Anda di halaman 1dari 18

IPTEK DAN RISET KESEHATAN KAWASAN PESISIR DAN

PERTAMBANGAN

DOSEN : DR.RAHMAWATI, SKM,M.Kes

PROPOSAL PROGRAM IPTEK DAN RISET KESEHATAN KAWASAN


PESISIR DAN PERTAMBANGAN

“DAMPAK MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT AKIBAT


KEGIATAN PERTAMBANGAN BATU BARA PT. BUKIT ASAM
(PERSERO) KECAMATAN LAWANG KIDUL, KABUPATEN MUARA
ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN”

DISUSUN OLEH :

DESKANIA ANESYVELLA P

K202001054

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA KENDARI

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Secara umum jenis-jenis pertambangan dibedakan atas dasar jenis
barang yang ditambang. Ada banyak jenis pertambangan diantaranya
pertambangan emas, pertambangan nikel, pertambangan besi,
pertambangan timah, pertambangan miyak, pertambangan batubara dan
jenis pertambangan lainnya. Semua jenis pertambangan ini memiliki
perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh antara
pertambangan minyak dan pertambangan batubara, pertambangan minyak
biasanya di laut lepas karena jasat renik yang terkubur berasal dari hewan-
hewan laut. Berbeda dengan pertambangan batubara yang terdapat di
daratan karena batubara berasal dari endapan tumbuhan purba yang hidup
di darat.
Pertambangan batubara merupakan salah satu jenis pertambangan
yang menunjang bagi aspek kehidupan masyarakat. Salah satu
pertambangan batubara yang kita ketahui terdapat di Daerah Kalimantan.
Daerah ini memang memiliki potensi batubara yang besar. Wajar saja jika
perusahaan-perusahaan tambang saling berlomba-lomba untuk melakukan
penambangan di daerah ini. Namun amat disayangkan, pertambangan
batubara ini sering kali tidak memperhatikan aspek keamanan lingkungan.
Pertambangan batubara terkadang hanya  mementingkan input yang
diperoleh dan mengesampingkan faktor sosial-ekologi disekitar
penambangan batubara tersebut. Kaum kapitalis yang hanya ingin
mementingkan keuntungan sendiri tanpa memikirkan masyarakat sekitar
di lingkungan pertambangan batubara membuat masyarakat setempat
banyak yang tidak menikmati hasil pertambangan yang jelas-jelas
kekayaan alam tersebut di lingkungan mereka. Mereka hanya buruh
bahkan sebagian dari mereka hanya terkena imbasnya saja, lahan mereka
yang menyempit, kesehatan serta bahkan ketentraman mereka yang
terganggu akibat kebisingan yang ditimbulkan akibat pertambangan
batubara tersebut.
Pertambangn batubara yang kurang memperhatikan aspek ekologi
membuat masyarakat sekitar pertambangan tersebut resah dan tidak tenang
sepanjang harinya lantaran dibayang-bayangi oleh kondisi lingkungan
sekitar yang memprihatinkan. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh
Sukandarrumidi berikut:“ Batubara yang diperoleh dari hasil
penambangan pasti mengandung bahan pengotor (impuiritis). Pada saat
terbentuknya, batubara selalu bercampur dengan mineral penyusun batuan
yang selalu terdapat bersamaan bersama proses sedimentasi, baik sebagai
mineral anorganik ataupun sebagai bahan organi Berdasarkan fakta yang
dipaparkan oleh Sukandarrumidi terlihat bahwa ekosistem menjadi
terganggu karena faktor penambangan batubara dalam segi pengambilan
hasil tambang. Pengangkutan hasil tambang batubara keluar area
pertambangan biasanya juga menggunakan truk-truk besar yang
menimbulkan banyak asap kendaraan dan debu jalan sehingga
menyebabkan gangguan kesehatan seperti gangguan pernapasan, alergi
debu, asma dan sebagainya bagi masyarakat yang bermukim disekitar
daerah pertambangan. Hal demikian memicu pro kontra terhadap
pertambangan batubara, sebagian masyarakat setuju dan sebagian
masyarakat tidak setuju dengan pertambangan batubara tersebut.
Jasa lingkungan sebagai sebuah produk dari sistem ekologi
(ekosistem) mempunyai peranan penting dalam menyediakan lingkungan
hidup yang berkelanjutan untuk mendukung kehidupan manusia (Curties,
2004). Ekosistem menyediakan barang dan jasa yang memenuhi
kebutuhan manusia baik langsung maupun tidak langsung (Groot, 2002).
Alam memiliki nilai yang terkait dengan keberadaannya, baik nilai
intrinsik maupun nilai ekstrinsik. Kedua nilai ini melekat pada alam yang
dikenal dengan istilah jasa lingkungan (enviromental services). Secara
intrinsik jasa lingkungan lebih bersifat atroposentris artinya sesuatu yang
disediakan oleh ekosistem atau lingkungan yang bermanfaat bagi manusia
(Constanza et.al, 1997; Turner et.al, 2003; Daily, 2009). Nilai jasa
lingkungan daripada alam selain sebagai penyedia sumberdaya bahan
mentah seperti kayu, bahan galian tambang, air baku, penahan erosi,
pengatur tata air juga sebagai penyerap karbon. Oleh karenanya jasa
lingkungan juga mempengaruhi kesejahteraan manusia dengan demikian
bernilai bagi masyarakat (Slootweg et.al, 2006). Namun disisi lain
terancamannya kelestarian lingkungan akibat kegiatan manusia yang
merugikan dapat mengakibatkan fungsi lingkungan berkurang/hilang
(Moersidik, 2009). Eksploitasi sumber daya alam seperti logging,
penambangan, penangkapan ikan merupakan salah satu penyebab
langsung terjadinya kerusakan fungsi ekosistem (Haeruman, 2005 dalam
Moersidik, 2009). Konsep jasa lingkungan dalam beberapa tahun terakhir
mengalami peningkatan dalam ilmu lingkungan ekonomi dan pembuatan
kebijakan (Fisher, 2008; Daily et.al, 2009). Menurut Yusgiantoro (2000)
kegiatan pertambangan batubara menyebabkan pencemaran atau polusi
udara dan merupakan eksternalitas negatif yang berdampak terhadap
gangguan kesehatan masyarakat. Merujuk pada apa yang telah
dikemukakan oleh Yusgiantoro, maka riset ini dilakukan untuk
mengetahui gangguan kesehatan apa saja yang di alami oleh masyarakat
yang bermukim di sekitar pertambangan batubara. Tambang Air Laya PT
Bukit Asam Tanjung Enim Sumatera Selatan. Kesehatan yang baik tidak
mungkin terdapat di masyarakat apabila lingkungan dimana masyarakat
berada tidak sehat atau tercemar. Kegiatan atau aktivitas apapun yang
dilakukan termasuk kegiatan pertambangan batubara akan menimbulkan
dampak bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Hal ini ditunjukkan
dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Castleden (1993)
terhadap dampak kegiatan pertambangan batubara Osmington Western
Australia terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Menurut
Casteleden terdapat keterkaitan yang erat antara kegiatan pertambangan
batubara, lingkungan, dan kesehatan masyarakat. Namun masyarakat tidak
pernah menyadari hal ini, dan arti dari sebuah kesehatan ataupun hidup
sehat dan lingkungan yang sehat, dan cenderung baru sadar dan menyadari
setelah manusia tersebut mengalami satu penyakit atau gangguan
kesehatan. Utamanya apabila penyakit atau gangguan kesehatan yang di
alami tersebut sudah lama (untuk kurun waktu yang lama). Data yang
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Muara Enim tahun 2010 ISPA
dan Diare adalah penyakit yang paling banyak di alami oleh masyarakat
Kabupaten Muara Enim. Jumlah penderita penyakit ISPA di Kabupaten
Muara Enim tahun 2010 yang terbanyak adalah pada rentang Juli-Oktober
(jumlah penderita 1119-1450). Demikian pula halnya dengan kejadian
diare jumlah penderita 889-1148 Rentang ini merupakan periode
terjadinya musim kemarau karena pada musim kemarau frekuensi turun
hujan sangat kecil dan cenderung tidak hujan sama sekali. Udara yang
panas di musim kemarau mengakibatkan jalanan menjadi berdebu, dan
debu tersebar kemana-mana, sehingga dapat dengan mudah terhirup oleh
masyarakat atau penduduk.
B. Tujuan riset :
1. mengetahui faktor penyebab terjadinya masalah kesehatan akibat
kegiatan pertambangan batu bara PT. Bukit Asam (Persero)
Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera
Selatan
2. mengetahui dampak gangguan kesehatan dan dampak negatif lainnya
yang dialami masyarakat akibat kegiatan pertambangan batu bara PT.
Bukit Asam (Persero) Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara
Enim, Provinsi Sumatera Selatan
3. mengetahui permasalahan lingkungan di kawasan pertambangan batu
bara PT. Bukit Asam (Persero) Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten
Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan
C. Manfaat riset :
1. Sebagai bahan informasi berkaitan dengan dampak yang memengaruhi
masalah kesehatan masyarakat akibat kegiatan batu bara
2. Memberikan infromasi kepada masyarakat mengenai faktor risiko
yang berpengaruh terhadap terjadinya masalah-masalah kesehatan
3. Sebagai informasi kepada perusahaan pertambangan batu bara
meningkatkan upaya dalam mengatasi dampak gangguan kesehatan
masyarakat sekitar pertambangan
4. Sebagai bahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu pengetahuan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Faktor penyebab terjadinya masalah kesehatan akibat kegiatan


pertambangan batu bara
Berdasarkan fakta yang dipaparkan oleh Sukandarrumidi terlihat bahwa
ekosistem menjadi terganggu karena faktor penambangan batubara dalam
segi pengambilan hasil tambang. Pengangkutan hasil tambang batubara
keluar area pertambangan biasanya juga menggunakan truk-truk besar
yang menimbulkan banyak asap kendaraan dan debu jalan sehingga
menyebabkan gangguan kesehatan seperti gangguan pernapasan, alergi
debu, asma dan sebagainya bagi masyarakat yang bermukim disekitar
daerah pertambangan. Hal demikian memicu pro kontra terhadap
pertambangan batubara, sebagian masyarakat setuju dan sebagian
masyarakat tidak setuju dengan pertambangan batubara tersebut.
Menurunnya kapasitas lahan atau menyempitnya lahan yang dipakai
sebagai usahatani bagi masyarakat sekitar serta kurang sejahteranya
kehidupan masyarakat membuat masyarakat yang berdomisili di
lingkungan pertambangan batubara terkadang hanya tersiram debunya saja
dari usaha pertambangan. Masih banyak dari mereka yang hidupnya tidak
mencukupi padahal pertambangan batubara salah satu kekayaan alam
besar yang menjadi penopang ekonomi. Pengolahan bahan tambang yang
kapitalis lah yang menyebabkan hal ini terjadi. Masyarakat sekitar
semakin terpuruk dalam kemiskinan sedangkan kaum kapitalis bersuka ria
menikmati hasil tambang tampa memikirkan rakyat sekitar. 

B. Faktor penyebab terjadinya masalah kesehatan akibat kegiatan


pertambangan batu bara:
1. Debu, tumpahan bahan kimia, asap-asap yang beracun, logam-
logam berat dan
radiasi dapat meracuni penambang dan menyebabkan gangguan
kesehatan sepanjang hidup mereka, seperti terkena penyakit batuk-
batuk,pilek, kulit, penyakit kanker dsb.
2. Mengangkat peralatan berat dan bekerja dengan posisi tubuh yang
janggal dapat menyebabkan luka-luka pada tangan,kaki, dan
punggung.
3. Penggunaan bor batu dan mesin-mesin vibrasi dapat menyebabkan
kerusakan pada urat syaraf serta peredaran darah,dan dapat
menimbulkan kehilangan rasa, kemudian jika ada infeksi yang
sangat berbahaya seperti gangrene, bisa mengakibatkan kematian.
4. Bunyi yang keras dan konstan dari peralatan dapat menyebabkan
masalah pendengaran, termasuk kehilangan pendengaran,
5. Jam kerja yang lama di bawah tanah dengan cahaya yang redup
dapat merusak penglihatan,
6. Bekerja di kondisi yang panas terik tanpa minum air yang cukup
dapat menyebabkan stress, kepanasan. Gejala-gejala dari stress,
kepanasan berupa pusing-pusing, lemah, dan detak jantung
yang cepat, kehausan yang sangat, dan jatuh pingsan
7. Pencemaran air dan penggunaan sumberdaya air berlebihan dapat
menyebabkan banyak masalah-masalah kesehatan.
8. Lahan dan tanah menjadi rusak menyebabkan kesulitan pangan dan
kelaparan
9. Pencemaran udara dari pembangkit listrik dan pabrik-pabrik
peleburan yang dibangun dekat dengan daerah pertamb
pertambangan dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang serius.
Tambang Air Laya PTBA, salah satu penyebab gangguan kesehatan yang
dialami responden berasal dari debu yang timbul pada saat operasi
penggalian dan pengangkutan batubara, dimana debu-debu tersebut
terkonsentrasi di udara, utamanya di saat musim kemarau. Hasil
wawawancara ini sejalan dengan hasil obsservasi di lapangan. Polusi udara
sebagai dampak lingkungan akibat kegiatan pertambangan batubara yang
menimbulkan eksternalitas negatif terhadap masyarakat yang bermukim
sekitar pertambangan batubara.Berbagai polusi yang yang dihasilkan oleh
kegiatan industri seperti polusi udara merupakan eksternalitas negatif
suatu industri. Demikian juga kegiatan industri pertambangan batubara,
menimbulkan dampak pencemaran udara atau polusi udara. Udara yang
tercemar menyebabkan udara menjadi kotor atau tidak bersih. Lebih lanjut
udara yang kotor ini dapat menimbulkan dampak yaitu adanya gangguan
terhadap kesehatan masyarakat.

C. Dampak gangguan kesehatan yang paling banyak dialami masyarakat


akibat kegiatan pertambangan batu bara
Distribusi jenis gangguan kesehatan masyarakat sebagaimana
gangguan kesehatan masyarakat yang paling banyak dialami responden
adalah batuk-batuk(ISPA), kemudian diikuti pilek. Banyak masyarakat
yang mengalami gangguan kesehatan akibat debu pertambangan batubara.
Selain itu pengolahan batu bara juga menimbulkan polusi udara berupa
karbon monoksida yang merupakan hasil sampingan dari batubara. Karbon
monoksida ini merupakan zat yang tidak baik bila terhirup oleh tubuh.
Responden terbanyak yang mengalami jenis gangguan kesehatan
berupa batuk-batuk berasal dari kelompok wiraswasta kemudian
dikutiresponden karyawan non PTBA dan responden karyawan PTBA .
Selain ke dua penyakit tersebut ASMA merupakan salah satu jenis
gangguan yang timbul di masyarakat yang bermukim di sekitar
pertambangan batubara TAL PTBA Indonesia.
Salah satu penyebab gangguan kesehatan yang dialami responden
berasal dari debu yang timbul pada saat operasi penggalian dan
pengangkutan batubara, dimana debu-debu tersebut terkonsentrasi di
udara, utamanya di saat musim kemarau. Hasil wawawancara ini sejalan
dengan hasil obsservasi di lapangan. Polusi udara sebagai dampak
lingkungan akibat kegiatan pertambangan batubara yang menimbulkan
eksternalitas negatif terhadap masyarakat yang bermukim sekitar
pertambangan batubara
Berbagai polusi yang yang dihasilkan oleh kegiatan industri seperti
polusi udara merupakan eksternalitas negatif suatu industri. Demikian juga
kegiatan industri pertambangan batubara, menimbulkan dampak
pencemaran udara atau polusi udara. Udara yang tercemar menyebabkan
udara menjadi kotor atau tidak bersih. Lebih lanjut udara yang kotor ini
dapat menimbulkan dampak yaitu adanya gangguan terhadap kesehatan
masyarakat.
Penambangan batubara banyak menimbulkan masalah kesehatan.
Masalah yang cukup mengemuka sementara ini terutama berkenaan
dengan debu batubara yang berterbangan. Debu batubara mengandung
bahan kimiawi yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit batuk
hingga paru-paru. Penyakit tersebut muncul bila masyarakat yang berada
di lokasi tambang batubara, atau di kawasan lalu-lintas pengangkutan
batubara, menghirup debu batubara secara terusmenerus, dan yang paling
beresiko adalah pekerja penambangan batubara itu sendiri (Masdjidi,
2006). Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya penyakit atau
gangguan pada saluran napas akibat debu. Faktor itu antara lain adalah
faktor debu yang meliputi ukuran partikel, bentuk, konsentrasi, daya larut
dan sifat kimiawi, serta lama paparan. Faktor individual meliputi
mekanisme pertahanan paru, anatomi dan fisiologi saluran napas dan
faktor imunologis. Partikel debu yang dapat dihirup berukuran 0,1 sampai
kurang dari 10 mikron. Debu yang berukuran antara 5-10 mikron bila
terhisap akan tertahan dan tertimbun pada saluran napas bagian atas; yang
berukuran antara 3-5 mikron tertahan dan tertimbun pada saluran napas
tengah. Partikel debu dengan ukuran 1-3 mikron disebut debu respirabel
merupakan yang paling berbahaya karena tertahan dan tertimbun mulai
dari bronkiolus terminalis sampai alveoli. Debu yang ukurannya kurang
dari 1 mikron tidak mudah mengendap di alveoli, debu yang ukurannya
antara 0,1- 0,5 mikron berdifusi dengan gerak Brown keluar masuk
alveoli; bila membentur alveoli, debu dapat tertimbun disitu (Yunus,
1997). Debu batubara dapat menyebabkan penambang terkena penyakit
paru-paru hitam. Paru-paru hitam merupakan penyakit pernafasan yang
terjadi karena menghirup debu batubara dalam jangka panjang. Akibat
terus menerus menghirup udara tercemar debu batubara pekat itu, paru-
paru pekerja penambangan akan terkontaminasi partikel batubara hingga
kondisinya menghitam (Tugaswati, 2006). Selain penyakit paru-paru
hitam, penambangan batubara juga menyebabkan berbagai penyakit lain,
seperti TBC, asma, dan kanker paru-paru. Oleh karena itu, masyarakat
sekitar penambangan diharapkan dapat mewaspadai gejala-gejala yang
muncul akibat maraknya penambangan dan pengangkutan batubara
tersebut (Forqan, 2007). PT. Bukit Asam (Persero) Kecamatan Lawang
Kidul, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Bagian
lapangan (operasional, plan, dan logistik) Debu Batubara dan Gangguan
Pernafasan 3 adalah bagian yang beresiko tinggi terhadap pajanan debu
batubara karena pada bagian tersebut mencakup kegiatan seperti
pengangkutan batubara, penempatan batubara, dan pemuatan batubara.
Upaya yang bisa dilakukan oleh masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatannya yaitu Berobat ke Puskesmas adalah upaya yang
paling banyak dilakukan. Untuk masyarakat yang dapat di maklumi,
karena biaya yang diperlukan untuk membeli obat diwarung. Keterbatasan
keuangan sepertinya menjadi salah satu penyebabnya. gangguan kesehatan
yang di alami dianggap sebagai hal biasa saja. Untuk jangka pendek
tentunya belum terasakan dampaknya, namun tidak demikian untuk jangka
panjang. Responden tidak berfikir untuk jangka panjang atau waktu yang
lama, bahwa gangguan kesehatan tersebut jika dibiarkan akan
membahayakan kesehatan mereka.
Salah satu upaya yang masyarakat lakukan untuk mengatasi
permasalahan kesehatannya juga yaitu berobat ke dokter. Selain itu juga
pemerintah melakukan upaya preventif maupun refresif untuk mengurangi
dampak negatif bagi lingkungan,kesehatan,ekonomi masyarakat setempat
misalnya dengan memperbaiki peraturan pertambangan dan lebih
memperhatikan pengelolaan lingkungan serta fasilitas pelayanan kesehatan
di kawasan pertambangan tersebut,dan juga memperhatikan pengelolaan
lingkungan pada masyarakat

D. Dampak Negatif dari Penambangan batu bara


1. Dampak negatif terhadap lingkungan Berikut dampak-dampak
negatif yang mungkin timbul akibat adanya aktivitas penambangan
emas :
a) Tanah Tidak hanya air yang tercemar, tanah juga
mengalami pencemaran akibat pertambangan, yaitu
terdapatnya lubang-lubang besar yang tidak mungkin
ditutup kembali yang menyebabkan terjadinya kubangan air
dengan kandungan asam yang sangat tinggi. Air kubangan
tersebut mengadung zat kimia seperti Fe, Mn, SO4, Hg dan
Pb. Fe dan Mn dalam jumlah banyak bersifat racun bagi
tanaman yang mengakibatkan tanaman tidak dapat
berkembang dengan baik. SO4 berpengaruh pada tingkat
kesuburan tanah dan PH tanah, akibat pencemaran tanah
tersebut maka tumbuhan yang ada diatasnya akan mati.
Meningkatnya Ancaman Tanah Longsor Dari hasil
observasi di lokasi penambangan emas secara tradisional di
lapangan ditemukan bahwa aktivitas penambangan
berpotensi meningkatkan ancaman tanah longsor. Dilihat
dari teknik penambangan, dimana penambang menggali
bukit tidak secara berjenjang (trap-trap), namun asal
menggali saja dan nampak bukaan penggalian yang tidak
teratur dan membentuk dinding yang lurus dan
menggantung (hanging wall) yang sangat rentan runtuh
(longsor) dan dapat mengancam keselamatan jiwa para
penambang. · Hilangnya Vegetasi Penutup Tanah
Penambang (pendulang) yang menggali tanah atau material
tidak melakukan upaya reklamasi atau reboisasi di areal
penggalian, tapi membiarkan begitu saja areal penggalian
dan pindah ke areal yang baru. Tampak di lapangan bahwa
penambang membiarkan lokasi penggalian begitu saja dan
terlihat gersang. Bahkan penggalian yang terlalu dalam
membetuk kolam-kolam pada permukaan tanah yang
kedalamannya mencapai 3-5 meter. · Erosi tanah Areal
bekas penggalian yang dibiarkan begitu saja berpotensi
mengalami erosi dipercepat karena tidak adanya vegetasi
penutup tanah. Kali kecil yang berada di dekat lokasi
penambangan juga terlihat mengalami erosi pada tebing sisi
kanan dan kirinya. Selain itu telah terjadi pelebaran pada
dinding tebing sungai, akibat diperlebar dan diperdalam
guna melakukan aktivitas pendulangan dengan
memanfaatkan aliran kali untuk mencuci tanah.
b) Air Penambangan secara langsung menyebabkan
pencemaran air, yaitu dari limbah tersebut dalam hal
memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah pencucian
tersebut mencemari air sungai sehingga warna air sungai
menjadi keruh, asam, dan menyebabkan pendangkalan
sungai akibat endapan pencucian batubara tersebut. Limbah
pencucian batubara setelah diteliti mengandung zat-zat
yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya
dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang (b),
merkuri (Hg), asam slarida (HCn), mangan (Mn), asam
sulfat (H2SO4), dan timbal (Pb). Hg dan Pb merupakan
logam berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada
manusia seperti kanker kulit. · Sedimentasi dan
Menurunnya Kualitas Air Aktivitas penambangan emas
secara tradisional yang memanfatkan aliran kali membuat
air menjadi keruh dan kekeruhan ini nampak terlihat di
saluran primer yakni kali Anafre. Pembuangan tanah sisa
hasil pendulangan turut meningkatkan jumlah transport
sedimen.
c) Hutan Penambangan dapat menghancurkan sumber-sumber
kehidupan rakyat karena lahan pertanian yaitu hutan dan
lahan-lahan sudah dibebaskan oleh perusahaan. Hal ini
disebabkan adanya perluasan tambang sehingga
mempersempit lahan usaha masyarakat, akibat perluasan ini
juga bisa menyebabkan terjadinya banjir karena hutan di
wilayah hulu yang semestinya menjadi daerah resapan aitr
telah dibabat habis. Hal ini diperparah oleh buruknya tata
drainase dan rusaknya kawan hilir seperti hutan rawa.
d) Laut Pencemaran air laut akibat penambangan terjadi pada
saat aktivitas bongkar muat dan tongkang angkut batubara.
Selain itu, pencemaran juga dapat mengganggu kehidupan
hutan mangrove dan biota yang ada di sekitar laut tersebut.
2. Dampak terhadap Manusia Dampak pencemaran Pencemaran
akibat penambangan batubara terhadap manusia, munculnya
berbagai penyakit antara lain :
a) Limbah pencucian zat-zat yang sangat berbahaya bagi
kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi dapat
menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker
kulit. Kaarena Limbah tersebut mengandung belerang (b),
Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam
sulfat (H2sO4), di samping itu debu menyebabkan polusi
udara di sepanjang jalan yang dijadikan aktivitas
pengangkutan. Hal ini menimbulkan merebaknya penyakit
infeksi saluran pernafasan, yang dapat memberi efek jangka
panjang berupa kanker paru-paru, darah atau lambung.
b) Antaranya dampak negatifnya adalah kerusakan lingkungan
dan masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh proses
penambangan dan penggunaannya.produk buangannya,
berupa abu ringan, abu berat, dan kerak sisa pembakaran,
mengandung berbagai logam berat : seperti arsenik, timbal,
merkuri, nikel, vanadium, berilium, kadmium, barium,
cromium, tembaga, molibdenum, seng, selenium, dan
radium, yang sangat berbahaya jika dibuang di lingkungan.
c) Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia,
Pertambangan emas juga telah menimbulkan dampak
kerusakan lingkungan hidup yang cukup parah, baik itu air,
tanah, Udara, dan hutan, Air Penambangan Batubara
secaralangsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari
limbah penducian batubara tersebut dalam hal memisahkan
batubara dengan sulfur. Limbah pencucian tersebut
mencemari air sungai sehingga warna air sungai menjadi
keruh, Asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai
akibat endapan pencucian emas tersebut. Limbah pencucian
emas setelah diteliti mengandung zat-zat yang sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi.
Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg),
Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4),
dan Pb. Hg dan Pb merupakan logam berat yang dapat
menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker
kulit.

E. Permasalahan lingkungan dikawasan pertambangan


Pertambangan batu bara yang kurang memperhatikan aspek biologi
membuat masyarakat sekitar pertambangan tersebut resah dan tidak tenang
sepanjang harinya lantaran dibayang-bayangi oleh kondisi lingkungan
sekitar yang memprihatinkan. Pertambangan batu bara memiliki
keterkaitan yang erat sekali dengan kesehatan masyarakat sekitar,hal ini
terjadi air menjadi tercemar akibat pertambangan. Semakin dekat
pemukiman masyarakat dengan pertambangan maka air daerah tersebut
berpotensi besar untuk menurunkan tingkat kesehatan masyarakat karena
air yang dirasa kotor dan tidak baik untuk dikonsumsi.
Terlihat di atas bahwa dengan berbagai cara kegiatan
pertambangan dapat mengancam kesehatan. Tentunya untuk mengatasi
atau mengurangi ancaman tersebut dapat dilakukan, salah satunya adalah
saat bekerja di bawah panas matahari, minum air bersih sebanyak mungkin
dan beristirahatlah di tempat teduh.kegiatan Serapan KarbonClean
Development Mechanism,Kegiatan penyerapan karbon sangat terkait erat
dengan masalah pemanasan global. Melalui pendekatan ekosistem, yaitu
padakemampuan tumbuhan untuk menyerap CO2, masalah pemanasan
global yang disebabkan karbondiokasida dapat dicegah dan dikendalikan.
kegiatan pembersihan lahan tambang (land clearing) menimbulkan
dampak pada penurunan kemampuan kawasan hutan untuk menyerap
karbon, dan adanya karbon yang terlepas ke atmosfer.
kegiatan revegetasi lahan bekas tambang adalah salah satu upaya
keharusan dilakukan agar kawasan yang dihutankan tersebut dapat
menyerap karbondioksida dan dapat menekan pemanasan global. Kegiatan
penanaman pohon-pohonan untuk menyerap karbondioksida sebesar-
besarnya pada kegiatan reklamasi tambang akan memperbaiki fungsi
lingkungan,keberlanjutan secara ekonomi, sosial dan lingkungan.

F. Rekomendasi Upaya Pengelolaan Lingkungan Alternatif Solusi


Pencegahan pencemaran adalah tindakan mencegah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan/atau komponen lain ke
dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia agar kualitasnya tidak
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup
tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Dalam bentuk,
pertama, remediasi, yaitu kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah
yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site)
dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di
lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri atas
pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi. Pembersihan off-site
meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah
yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat
pencemar. Caranya, tanah tersebut disimpan di bak/tangki yang kedap,
kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya,
zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan
instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal
danrumit. Kedua, bioremediasi, yaitu proses pembersihan pencemaran
tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri).
Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar
menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida
dan air). Ketiga, penggunaan alat (retort-amalgam) dalam pemijaran emas
perlu dilakukan agar dapat mengurangi pencemaranHg. Keempat, perlu
adanya kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan atau kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) dalam menyusun kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan
pertambangan. Sebelum dilaksanakannya, kegiatan penambangan sudah
dapat diperkirakan dahulu dampaknya terhadap lingkungan. Kajian ini
harus dilaksanakan, diawasi dan dipantau dengan baik dan terus-menerus
implementasinya, bukan sekedar formalitas kebutuhan administrasi.
Kelima, penyuluhan kepada masyarakat tentang bahayanya Hg dan B3
lainnya perlu dilakukan. Bagi tenaga kesehatan perlu ada pelatihan
surveilans risiko kesehatan masyarakat akibat pencemaran B3 di wilayah
penambangan.
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Akhmad. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Gramedia
pustaka Utama, Jakarta.

Raden, I., Pulungan, M.S., Dahlan, M., Thamrin. (2010). Kajian Dampak
Pertambangan

Batubara terhadap Pengembangan Sosial Ekonomi dan Lingkungan di Kabupaten

Kutai Kartanegara. Jakarta, Badan Penelitian & Pengembangan, Kementerian


Dalam Negeri.

Suyartono. (2003). Good Mining Practice (Konsep tentang Pengelolaan


Pertambangan yang

Baik dan Benar). Jakarta, PT. Menara Bumi.

Asia securities. (2009). Sektor Batubara 2009. Industry Research, 1(4)

Castleden, W.M. (1993). Coal Mining, The environment and health. Australia,
EPA.

Daily, G,C, et,al (2009). Ecosystem services in decision making : time to deliver.
Frointiers

in ecology

https://r.search.yahoo.com/_ylt=AwrTLbcUEadhySIALo5XNyoA;_ylu=Y29sbw
NncTEEcG9zAzMEdnRpZANGT05UVEVTVF8xBHNlYwNzcg--/RV=2/RE=16
38367637/RO=10/RU=https%3a%2f%2fikerosmanita.wordpress.com
%2f2013%2f05%2f13%2fdampak-pertambangan-batubara-terhadap-kesehatan-
masyarakat%2f/RK=2/RS=TlU0lKpVRTeOsNI244CPflOZVGQ-

Anda mungkin juga menyukai