Anda di halaman 1dari 6

Teori/Model Investigasi Kecelakaan Kerja - Energy

Damage Model

Energy Damage Model diperkenalkan oleh Derek Viner (1991) yang merupakan pendekatan yang
fokus pada kegiatan identifikasi berbagai jenis potensi bahaya dalam bentuk sumber energi di tempat
kerja yang kemudian mengontrol bahaya-bahaya tersebut dengan cara merancang berbagai metode
yang dapat menghilangkan atau meminimalisirnya agar tidak mendatangkan masalah bagi si pekerja
ataupun tempat kerja.

Di saat identifikasi belum dilakukan, potensi bahaya yang terdapat pada sumber energi tentunya
belum dapat dipastikan dengan tepat. Sehingga besar kemungkinan muncul masalah dengan
datangnya pasokan sumber energi dengan jumlah tak terduga yang bisa saja memiliki potensi bahaya
dan tidak disadari sebelumnya. Dalam teori ini, bahaya adalah energi walaupun dalam keadaan diam.

Didasarkan pada anggapan bahwa kerusakan adalah akibat dari energi yang intensitasnya pada titik
kontak dengan penerima melebihi batas ambang kerusakan yang dapat diterima (Viner dalam HaSPA,
2012). Kecelakaan yang terjadi merupakan akibat dari benturan dua energi dimana salah satu dari
energi yang mengalami proses benturan tersebut kalah.

Dalam Energy Damage Model, bahaya merupakan sumber energi yang berpotensi merusak dan
kecelakaan, cedera atau kerusakan sebagai hasil dari kurangnya pengendalian terhadap energi
tersebut, hal ini disebut dengan hazard control mechanism. Mekanisme yang dimaksud anatara lain
kontaimen (penahan), baik fisik maupun struktural, barrier, proses, dan prosedur. Space transfer
mechanism merupakan sepanjang aliran energy yang terdapat diantara sumber energy
dengan receiver (penerima). Permukaan terluar yang terkena dan rentan terhadap energi
disebut recipient’s boundry. Jenis energi yang dapat menjadi bahaya tersebut antara lain energi
akustik (bising), energi kimia yang berhubungan dengan bahan kimia yang digunakan untuk
mengoperasikan dan memelihara mesin serta gas buangan (emisi), energi panas dari bahan bakar atau
gesekan dan energi manusia yang dibutuhkan untuk postur, pergerakan dan pengoperasian.

Upaya Pencegahan Kecelakaan

Sebagian besar upaya pencegahan yang dilakukan pada Energy Damage Model sama dengan model
dari Heinrich yang mana berfokus pada penghapusan (eliminasi) atau pengurangan (minimisasi) pada
sumber bahaya untuk mengontrol terjadinya kerusakan. Dengan kata lain model yang digagas oleh
Viner ini menempatkan fokus perhatian pada tahap pengendalian sebelum kejadian (pre-event)
dengan mencegah penggunaan, mengurangi, memodifikasi atau dengan memisahkan sumber bahaya
dari pekerja ataupun properti. Untuk itu solusi rekayasa harus dirancang untuk menutupi kekurangan
yang terdapat pada kemampuan kognitif pekerja yang lemah.

Sebenarnya upaya pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan sederhana yaitu dengan
menghilangkan faktor penyebab terjadinya kecelakaan. Akan tetapi, kenyataan yang dihadapi di
lapangan tidak semudah seperti yang dibayangkan. Karena ini berkaitan dengan perubahan budaya
dan perilaku. Banyak faktor yang menghambat, seperti kurangnya pengetahuan dan kesadaran
pekerja, kurangnya sarana dan prasarana, belum adanya budaya tentang K3, komitmen dari pihak
manajemen yang kurang dan lain-lain.

Oleh karena itulah banyak berkembang pendekatan-pendekatan yang membahas tentang pencegahan
kecelakaan. Dalam Energy Damage Model, pencegahan kecelakaan dilakukan dengan berdasar pada
pendekatan energi. Sesuai dengan konsep energi, bahwa kecelakaan bermula dari sumber energi. Oleh
karena itu, pendekatan pencegahan kecelakaan dapat dilakukan pada tiga titik sumber terjadinya
kecelakaan, yaitu pada sumbernya, sepanjang aliran energi dan pada penerima.
1. Pendekatan pada sumber bahaya
Salah satu contoh pengendalian pada sumber bahaya misalnya memakai peredam suara pada mesin,
mengganti mesin dengan mesin yang lebih rendah tingkat kebisingannya.
  
2. Pendekatan di sepanjang aliran energi.
Pendekatan berikutnya adalah di sepanjang aliran energi. Misalnya untuk mengurangi kebisingan
dengan jalan memasang dinding kedap suara atau memindahkan area kerja.
  
3. Pendekatan pada penerima.
Pendekatan pada penerima misalnya, untuk mengurangi kebisingan dengan menggunakan alat
penutup telinga

III. Energy Damage Model

Oleh Derek Viner (1991), teori ini fokus pada kegiatan identifikasi berbagai jenis potensi
bahaya dalam bentuk sumber energi (dengan jumlah tak terduga) di tempat kerja, sehingga
dapat dilakukan kontrol bahaya dengan cara merancang berbagai metode yang dapat
mengeliminasi atau meminimalisasi agar tidak mendatangkan bahaya bagi pekerja maupun
tempat kerja. 
Gambar diatas menunjukkan intensitas energi pada titik kontak melebihi ambang batas yang
dapat diterima salah satu energi.

Adapun bahaya diartikan sebagai sumber energi walaupun dalam keadaan diam, yang
berpotensi merusak dan kecelakaan. Kerusakan tersebut sebagai hasil dari kurangnya
pengendalian terhadap energi atau disebut hazard control mechanism. Mekanisme itu dapat
berupa kontaimen (penahan): baik fisik maupun struktural, barrier (penghalan), proses, dan
prosedur.

Space transfer mechanism merupakan sepanjang aliran energi yang terdapat diantar


sumber energi dengan recepient (penerima). Permukaan terluar yang terkena dan rentan
terhadap energi disebut recipient’s boundary.

Energi itu dapat berupa energi akustik (bising), energi kimia yang digunakan untuk
mengoperasikan dan memelihara mesin serta gas buangan, energi panas dari bahan bakar
atau gesekan dan energi manusia yang digunakan untuk pergerakan.

Untuk pencegahan kecelakaan, dilakukan intervesi pengendalian pada tiga titik sumber:
sumbernya, sepanjang aliran energi dan pada penerima.
Teori/Model Investigasi Kecelakaan Kerja -
Energy Damage Model

Energy Damage Model  diperkenalkan oleh Derek Viner (1991) yang merupakan
pendekatan yang fokus pada kegiatan identifikasi berbagai jenis potensi bahaya dalam
bentuk sumber energi di tempat kerja yang kemudian mengontrol bahaya-bahaya tersebut
dengan cara merancang berbagai metode yang dapat menghilangkan atau
meminimalisirnya agar tidak mendatangkan masalah bagi si pekerja ataupun tempat kerja.

Di saat identifikasi belum dilakukan, potensi bahaya yang terdapat pada sumber energi
tentunya belum dapat dipastikan dengan tepat. Sehingga besar kemungkinan muncul
masalah dengan datangnya pasokan sumber energi dengan jumlah tak terduga yang bisa
saja memiliki potensi bahaya dan tidak disadari sebelumnya. Dalam teori ini, bahaya
adalah energi walaupun dalam keadaan diam.

Didasarkan pada anggapan bahwa kerusakan adalah akibat dari energi yang intensitasnya
pada titik kontak dengan penerima melebihi batas ambang kerusakan yang dapat diterima
(Viner dalam HaSPA, 2012). Kecelakaan yang terjadi merupakan akibat dari benturan
dua energi dimana salah satu dari energi yang mengalami proses benturan tersebut kalah.

Dalam Energy Damage Model, bahaya merupakan sumber energi yang berpotensi


merusak dan kecelakaan, cedera atau kerusakan sebagai hasil dari kurangnya
pengendalian terhadap energi tersebut, hal ini disebut dengan hazard control mechanism.
Mekanisme yang dimaksud anatara lain kontaimen (penahan), baik fisik maupun
struktural, barrier, proses, dan prosedur. Space transfer mechanism merupakan sepanjang
aliran energy yang terdapat diantara sumber energy dengan receiver (penerima).
Permukaan terluar yang terkena dan rentan terhadap energi disebut recipient’s boundry.
Jenis energi yang dapat menjadi bahaya tersebut antara lain energi akustik (bising), energi
kimia yang berhubungan dengan bahan kimia yang digunakan untuk mengoperasikan dan
memelihara mesin serta gas buangan (emisi), energi panas dari bahan bakar atau gesekan
dan energi manusia yang dibutuhkan untuk postur, pergerakan dan pengoperasian.

Upaya Pencegahan Kecelakaan

Sebagian besar upaya pencegahan yang dilakukan pada Energy Damage Model sama


dengan model dari Heinrich yang mana berfokus pada penghapusan (eliminasi) atau
pengurangan (minimisasi) pada sumber bahaya untuk mengontrol terjadinya kerusakan.
Dengan kata lain model yang digagas oleh Viner ini menempatkan fokus perhatian pada
tahap pengendalian sebelum kejadian (pre-event) dengan mencegah penggunaan,
mengurangi, memodifikasi atau dengan memisahkan sumber bahaya dari pekerja ataupun
properti. Untuk itu solusi rekayasa harus dirancang untuk menutupi kekurangan yang
terdapat pada kemampuan kognitif pekerja yang lemah.

Sebenarnya upaya pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan sederhana yaitu


dengan menghilangkan faktor penyebab terjadinya kecelakaan. Akan tetapi, kenyataan
yang dihadapi di lapangan tidak semudah seperti yang dibayangkan. Karena ini berkaitan
dengan perubahan budaya dan perilaku. Banyak faktor yang menghambat, seperti
kurangnya pengetahuan dan kesadaran pekerja, kurangnya sarana dan prasarana, belum
adanya budaya tentang K3, komitmen dari pihak manajemen yang kurang dan lain-lain.

Oleh karena itulah banyak berkembang pendekatan-pendekatan yang membahas tentang


pencegahan kecelakaan. Dalam Energy Damage Model, pencegahan kecelakaan
dilakukan dengan berdasar pada pendekatan energi. Sesuai dengan konsep energi, bahwa
kecelakaan bermula dari sumber energi. Oleh karena itu, pendekatan pencegahan
kecelakaan dapat dilakukan pada tiga titik sumber terjadinya kecelakaan, yaitu pada
sumbernya, sepanjang aliran energi dan pada penerima.
1. Pendekatan pada sumber bahaya
Salah satu contoh pengendalian pada sumber bahaya misalnya memakai peredam suara
pada mesin, mengganti mesin dengan mesin yang lebih rendah tingkat kebisingannya.
  
2. Pendekatan di sepanjang aliran energi.
Pendekatan berikutnya adalah di sepanjang aliran energi. Misalnya untuk mengurangi
kebisingan dengan jalan memasang dinding kedap suara atau memindahkan area kerja.
  
3. Pendekatan pada penerima.
Pendekatan pada penerima misalnya, untuk mengurangi kebisingan dengan menggunakan
alat penutup telinga.

Untuk Aplikasi model ini dan contoh studi kasusnya dapat di klik disini.

Sedangkan untuk mengetahui teori/model lain yang digunakan dalam investigasi


kecelakaan seperti Sury's model dan Bird and Loftus Model dapat di klik di masing-
masing nama.

Anda mungkin juga menyukai