Anda di halaman 1dari 44

BAB I

A. Pengertian Promosi Kesehatan


Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan
kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya
pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang
kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh
terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan adanya promosi kesehatan tersebut diharapkan dapat
membawa akibat terhadap perubahan perilaku kesehatan dari sasaran. Menurut Notoatmodjo
(2005) yang mengutip pendapat Lawrence Green (1984) merumuskan definisi sebagai berikut:
“Promosi Kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang
terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan
perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan”.
Promosi kesehatan mempunyai pengertian sebagai upaya pemberdayaan masyarakat untuk
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri lingkungannya melalui pembelajaran dari,
oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan
kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes, 2005). Menurut WHO, promosi kesehatan
adalah proses mengupayakan individu-individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan
mereka mengandalkan factor-faktor yang mempengaruhi kesehatan sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatannya.
B. Pengertian Kesehatan Masyarakat
Kesehatan adalah sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan social yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis sedangkan masyarakat
adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan istilah lain saling berinteraksi.Arti lain
kesehatan menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan
social serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sehat menurut UU 23 Tahun 1992
tentang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera bagi dari badan, jiwa,
dan social yang mungkin hidup produktif secara social dan ekonomis.Sehat secara mental
(kesehatan jiwa) adalah satu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan
emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan
orang-orang lain. Yang lain sehat secara social adalah peri kehidupan sesorang dalam masyarakat,
yang diartikan bahwa seseorang mempunyai titik kemampuan untuk memelihara dan memajukan
kehidupannya sendiri dan kehidupan warga sehingga memungkinkan untuk bekerja, beristirahat dan
menikmati liburan.
Berdasarkan dua pengertian kesehatan tersebut dapat disarikan bahwa kesehatan ada
empat dimensi, yaitu fisik (badan), mental (jiwa), social dan ekonomi yang saling mempengaruhi
dalam mewujudkan tingkat kesehatan pada semua orang, kelompok, atau masyarakat. Oleh karena
itu, kesehatan bersifat holistic atau menyeluruh, tidak hanya memandang kesehatan dari segi fisik
saja. Misalnya : seseorang kelihatan sehat dari segi fisiknya, akan tetapi ia tidak mampu
mengendalikan emosinya ketika sedih maupun senang dengan mengekspresikan kedalam bentuk
prilaku berteriak atau menangis keras-keras, atau tertawa terbahak-bahak yang membuatnya sulit
untuk bisa kembali ke kondisi normal, maka orang tersebut tidak sehat. Begitupula orang kelihatan
sehat dari segi fisiknya, akan tetapi tidak mampu melanjutkab kehidupannya sendiri dengan belajar,
bekerja ataupun berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya, maka orang tersebut tidak bisa
dikatakan sehat.
Berikut ini beberapa definisi kesehatan masyarakat menurut professor Winslow dan Ikatan
Dokter Amerika, AMA (1948) : Ilmu kesehatan masyarakat (public health) menurut Profesor Winslow
(Leavel & Clark, 1958) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit memperpanjang hidup,
meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir
meningkatkan sanitasi lingkungan, control infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang
kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk diagnosa dini,
pencegahan penyakit dan pengembangan aspek social, yang akan mendukung agar setiap orang
masyarakat mempunyai standar kehidupan yang kuat untuk menjaga kesehatannya.
Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat ( Ikatan Dokter Amerika,
AMA, 1948).Kesehatan masyarakat diartikan sebgai aplikasi dan kegiatan terpadu antara sanitasi
dan pengobatan dalam mencegah penyakit yang melanda penduduk atau masyarakat. Kesehatan
masyarakat adalah kombinasi antara teori (ilmu) dan praktek (seni) yang bertujuan untuk mencegah
penyakit, memperpanjang hidup, dan meningktkan kesehatan penduduk (masyarakat). Kesehatan
masyarakat adalah sebagai aplikasi keterpaduan antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial
dalam mencegah penyakit yang terjadi di masyarakat.
C. Peran Promosi Kesehatan dalam Kesehatan Masyarakat
Peran Promosi Kesehatan di Tingkat Pusat. Ada 2 unit utama di tingkat Pusat yang terkait
dalam Promosi Kesehatan, yaitu:
1. Pusat Promosi Kesehatan danDirektorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan
2. Pengelolaan promosi kesehatan khususnya terkait program Pamsimas di tingkat Pusat perlu
mengembangkan tugas dan juga tanggung jawab antara lain:
a. Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang terkait dengan kegiatan
promosi kesehatan secara nasional
b. Mengkaji metode dan teknik-teknik promosi kesehatan yang effektif untuk pengembangan model
promosi kesehatan di daerah
c. Mengkoordinasikan dan mengsinkronisasikan pengelolaan promosi kesehatan di tingkat pusat
d. Menggalang kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan lain yang terkait
e. Melaksanakan kampanye kesehatan terkait Pamsimas secara nasional
f. Bimbingan teknis, fasilitasi, monitoring dan evaluasi

1. Peran Promosi Kesehatan di Tingkat Propinsi


Sebagai unit yang berada dibawah secara sub-ordinasi Pusat, maka peran tingkat Provinsi,
khususnya kegiatan yang diselenggrakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi antara lain sebagai berikut:
a. Menjabarkan kebijakan promosi kesehatan nasional menjadi kebijakan promosi kesehatan local
(provinsi) untuk mendukung penyelenggaraan promosi kesehatan dalam wilayah kerja Pamsimas
b. Meningkatkan kemampuan Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan promosi kesehatan, terutama
dibidang penggerakan dan pemberdayaan masyarakat agar mampu ber-PHBS.
c. Membangun suasana yang kondusif dalam upaya melakukan pemberdayaan masyarakat untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat pada level provinsi
d. Menggalang dukungan dan meningkatkan kemitraan dari berbagai pihak serta mengintegrasikan
penyelenggaraan promosi kesehatan dengan lintas program dan lintas sektor terkait dalam
pencapaian PHBS dalam level Provinsi
2. Tingkat Promosi Kesehatan di Kabupaten Peran.
Promosi Kesehatan yang diselenggarakan di tingkat Kabupaten, khususnya yang dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dapat mencakup hal-hal sebagai berikut: 6
a. Meningkatkan kemampuan Puskesmas, dan sarana kesehatan lainnya dalam penyelenggaraan
promosi kesehatan, terutama dibidang penggerakan dan pemberdayaan masyarakat agar mampu
ber-PHBS.
b. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat
c. Membangun suasana yang kondusif dalam upaya melakukan pemberdayaan masyarakat untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat.
d. Menggalang dukungan dan meningkatkan kemitraan dari berbagai pihak serta mengintegrasikan
penyelenggaraan promosi kesehatan dengan lintas program dan lintas sektor terkait dalam
pencapaian PHBS.

BAB II
A. Definisi Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah proses yang direncanakan dengan sadar untuk menciptakan
peluang bagi individu-individu untuk senantiasa belajar memperbaiki kesadaran (literacy) serta
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya (life skills) demi kepentingan kesehatannya
(Nursalam, 2008). Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses perubahan perilaku yang dinamis
dengan tujuan mengubah atau memprngaruhi perilaku manusia yang meliputi komponen
pengetahuan, sikap, ataupun praktik yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat baik secara
individu, kelompok maupun masyarakat, serta merupakan komponen dari program kesehatan
(Suliha, 2002).

Pendidikan kesehatan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar
masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara, dan meningkatkan taraf
kesehatannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk kegiatan
dengan menyampaikan materi tentang kesehatan yang bertujuan untuk mengubah perilaku sasaran
(Notoatmodjo, 2010). Pendidikan kesehatan adalah komponen dari program kesehatan dan
program kedokteran yang terencana guna menimbulkan perubahan perilaku, individu, kelompok,
dan masyarakat dengan melakukan upaya promotife dan preventif tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitatif (Steuart, 1968).

Pendidikan kesehatan merupakan proses pembelajaran terencana yang melibatkan unsur-


unsur sosial, intelektual dan psikologikal sehingga mempengaruhi status kesehatan individu,
kelompok maupun masyarakat pada perbaikan status kesehatan yang optimal (Joint Commnusion
and Health Education Terminologi, USA, 1972-1973). Pendidikan kesehatan masyarakat adalah
sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap, dan
pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan perorangan, masyarakat, dan bangsa,
kesemuanya ini dipersiapkan dalam rangka mempermudah diterimanya secara suka rela prilaku
yang akan meningkatkan atau memelihara kesehatan (Wood, 1926)

B. Tujuan Pendidikan Kesehatan


Secara umum tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku individu dan
masyarakat di bidang kesehatan (Notoatmodjo, 1997). Menurut Effendi (1995), tujuan pendidikan
kesehatan yang paling pokok adalah tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan
masyarakat dalam memelihara perilaku sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal. Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan pendidikan
kesehatan, antara lain tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, adat istiadat, kepercayaan
masyarakat, dan ketersediaan waktu dari masyarakat. Materi yang disampaikan hendaknya
disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan mulai dari individu, keluarga, dan masyarakat sehingga
dapat langsung dirasakan manfaatnya. Sebaiknya saat memberikan pendidikan kesehatan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami dalam bahasa kesehariaannya dan menggunakan
alat peraga untuk mempermudah pemahaman serta menarik perhatian sasaran (Walgino, 1995).
Metode yang dipakai dalam pendidikan kesehatan hendaknya dapat mengembangkan
komunikasi dua arah antara yang memberikan pendidikan kesehatan terhadap sasaran, sehingga
diharapkan pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami. Metoda yang dipakai
antara lain: curah pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi dan bermain peran. Tujuan pendidikan
kesehatan adalah suatu perubahan sikap dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok khusus, dan
masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku hidup sehat juga berperan aktif dalam
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Nursalam dkk, 2009). Menurut Suliha (2002), secara
umum tujuan dari pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku individu/ masyarakat dalam
bidang kesehatan. Sedangkan secara operasional tujuan pendidikan kesehatan adalah:

a. Agar melakukan langkah positif dalam melakukan pencegahan terhadap penyakit.


b. Agar memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi perubahan system dan cara
memanfaatkannya dengan efektif dan efisien.
c. Agar mempelajari apa yang dapat dilakukannya secara mandiri.
Pendidikan kesehatan merupakan suatu upaya kesehatan yang bertujuan:

a. Menjadikan kesehatan menjadi sesuatu yang bernilai di masyarakat.


b. Mendorong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan untuk
mencapai tujuan hidup sehat.
c. Mendorong dan mengembangkan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada (WHO, 1954)
Tujuan utama Pendidikan kesehatan (Mubarak dan Chayati, 2009) yaitu:
a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.
b. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan sumber daya yang ada
pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar.
c. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan
masyarakat.

C. Prinsip Pendidikan Kesehatan


Dalam melaksanakan Pendidikan kesehatan terdapat beberapa prinsip dasar yang harus
diperhatikan (Zaidin, 2010):
1. Pendidikan kesehatan bukan hal pelayanan di kelas saja tapi merupakan kumpulan pengalaman di
mana saja dan kapan saja dapat dilakukan pendidikan kesehatan sepanjang ia dapat mempengaruhi
pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan
2. Pendidikan kesehatan pada hakekatnya tidak dapat dipaksakan oleh seseorang kepada orang lain,
akan tetapi individu, kelompok atau masyarakat tersebutlah yang akan mengubah kebiasaan dan
tingkah lacuna dalam hal kesehatan dengan sukarela.
3. Pendidik hanya berperan untuk menciptakan suasana agar individu, kelompok, masyarakat,
mengubah sikap dan tingkah lakunya.
4. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil apabila yang di didik (individu, kelompok, masyarakat)
sudah berubah sikapnya dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
D. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Ruang lingkup Pendidikan kesehatan masyarakat dapat dilihat dari tiga dimensi (Soekedjo
Noto Atmodjo, 1993):
1. Dimensi Sasaran
a. Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu.
b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok masyarakat tertentu.
c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.
2. Dimensi Tempat Pelaksanaan
a. Pendidikan kesehatan di Rumah Sakit dengan sasaran pasien dan keluarga.
b. Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajar
c. Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran masyarakat atau pekerja.
3. Dimensi Tingkat Pelayanan Kesehatan
a. Pendidikan kesehatan promosi kesehatan (Health Promotion) misalnya peningkatan gizi, perbaikan
sanitasi lingkungan, gaya hidup dan sebagainya.
b. Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus (Specific protection) misalnya imunisasi
c. Pendidikan kesehatan untuk diagnose dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt
Treatment) misalnya pengenalan gejala dini penyakit melalui pendidikan kesehatan.
d. Pendidikan kesehatan untuk pembatasan cacat (disability limitation) misalnya dengan pengobatan
yang layak dan sempurna dapat menghindari resiko kecatatan.
e. Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation) misalnya dengan memulihkan kondisi cacat
melalui latihan-latihan tertentu.
Seperti telah disebutkan di atas bahwa tujuan akhir atau visi promosi kesehatan adalah
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Dari visi
ini jelas bahwa yang menjadi sasaran utama Pendidikan/ promosi kesehatan adalah masyarakat,
khususnya lagi perilaku masyarakat. Namun demikian karena terbatasnya sumber daya, akan tidak
efektif jika upaya atau kegiatan promosi kesehatan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun swasta itu langsung dialamatkan kepada masyarakat. Oleh sebab itu perlu dilakukan
pertahapan sasaran promosi kesehatan. Berdasarkan pertahapan upaya proosi kesehatan tersebut,
maka sasaraan dibagi menjadi 3, yakni :(Herawati, 2001)

1. Sasaran Primier
Adalah masyarakat pada umumnya yang menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau
promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat
dikelompokkan menjadi: kepala rumah tangga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan
menyusui untuk masalah KIA, anak sekolah untuk masalah kesehatan remaja dan sebagainya.
Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer ini adalah sejalan dengan strategi
pemberdayaan masyarakatan (empowerment).
2. Sasaran Sekunder
Adalah para toma, toga, tokoh adat, dsb. Disebut sasaran sekunder karena dengan memberikan
pendidikan kesehatan kepada kelompok ini, untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan
Pendidikan kesehatan kepada masyarakat disekitarnya. Selain itu, perilaku sehat para tokoh
masyarakat sebagai hasil dari Pendidikan kesehatan yang diterima, akan menjadi contoh atau acuan
perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada
sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan social.
3. Sasaran Tersier
Adalah para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat maupun daerah.
Dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai
dampak terhadap perilaku pata tokoh masyarakat (sasaran sekunder) dan juga kepada masyarakat
umum (sasaran primier). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepas tersier ini sejalan dengan
strategi advokasi.

Faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan, Menurut Notoatmojo (2012), ada beberapa
faktor yangmempengaruhi keberhasilan promosi kesehatan dalam melakukan pendidikan
kesehatan diantaranya yaitu:

a) Promosi kesehatan dalam faktor predisposisi


Promosi kesehatan bertujuan untuk menggugah kesadaran, memberikan atau meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan kesehatan bagi dirinya sendiri,
keluarganya, maupun masyarakatnya. Disamping itu dalam konteks promosi kesehatan juga
memberikan pegertian tentang tradisi kepercayaan masyarakat dan sebagainya, baik yang
merugikan maupun yang menguntungkan kesehatan. Bentuk promosi ini dilakukan dengan
penyuluhan, pameran, iklan layanan kesehatan, dan sebagainya.

b)Promosi kesehatan dalam faktor-faktor enabling (penguat)

Bentuk promosi kesehatan dilakukan agar dapat memberdayakan masyarakat dan mampu
mengadakan sarana dan prasarana kesehatan dengan cara bantuan teknik. memberikan arahan,
dan cara-cara mencari dana untuk pengadaan sarana dan prasarana.

c) Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin)

promosi kesehatan ini ditujukan untuk mengadakan pelatihan bagi tokoh agama, tokoh
masyarakat, dan petugas kesehatan sendiri dengan tujuan agar sikap dan perilaku petugas dapat
menjadi teladan, contoh atau acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat.

BAB III
A) Promotif

Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam


memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang
sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta
mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya
(lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya). (Ottawa Charter,1986). Promosi kesehatan adalah
upaya meningkatkan kemampuan kesehatan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mampu berperan secara
aktif dalam masyarakat sesuai sosial budaya setempat yang didukung oleh kebijakan public yang
berwawasan. (Depkes RI).

Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi,


kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang
menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson,1998). Health promotion bertujuan untuk
meningkatkan, memajukan dan membina koordinasi sehat yang sudah ada hingga dipertahankan
dan dijauhkan dari ancaman penyebab penyakit atau agent secara umum. Pendidikan kesehatan
yang diperlukan antara lain : Meningkatnya gizi, Perbaikan sanitasi lingkungan, Ph(derajat
keasaman), Pendidikan sifat umum, Nasihat perkawinan, Penyuluhan kehidupan sex, Olahraga dan
kebugaran jasmani, Pemeriksaan secara berkala, Meningkatnya standar hidup dan kesejahteraan
keluarga, Nasihat tentang keturunan, Penyuluhan tentang PMS, Penyuluhan AIDS.

Meningkatkan dan memperbaiki program kesehatan ibu :

1) Layanan dan terdesentralisasi

2) Menyusun standar pelayanan dan pastikan adanya supervise

3) Mengembangkan dan menggunakan panduan tetap untuk manajemen komplikasi kebidanan

4) Memperbaiki sistem pelatihan dan memperbaharui keterampilan penyediaan pelayanan


5) Memperbaiki infrastruktur dan memperbaharui fasilitas

6) Menetapkan/memperkuat system rujukan

7) Menetapkaan/memperkuat mekanisme evaluasi kualitas pelayanan

8) Mengembangkan dan menggunakan instrumen untuk memperbaiki kualitas pelayanan

9) Home base maternal records

10) Partograf

11) Melakukan audit dan meninjau kembali kasus-kasus kematian ibu hamil.

Ruang lingkup promosi kesehatan :

1) Pendidikan Kesehatan (Health education)

2) Pemasaran sosial (sosial marketing)

3) Penyuluhan

4) Upaya peningkatan (Promotif)

5) Advokasi di bidang kesehatan

6) Pengorganisasian, pengembangan, pergerakan, pemberdayaan masyarakat.

Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan pelaksanaan :

1) Promosi kesehatan tatanan keluarga

2) Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah

3) Pendidikan kesehatan di tempat kerja

4) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum

5) Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan

Tujuan promosi kesehatan meliputi :

1) Membangun kebijakan masyarakat sehat

2) Membangun keterampilan personal

3) Memperkuat partisipasi komunitas

4) Menciptakan lingkungan yang mendukung

5) Reorientasi pelayanan kesehatan

B) Preventif

Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya
sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin, pravenire yang
artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengetian
yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah
terjadinya gangguan, kerusakan atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat (Notosoedirjo dan
Latipun, 2005 : 145).Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap
suatu masalah kesehatan atau penyakit.Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini adalah
kelompok yang berisiko tinggi (high risk).Tujuan utama promosi kesehatan pada tingkat ini adalah
untuk mencegah kelompok tersebut agar tidak jatuh atau menjadi atau terkena sakit. Usaha-usaha
yang dilakukan, yaitu :

A. Pemeriksaan kesehatan secara berkala ( balita, bumil, remaja, usia lanjut ) melalui posyandu
puskesmas, maupun kunjungan rumah.

B. Pemberian vitamin A, yodium melalui posyandu, puskesmas, maupun dirumah

C. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui

D. Deteksi dini kasus dan faktor resiko ( maternal, balita, penyakit ).

E. Imunisasi terhadap bayi dan balita serta ibu hamil

Spesific Protection

Spesific protecion adalah upaya spesific untuk mencegah terjadinya penularan penyakit
tertentu. Spesific Protection terdiri dari ( Efendi, 1998 ; Maulana, 2009 ) :

1. Memberikan imunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah terhadap penyakit penyakit
tertentu. Contohnya : Imunisasi hepatitis diberikan kepada mahasiswa keperawatan yang akan
praktik dirumah sakit.

2. Isolasi terhadap penderita penyakit menular. Contohnya : isolasi terhadap pasien flu burung.

3. Perlindungan terhadap kemungkinan kecelakaan di tempat-tempat umum dan di tempat kerja.


Contohnya : ditempat umum, misalnya adanya rambu-rambu zebracroos agar pejalan kaki yang
akan menyebrang tidak tertabrak oleh kendaraan yang sedang melintas sedangkan ditempat kerja :
pada pekerja yang memakai alat pelindung diri.

4. Peningkatan keterampilan remaja untuk mencegah ajakan untuk menggunakan narokoba. Kursus-
kursus peningkatan keterampilan, seperti kursus menjahit, kursus otomotif.

5. Penanggulangan stress. Contohnya : membiasakan pola hidup yang sehat, dan seringnya melakukan
relaksasi.

C) Kuratif
1. Pengertian Kuratif
Kuratif terdiri dari tiga suku kata ku-ra-tif yang berarti (dapat) menolong
menyembuhkan (penyakit dan sebagainya); mempunyai daya untuk mengobati. Dalam konteks
kesehatan sendiri kuratif berasal dari kata “cure” yang berarti menyembuhkan. Artinya kuratif lebih
bersifat mengobati atau memperbaiki sesuatu yang telah rusak atau mengobati seseorang yang
telah sakit. Dengan pengertian yang lebih mudahnya kuratif adalah nama lain dari proses
menyembuhkan seseorang dari keadaan sakit secara fisik dan psikis. Upaya kuratif sendiri adalah
bagian wilayah tugas tenaga medis secara langsung yaitu dokter.(Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI)
2. Upaya Kuratif
Upaya kuratif adalah upaya kesehatan untuk mencegah penyakit menjadi lebih parah
melalui pengobatan.Sasarannya adalah kelompok orang sakit (pasien) terutama penyakit kronis
sperti asma, DM, TBC, rematik, hipertensi dan sebagainya.Tujuannya kelompok ini mampu
mencegah penyakit tersebut sehingga tidak menjadi lebih parah.Bentuk kegiatannya adalah
pengobatan yang dilakukan oleh tenaga medis (Kadek Ari, 2016).
Upaya kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara individual, kontak terhadap
sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja.Jarak antara petugas kesehatan (dokter, perawat,
bidan, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh.Upaya kuratif cenderung
bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada umumnya hanya menunggu masalah datang.Misalnya
dokter yang menunggu pasien datang di Puskesmas, Rumah Sakit atau tempat praktek. Kalau tidak
ada pasien datang, berarti tidak ada masalah, maka selesailah tugas mereka, bahwa masalah
kesehatan adalah ketika adanya penyakit (Alex Rahma,2016).
Upaya kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih kepada sistem biologis
manusia atau pasien hanya dilihat secara parsial, padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-
psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya (Intan Susanti, 2015).
Beberapa contoh upaya-upaya kuratif yang dilakukan, yaitu :
1) Dukungan penyembuhan dan perawatan, contohnya : dukungan psikis penderita TB.
2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah sakit.
3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis dirumah, ibu bersalin dan nifas.
4) Perawatan payudara.
5) Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
6) Pemberian obat : Fe, Vitamin A, oralit.
D) Rehabilitatif

1. Pengertian rehabilitatif
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan kepada pemakai
narkoba yang sudah menjalani program kuratif. Tujuannya agar ia tidak memakai lagi dan bebas dari
penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian narkoba. Rehabilitasi adalah fasilitas yang
sifatnya semi tertutup, maksudnya hanya orang –orang tertentu dengan kepentingan khusus yang
dapat memasuki area ini. Rehabilitasi narkoba adalah tempat yang memberikan pelatihan
ketrampilan dan pengetahuan untuk menghindarkan diri dari narkoba (Soeparman, 2000 : 37)
Menurut UU RI No 35 Tahun 2009 ada dua jenis rehabilitasi, yaitu :
a. Rehabilitasi medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan
pecandu dari ketergantungan narkotika.
b. Rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental
maupun sosial, agar bekas pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam
kehidupan masyarakat. Pusat atau lembaga
Rehabilitasi yang baik haruslah memenuhi persyaratan antara lain :
a) Sarana dan prasarana yang memadai termasuk gedung, akomodasi, kamar mandi/ wc yang higenis,
makanan dan minuman yang bergizi dan halal, ruang kelas,ruang rekreasi, ruang konsultasi
individual maupun kelompok, ruang konsultasi keluarga, ruang ibadah, ruang olahraga, ruang
ketrampilan dan lain sebagainya.
b) Tenaga yang profesioanal (psikiater, dokter umum, psikolog, pekerja sosial, perawat,
agamawan/rohaniawan dan tenaga ahli lainnya/ instruksi) tenaga professional ini untuk
menjalankan program yang terkait.
c) Manajemen yang baik.
d) Kurikulum / program rehabilitasi yang memadai sesuai dengan kebutuhan.
e) Peraturan dan tata tertib yang ketat agar tidak terjadi pelanggaran ataupun kekerasan.
f) Keamanan( security) yang ketat agar tidak memungkinkan peredaran NAZA di dalam pusat
rehabilitasi (termasuk rokok dan minuman keras).

 STANDAR PELAYANAN REHABILITASI NARKOBA


Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam Buku Standar Pelayanan Minimal Terapi
Medik Ketergantungan Narkotika,Psikotropika, dan Bahan Aditif Lainnya, terbitan tahun 2003 perlu
adanya standar pelayanan minimal diperlukan sebagai panduan bagi pemerintah dan masyarakat
dalam penyelenggaraan rehabilitasi sosial korban narkoba secara lebih profesional.
Aspek-aspek yang harus distandarisasi adalah :
1) Legalitas Institusi Pengelola.
Institusi pengelola pelayanan dan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan narkoba wajib
mempunyai legalitas. Sebuah panti pelayanan dan rehabilitasi sosial korban narkoba tercatat di
instansi sosial terkait (Dinas Sosial setempat,Departemen Sosial R.I), mempunyai struktur organisasi,
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) dan akte notaris.
2) Pemenuhan Kebutuhan Klien / Residen
Kebutuhan pokok klien / residen dipenuhi oleh pengelola panti pelaksana pelayanan dan
rehabilitasi sosila, dengan mempertimbangkan kelayakan dan proporsionalitas. Kebutuhan yang
harus dipenuhi adalah:
a) Makan 3 kali sehari ditambah dengan makanan tambahan (bubur kacanghijau, dan sebagainya,
dengan mempertimbangkan kecukupan gizi dengan menu gizi seimbang.
b) Pelayanan kesehatan, untuk pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan dengan kerjasama Puskesmas,
dokter praktek, dan rumah sakit setempat yang menguasai masalah penyalahgunaan narkoba.
c) Pelayanan rekreasional, dalam bentuk penyediaan pesawat televisi, alat musik sederhana, rekreasi
di tempat terbuka, dan lain–lain.
3) Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahguna narkoba dilaksanakan
dengan tahap yang baku / standar, meliputi :
a. Pendekatan Awal
Pendekatan awal adalah kegiatan yang mengawali keseluruhan proses pelayanan dan
rehabilitasi sosial yang dilaksanakan dengan penyampaian informasi program kepada masyarakat,
instansi terkait, dan organisasi sosial (lain) guna memperoleh dukungan dan data awal calon klien /
residen dengan persyaratan yang telah ditentukan.
b. Penerimaan
Pada tahap ini dilakukan kegiatan administrasi untuk menentukan apakah diterima atau tidak
dengan mempertimbangkan hal–hal sebagai berikut:
1. Pengurusan administrasi surat menyurat yang diperlukan untuk persyaratan masuk panti (seperti
surat keterangan medical check up, test urine negatif, dan sebagainya).
2. Pengisian formulir dan wawancara dan penentuan persyaratan menjadi klien / residen.
3. Pencatatan klien / residen dalam buku registrasi.
c. Asesmen
Asesmen merupakan kegiatan penelaahan dan pengungkapan masalah untuk mengetahui
seluruh permasalahan klien / residen, menetapkan rencana dan pelaksanaan intervensi.
Kegiatan asesmen meliputi :
1.Menelusuri dan mengungkapkan latar belakang dan keadaan klien /residen.
2.Melaksanakan diagnosa permasalahan.
3.Menentukan langkah–langkahrehabilitasi.
4.Menentukan dukungan pelatihan yang diperlukan.
5.Menempatkan klien / residen dalam proses rehabilitasi.
d.Bimbingan Fisik
Kegiatan ini ditujukan untuk memulihkan kondisi fisik klien / residen, meliputi pelayanan
kesehatan, peningkatan gizi, baris-berbaris dan olah raga.
e. Bimbingan Mental dan Sosial
Bimbingan mental dan sosial meliputi bidang keagamaan / spritual, budi pekerti individual dan
sosial / kelompok dan motivasi klien / residen (psikologis).
f. Bimbingan orang tua dan keluarga
Bimbingan bagi orang tua / keluarga dimaksudkan agar orang tua / keluarga dapat menerima
keadaan klien / residen memberi support, dan menerima klien / residen kembali di rumah pada saat
rehabilitasi telah selesai.
g. Bimbingan Keterampilan
Bimbingan keterampilan berupa pelatihan vokalisasi dan keterampilan usaha (survival skill),
sesuai dengan kebutuhan klien / residen.
h. Resosialisasi / Reintegrasi
Kegiatan ini merupakan komponen pelayanan dan rehabiltasi yang diarahkan untuk menyiapkan
kondisi klien / residen yang akan kembali kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini meliputi:
1.Pendekatan kepada klien / residen untuk kesiapan kembali ke lingkungan keluarga dan
masyarakat tempat tinggalnya.
2.Menghubungi dan memotivasi keluarga klien / residen serta lingkungan masyarakat untuk
menerima kembali klien / residen.
3.Menghubungi lembaga pendidikan bagi klien yang akan melanjutkan sekolah.
i.Penyaluran dan Bimbingan Lanjut (Aftercare)
Dalam penyaluran dilakukan pemulangan klien / residen kepada orang tua / wali, disalurkan ke
sekolah maupun instansi / perusahaan dalam rangka penempatan kerja. Bimbingan lanjut dilakukan
secara berkala dalam rangka
pencegahan kambuh / relap sebagi klien dengan kegiatan konseling, kelompok dan sebagainya.
j. Terminasi
Kegiatan ini berupa pengakhiran / pemutusan program pelayanan dan rehabilitasi bagi klien /
residen yang telah mencapai target program (clean and sober).
4) Sumber Daya Manusia
Pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan narkoba adalah kegiatan yang
harus dilaksanakan oleh para profesional. Dalam rangka mencapai target yang baik, maka diperlukan
sumber dayamanusia yang mempunyai kualifikasi tertentu. Dalam bidang administrasi kegiatan
pelayanan dan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan narkoba membutuhkan tenaga
pimpinan/kepala / direktur, petugas tata usaha, keuangan, pesuruh / office boy, petugas keamanan
/ security. Dalam bidang teknis diperlukan tenaga pekerja sosial, bekerja sama dengan psikologi,
psikiater / dokter, paramedik / perawat, guru / instruktur, konselor, dan pembimbing keagamaan.
5) Sarana Prasarana (Fasilitas)
Sesuai dengan fungsi panti, maka sarana dan prasarana dapat dikelompokkan menjadi:
a. Sarana bangunan gedung, misalnya: kantor, asrama, ruang kelas, ruang konseling, ruang
keterampilan, aula, dapur, dan sebagainya.
b. Prasarana, misalnya: jalan, listrik, air minum, pagar, saluran air / drainage, peralatan kantor,
peralatan pelayanan, dan sebagainya.
Untuk terlaksananya tugas dan fungsi panti secara efektif dan effisien, diperlukan sarana dan
prasarana yang memadai, baik jumlah maupun jenisnya termasuk letak dan lokasi panti, yang
disesuaikan dengan kebutuhan.Untuk pembangunan panti pelayanan dan rehabilitasi korban
penyalahgunaan narkoba sebaiknya dicari dan ditetapkan lokasi luas tanah dan persyaratan sesuai
kebutuhan, sehingga dapat menunjang pelayanan, dengan memperhatikan hal–halsebagai berikut:
 Pada daerah yang tenang, aman dan nyaman.
 Kondisi lingkungan yang sehat
 Tersedianya sarana air bersih
 Tersedianya jaringan listrik
 Tersedianya jaringan komunikasi telepon
 Luas tanah proporsional dengan jumlah klien / residen yang ada. Sebelum menetapkan lokasi panti
sebaiknya dilakukan studi kelayakan tentang :
a) Statusnya, agar hak pemakaian jelas dan sesuai dengan peruntukan lahan, sehingga tidak terjadi
hal–hal yang kurang menguntungkan;
b) Mendapatkan dukungan dari masyarakat terhadap keberadaan panti, sehingga proses resosialisasi
dan reintegra si dalam masyarakat dapat dilaksanakan.
6) Aksesibilitas
Didalam masyarakat, panti pelayanan dan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan narkoba
tidaklah berdiri sendiri.Panti ini terkait dengan seluruh aspek penanggulangan penyalahgunaan
narkoba.

BAB IV
A. Definisi Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berartia ‘tengah’, ‘perantara’,
atau ‘pengantar’. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung
diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan
menyusun kembali informasi visual atau verbal. AECT (Association of Education and Communication
Technology) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan
untuk mepampaiakn pesan atau informasi. Disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar,
media yang sering diganti dengan kata mediator, dengan istilah mediator media menunjukan fungsi
atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektifantara dua pihak utama dalam proses belajar,
yaitu siswa da nisi pelajaran. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau
menghantarkan pesan-pesan pengajaran (Azhar Arsyad, 2010:3). Menurut Anderson (1987) yang
dikutip Bambang Warista (2008:123). Media dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu alat bantu
pembelajaran (instructional aids) dan media pembelajaran (instructional media). Alat bantu
pembelajaran atau alat bantu untuk membantu guru (pendidik) dalam memperjelas materi (pesan)
yang akan disampaikan. Oleh karena itu alat bantu pembelajaran disebut juga alat bantu mengajar
(teaching aids). Misalnya OHP/OHT, film bingkai (slide) foto, peta, poster, grafik, flip chart, model
benda sebenarnya dan sampai kepada lingkungan belajar yang dimanfaatkan untuk memperjelas
materi pembelajaran. ( Y Yayan, 2012)
B. Fungsi Media Pembelajaran
Media dipandang sebagai salah satu faktor yang dapat meningkatkan efektifitas proses
pembelajaran, hal ini disebabkan karena media memiliki peran dan fungsi strategis yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi motivasi, minat dan etensi peserta didik
dalam belajar serta mampu memvisualisasikan materi abstrak yang diajarkan sehingga
memudahkan pemahaman peserta didik. Selain itu, media mampu membuat pembelajaran lebih
jelas serta mampu memanipulasi dan menghadirkan objek yang sulit dijangkau oleh peserta
didik.Media pembelajaran sangat penting bagi kegiatan belajar mengajar karena dapat mendukung
tercapainya tujuan belajar dengan lebih baik dan lebih tepat. Media pembelejaran tidak sekedar
menjadi alat bantu pembelajaran, melainkan juga merupakan suatu strategi dalam pembelajaran.
Sebagai strategi media pembelajaran memiliki banyak fungsi (Y Yayan, 2012), yaitu:
1. Media Sebagai Sumber Belajar.
Media pembelajaran sebagai sumber belajar merupakan suatu kmponen sistem pembelajaran
yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan, yang dapat mempengaruhi hasil
belajar peserta didik, dalam hal ini Edgar Dale memandang sumber belajar sebagai pengalaman-
pengalaman yang pada dasarnya sangat luas. Pengalaman belajar bias dalam berbagai bentuk
seperti melalui membaca, searching internet, diskusi dan tanya jawab, mendengarkan media audio,
dan lain-lain. Dengan perkembangan teknologi multimedia sebagai sumber belajar, pesan, informasi
dan pengetahuan baru dapat diakses lebih mudah dan tanpa batas.
2. Fungsi Semantik.
Semantik berkaitan dengan “meaning” atau arti dari suatu kata, istilah, simbol atau tanda. Saat
seseorang mempelajari suatu arti dari kata baru, seseorang akan membutuhkan media seperti
kamus, glossary, atau narusmber. Melalui media tersebut seseorang dapat menambah
pembendaharaan kata dan istilah. Begitupun saat belajar ilmu kimia, fisika, dan matematika,
seseorang akan menjumpai berbagai simbol, rumus, ataupun persamaan matematika. Simbol,
rumus, dan persamaan matematika tersebut biasanya dimaksudkan sebagai simplikasi dalam
merepresentasikan suatu keadaan atau benda.Dalam hal ini media pemeblajaran berfungsi
mengkonkretkan ide dan memberikan kejelasan agar pengetahuan dan pengalaman belajar dapat
lebih jelas dan lebih mudah dimengerti.
3. Fungsi Manipulatif
Fungsi manipulative adalah kemampuan media dalam menampilkan kembali suatu benda atau
peristiwa dengan berbagai cara, sesuai kondisi, situasi, tujuan dan sasarannya. Manipulasi ini
seringkali dibutuhkan oleh para pendidik untuk menggambarkan suatu benda yang terlalu besar,
terlalu kecil, dan terlalu berbahaya hingga sulit diakses mungkin karena letak dan posisinya yang
jauh atau prosesnya terlalu lama untuk observasi dalam waktu yang terbatas. Misalnya, proses
metamorphosis kupu-kupu tidak mungkin diamati selama proses pembelajaran untuk itu
dibutuhkan media seperti skema, gambar, video dan lain-lain.
4. Fungsi Fiksatif (Daya Tangkap atau Rekam).
Fungsi fiksatif adalah fungsi yang berkaitan dengan kemampuan suatu media untuk menangkap,
menyimpan, menampilkan kembali, suatu objek atau kejadian yang sudah lama terjadi. Fungsi
fiksatif media juga bisa ditunjukkan dengan dengan kemapuan menyimpan file data secara rapid dan
aman. File-file itu bisa tampilkan sesuai kebutuhan. Contoh lain dari fungsi fiksatif media adalah
kemampuannya dalam mengabadikan dan menyimpan data peristiwa Tsunami di Aceh bulan
Desember tahun 2004, kemudian dapat menampilkannya kembali dikemudian hari sehingga dapat
diamati oleh generasi mendatang. Media juga mampu menampilkan objek dan peristiwa yang
terjadi pada lokasi yang sulit dijangkau seperti penipisan ozon di atmosfer.Objek tersebut bisa
divisualisasikan melalui media teks, model, visual, audio, atau video.Selain itu media juga dapat
menampilkan suatu objek terlalu besar atau terlalu kecil.
5. Fungsi Distributif
Fungsi distributif memiliki dua fungsi didalamnya yaitu mengatasi batas-batas ruang dan waktu,
juga mengatasi keterbatasan inderawi manusia.Contoh media yang memiliki fungsi distirbutif adalah
TV, TV memberikan informasi, hiburan, dan berbagai pengetahuan yang dapat dilihat oleh berbagai
orang diberbagai tempat dan kondisi yang berbeda. Seseorang dapat mengetahui kejadian, berita,
atau informasi dari tempat lain tanpa harus dating langsung ketempat tersebut, tetapi melalui
tayangan televisi.
6. Fungsi Psikologis
Dari segi psikologis, media pembeljaran memiliki beberapa fungsi seperti berikut:
a. Fungsi Atensi
Mencakup selected attention yaitu memperhatikan rangsangan tertentu sambil membuang
rangsangan lain yang mengganggu. Untuk optimalisasi atensi ini, media hrus memenuhi syarat dari
sisi kemenarikan dan kejelasan pesan. Media yang tidak menarik dan tidak jelas bagi peserta didik
tidak akan memberikan hasil yang optimal. sehingga dalam merancang pembelajaran perlu
dipertimbangkan karakteristik peserta didik, tujuan pembelajaran dan materi yang dibahas.
b. Fungsi afektif
Berkaitan dengan psikologis peserta didik yang terpenting bagi seorang pendidik ialah mampu
menyiapkan media yang mampu membangkitkan minat dan membentuk sikap siswa terhadap
stimulus yang diberikan.Dengan adanya media pembelajaran, peserta didik memiliki kesediaan
untuk menerima bahan pembelajaran yang ditampakan pada perhatian tertuju kepada
pembelajaran yang diikutinya.Media pembelajaran mengaktifkan respon peserta didik, memberi
umpan balik dengan segera (feedback soon).
c. Fungsi kognitif
Dari suatu media dimaksudkan bahwa media tersebut memberikan pengetahuan dan pemahaman
baru kepada peserta didik tentang suatu hal. Hampir semua jenis media pembelajaran memiliki
fungsi kognitif, misalnya media visual seperti textbook, modul, jurnal ilmiah, gambar, media audio
seperti radio dan tape recorder dan audio visual seperti video dan film.
d. Fungsi psikomotorik
Berhubungan dengan keterampilan yang bersifat fisik atau tampilan pada seseorang.Aspek ini
penting sebab belum lengkap apabila seorang peserta didik hanya memiliki kemampuan secara
teoritis namun tidak memiliki keterampilan praktis.
e. Fungsi imajinatif
Menurut Caplin (1993, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, hal.38) imajinasi adalah
proses penciptaan suatu objek atau peristiwa tanpa memanfaatkan data sensoris dan indera.
Imajinasi ini mencakup penimbulan kreasi atau objek-objek baru sebagai rencana masa
mendatang.Potensi imajinatif peserta didik perlu ditumbuhkan sebab dari imajinasi tersebut
seringkali melahirkan karya-karya kreatif dan inovatif.Berbagai media interaktif dan animasi adalah
contoh media yang sering digunakan untuk meningkatkan daya imajinasi siswa dalam pembelajaran.
f. Fungsi motivasi
Menurut Dwyer (1978, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran hal.39) cara berkomunikasi
mempengaruhi daya ingat peserta didik. Komunikasi verbal tanpa menggunakan media sama sekali
daya ingatnya dalam waktu 3 jam 70%. Apabila menggunakan media visual tanpa komunikasi verbal,
daya ingat peserta didik masing-masing sekitar 72%.Jika digunakan keduanya, verbal dan visual
maka daya ingatnya 85%.Dari pembelajaran tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan media
dapat meningkatkan daya ingat peserta didik.Hal ini dapat disebabkan meningkatnya perhatian dan
motivasi peserta didik terhadap materi pembelajaran yang dibahas menggunakan pemanfaatan
media pembelajaran.
7. Fungsi Sosio-Kultural
Penggunaan media dalam pembelajaran dapat mengatasi hambatan sosio-kultural antar peserta
didik. Peserta didik dalam jumlah besar dengan adat, kebiasaan, lingkungan dan pengalaman yang
berbeda-beda sangat mungkin memiliki persepsi dan pemahaman yang tidak sama tentang suatu
topik pembelajaran. Disinilah fungsi media mampu memberikan rangsangan, memberikan
pemahaman tentang perlunya menjaga keharmonisan dan saling menghargai perbedaan yang ada.
C. Manfaat Media Pembelajaran
Secara umum, manfaat media dalam proses pemeblajaran adalah memperlancar interkasi anatra
guru dan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara khusus
ada beberapa manfaat media yang lebih rinci (Y Yayan, 2012).
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002: 2), mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam
proses belajar siswa yaitu:
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
2. Bahan pemeblajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat dipahami oleh siswa sehingga
memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan
kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru
mengajar pada setiap jam pelajaran.
4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru,
tetapi juga aktivitas lainseperti mengamati, melakukan mendemostrasikan, memamerkan, dll.
Beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar
mengajar sebagai berikut:
1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat
menimbulkan motivasi belajar, interaksi lebih langsung antara siswa dan lingkungannya.
3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu, misalnya:
a. Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di ruang kelas dapat diganti dengan
gambar, foto, slide, realita, film, radio, atau model.
b. Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat disajikan dengan bantuan
mikroskop, film, slide, atau gambar.
c. Kejadian langka yang terjadi dimasa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat dotampilkan
melalui rekaman video, film, foto, slide, disamping secara verbal.
d. Objek atau proses yang amat rumit seperti perdaran darah dapat ditampilkan secara konkret melalui
film, gambar, slide, atau stimulasi komputer.
e. Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan media seperti
komputer, film, dan video.
f. Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses yang dalam kenyataan
memakan waktu lama seperti proses kepompong menjadi kupu-kupu dapatt disajikan dengan
teknik-teknik rekaman seperti time lapse untuk film, video, slide, atau simulasi komputer.
4. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-
peristiwa lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru,
masyarakat, dan lingkungannya.
D. Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Beberapa pengelompokkan media dapat dilihat sampai saat ini belum ada suatu
pengelompokkan media yang mencakup segala aspek, khususnya untuk keperluan
pembelajaran.Pengelompokkan yang ada, diadakan atas berbagai macam kepentingan. Masih ada
pengelompokkan yang dbuat oleh ahli lain, namun aapun dasar yang digunakan dalam
pengelompokkan itu tujuannya sama yaitu agar orang lebih mudah mempelajarinya. Sebagai
seorang pendidik, perlu mengikuti perkembangan teknologi khususnya yang berkaitan dengan
media pembelajaran.Sehingga paling tidak kita dapat lebih mengenalnya. Berikut adalah beberapa
jenis media pembelajaran (Y Yayan, 2012) yaitu:
1. Media Visual
Media ini digunakan untuk mempermudah pembahasan karena pertimbangannya praktis, maka
jenis media yang akan dibahas disini hanya dipilih beberapa media yang digunakan dalam
pembelajaran (Y Yayan, 2012).
a. Media yang tidak diproyeksikan
Media yang digunakan tidak membutuhkan suatu alat bantu lain (misalnya proyektor) untuk
melihatnya. Media seperti ini sangat umum dan banyak terdapat dalam kehidupan lingkungan kita,
sehingga para pendidik kadang-kadang cenderung tidak memperhitungkan kehadiran media ini
dalam proses pembelajaran. Jenis media yang tidak diproyeksikan antara lain: raelia, model, dan
grafis. Ketiga jenis media ini dapat dikategorikan sebagai media sederhana yang penyajiannya tidak
memerlukan tenaga listrik (Y Yayan, 2012).
Media realia adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau sumber belajar.Media
realia sangat bermanfaat terutama bagi peserta didik yang tidak memiliki pengalaman terhadap
benda tertentu, misalnya untuk mempelajari binatang langka, peserta diajak melihat badak yang ada
di kebun binatang.Selain observasi dalam kondisi aslinya, penggunaan media realia juga dapat
dimodifikasi. Modifikasi media realia berupa: potongan benda (cute ways), benda contoh
(specimen), dan pameran (exhibid). Cara potongan benda (cute ways) adalah benda sebenarnya
tidak digunakan secara utuh atau menyeluruh, tetapi hanya diambil sebagaian saja yang dianggap
penting dan mewakili aslinya.Misalnya binatang langka hanya diambil bagian kepalanya saja.Benda
contoh (specimen) adalah benda asli tanpa dikurangi sedikitpun yang dipakai sebagai contoh untuk
mewakili karakter dari sebuah benda dalam jenis atau kelompok tertentu.Misalnya beberapa ekor
ikan hias dari jenis tertentu, yang dimasukkan dalam sebuah toples berisi air untuk diamati didalam
kelas.Pameran (exhibit) menampilkan benda benda tertentu yang dirancang seolah-olah berada
dalam lingkungan atas situasi aslinya.Misalnya senjata-senjata kuno yang masih asli ditata dan
dipajang seolah-olah menggambarkan situasi perang pada jaman dulu (Y Yayan, 2012).
b. Media yang diproyeksikan
1) Transparansi OHP
Berbeda dengan media-media visal terdahulu yang tidak memerlukan alat penyaji, transparansi
OHP visualnya diproyeksikan ke layar menggunakan proyektor.Media ini terdiri dari dua perangkat
yaitu perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware).Perangkat lunaknya berupa
transparansi yang disebut OHT (overhead projector).
Dibandingkan dengan media pembelajaran moderen lainnya (slide, film, video), OHP merupakan
“alat bantu mengajar tatap muka sejati”. Anggapan ini bisa dimaklumi, sebab untuk menggunakan
OHP tata letak ruang kelas tetap seperti biasa, pendidik dapat bertatap muka dengan peserta didik
(tanpa harus membelakangi peserta didik). Selain itu, dengan ruang kelas yang tidak perlu gelap,
aktivitas peserta didik dapat berlangsung seperti biasa, dapat saling melihat dan tetap dapat sambil
mencatat.Keadaan seperti ini membuat aktivitas belajar tidak terganggu.
2) Film Bingkai/slide
Film bingkai/slide adalah suatu film transparan yang umumnya berukuran 35mm. dalam satu paket
program film bingkai berisi beberapa bingkai film yang terpisah satu lain. Dalam beberapa hal,
manfaat bingkai film ini sebenarnya hampir sama dengan transparansi OHP, hanya saja kualitas
visual yang dihasilkan jauh lebih bagus. Karena faktor kemahalan dan kurang praktis, maka
penggunaan media ini kurang popular di tempat pendidikan.Apalagi saat ini sudah ada program
komputer yaitu Power Point yang lebih murah dan lebih praktis penggunaanya.
2. Media Audio
Media audio yang dibahas di sini khusus kaset audio karena media inilah yang paling sering
digunakan di tempat pendidikan.Program kaset audio termasuk media yang sudah memasyarakat
hingga ke pelosok pedesaan program kaset audio merupakan sumber yang cukup ekonomis karena
biaya yang diperlukan untuk pengadaan dan perawatan cukup murah. Beberapa kelebihan program
ini adalah:
a. Materi pelajaran yang sudah terekam tak akan berubah. Jika diperlukan bisa digandakan berkali-kali
sesuai jumlah yang dibutuhkan.
b. Untuk jumlah sasaran yang banyak. Biaya produksi dan pengadaannya relative murah.
c. Jika diperlukan rekaman yang dapat dihapus dan kasetnya masih dapat dipergunakan.
d. Peralatan penyajinya (tape recorder) juga termasuk murah bila dibandingkan dengan peralatan
visual audio yang lainnya.
e. Pengoperasiannya dan perawatannya juga mudah, tempat perbaikannya mudah ditemukan disekitar
tempat pendidikan.
f. Program kaset audio dapat menyajikan kegiatan, materi pembelajaran dan sumber belajar yang
berasa dari luar tempat pendidikan seperti: hasil wawancara, rekaman peristiwa, dan dokumentasi
sehingga dapat memperkaya pengalaman belajar peserta didik.
3. Media Audio Visual
a. Media Video
Merupakan salah satu jenis media audio visual. Misalnya film, tetapi yang akan dibicarakan disini
hanyalah media video, karena media inilah yang sudah banyak dikembangkan untuk keperluan
pembelajaran. Sebagian fungsi film sudah bisa digantikan oleh media video.Biaya produksi dan
perawatan video lebih murah dibandingkan film, pengoperasiannya pun jauh lebih praktis sehingga
tak heran bila media video saat ini lebih popular dan diminati dibandingkan media film. Oleh sebab
itu saat ini media video telah banyak diproduksi untuk keperluan pembelajaran.
Pesan yang dapat disajikan melalui video dapat bersifat fakta (objek, kejadian, atau informasi
nyata), dapat pula bersifat fiktif.Pada mata pembelajaran yang banyak mempelajari motorik, media
video sangat diperlukan. Dengan kemampuannya untuk menyajikan dengan gerakan lambat
(slowmotion) maka media ini akan memudahkan siswa mempelajari prosedur gerakan tertentu
secara lebih rinci dan jelas. Dengan demikian, media video ini layak kita jadikan sebagai salah satu
pilihan untuk dimanfaatkan secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran ditempat pendidikan.
b. Media Komputer
Teknologi berbasis komputer merupakan cara-cara memproduksi dan menyampaikan bahan
belajar dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada mikroprosesor Seels & Richey (2000)
yang dikutip Bambang Warsita (2008: 33). Pada dasarnya teknologi berbasis komputer menampilkan
informasi kepada peserta didik melalui tayangan dilayar monitor. Berbagai aplikasi komputer untuk
pembelajaran biasanya disebut Computer Based Instructional (CBI) Computer Assisted
Intructional(CIA), atau Computer Instrutio Assisted Learning (IAL).Dalam bahasa Indonesia diartikan
sebagai pembelajaran berbantu komputer. Teknologi komputer dapat digunakan sebagai media
yang memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dalam memahami suatu konsep. Hal ini
memungkinkan karena teknologi komputer mempunyai kemampuan untuk: (a) menyiapkan dan
memanipulasi data alfanumerik; (b) menampilkan beberapa operasi dengan cara yang tepat; dan (c)
mengkombinasikan tulisan, warna, gerak (animasi) suara dan video, serta memuat suatu
“kepintaran” yang sanggup menyajikan proses interaktif.
E. Multimedia
a. Pengertian Multimedia Pembelajaran Interaktif
Teknologi multimedia mampu memberi kesan dalam media pembelajaran karena dapat
mengintegrasikan teks, grafik, animasi, audio dan video. Multimedia sekarang telah
mengembangkan proses pembelajaran dan pengajaran lebih menarik serta menyenangkan.
Pengajaran dan pembelajaran yang interaktif akan menggalakkan komunikasi aktif antara peserta
didik dan pendidik. Cecep Kustandi dan Bambang Sudjipto (2013: 68) menyebutkan multimedia
diarahkan pada komputer yang dalam perkembangannya sangat pesat dan membantu dalam dunia
pendidikan. Menurut Ryan (Rayandra Asyhar, 2012: 29) melalui media suatu proses pembelajaran
dapat lebih menarik dan menyenangkan (joyfull learning) misalnya peserta didik yang memiliki
ketertarikan terhadap warna maka dapat diberikan media dengan warna yang menarik. Proses
belajar mengajar merupakan suatu proses penciptaan lingkungan dimana terjadinya proses belajar
sehingga yang paling utama dalam pembelajaran adalah bagaimana peserta didik belajar. Disini
lingkungan merupakan suatu hal penting dalam aktivitas belajar.Sangat penting melihat bagaimana
lingkungan diciptakan untuk menghadirkan komponen-komponen belajar sehingga terjadi
perubahan sikap dari peserta didik. Daryanto (2013: 52).
b. Karakteristik Multimedia Pembelajaran Interaktif
Pemilihan dan penggunaan multimedia interaktif dalam proses pembelajaran harus memperhatikan
berbagai karakteristik komponen, seperti: tujuan, materi strategi, dan juga evaluasi pembelajaran.
Adapun karakteristik multimedia pembelajaran sebagaimana yang di sebut Daryanto (2013: 53)
sebagai berikut:
1. Memiliki lebih dari satu media yang konvergen misalnya menggabungkan unsur audio dan visual.
2. Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk mengkombinasi respon pengguna.
3. Bersifat mandiri, dalam pengertian memberi kemudahan dan kelengkapan isi sedemikan rupa
sehingga pengguna dapat menggunakan tanpa bimbingan orang lain.
c. Format Multimedia Pembelajaran Interaktif
Multimedia pembelajaran interaktif memiliki beberapa manfaat yang dapat mendukung proses
pembelajaran agar berjalan baik. Menurut Pujiriyanto (2012: 161) diantaranya format tutorial, drill
and practice, simulasi, percobaan, eksperimen, dan permainan. Format ini disesuaikan dengan
kebutuhan siswa pada proses pembelajaran.
Daryanto (2013: 54) menjelaskan format sajian multimedia pembelajaran dapat dikategorikan ke
dalam lima kelompok sebagai berikut:
1. Tutorial
Format sajian ini merupakan multimedia pembelajaran yang dalam penyampaian materinya
dilakukan secara tutorial.Sajian tutorial ini dilakukan oleh pendidik atau isntruktur. Format sajian ini
berisi dengan teks, gambar, baik diam atau bergerak dan grafik.
Format ini terdapat beberapa pertanyaan atau tugas yaitu ketika pengguna sudah membaca,
menginterprestasikan dan menyerap konsep. Setelah pengajuan pertanyaan akan dilihat respon dari
pengguna ketika respon pengguna salah maka pengguna harus mengulang memahami konsep
secara keseluruhan atau pada bagia tertentu saja. Pada bagian akhir pada format ini akan ada tes
untuk mengukur tingkat pemahaman pengguna atas konsep atau materi yang disampaikan.
2. Drill and Practice
Format ini dimaksudkan untuk melatih pengguna sehingga memiliki kemahiran didalam suatau
kesterampilan atau memperkuat penguasaan terhadap suatu konsep.Format ini juga dilengkapi
dengan pertanyaan dan biasanya ditampilkan dalam bentuk acak.Pada setiap pertanyaan dilengkapi
pula jawaban yang benar lengkap dengan penjelasannya, sehingga diharapkan pengguna juga dapat
memahami suatu konsep tertentu.Pada format ini, pengguna juga dapat melihat skor atau nilai yang
dia capai, sebagai indicator dalam memecahkan pertanyaan yang diajukan.
3. Simulasi
Format ini mencoba menyamai proses yang terjadi pada dunia nyata. Pada dasarnya format ini
mencoba memberikan pengalaman masalah yang terjadi didunia nyata untuk pengguna yang
berhubungan dengan suatu resiko. Contohnya pada saat mensimulasikan menjalankan pesawat
terbang pengguna dihadapkan pada situasi pesawat yang akan jatuh.
4. Percobaan atau Eksperimen
Format ini lebih mirip dengan format simulasi, tetapi format ini lebih ditujukan kepada hal-hal
yang bersifat eksperimen, misalnya kegiatan yang ada di laboratorium IPA, biologi, atau
kimia.Format ini menyediakan bahan dan alat untuk pengguna.Pengguna dapat melakukan kegiatan
eksperimen dan percobaan kemudian pengguna dapat mengembangkan eskperimen dan percobaan
yang telah dia lakukan.Hasil akhir dari format ini diharapkan pengguna dapat menjelaskan suatu
konsep atau fenomena tertentu.
5. Permainan
Format ini disajikan tetap mengacu pada proses pembelajaran serta dengan multimedia
berformat ini diharapkan terdapat proses pembelajaran sambil bermain. Sehingga, pengguna
seolah-olah sedang bermain tetapi sesungguhnya sedang belajar.
Format ini menggunakan berbagai macam media yang dikenal dengan pembelajaran berbasis
multimedia, format ini dapat dibuat dengan berbagai macam perangkat lunak yang dapat untuk
mengolah teks, gambar, audio, dan video. Misalnya Macromedia Family (Flash, Freehand,
Authorware, Dreamweaver). Penelitian ini menggunakan format multimedia yang digunakan adalah
gabungan dari bentuk tutorial dan latihan. Dalam tutorial peserta didik akan mendapatkan
penjelasan terkait materi pelajaran yang diperlukan dan latihan sebagai alat ukur dari pemahaman
materi yang dipelajari oleh peserta didik.

BAB V
A. Definisi Strategi atau Rancangan Pembelajaran

Beberapa Pendapat tokoh lain tentang Strategi Pembelajaran Terdapat berbagai pendapat
tentang strategi pembelajaran sebagaimana dikemukakan oleh para ahli pembelajaran (instructional
technology), di antaranya akan dipaparkan sebagai berikut.

1. Kozna (1989) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada
peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
2. Gerlach dan Ely (1980) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang
dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu.

Mengingat bahwa setiap tujuan dan metode pembelajaran berbeda satu dengan yang lainnya,
maka jenis kegiatan belajar yang harus dipraktikkan oleh peserta didik membutuhkan persyaratan
yang berbeda pula. Sebagai contoh untuk menjadi peloncat indah, seseorang harus bisa berenang
terlebih dahulu, syarat loncat indah adalah berenang, atau untuk menjadi pengaransemen arranger
musik dan lagu, seseorang harus belajar not balok terlebih dahulu ada contoh di atas tampaklah
bahwa setiap kegiatan belajar membutuhkan latihan atau praktik langsung. Memperhatikan
beberapa pengertian strategi pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan
materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi
pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.
(Sunhaji, 2008)

B. Jenis-jenis Strategi atau Rancangan Pembelajaran


a. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini senantiasa bagus
bila pengunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung alat dan media serta
memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunannya. Metode ceramah merupakan metode
yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh
beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari guru atau pun siswa. Guru
biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan
ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan
materi pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar
dan tidak ada guru berarti tidak ada belajar. Metode ceramah merupakan cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori.

- Kelebihan metode ceramah

1.Ceramah merupakan metode yang ’murah’ dan ’mudah’ untuk dilakukan. Murah dalam
arti proses ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda dengan
metode yang lain seperti demonstrasi atau peragaan. Sedangkan mudah, memang ceramah
hanya mengandalkan suara guru, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang
rumit.

2.Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya, materi pelajaran yang
banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat.

- Kelemahan metode ceramah

1.Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa
yang dikuasai guru. Kelemahan ini memang kelemahan yang paling dominan, sebab apa yang
diberikan guru adalah apa yang dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai siswa
pun akan tergantung pada apa yang dikuasai guru.

2.Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya


verbalisme. (Surya Dharma, MPA.,Ph.D,2008)

b. Metode Demonstrasi

Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari
jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi
merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada
siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan.
Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru.
Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi
demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran,
demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan
inkuiri.

- Kelebihan metode demonstrasi

1. Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa
disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.

2. Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga
melihat peristiwa yang terjadi.

- Kelemahan metode demonstrasi

1. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan
yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif
lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukan suatu proses tertentu, guru harus
beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak.

2. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang


berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan
dengan ceramah.(Surya Dharma, MPA., Ph.D,2008)

c. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu
permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan,
menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu
keputusan (Killen, 1998). Karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi.
Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-
sama. Selama ini banyak guru yang merasa keberatan untuk menggunakan metode diskusi dalam
proses pembelajaran. Keberatan itu biasanya timbul dari asumsi: (1) diskusi merupakan metode
yang sulit diprediksi hasilnya oleh karena interaksi antar siswa muncul secara spontan, sehingga
hasil dan arah diskusi sulit ditentukan; (2) diskusi biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang,
padahal waktu pembelajaran di dalam kelas sangat terbatas, sehingga keterbatasan itu tidak
mungkin dapat menghasilkan sesuatu secara tuntas. Sebenarnya hal ini tidak perlu dirisaukan oleh
guru. Sebab, dengan perencanaan dan persiapan yang matang kejadian semacam itu bisa dihindari.

- Kelebihan metode diskusi

1. Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, khususnya dalam memberikan
gagasan dan ide-ide.

2. Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap
permasalahan.

- Kelemahan metode diskusi

1. Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki
keterampilan berbicara.

2. Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.


(Surya Dharma, MPA., Ph.D,2008

d. Metode Simulasi

Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan.
Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan
menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.
Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses
pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Gladi resik merupakan
salah satu contoh simulasi, yakni memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai
latihan untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam waktunya nanti. Demikian juga untuk
mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi
akan sangat bermanfaat.

- Kelebihan metode simulasi

1. Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang
sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.

2. Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi
kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan.

- Kelemahan metode simulasi

1. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan
kenyataan di lapangan.

2. Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga
tujuan pembelajaran menjadi terabaikan. (Surya Dharma, MPA., Ph.D, 2008)
e. Metode Tugas dan Resitasi

Metode tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi lebih luas dari itu. Tugas
dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu atau kelompok. Tugas dan
resitasi bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan tempat lainnya. (Surya Dharma,
MPA., Ph.D, 2008)

f. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi
langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan
siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini
terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru. (Surya Dharma, MPA., Ph.D,
2008)

g. Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung pengertian bahwa
siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi atas
kelompok-kelompok kecil (sub-sub kelompok).

Kelompok bisa dibuat berdasarkan:

1. Perbedaan individual dalam kemampuan belajar, terutama bila kelas itu sifatnya heterogin
dalam belajar.

2. Perbedaan minat belajar, dibuat kelompok yang terdiri atas siswa yang punya minat yang
sama.

3. Pengelompokan berdasarkan jenis pekerjaan yang akan kita berikan.

4. Pengelompokan atas dasar wilayah tempat tinggal siswa yang tinggal dalam satu wilayah
yang dikelompokkan dalam satu kelompokan sehinggamemudahkan koordinasi kerja.

5. Pengelompokan secara random atau dilotre, tidak melihat faktor-faktor lain.

6. Pengelompokan atas dasar jenis kelamin, ada kelompok pria dan kelompok wanita. (Surya
Dharma, MPA., Ph.D, 2008)

h. Metode Problem Solving

Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar
tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan
metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. (Surya
Dharma, MPA., Ph.D, 2008)

i. Metode Sistem Regu (Team Teaching)

Team Teaching pada dasarnya ialah metode mengajar dua orang guru atau lebih bekerja sama
mengajar sebuah kelompok siswa, jadi kelas dihadapi beberapa guru. Sistem regu banyak
macamnya, sebab untuk satu regu tidak senantiasa guru secara formal saja, tetapi dapat melibatkan
orang luar yang dianggap perlu sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan.(Surya Dharma, MPA., Ph.D,
2008)
j. Metode Latihan (Drill)

Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memeperoleh suatu ketangkasan atau
keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan
bakat/inisiatif siswa untuk berpiki, maka hendaknya guru/pengajar memperhatikan tingkat
kewajaran dari metode Drill.

1. Latihan, wajar digunakan untuk hal-hal yang bersifat motorik, seperti menulis, permainan,
pembuatan, dan lain-lain.

2. Untuk melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan penggunaan rumus-rumus, dan lain-lain.

3. Untuk melatih hubungan, tanggapan, seperti penggunaan bahasa, grafik, simbul peta, dan
lain-lain. (Surya Dharma, MPA., Ph.D, 2008)

k. Metode Karyawisata (Field-Trip)

Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri, berbeda dengan
karyawisata dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti kunjungan ke luar kelas dalam rangka
belajar. Contoh: Mengajak siswa ke gedung pengadilan untuk mengetahui sistem peradilan dan
proses pengadilan, selama satu jam pelajaran. Jadi, karyawisatadi atas tidak mengambil tempat yang
jauh dari sekolah dan tidak memerlukan waktu yang lama. Karyawisata dalam waktu yang lama dan
tempat yang jauh disebut study tour. (Surya Dharma, MPA., Ph.D, 2008)

l. Strategi Pembelajaran Ekspositori

Pengertian strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan


kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa
dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Dalam strategi ini
materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi
itu. Materi pelajaran seakanakan sudah jadi. Karena strategi ekspositori lebih menekankan kepada
proses bertutur, maka sering juga dinamakan strategi ”chalk and talk”.

- Kelebihan strategi pembelajaran ekspositori

1. Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi
pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang
disampaikan.

2. Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus
dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.

- Kelemahan strategi pembelajaran ekspositori

1. Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki
kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki
kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi lain.

2. Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan
kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar. (Surya
Dharma, MPA., Ph.D, 2008)

m. Strategi Pembelajaran Inkuiri


Strategi pembelajaran Inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi
pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan
menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing
siswa untuk belajar. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya
jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic,
yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.

- Kelebihan strategi pembelajaran inkuiri

1. Startegi ini merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan


aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui
strategi ini dianggap lebih bermakna.

2. Startegi ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
mereka.

- Kelemahan strategi pembelajaran inkuiri

1. Jika strategi ini digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol
kegiatan dan keberhasilan siswa.

2. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar.(Surya Dharma, MPA., Ph.D, 2008)

n. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Strategi Pembelajaran Kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan
bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial,
dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat
diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya. (Surya
Dharma, MPA., Ph.D, 2008)

C. Konsep Dasar Strategi atau Rancangan Pembelajaran


Konsep dasar strategi belajar mengajar ini meliputi hal-hal:

1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku pebelajaran

2. Menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar,


memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar

3. Norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Strategi dapat


diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam rangka mencapai
sasaran yang telah ditentukan. Dikaitkan dengan belajar mengajar,strategi bisa diartikan sebagai
pola-pola umum kegiatan guru, murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. (Surya Dharma, MPA., Ph.D, 2008)

Menurut Newman dan Mogan strategi dasar setiap usaha meliputi empat masalah masing-
masing adalah sebagai berikut:
1. Pengidentifikasian dan penetapan spesifiakasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan
menjadi sasaran usaha tersebut dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang
memerlukannya.

2. Pertimbangan dan pemilihan pendekatan utama yang ampuh untuk


mencapai sasaran.

3. Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai akhir.

4. Pertimbangan dan penetapan tolok ukur dan ukuran baku yang akan digunakan untuk
menilai keberhasilan usaha yang dilakukan.

Kalau diterapkan dalam konteks pembelajaran, keempat strategi dasar tersebut bisa diterjemahkan
menjadi:

1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku kepribadian
peserta didik yang diharapkan

2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup
masyarakat

3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling
tepat, efektif, sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para guru dalam menunaikan
kegiatan mengajarnya

4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria dan standar
keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil
kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik
buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.

Dari uraian di atas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat penting yang dapat
dan harus dijadikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar supaya sesuai dengan
yang diharapkan.

Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang diinginkan sebagai hasil belajar
mengajar yang dilakukan. Dengan kata lain apa yang harus dijadikan sasaran dari kegiatan belajar
mengajar tersebut. Sasaran ini harus dirumuskan secara jelas dan konkrit sehingga mudah dipahami
oleh peserta didik. Perubahan perilaku dan kepribadian yang kita inginkan terjadi setelah siswa
mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar itu harus jelas, misalnya dari tidak bisa membaca
berubah menjadi dapat membaca. Suatu kegiatan belajar mengajar tanpa sasaran yang jelas, berarti
kegiatan tersebut dilakukan tanpa arah atau tujuan yang pasti. Lebih jauh suatu usaha atau kegiatan
yang tidak punya arah atau tujuan pasti, dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan-
penyimpangan dan tidak tercapainya hasil yang diharapkan.

Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk
mencapai sasaran. Bagaimana cara kita memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori
apa yang kita gunakan dalam memecahkan suatu kasus akan mempengaruhi hasilnya. Suatu
masalah yang dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan berbeda, akan menghasilkan
kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama. Norma-norma sosial seperti baik, benar, adil, dan
sebagainya akan melahirkan kesimpulan yang berbeda bahkan mungkin bertentangan kalau dalam
cara pendekatannya menggunakan berbagai disiplin ilmu. Pengertian-pengertian, konsep, dan teori
ekonomi tentang baik, benar, atau adil, tidak sama dengan baik, benar atau adil menurut pengertian
konsep dan teori antropologi. Juga akan tidak sama apa yang dikatakan baik, benar atau adil kalau
kita menggunakan pendekatan agama karena pengertian, konsep, dan teori agama mengenai baik,
benar atau adil itu jelas berbeda dengan konsep ekonomi maupun antropologi. Begitu juga halnya
dengan cara pendekatan terhadap kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran.

Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap
paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian untuk memotivasi siswa agar mampu
menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara
atau supaya murid-murid terdorong dan mampu berfikir bebas dan cukup keberanian untuk
mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu dipahami bahwa suatu metode mungkin hanya cocok
dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi dengan sasaran yang berbeda hendaknya jangan
menggunakan teknik penyajian yang sama.

Keempat, menetapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai


pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas
yang telah dilakukannya. Suatu program baru bisa diketahui keberhasilannya setelah dilakukan
evaluasi. Sistem penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak
bisa dipisahkan dengan strategi dasar lain. Apa yang harus dinilai dan bagaimana penilaian itu harus
dilakukan termasuk kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. Seorang siswa dapat dikategorikan
sebagai murid yang berhasil bisa dilihat dari berbagai segi. Bisa dilihat dari segi kerajinannya
mengikuti tatap muka dengan guru, perilaku sehari-hari di sekolah, hasil ulangan, hubungan sosial,
kepemimpinan, prestasi olah raga, keterampilan dan sebagainya atau dilihat dan berbagai aspek.
Keempat dasar strategi tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh antara dasar yang satu dengan
dasar yang lain saling menopang dan tidak bisa dipisahkan. (Surya Dharma, MPA., Ph.D, 2008)

D.Pendekatan dalam Strategi atau Rancangan Pembelajaran


Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran atau tujuan. Tujuan itu bertahap dan
berjenjang, mulai dari yang sangat operasional dan konkret yakni tujuan pembelajaran khusus,
tujuan pembelajaran umum, tujuan kurikuler, tujuan nasional, sampai pada tujuan yang bersifat
universal. Persepsi guru atau persepsi anak didik mengenai sasaran akhir kegiatan belajar mengajar
akan mempengaruhi persepsi mereka terhadap sasaran antara serta sasaran kegiatan. Sasaran itu
harus diterjemahkan ke dalam ciri-ciri perilaku kepribadian yang didambakan. (Surya Dharma, MPA.,
Ph.D, 2008). Belajar mengajar sebagai suatu sistem instruksional mengacu kepada pengertian
sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan.
Sebagai suatu sistem belajar mengajar meliputi sejumlah komponen antara lain tujuan pelajaran,
bahan ajar, siswa yang menerima pelayanan belajar, guru, metode dan pendekatan, situasi, dan
evaluasi kemajuan belajar. Agar tujuan itu dapat tercapai, semua komponen yang ada harus
diorganisasikan dengan baik sehingga sesama komponen itu terjadi kerjasama. (Surya Dharma,
MPA., Ph.D, 2008)

Secara khusus dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai pengajar, pembimbing,
perantara sekolah dengan masyarakat, administrator dan lain-lain. Untuk itu wajar bila guru
memahami dengan segenap aspek pribadi anak didik seperti: (1) kecerdasan dan bakat khusus, (2)
prestasi sejak permulaan sekolah, (3) perkembangan jasmani dan kesehatan, (4) kecenderungan
emosi dan karakternya, (5) sikap dan minat belajar, (6) cita-cita, (7) kebiasaan belajar dan bekerja,
(8) hobi dan penggunaan waktu senggang, (9) hubungan sosial di sekolah dan di rumah, (10) latar
belakang keluarga, (11) lingkungan tempat tinggal, dan (12) sifat-sifat khusus dan kesulitan belajar
anak didik. Usaha untuk memahami anak didik ini bisa dilakukan melalui evaluasi, selain itu guru
mempunyai keharusan melaporkan perkembangan hasil belajar para siswa kepada kepala sekolah,
orang tua, serta instansi yang terkait. (Surya Dharma, MPA., Ph.D, 2008)
BAB VI
1. Pengertian metode pembelajaran

Metode merupakan salah satu strategi atau cara yang digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran yang hendak dicapai, semakin tepat metode yang digunakan oleh seorang guru maka
pembelajaran akan semakin baik. Metode berasal dari kata methodos dalam bahasa
Yunani yang berarti cara atau jalan. Sudjana (2005: 76) berpendapat bahwa metode merupakan
perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pembelajaran bahasa secara teratur,
tidak ada satu bagian yang bertentangan, dan semuanya berdasarkan pada suatu pendekatan
tertentu. Pendekatan bersifat aksiomatis yaitu pendekatan yang sudah jelas kebenarannya,
sedangkan metode bersifat prosedural yaitu pendekatan dengan menerapkan langkah-langkah.
Metode bersifat prosedural maksudnya penerapan dalam pembelajaran dikerjakan melalui langkah-
langkah yang teratur dan secara bertahap yang dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran,
penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar.Menurut Sangidu (2004:
14) metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memulai pelaksanaan suatu kegiatan penilaian
guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Salamun (dalam Sudrajat, 2009:7) menyatakan bahwa
metode pembelajaran ialah sebuah cara- cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran
yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda. Hal itu berarti pemilihan metode pembelajaran harus
disesuaikan dengan kondisi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang ingin dicapai.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan sebuah
perencanaan yang utuh dan bersistem dalam menyajikan materi pelajaran. Metode pembelajaran
dilakukan secara teratur dan bertahap dengan cara yang berbeda-beda untuk
mencapai tujuan tertentu dibawah kondisi yang berbeda.

2. Teori dan Penerapan Dalam Metode Pembelajaran


Lewin (1970) yang dikutip oleh Notoatmojo (1997) berpendapat bahwa perilaku manusiaitu
adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan. Perilaku
itu dapat berubah apabila terjadi ketidak sseimbangan antara kedua kekuatan tersebar di dalam diri
seseorang.

1. Perubahan Perilaku Pada Individu


Perubahan perlaku pada individu dapat terjadi karena terjadi beberapa hal berikut :
a. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat
Hal ini terjadi karena adanya rangsangan yang mendorong terjadinya perubahan perilaku.
Rangsangan ini berupa penyuluhan/informasi sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan.
b. Kekuatan-kekuatan penahan menurun
Hal ini terjadi karena adanya rangsangan yang melemahkan kekuatan penahan tersebut.
c. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkatdan kekuatan penahan menurun
Dengan keadaan semacam ini, akan terjadi perubahan perilaku.
2. Proses Perubahan Tingkah Laku
Lewin (1951) dama Mico and Rose (1975) yang di kutip oleh Notoatmojo (1997) mengemukakan
teori perubahan “unfreezing to refreezing” yang berlangsung dalam lima tahapan :
a. Fase Pencarian (the unfreezing phase) : individu mulai mempertibangkan penerimaan
terhadap perubahan
b. Fase diagnosa masalah (problem diagnosis phase) : individu mulai mengidentifikasi kekuatannnya.
c. Fase penentuan tujuan (goal setting phase) : apabila masalahnya telah difahami, maka individu
menentukan tujuannya sesuai dengan perubahan yan diterimanya.
d. Fase tingkah laku baru (new behavior phase) : individu mulai mecobanya dan membandingkan
dengan praktik yang telah dilakukan dan di harapkan
e. Fase pembekuan ulang the refreezing phase) : apabila di anggap berguna, perubahan kemudian
diasimilasikan menjadi pola tingkah laku yang permanen.
3. Teori Berubah (Adopsi) menurut Roger dan Shoamaker
Karena pendidikan kesehatan merupakan inovasi di bidnag usaha kesehatan masyarakat, teori
inovasi dapat di pakai dalam proses perubahan perilaku. Menurut teori inovasi, untuk menuju
tingkah lakuyang sesuai/adapted diperlukan lima langkah, yaitu kesadaran, minat, evaluasi,
percobaa dan adopsi.
1) Tugas pendidikan kesehatan pada tahap kesadaran (awareness)
Pada tahap ini pendidikan kesehatan masyarakat adalah menyadarkan masyarakat dengan jalan
memberikan peneranagan yang bersifat informative dan edukatif.
2) Tugas pendidikan kesehatan pada tahap minat (interest)
Pada tahap ini masyarakat sudah mulai tertarik perhatiannya terhadap uah-usah pembaharuan
3) Tugas pendidikan kesehatan pada tahap evaluasi (evaluation)
Pada tahap ini idnividu/masyarakat telah mulai mengadakan pertimbangan atau evaluasi, dan
pendidikan kesehatan perlu pendekatan secara individual, sehingga mereka merasa lebih jelas dan
dapat mengumakakan kesulitannya.
4) Tugas pendidikan kesehatan pada tahap percobaan (trial)
Pada tahap ini indiviud/masyarakat sudah mulai mecoba tingkah laku baru. Tugas petugas
pendidikan kesehatan adalah menagwasi dan lebih meyakinkan lagi agar tidak terjadi drop out.
5) Tugas pendidikan kesehatan pada tahap adopsi (adoption)
Pada tahap ini individu/masyarakat telah bertingkah laku baru, sesuai dengan ynag di harapkan.

Teori Belajar Vygotsky

Teori Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak
terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Vygotsky menekankan bagaimana proses-
proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran
menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat
ingatan. Menurut vygotsky (1962), keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental
berkembang melalui interaksi sosial langsungMelalui pengorganisasian pengalaman-pengalaman
interaksi sosial yang berada di dalam suatu latar belakang kebudayaan ini, perkembangan mental
anak-anak menjadi matang.Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan
dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika siswa mengerjakan pekerjaanya di sekolah sendiri,
perkembangan mereka kemungkinan akan berjalan lambat. Untuk memaksimalkan perkembangan,
siswa seharusnya bekerja dengan teman yang lebih terampil yang dapat memimpin secara
sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks. Teori Vygotsky yang lain adalah
“scaffolding“. Scaffolding merupakan suatu istilah pada proses yang digunakan orang dewasa untuk
menuntun anak-anak melalui Zone of proximal developmentnya.

Scaffolding adalah memberikan kepada seseorang anak sejumlah besar bantuan selama
tahap - tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan
kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera
setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk,
peringatan, dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat
mandir

Penerapan Teori Belajar Vygotsky Dalam Interaksi Belajar Mengajar


Penerapan teori belajar Vygotsky dalam interaksi belajar mengajar mungkin dapat dijabarkan
sebagai berikut :

1. Walaupun anak tetap dilibatkan dalam pembelajaran aktif, guru harus secara aktif mendampingi
setiap kegiatan anak-anak. Dalam istilah teoritis, ini berarti anak-anak bekerja dalam Zone of
proximal developmnet dan guru menyediakan scaffolding bagi anak selama melalui ZPD.

2. Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya juga berpengaruh
penting pada perkembangan kognitif anak, kerja kelompok secara kooperatif tampaknya
mempercepat perkembangan anak.

3. Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran pribadi oleh teman
sebaya (peer tutoring), yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang agak tertinggal dalam
pelajaran. Satu anak bisa lebih efektif membimbing anak lainnya melewati ZPD karena mereka
sendiri baru saja melewati tahap itu sehingga bisa dengan mudah melihat kesulitan-kesulitan yang
dihadapi anak lain dan menyediakan scaffolding yang sesuai.

3. Tahap-tahap Proses Dalam Pembelajaran

Pembelajaran sebagai suatu proses kegiatan, terdiri atas tiga fase atau tahapan. Fase-fase proses
pembelajaran yang dimaksud meliputi: tahap perencanaan, tahap pelaksanan, dan tahap evaluasi.
Adapun dari ketiganya ini akan dibahas sebagaimana berikut:
1. Tahap Perencanaan.
Kegiatan pembelajaran yang baik senantiasa berawal dari rencana yang matang. Perencanaan yang
matang akan menunjukkan hasil yang optimal dalam pembelajaran. Perencanaan merupakan proses
penyusunan sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Pelaksanaan perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka tertentu
sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah perencanaan yang
dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran.
Begitu pula dengan perencanaan pembelajaran, yang direncanakan harus sesuai dengan target
pendidikan. Guru sebagai subjek dalam membuat perencanaan pembelajaran harus dapat
menyusun berbagai program pengajaran sesuai pendekatan dan metode yang akan di
gunakan.Dalam konteks desentralisasi pendidikan seiring perwujudan pemerataan hasil pendidikan
yang bermutu, diperlukan standar kompetensi mata pelajaran yang dapat dipertanggungjawabkan
dalam konteks lokal, nasional dan global.
Secara umum guru itu harus memenuhi dua kategori, yaitu memiliki capability dan loyality, yakni
guru itu harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan
teoritik tentang mengajar yang baik, dari mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi, dan
memiliki loyalitas keguruan, yakni loyal terhadap tugas-tugas keguruan yang tidak semata di dalam
kelas, tapi sebelum dan sesudah kelas. Agama islam sebagai bidang studi, sebenarnya dapat
diajarkan sebagaimana mata pelajaran lainnya. Harus dikatakan memang ada sedikit perbedaannya
dengan bidang studi lain. Perbedaan itu ialah
adanya bagian-bagian yang amat sulit diajarkan dan amat sulit dievaluasi. Jadi, perbedaan itu
hanyalah perbedaan gradual, bukan perbedaan esensial.
Beberapa prinsip yang perlu diterapkan diterapkan dalam membuat persiapan mengajar :
Memahami tujuan pendidikan.
Menguasai bahan ajar.
Memahami teori-teori pendidikan selain teori pengajaran.
Memahami prinsip-prinsip mengajar.
Memahami metode-metode mengajar.
Memahami teori-teori belajar.
Memahami beberapa model pengajaran yang penting.
Memahami prinsip-prinsi evaluasi.
Memahami langkah-langkah membuat lesson plan.
1. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap implementasi atau tahap penerapan atas desain perencanaan yang telah
dibuat guru. Hakikat dari tahap pelaksanaan adalah kegiatan operasional pembelajaran itu sendiri.
Dalam tahap ini, guru melakukan interaksi belajar-mengajar melalui penerapan berbagai strategi
metode dan tekhnik pembelajaran, serta pemanfaatan seperangkat media.
Dalam proses ini, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh seorang guru, diantaranya
ialah:

1. Aspek pendekatan dalam pembelajaran

Pendekatan pembelajaran terbentuk oleh konsepsi, wawasan teoritik dan asumsi-asumsi teoritik
yang dikuasai guru tentang hakikat pembelajaran. Mengingat pendekatan pembelajaran bertumpu
pada aspek-aspek dari masing-masing komponen pembelajaran, maka dalam setiap pembelajaran,
akan tercakup penggunaan sejumlah pendekatan secara serempak. Oleh karena itu, pendekatan-
pendekatan dalam setiap satuan pembelajaran akan bersifat multi pendekatan.

2. Aspek Strategi dan Taktik dalam Pembelajaran


Pembelajaran sebagai proses, aktualisasinya mengimplisitkan adanya strategi. Strategi berkaitan
dengan perwujudan proses pembelajaran itu sendiri. Strategi pembelajaran berwujud sejumlah
tindakan pembelajaran yang dilakukan guru yang dinilai strategis untuk mengaktualisasikan proses
pembelajaran.
Terkait dengan pelaksanaan strategi adalah taktik pembelajaran. Taktik pembelajaran berhubungan
dengan tindakan teknis untuk menjalankan strategi. Untuk melaksanakan strategi diperlukan kiat-
kiat teknis, agar nilai strategis setiap aktivitas yang dilkukan guru-murid di kelas dapat terealisasi.
Kiat-kiat teknis tertentu terbentuk dalam tindakan prosedural. Kiat teknis prosedural dari setiap
aktivitas guru-murid di kelas tersebut dinamakan taktik pembelajaran. Dengan perkataan lain, taktik
pembelajaran adalah kiat-kiat teknis yang bersifat prosedural dari suatu tindakan guru dan siswa
dalam pembelajaran aktual di kelas.
3. Aspek Metode dan Tekhnik dalam Pembelajaran
Aktualisasi pembelajaran berbentuk serangkaian interaksi dinamis antara guru-murid atau murid
dengan lingkungan belajarnya. Interaksi guru-murid atau murid dengan lingkungan belajarnya
tersebut dapat mengambil berbagai cara. Cara-cara interaksi guru-murid atau murid dengan
lingkungan belajarnya tersebut lazimnya dinamakan metode.
Metode merupakan bagian dari sejumlah tindakan strategis yang menyangkut tentang cara
bagaimana interaksi pembelajaran dilakukan. Metode dilihat dari fungsinya merupakan seperangkat
cara untuk melakukan aktivitas pembelajaran. Ada beberapa cara dalam melakukan aktivitas
pembelajaran, misalnya dengan berceramah, berdiskusi, bekerja kelompok, bersimulasi dan lain-
lain.
Setiap metode memiliki aspek teknis dalam penggunaannya. Aspek teknis yang dimaksud adalah
gaya dan variasi dari setiap pelaksanaan metode pembelajaran

1. Prosedur Pembelajaran
Pembelajaran dari sisi proses keberlangsungannya, terjadi dalam bentuk serangkaian kegiatan
yang berjalan secara bertahap. Kegiatan pembelajaran berlangsung dari satu tahap ke tahap
selanjutnya, sehingga terbentuk alur konsisten. Tahapan pembelajaran yang konsisten yang
berbentuk alur peristiwa pembelajaran tersebut merupakan prosedur pembelajaran.

3. Tahap Evaluasi

Pada hakekatnya evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang
telah terjadi. Pada umumnya hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk:

1. Peserta akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan kelemahannya atas perilaku yang
diinginkan;
2. Mereka mendapatkan bahwa perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap atau dua
tahap, sehingga sekarang akan timbul lagi kesenjangan antara penampilan perilaku yang sekarang
dengan tingkah laku yang diinginkan.[5]

Pada tahap ini kegiatan guru adalah melakukan penilaian atas proses pembelajaran yang telah
dilakukan. Evaluasi adalah alat untuk mengukur ketercapaian tujuan. Dengan evaluasi, dapat diukur
kuantitas dan kualitas pencapaian tujuan pembelajaran. Sebaliknya, oleh karena evaluasi sebagai
alat ukur ketercapaian tujuan, maka tolak ukur perencanaan dan pengembangannya adalah tujuan
pembelajaran. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, Moekijat (seperti dikutip Mulyasa)
mengemukakan teknik evaluasi belajar pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai berikut:

“(1) Evaluasi belajar pengetahuan, dapat dilakukan dengan ujian tulis, lisan, dan daftar isian
pertanyaan; (2) Evaluasi belajar keterampilan, dapat dilakukan dengan ujian praktek, analisis
keterampilan dan analisis tugas serta evaluasi oleh peserta didik sendiri; (3) Evaluasi belajar sikap,
dapat dilakukan dengan daftar sikap isian dari diri sendiri, daftar isian sikap yang disesuaikan dengan
tujuan program, dan skala deferensial sematik (SDS)”

Apapun bentuk tes yang diberikan kepada peserta didik, tetap harus sesuai dengan persyaratan
yang baku, yakni tes itu harus:

1. Memiliki validitas (mengukur atau menilai apa yang hendak diukur atau dinilai, terutama
menyangkut kompetensi dasar dan materi standar yang telah dikaji);
2. Mempunyai reliabilitas (keajekan, artinya ketetapan hasil yang diperoleh seorang peserta didik, bila
dites kembali dengan tes yang sama);
3. Menunjukkan objektivitas (dapat mengukur apa yang sedang diukur, disamping perintah
pelaksanaannya jelas dan tegas sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang tidak ada
hubungannya dengan maksud tes);
4. Pelaksanaan evaluasi harus efisien dan praktiK

4. Jenis-jenis Metode Pembelajaran

a. Metode Ceramah (Lecturing Method)


Suparta dan Noer Aly (2003: 170) mendefinisikan ceramah adalah setiap penyajian informasi secara
lisan, baik yang formal dan berlangsung selama 45 menit maupun yang informal dan hanya
memakan waktu 5 menit. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, ceramah adalah metode
mengajar dalam bentuk penuturan bahan pelajaran secara lisan. Karo- karo (1984: 8) menyebutnya
dengan lecturing method atau Telling –method ialah suatu cara lisan penyajian bahan pelajaran
yang dilakukan oleh seseorang (guru) kepada orang lain (peserta didik) untuk mencapai tujuan
pengajaran.

Metode ceramah merupakan metode tertua yang paling lazim digunakan dalam berbagai situasi.
Selain sering digunakan juga paling sering dikritik. Mereka berpendapat bahwa metode ceramah
dianggap tidak tepat dipakai dalam dunia pendidikan dan pengajaran karena bertentangan dengan
prinsip belajar yaitu pelajar harus aktif.

Namun demikian bukan berarti ceramah merupakan metode yang usang, dalam arti tidak dapat
digunakan lagi. Metode ceramah tidak dapat dinilai baik atau buruk, tetapi harus didasarkan atas
tujuan penggunaannya. Untuk bidang studi agama, metode ceramah masih tepat untuk
dilaksanakan, misalnya: untuk memberikan pengertian tentang Tauhid, maka satu-satunya metode
yang dapat digunakan adalah metode ceramah. Karena Tauhid tidak dapat diperagakan, sukar
didiskusikan, maka seorang guru akan memberikan uraian menurut caranya masing- masing dengan
tujuan murid dapat mengikuti jalan pikiran guru.

b. Metode Diskusi
Diskusi adalah percakapan ilmiah yang berisi pertukaran pendapat, pemunculan ide-ide serta
pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok
untukmencari atau memperoleh kebenaran (Karo-karo, 1984: 25). Dalam kamus bahasa Indonesia
(2005: 269) disebutkan bahwa diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai
suatu masalah. Sedangkan dalam metode pembelajaran, Metode diskusi adalah suatu cara
penyajian bahan pelajaran dengan menugaskan pelajar atau kelompok pelajar melaksanakan
percakapan ilmiah untuk mencari kebenaran dalam rangka mewujudkan tujuan pengajaran.

Metode diskusi tidak banyak melibatkan pengarahan guru. Karenanya, diskusi mengandung unsur-
unsur demokratis. Peserta didik diberi kesempatan untuk mengembangkan ide-ide mereka sendiri.
Tiap peserta didik diharapkan memberikan sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali dengan
pemahaman yang dibina bersama.

Metode ini biasanya erat kaitannya dengan metode lainnya, misalnya metode ceramah, karyawisata
dan lain-lain karena metode diskusi ini adalah bagian yang terpenting dalam memecahkan sesuatu
masalah (problem solving).

c. Metode Demonstrasi dan Eksperimen


Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas
suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik
(Daradjat, 2008: 296). Eksperimen sama artinya denganpercobaan. Dalam suatu eksperimen, orang
ingin mengetahui pengaruh faktor tertentu terhadap sesuatu.

Metode demonstrasi dan eksperimen adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan
memperlihatkan atau mempertunjukkan sesuatu proses dan hasil dari proses itu untuk mencapai
tujuan pengajaran (Karo-karo, 1984: 36). Kedua metode ini dapat dipakai secara terpisah, tetapi
pada umumnya digunakan secara bersama-sama. sebab apa-apa yang di cobakan atau
dieksperimenkan biasanya langsung dipertunjukkan dan sebaliknya apa yang didemonstrasikan
biasanya adalah apa-apa yang dicobakan untuk mencapai hasil yang efektif.

d. Metode Tugas dan Resitasi


Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas
tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar (Djamarah, 2006: 85). Metode ini bisa
dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan di tempat lainnya. Tugas belajar yang harus
dikerjakan oleh peserta didik di rumah biasa diistilahkan dengan pekerjaan rumah (PR);
Pertanggungjawaban peserta didik terhadap tugas-tugas tersebut disebut resitasi.

Metode tugas dan resitasi di samping merangsang peserta didik untuk aktif belajar, baik secara
individual maupun kelompok, jugamenanamkan tanggung jawab. Oleh sebab itu tugas dapat
diberikan secara individual ataupun kelompok.

Yang terpenting adalah bagaimana melatih peserta didik agar bepikir bebas ilmiah (logis dan
sistematis) sehingga dapat memecahkan problem yang dihadapinya dan dapat mengatasi dan

mempertanggungjawabkannya.

e. Metode Kerja Kelompok


Adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menyuruh peserta didik (secara kelompok)
mengerjakan tugas tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran (Karo-karo, 1984: 56). Kelas
merupakan satu kesatuan individu-individu peserta didik yang di samping memiliki ciri khas masing-
masing juga memiliki potensi untuk bekerja sama. Atas dasar itu, guru dapat memanfaatkan potensi
tersebut untuk kepentingan mengajar dengan metode kerja kelompok, baik dengan menjadikan
kelas sebagai satu kesatuan maupun dengan membaginya menjadi kelompok-kelompok kecil (sub-
sub kelompok).

Menurut Roestiyah (2008: 15) metode kerja kelompok adalah suatu cara mengajar, di mana peserta
didik di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok.
Setiap kelompok terdiri dari 5 (lima) atau 7 (tujuh) peserta didik, mereka bekerja sama dengan
memecahkan masalah, ataumelaksanakan tugas tertentu dan berusaha mencapai tujuan pengajaran
yang telah ditentukan pula oleh guru.

f. Metode Tanya Jawab


Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung
yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan peserta didik
(Sudjana, 2009: 78). Guru bertanya peserta didik menjawab, atau peserta didik bertanya guru
menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru
dan peserta didik.

Peserta didik yang biasanya kurang mencurahkan perhatiannya terhadap pelajaran yang diajarkan
melalui metode ceramah akan berhati-hati terhadap pelajaran yang diajarkan melalui metode Tanya
jawab. Sebab anak tersebut sewaktu-waktu akan mendapat giliran untuk menjawab suatu
pertanyaan yang akan diajukan kepadanya.

Menurut Karo-karo (1979: 19) tipe-tipe pertanyaan yang baik adalah :

1) Pertanyaan yang menuntut tentang fakta-fakta. Pertanyaan demikian ini akan mengembangkan
daya ingatan.

2) Pertanyaan yang menuntut perbandingan-perbandingan dan analisa terhadap sesuatu, akan


mengembangkan daya analisa atau sintesa.

3) Pertanyaan yang menuntut perkiraan atau judgement, akan mengembangkan daya berpikir dan
perasaan.
4) Pertanyaan yang menuntut pengorganisasian pengertian atau pengetahuan, akan
mengembangkan daya berpikir dan daya sintesa.

g. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method)


Salah satu sumbangan besar Amerika terhadap dunia pendidikan dan pengajaran adalah suatu
metode mengajar yang dibuat oleh John Dewey yaitu metode masalah (The Problem Method); Ahli
lain misalnya Dr. Lester D. Crow dan Dr. Alice Crow dalam buku mereka yang berjudul “Human
Development and Learning”. Menamakan metode ini Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving
Method).

Metode pemecahan masalah adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menghadapkan
pelajar kepada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikannya dalam rangaka pencapaian
tujuan pengajaran (Karo-karo, 1979: 45).

Metode pemecahan masalah (problem solving) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga
merupakan suatu metodE berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-
metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

h. Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai
metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan
menggunakansituasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu
(Sanjaya, 2008: 159).

5. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran

a. Kelebihan dan kelemahan metode ceramah


1) Kelebihan metode ceramah

Ada beberapa alasan mengapa ceramah sering digunakan.

Alasan ini skaligus merupakan kelebihan metode ini.

a) Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk dilakukan.

b) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas.

c) Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan.

d) Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas.

e) Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana.

2) Kelemehan metode ceramah

a) Materi yang dikuasai peserta didik sebagai hasil ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai
guru.

b) Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme.c)
Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai
metode yang membosankan.

d) Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh peserta didik sudah mengerti apa
yang dijelaskan atau belum.
b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi
1) Kelebihan metode diskusi

a) Metode diskusi dapat merangsang peserta didik untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan
gagasan dan ide-ide.

b) Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.

c) Dapat melatih peserta didik untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Di
samping itu, diskusi juga bisa melatih peserta didik untuk menghargai pendapat

orang lain.

2) Kelemahan metode diskusi

a) Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang peserta didik yang memiliki
keterampilan berbicara.

b) Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.

c) Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang
direncanakan.Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak
terkontrol.

c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi dan Eksperimen


1) Kelebihan metode demonstrasi dan eksperimen

a) Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari , sebab peserta didik
disuruh langsung memerhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.

b) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab peserta didik tak hanya mendengar, tapi juga
melihat peristiwa yang terjadi.

c) Dengan cara mengamati secara langsung peserta didik akan memiliki kesempatan untuk
membandingkan antara teori dan kenyataan.

d) Membuat peserta didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan
percobaannya

e) Dapat membina peserta didik untuk membuat terobosan- terobosan baru dengan penemuan dari
hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.

2) Kelemahan metode demontrasi dan eksperimen

a) Metoda demonstrasi dan eksperimen memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa
persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyababkan metode

ini tidak efektif lagi.

b) Demonstrasi dan eksperimen memerlukan peralatan , bahan- bahan , dan tempat yang memadai
yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal

dibandingkan dengan ceramah.


c) Demonstrasi dan eksperimen memerkulan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus,
sehingga guru ditintut untuk bekerja lebih profesional.

d) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan serta lebih sesuai dengan bidang-bidang
sains dan teknologi.

d. Kelebihan dan Kelemahan Metode Tugas dan Resitasi


1) Kelebihan Metode tugas dan resitasi

a) Lebih merangsang peserta didik dalam melakukan aktifitas belajar individual ataupun kelompok.

b) Dapat mengembangkan kemandirian peserta didik di luar pengawasan guru.

c) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin peserta didik.

d) Dapat mengembangkan kreativitas peserta didik.

2) Kelemahan metode tugas dan resitasi

a) Peserta didik sulit dikontrol, apakah benar ia mengerjakan tugas ataukah orang lain .

b) Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah
anggota tertentu saja.

c)Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu peserta didik.

d) Sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan
peserta didik.

e. Kelebihan dan Kelemahan metode Kerja Kelompok


1) Kelebihan metode kerja kelompok

a) Dapat memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggunakan keterampilan
bertanya dan membahas sesuatu masalah.

b) Dapat memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk lebih intensif mengadakan
penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau masalah.

c) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan peserta didik sebagai individu serta
kebutuhannya belajar.

d) Dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling membantu kelompok dalam
usahanya mencapai tujuan bersama.

2) Kelemahan metode kerja kelompok


a) Kerja kelompok sering-sering hanya melibatkan kepada peserta didik yang mampu, sebab mereka
cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang.

b) Metode kerja kelompok menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya
mengajar yang berbeda-beda.

c) Keberhasilan metode kerja kelompok tergantung kepada kemampuan peserta didik memimpin
kelompok atau untuk bekerja sendiri.
f. Kelebihan dan Kelemahan Metode Tanya Jawab
1) Kelebihan metode tanya jawab

a) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian peserta didik, sekalipun ketika itu peserta
didik sedang rebut, yang mengantuk kembali tegar dan hilang kantuknya.

b) Merangsang peserta didik untuk melatih dan mengembangkan daya piker, termasuk daya
ingatan.

c) Mengembangkan keberanian dan keterampilan peserta didik dalam menjawab dan


mengemukakan pendapat.

2) Kelemahan metode Tanya jawab

a) Peserta didik merasa takut, apabila guru kurang dapat mendorong peserta didik untuk berani,
dengan menciptakan suasana yang tidak tegang, melainkan akrab.

b) Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan mudah dipahami
peserta didik.

c) Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila peserta didik tidak dapat menjawab pertanyaan
sampai dua atau tuga orang.

d) Dalam jumlah peserta didik yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan
pertanyaan kepada setiap peserta didik.

g. Kelebihan dan Kelemahan Metode Problem Solving


1) Kelebihan metode problem solving

a) Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya
dengan dunia kerja.

b) Dapat membiasakan para peserta didik menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil
dan sangat bermakna

bagi kehidupan manusia.

c) Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir peserta didik secara kreatif dan
menyeluruh.

2) Kelemahan metode problem solving

a) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir peserta
didik, tingkat sekolah dan kelasnya, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan

guru.

b) Proses pembelajaran dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup
banyak .

c) Mengubah kebiasaan peserta didik belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari
guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok.

h. Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi


1) Kelebihan metode simulasi
a) Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi peserta didik dalam menghadapi situasi yang
sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat maupun menghadapi dunia

kerja.

b) Simulasi dapat mengembangkan kreativitas peserta didik, karena melalui simulasi peserta didik
diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topic yang disimulasikan.

c) Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri peserta didik.

d) Memperkaya pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai
situasi sosial yang problematis.

2) Kelemahan metode simulasi

a) Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di
lapangan.

b) Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan
pembelajaran menjadi terabaikan

c) Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempengaruhi peserta didik dalam
melakukan simulasi.

BAB VII

2.1 DEFINISI PERILAKU KESEHATAN

1. Pengertian perilaku
Perilaku yaitu suatu respon seseorang yang dikarenakan adanya suatu stimulus/ rangsangan
dari luar (Notoatmodjo, 2012). Perilaku dibedakan menjadi dua yaitu perilaku tertutup (covert
behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup merupakan respon seseorang
yang belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Sedangkan perilaku terbuka merupakan
respon dari seseorang dalam bentuk tindakan yang nyata sehingga dapat diamati lebih jelas dan
mudah (Fitriani, 2011). Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau
aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas
dari pada manusia itu sendiri. Perilaku adalah apa yang dikrjakan oleh organisme tersebut, baik
dapat diamati secara langsung atau tidak langsung.
Menurut WHO, yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), perubahan perilaku dikelompokkan
menjadi 3 (tiga), yaitu :

1. Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang dikarenakan perubahan pada lingkungan
fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia hidup dan beraktifitas.
2. Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi, karena memang direncanakan
sendiri oleh subjek.
3. Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change), ialah perubahan yang terjadi
apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru,maka yang terjadi adalah sebagian orang
cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang
mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.

2.2 JENIS-JENIS PERILAKU MANUSIA


Perilaku atau perbuatan manusia tidak terjadi secara sporadis (timbul dan hilang pada saat-
saat tertentu), tetapi selalu ad kelangsungan kontinuitas antara satu perbuatan dengan perbuatan
berikutnya. Perilaku manusia tidak pernah berhenti pada suatu saat. Perbuatan yang dulu
merupakan persiapan perbuatan yang kemudian dan perbuatan yang kemudian merupakan
kelanjutan perbuatan sebelumnya.
Tiap-tiap perilaku selalu mengarah pada suatu tugas tertentu. Hal ini tampak jelas pada
perbuatan-perbuatan belajar atau bekerja. Usaha dan perjuangan pada perilaku manusia berbeda,
karena yang diperjuangkan adalah sesuatu yang dipilih dan ditentukannya sendiri. Manusia tidak
akan memperjuangkan sesuatu yang semula memang tidak diperjuangkannya.
Jenis-jenis perilaku individu antara lain :
a) Perilaku sadar, perilaku melalui kerja otak dan pusat susunan saraf,
b) Perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif,
c) Perilaku tampak dan tidak tampak,
d) Perilaku sederhana dan kompleks,
e) Perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor.
2.3 KLASIFIKASI KESEHATAN
Menurut Becker (1979)Sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (1997) bahwa klasifikasi
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan adalah :
b. Perilaku kesehatan(health behavior), yaitu perilaku individu yang ada kaitannya dengan health
promotion, health prevention, personal hygine, memilih makanan, dan sanitasi.
c. Perilaku sakit (illness behavior), yaitu semua aktivitas yang dilakukan oleh individu yang merasa sakit
untuk mengenal keadaan kesehatan atau rasa sakitnya, pengetahuan dan kemampuan individu
untuk mengenal penyakit, pengetahuan dan kemampuan individu tentang penyebab penyakit, dan
usaha-usaha untuk mencegah penyakit.
d. Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yaitu segala aktivitas individu yang sedang menderita
sakit untuk memperoleh kesembuhan.

Menurut Notoatmodjo (1993) faktor-faktor yang berperan dalam pembentukan perilaku


dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu :

1. Faktor internal
Faktor yang berada dalam diri individu itu sendiri yaitu berupa kecerdasan, persepsi, motivasi,
minat, emosi dan sebagainya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Motivasi merupakan
penggerak perilaku, hubungan antara kedua konstruksi ini cukup kompleks, antara lain dapat dilihat
sebagai berikut :
a. Motivasi yang samadapat saja menggerakkan perilaku yang berbeda demikian pula periaku yang
sama dapat saja diarahkan oleh motivasi yang berbeda.
b. Motivasi menggarahkan perilaku pada tujuan tertentu.
c. Penguatan positif menyebabkan satu perilaku tertentu cenderung untuk diulang kembali.
d. Kekuatan perilaku dapat melemah akibat dari perbuatan itu bersifat tidak menyenangkan .
2. Faktor eksternal
Faktor-faktor yang berada diluar individu yang bersangkutan yang meliputi object, orang,
kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan yang disajikan sasaran dalam mewujudkan perilakunya.
Konsep umum yang digunakkan untuk mediagnosis perilaku adalah konsep dari Lawrence Green
(1980), dalam Notoatmodjo (2003) menurut Lawrence Green perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor
utama yakni:
1) Faktor predisposisi/(predisiposing factor).
Faktor- faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi
dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.
2) Faktor pemungkin (enabling factor).
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi
masyarakat.
3) Faktor penguat (reinforcing factor).
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama dan
perilaku petugas termasuk petugas kesehatan , suami dalam memberikan dukungannya kepada ibu
primipara dalam merawat bayi baru lahir.

2.4 TIGARANAH PERILAKU


Ranah perilaku lebih dikenal sebagai Taksonomi Bloom. Berdasarkan dari teori Bloom, perilaku
dibagi menjadi tiga yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktik (practice).
(Notoatmodjo, 2012).
e. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah hasil dari suatu proses pembelajaran terhadap sesuatu baik itu yang
didengar maupun yang dilihat (Fitriani, 2011)
Tingkat pengetahuan didalam domain kognitif
a) Tahu (know)
Tahu berarti seseorang tersebut dalam mengingat kembali materi yang pernah dipelajari
sebelumnya dengan cara menyebutkan, menguraikan, dan sebagainya.
b) Memahami (comprehension)
Memahami yaitu mampu untuk dapat menjelaskan sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya
dengan jelas serta dapat membuat suatu kesimpulan dari suatu materi.
c) Aplikasi (application)
Aplikasi berarti seseorang mampu untuk dapat menerapkan materi yang telah dipelajari kedalam
suatu tindakan yang nyata.
d) Analisis (analysis)
e) Analisis merupakan tahap dimana seseorang telah dapat menjabarkan masing-masing materi, tetapi
masih memiliki kaitan satu sama lain. Dalam menganalisis, seseorang bisa membedakan atau
mengelompokkan materi berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan.
f) Sintesis (synthetis)
Sintesis adalah kemampuan seseorang dalam membuat temuan ilmu yang baru berdasarkan ilmu
lama yang sudah dipelajari sebelumnya.
g) Evaluasi (evaluation)
Tingkatan pengetahuan yang paling tinggi adalah evaluasi. Dari hasil pembelajaran yang telah
dilakukan, seseorang dapat mengevaluasi seberapa efektifnya pembelajaran yang sudah dilakukan.
Dari hasil evaluasi ini dapat dinilai dan dijadikan acuan untuk meningkatkan strategi pembelajaran
baru yang lebih efektif lagi.
f. Sikap (attitude)
Reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus disebut sikap. Sikap belum
merupakan suatu tindakan nyata, tetapi masih berupa persepsi dan kesiapan seseorang untuk
bereaksi terhadap stimulus yang ada disekitarnya. Sikap dapat diukur secara langsung dan tidak
langsung. Pengukuran sikap merupakan pendapat yang diungkapankan oleh responden terhadap
objek (Notoatmodjo, 2007).
Secara garis besar sikap terdiri dari komponen kognitif (ide yang dipelajari), komponen prilaku
(berpengaruh terhadap respon sesuai atau tidak sesuai), dan komponen emosi ( menimbulkan
respon-respon yang konsisten) (Wawan & Dewi, 2011). Tingkatan sikap menurut Fitriani 2011 :
a) Menerima (receiving)
Seseorang mau dan memperhatikan rangsangan yang diberikan.
b) Merespons (responding )
Memberi jawaban apabila ditanya, menyelesaikan tugas yang diberikan sebagai tanda seseorang
menerima ide tersebut.
c) Menghargai (vauing)
Tingkatan selanjutnya dari sikap adalah menghargai. Menghargai berarti seseorang dapat menerima
ide dari orang lain yang mungkin saja berbeda dengan idenya sendiri, kemudian dari dua ide yang
berbeda tersebut didiskusikan bersama antara kedua orang yang mengajukan ide tersebut.
d) Bertanggung jawab ( responsible)
Mampu mempertanggung jawabkan sesuatu yang telah dipilih merupakan tingkatan sikap yang
tertinggi.
g. Praktik (practice)
Praktik merupakan tindakan nyata dari adanya suatu respon ( Notoatmodjo 2012). Sikap dapat
terwujud dalam tindakan nyata apabila tersedia fasilitas atau sarana dan prasarana. Tanpa adanya
fasilitas, suatu sikap tidak dapat terwujud dalam tindakan nyata. (Notoatmodjo, 2005).
Tingkatan dalam praktik :
a) Respons terpimpin (Guided responses)
Merupakan suatu tindakan yang dilakukan sesuai dengan urutan yang benar. Seseorang mampu
melakukan suatu tindakan dengan sistematis, dar awal hingga akhir.
b) Mekanisme (mechanism)
Seseorang yang dapat melakukan tindakan secara benar urutannya, maka akan menjadi kebiasaan
baginya untuk melakukan tindakan yang sama.
c) Adopsi (adoption)
Suatu tindakan yang sudah berkembang atau termodifikasi dengan baik disebut adopsi.
2.5 DOMAIN PERILAKU KESEHATAN
Faktor-faktor yang membedakan respon terhada stimulus yang berbeda disebut determinan
perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua yakni:
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakterisitik orang yang bersangkutan yang bersifat given
atau bawaan misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2. Determinan atau faktor eksternal yaitu lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya ekonomi,
politik, dan sebagainya.

2.6 PERUBAHAN PERILAKU


Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan
perilaku. Beberapa teori mengenai perubahan perilaku adalah sebagai berikut :
1. Teori Stimulus-Organisme
Berdasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada
kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Kualitas dari sumber
komunikasi seperti kerebilitas, kepemimpinan, gaya berbicara, sangat menentukan keberhasilan
perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat. Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa
perubahan perilaku pada hakekatnya adalah sama dengan proses belajar.
2. Teori Festinger ( Dissonance Theory) Tahun 1957
Teori ini merupakan ketidakseimbangan psikologis dan diliputi oleh keteganganan diri yang
berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Ketidakseimbangan (Dissonance) terjadi karena
dalam diri individu terdapat dua elemen pengetahuan, pendapat atau keyakinan.
3. Teori Fungsi
Berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu tergantung kepada keutuhan.
Berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang adalah apabila
stimulus tersebut dapat di mengerti dalam konteks kebetuhan orang tersebut.
Katz ( 1960) mengatakan bahwa perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang
bersangkutan. Asumsinya bahwa :
a. Perilaku memiliki fungsi instrumental artinya dapat berfungsi dan memberikan pelanyanan terhadap
kebutuhan misalnya membuat jembatan bila jembatan tersebut benerbener sudah menjadi
kebutuhan.
b. Perilaku berfungsi sebagai defence mecanaicm/pertahanan diri dalam lingkungannya.
c. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberi arti. Seseorang senantiasa menyesuaikan
diri dengan lingkungannya.
d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspersif dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi.
Merupakan konsep diri dan pencerminan dari hati sanubari. Misalnya orang sedang marah, senang,
dan busar
4. Teori Kurt Lewin (1970)
Perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong
(driving forces) dan kekuatan penahan (Restining force). Tiga kemungkinan terjadinya perubahan
perilaku pada diri seseorang yakni :
a. Kekuatan pendorang meningkat.
Misalnya seseorang belum ikut KB dapat berubah perilaku untuk mengikuti KB karena penyuluhan
tentang KB.
b. Kekuatan penahan menurun.
Misalnya dengan pemberian pengertian kepada orang tersebut bahwa banyak anak banyak rezeki
adalah kepercayaan yang salah, maka pendapat tersebut akan melemah.
c. Kekuatan pendorong meningkat –kekuatan penahan menurun.
2.7 PROSES BELAJAR
Proses belajar merupakan keterampilan yang dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupan
bermasyarakat. Penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organism biologi dan psikis yang
diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia luar dan hidup bermasyarkat. Dalam pengertian
lainnya proses belajar didefinisikan sebagai suatu usaha untuk menguasai segala sesuatu yang
berguna untuk hidup. Serta proses yang dilakukan dimulai dari menghafal, mengingat dan
menmproduksi sesuatu yang dipelajari.
Hal-hal dalam proses belajar memiliki banyak cangkupan mulai dari latihan, menambahkan
dan memperoleh dari tingkah laku yang baru. Latihan, penyempurnaan potensi tenaga-tenaga yang
ada dengan mengulang-ulang aktivitas tertentu atau sama dengan pembiasaan diri. Hal ini berkaitan
dengan proses ketidaksadaran (otomastisasi) yang menghasilkan tindakan yang tanpa disadari,
cepat dan tepat. Lalu dalam menambah atau memperoleh tingkah laku baru diartikan sebagai
memperoleh sesuatu yang baru serta belum ada yang diketahui, dan belum dimengerti. Terjadinya
proses belajar ketika kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang sedang belajar,
baik actual maupun potensial. Perubahan tersebut pada pokoknya didapat karena kemampuan yang
berlaku untuk waktu yang relatif lama. Perubahan-perubahan yang terjadi karena usaha, bukan
karena proses kematangan hilgard. Serta terjadi perubahan kegiatan dan reaksi terhadap
lingkungan.
Menurut J.Guilbert, mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar
dalam 4 kelompok besar :
a. Faktor materi : menentukan proses dan hasil belajar misalnya belajar pengetahuan dan sikap atau
keterampilan menentukan proses belajar.
b. Faktor lingkungan fisik (suhu, kelembaban udara, tempat) lingkungan sosial (manusia dengan segala
interaksi dan representasi)
c. Faktor instrumental : hardware (alat belajar, peraga) software (kurikulum, pengajar, fasilitator,
metode)
d. Faktor individual subjek belajar : kondisi fisiologi (kurang gizi, kondisi panca indra) kondisi psikologis
(intelegensi, pengamatan, daya ingat, motivasi dan lain-lain).

Dalam proses belajar pun memiliki prinsip-prinsip dalam belajar diantaranya sebagai berikut :

1. Prinsip satu
Belajar adalah suatu pengalaman yang terjadi didalam diri sipelajar yang diaktifkan oleh individu itu
sendiri. Perubahan persepsi, pengetahuan, sikap dan perilaku adalah produk manusia sendiri, bukan
dipaksakan kepada individu.
2. Prinsip dua
`Belajar adalah penemuan diri sendiri, berupa proses penggalian ide-ide berhubungan dengan diri
sendiri dan masyarakat sehingga dapat menentukan kebutuhan dan tujuan yang akan dicapai.
3. Prinsip tiga
Belajar adalah konsekwensi dari pengalaman, misalkan kita tidak dapat mengatakan bahwa
imunisasi penting, tapi harus member imunisasi sehingga orangtua mempunyai pengalaman.
4. Prinsip empat
Belajar adalah proses kerjasama dan kolabora-sikelompok yang akan memperkuat proses belajar
memperoleh pengalaman dari orang lain dan mengembangkan pemikiran dan daya kreasi individu.
Implikasi dalam pendidikan kesehatan : dengan pembentukan kelompok dan diskusi kelompok
mempermudah proses belajar.
5. Prinsip lima
Belajar adalah proses evolusi yang memerlukan waktu dan kesebaran. Dalam pendidikan kesehatan
hasilnya tidak dapat diperoleh dengan segara.
6. Prinsip enam
Belajar kadang-kadang merupakan proses menyakitkan karena menghendaki perubahan kebiasaan
yang sudah menyenangkan dan berharga bagi dirinya. Perubahan yang diinginkan harus hati-hati,
sedikit demi sedikit,
7. Prinsip tujuh
Belajar adalah proses emosional dan intelektual, dipengaruhi oleh psikologis perlajar secara
keseluruhan. Hasil belajar tergantung situasi psikologis individu saat belajar
8. Prinsip delapan
Belajar bersifat individual dan unik. Harus disediakan media belajar yang bermacam-macam
sehingga tiap individu dapat memperoleh pengalaman belajar sesuai keunikan dan gaya masing-
masing
2.8 BENTUK-BENTUK PERILAKU
Sebagaimana diketahui bahwa perilaku / aktifitas yang ada pada individu atau organisme itu
tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus atau rangsang yang
mengenai individu atau organisme itu. Perilaku atau aktifitas itu merupakan jawaban atau respon
terhadap stimulus yang mengenainya. Menurut skinner sebagaimana dikutip oleh soekidjo
Notoatmodjo (2010: 21) perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap rangsangan
dari luar (stimulus). Perilaku dikelompokkan menjadi dua yaitu :
b. Perilaku tertutup (covert behaviour),
perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum bisa diamati oranglain
(dari luar) secara jelas. Respon seseorang masihterbatas dalam bentuk perhatian, perasaan,
persepsi, dan sikap terhadap stimulusyang bersangkutan. Bentuk“unobservabel
behavior ́atau“covertbehavior”apabila respons tersebut terjadi dalam diri sendiri, dansulit diamati
dari luar (orang lain) yang disebut dengan pengetahuan(knowledge) dan sikap (attitude).
c. Perilaku Terbuka (Overt behaviour), apabila respons tersebut dalambentuk tindakan yang dapat
diamati dari luar (orang lain) yang disebut praktek (practice) yang diamati orang lain dati luar
atau“observable behavior”.Perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori ‘S-O-R” (Stimulus-
Organisme-Respons).

Anda mungkin juga menyukai