PERTAMBANGAN
DISUSUN OLEH :
DESKANIA ANESYVELLA P
K202001054
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Secara umum jenis-jenis pertambangan dibedakan atas dasar jenis
barang yang ditambang. Ada banyak jenis pertambangan diantaranya
pertambangan emas, pertambangan nikel, pertambangan besi,
pertambangan timah, pertambangan miyak, pertambangan batubara dan
jenis pertambangan lainnya. Semua jenis pertambangan ini memiliki
perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh antara
pertambangan minyak dan pertambangan batubara, pertambangan minyak
biasanya di laut lepas karena jasat renik yang terkubur berasal dari hewan-
hewan laut. Berbeda dengan pertambangan batubara yang terdapat di
daratan karena batubara berasal dari endapan tumbuhan purba yang hidup
di darat.
Pertambangan batubara merupakan salah satu jenis pertambangan
yang menunjang bagi aspek kehidupan masyarakat. Salah satu
pertambangan batubara yang kita ketahui terdapat di Daerah Kalimantan.
Daerah ini memang memiliki potensi batubara yang besar. Wajar saja jika
perusahaan-perusahaan tambang saling berlomba-lomba untuk melakukan
penambangan di daerah ini. Namun amat disayangkan, pertambangan
batubara ini sering kali tidak memperhatikan aspek keamanan lingkungan.
Pertambangan batubara terkadang hanya mementingkan input yang
diperoleh dan mengesampingkan faktor sosial-ekologi disekitar
penambangan batubara tersebut. Kaum kapitalis yang hanya ingin
mementingkan keuntungan sendiri tanpa memikirkan masyarakat sekitar
di lingkungan pertambangan batubara membuat masyarakat setempat
banyak yang tidak menikmati hasil pertambangan yang jelas-jelas
kekayaan alam tersebut di lingkungan mereka. Mereka hanya buruh
bahkan sebagian dari mereka hanya terkena imbasnya saja, lahan mereka
yang menyempit, kesehatan serta bahkan ketentraman mereka yang
terganggu akibat kebisingan yang ditimbulkan akibat pertambangan
batubara tersebut.
Pertambangn batubara yang kurang memperhatikan aspek ekologi
membuat masyarakat sekitar pertambangan tersebut resah dan tidak tenang
sepanjang harinya lantaran dibayang-bayangi oleh kondisi lingkungan
sekitar yang memprihatinkan. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh
Sukandarrumidi berikut:“ Batubara yang diperoleh dari hasil
penambangan pasti mengandung bahan pengotor (impuiritis). Pada saat
terbentuknya, batubara selalu bercampur dengan mineral penyusun batuan
yang selalu terdapat bersamaan bersama proses sedimentasi, baik sebagai
mineral anorganik ataupun sebagai bahan organi Berdasarkan fakta yang
dipaparkan oleh Sukandarrumidi terlihat bahwa ekosistem menjadi
terganggu karena faktor penambangan batubara dalam segi pengambilan
hasil tambang. Pengangkutan hasil tambang batubara keluar area
pertambangan biasanya juga menggunakan truk-truk besar yang
menimbulkan banyak asap kendaraan dan debu jalan sehingga
menyebabkan gangguan kesehatan seperti gangguan pernapasan, alergi
debu, asma dan sebagainya bagi masyarakat yang bermukim disekitar
daerah pertambangan. Hal demikian memicu pro kontra terhadap
pertambangan batubara, sebagian masyarakat setuju dan sebagian
masyarakat tidak setuju dengan pertambangan batubara tersebut.
Jasa lingkungan sebagai sebuah produk dari sistem ekologi
(ekosistem) mempunyai peranan penting dalam menyediakan lingkungan
hidup yang berkelanjutan untuk mendukung kehidupan manusia (Curties,
2004). Ekosistem menyediakan barang dan jasa yang memenuhi
kebutuhan manusia baik langsung maupun tidak langsung (Groot, 2002).
Alam memiliki nilai yang terkait dengan keberadaannya, baik nilai
intrinsik maupun nilai ekstrinsik. Kedua nilai ini melekat pada alam yang
dikenal dengan istilah jasa lingkungan (enviromental services). Secara
intrinsik jasa lingkungan lebih bersifat atroposentris artinya sesuatu yang
disediakan oleh ekosistem atau lingkungan yang bermanfaat bagi manusia
(Constanza et.al, 1997; Turner et.al, 2003; Daily, 2009). Nilai jasa
lingkungan daripada alam selain sebagai penyedia sumberdaya bahan
mentah seperti kayu, bahan galian tambang, air baku, penahan erosi,
pengatur tata air juga sebagai penyerap karbon. Oleh karenanya jasa
lingkungan juga mempengaruhi kesejahteraan manusia dengan demikian
bernilai bagi masyarakat (Slootweg et.al, 2006). Namun disisi lain
terancamannya kelestarian lingkungan akibat kegiatan manusia yang
merugikan dapat mengakibatkan fungsi lingkungan berkurang/hilang
(Moersidik, 2009). Eksploitasi sumber daya alam seperti logging,
penambangan, penangkapan ikan merupakan salah satu penyebab
langsung terjadinya kerusakan fungsi ekosistem (Haeruman, 2005 dalam
Moersidik, 2009). Konsep jasa lingkungan dalam beberapa tahun terakhir
mengalami peningkatan dalam ilmu lingkungan ekonomi dan pembuatan
kebijakan (Fisher, 2008; Daily et.al, 2009). Menurut Yusgiantoro (2000)
kegiatan pertambangan batubara menyebabkan pencemaran atau polusi
udara dan merupakan eksternalitas negatif yang berdampak terhadap
gangguan kesehatan masyarakat. Merujuk pada apa yang telah
dikemukakan oleh Yusgiantoro, maka riset ini dilakukan untuk
mengetahui gangguan kesehatan apa saja yang di alami oleh masyarakat
yang bermukim di sekitar pertambangan batubara. Tambang Air Laya PT
Bukit Asam Tanjung Enim Sumatera Selatan. Kesehatan yang baik tidak
mungkin terdapat di masyarakat apabila lingkungan dimana masyarakat
berada tidak sehat atau tercemar. Kegiatan atau aktivitas apapun yang
dilakukan termasuk kegiatan pertambangan batubara akan menimbulkan
dampak bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Hal ini ditunjukkan
dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Castleden (1993)
terhadap dampak kegiatan pertambangan batubara Osmington Western
Australia terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Menurut
Casteleden terdapat keterkaitan yang erat antara kegiatan pertambangan
batubara, lingkungan, dan kesehatan masyarakat. Namun masyarakat tidak
pernah menyadari hal ini, dan arti dari sebuah kesehatan ataupun hidup
sehat dan lingkungan yang sehat, dan cenderung baru sadar dan menyadari
setelah manusia tersebut mengalami satu penyakit atau gangguan
kesehatan. Utamanya apabila penyakit atau gangguan kesehatan yang di
alami tersebut sudah lama (untuk kurun waktu yang lama). Data yang
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Muara Enim tahun 2010 ISPA
dan Diare adalah penyakit yang paling banyak di alami oleh masyarakat
Kabupaten Muara Enim. Jumlah penderita penyakit ISPA di Kabupaten
Muara Enim tahun 2010 yang terbanyak adalah pada rentang Juli-Oktober
(jumlah penderita 1119-1450). Demikian pula halnya dengan kejadian
diare jumlah penderita 889-1148 Rentang ini merupakan periode
terjadinya musim kemarau karena pada musim kemarau frekuensi turun
hujan sangat kecil dan cenderung tidak hujan sama sekali. Udara yang
panas di musim kemarau mengakibatkan jalanan menjadi berdebu, dan
debu tersebar kemana-mana, sehingga dapat dengan mudah terhirup oleh
masyarakat atau penduduk.
B. Tujuan riset :
1. mengetahui faktor penyebab terjadinya masalah kesehatan akibat
kegiatan pertambangan batu bara PT. Bukit Asam (Persero)
Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera
Selatan
2. mengetahui dampak gangguan kesehatan dan dampak negatif lainnya
yang dialami masyarakat akibat kegiatan pertambangan batu bara PT.
Bukit Asam (Persero) Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara
Enim, Provinsi Sumatera Selatan
3. mengetahui permasalahan lingkungan di kawasan pertambangan batu
bara PT. Bukit Asam (Persero) Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten
Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan
C. Manfaat riset :
1. Sebagai bahan informasi berkaitan dengan dampak yang memengaruhi
masalah kesehatan masyarakat akibat kegiatan batu bara
2. Memberikan infromasi kepada masyarakat mengenai faktor risiko
yang berpengaruh terhadap terjadinya masalah-masalah kesehatan
3. Sebagai informasi kepada perusahaan pertambangan batu bara
meningkatkan upaya dalam mengatasi dampak gangguan kesehatan
masyarakat sekitar pertambangan
4. Sebagai bahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu pengetahuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fauzi, Akhmad. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Gramedia
pustaka Utama, Jakarta.
Raden, I., Pulungan, M.S., Dahlan, M., Thamrin. (2010). Kajian Dampak
Pertambangan
Castleden, W.M. (1993). Coal Mining, The environment and health. Australia,
EPA.
Daily, G,C, et,al (2009). Ecosystem services in decision making : time to deliver.
Frointiers
in ecology
https://r.search.yahoo.com/_ylt=AwrTLbcUEadhySIALo5XNyoA;_ylu=Y29sbw
NncTEEcG9zAzMEdnRpZANGT05UVEVTVF8xBHNlYwNzcg--/RV=2/RE=16
38367637/RO=10/RU=https%3a%2f%2fikerosmanita.wordpress.com
%2f2013%2f05%2f13%2fdampak-pertambangan-batubara-terhadap-kesehatan-
masyarakat%2f/RK=2/RS=TlU0lKpVRTeOsNI244CPflOZVGQ-