendapat perlakukan
kasar dan membahayakan jiwa mereka. Pengaruh alumni dari geng suatu sekolah
sangat kuat, sehingga kekerasan seolah menjadi budaya yang sulit dihapus.
6.    Faktor Ekonomi
Masalah ekonomi juga acapkali menjadi faktor yang menyebabkan
terjadinya tawuran. Kesenjangan ekonomi antar pelajar, dan persaingan antar
sesama, menyebabkan sering terjadi tawuran di kalangan pelajar dan masyarakat.

2.3.Dampak Tawuran Antar Pelajar


1. Kerusakan tempat tawuran
Dalam kerusakan di tempat mereka melakukan aksi tersebut kebanyakan dari para
pelaku tawuran tidak mau bertanggung jawab atas kerusakan yang mereka timbulkan.
Biasanya mereka hanya lari setelah puas melakukan tawuran. Contohnya pecahnya kaca
pada mobil, perusakan fasilitas umum, pembakaran ban ataupun kendaraan bermotor dsb.
2. Rusaknya citra baik sekolah
Pencitraan yang baik yang telah dibangun oleh para perangkat sekolah, baik itu
kepala sekolah, jajaran guru dan karyawan, serta prestasi yang diraih oleh murid yang
lain akan pudar dan sirna apabila murid-murid yang lain masih mempertahankan tradisi
tawuran. Akibatnya di tahun ajaran berikutnya, peminat calon murid baru akan
berkurang.
3. Adanya korban jiwa
Tawuran antar pelajar selain merugikan secara material juga mengakibatkan
adanya korban jiwa. Misalnya tawuran antar pelajar yang menggunakan senjata tajam
seperti batu, clurit, dan senjata tajam lainnya menyebabkan adanya korban luka baik
korban luka ringan maupun berat, dan bisa juga ada korban meninggal.
4. Dampak psikis
Contohnya keresahan masyarakat dan traumatik. Keresahan masyarakat ini akan
menimbulkan rasa tidak percaya terhadap generasi muda yang seharusnya menjadi agen
perubahan bangsa. Selain keresahan itu, traumatik bisa dialami oleh masyarakat yang ada
di lokasi saat terjadi tawuran. Masyarakat akan menjadi takut dan tidak berani lagi
berhadapan dengan kelompok pelajar.
2.4.Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi tawuran antar pelajar

1. Memberikan pendidikan moral untuk para pelajar


2. Menghadirkan seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar. Seperti hadirnya
seorang guru, orangtua, dan teman sebaya yang dapat mengarahkan para pelajar untuk
selalu bersikap baik
3. Memberikan perhatian yang lebih untuk para remaja yang sejatinya sedang mencari jati
diri
4. Memfasilitasi para pelajar untuk baik dilingkungan rumah atau dilingkungan sekolah
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat diwaktu luangnya. Contohnya :
membentuk ikatan remaja masjid/gereja atau karangtaruna dan membuat acara-acara
yang bermanfaat, mewajibkan setiap siswa mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler
disekolahnya.
BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Tawuran adalah perkelahian secara massal yang dilakukan sekelompok pelajar antar
kelompok pelajar lainnya. Tawuran termasuk salah satu gejala sosial pada kenakalan remaja.
Gejala sosial yang seperti ini sudah sangat jelas melanggar norma dan nilai dalam masyarakat.
Tawuran ini terjadi akibat konflik antar satu sekolah, entah karena perasaan solidaritas antar
siswa dan sebagainya. Tawuran antar pelajar merupakan gejala sosial yang serius yang dapat
mengakibatkan korban yang tidak bersalah dan dapat merusaka benda-benda yag ada disekitar.
Dan tawuran antar pelajar ini terjadi turun temurun pada sekolah tersebut.

3.2. Saran

Kami menyarankan untuk para pembaca untuk mencari informasi lebih banyak lagi agar
menambah pengetahuan dan wawasan tentang tawuran antar pelajar. Karena dalam tawuran
pelajar sangat tidak baik bagi generasi bangsa, lebih tepatnya merugikan diri sendiri dan orang
lain. Dampak yang terjadinya tawuran antar pelajar pun akan mengakibatkan korban jiwa dan
merusak fasilitas-fasilitas yang ada disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Myers G David. 2012. Psikologi Sosial Edisi 1. Jakarta selatan: Salemba Humanika

Myers G David. 2012. Psikologi Sosial Edisi 2. Jakarta selatan: Salemba Humanika

Jurdi syarifuddin. 2013. Sosiologi Nusantara. Jakarta : Kencana

Anda mungkin juga menyukai