Anda di halaman 1dari 18

GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI PASIEN HIPERTENSI

PADA PELAYANAN RAWAT JALAN

DI POLI PENYAKIT DALAM BLUD RS KONAWE

SEJAK DESEMBER 2019 – FEBRUARI 2020

NAMA : MONIYANTI

NIM : 1909200413211023

INSTITUSI TEKNOLOGI KESEHATAN ( ITK ) AVICENNA

PROGRAM STUDI S-1 GIZI

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Saat ini hipertensi menjadi the silent disease terhadap masyarakat

modern. Dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga atau SKRT tahun 2001,

posisinya mencapai urutan pertama dan bertahan sampai sekarang.

Masalah hipertensi tidak lepas dari perubahan pola makan seseorang. Pola

makan erat kaitannya dengan frekuensi makan seseorang dan jenis makanan

yang dikonsumsi. Frekuensi makanan yang berlebihan akan mengakibatkan

kegemukan yang merupakan faktor pemicu timbulnya infeksi. Selain itu

asupan garam yang berlebihan akan mengakibatkan hipertensi (Slamet

suyono, 2001).

Hasil penelitian Tiyas (2002) menunjukkan hubungan antara pola makan

dengan kejadian hipertensi di RSUD kota Yogyakarta. Hasil penelitian ini yang

didapat 50% pasien hipertensi diketahui bahwa mereka sering makan-makanan

yang banyak mengandung garam dan lemak. Berdasarkan data yang

diperoleh dari RSUD Syarifa Ambami Rato Ebu Kabupaten Bangkalan selama

3 bulan terakhir tahun 2011 pada bulan Meret-Mei pasien hipertensi yang

menjalani rawat inap rata-rata 20 orang dan sering mengalami gejala tekanan

darah tinggi seperti pusing akibat pola makan yang tidak teratur.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan, usia, pendidikan, budaya,

pengalaman, pendapatan, pekerjaan dan agama. Dari data dan informasi di atas

menunjukkan bahwa pola makan merupakan salah satu masalah serius yang

dapat menggangu kesehatan dan aktifitas sehari-hari.


Status gizi merupakan keadaan yang ditentukan oleh derajat kebutuhan

fisik terhadap energi dan zat - zat gizi yang diperoleh dari asupan

makanan yang dampak fisiknya dapat diukur Status gizi dibedakan menjadi

status gizi kurang, status gizi baik dan status gizi Lebih. Status gizi selain

dipengaruhi oleh pola konsumsi energi dan protein, status gizi juga dapat

dipengaruhi oleh faktor status kesehatan, pengetahuan, ekonomi,

lingkungan dan budaya. Faktor pencetus munculnya masalah gizi dapat

berbeda antar wilayah ataupun antar kelompok masyarakat.

Tekanan darah adalah tekanan dari aliran darah dalam pembuluh nadi

(arteri). Ketika jantung kita berdetak, lazimnya 60 hingga 70 kali dalam 1

menit pada kondisi istirahat (duduk atau berbaring), darah di pompa melalui

arteri menuju jantung. Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committe

On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure (JNC-V)

sebagai peningkatan tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan

diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan

darah (TD) normal, tinggi, sampai hipertensi maligna.

Kategori Systolik Diastolik


Optimal 115 atau 75 atau

Normal kurang
Kurang kurang
Kurang

Prehipertensi dari 120


120-139 dari
80-8980
Hipertensi 140-159 90-99

tahap 1
Hipertensi Lebih Lebih

tahap 2
Sumber dari E.
: Robert 160Kowalski.
dari 100
Menurut Ariyanto (2011) Hipertensi adalah peningkatan tekanan

darah atau tensi diatas batas tertentu. Sedangkan menurut WHO Penyakit

hipertensi sangat dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat. Ada

beberapa hal yang menyebabkan terjadinya hipertensi, diantaranya

kebiasaan merokok, frekuensi konsumsi makan asin, frekuensi konsumsi

makan berlemak, frekuensi konsumsi minuman berkafein, aktivitas fisik,

dan keadaan stres.

B. Rumusan masalah

Bagai mana gambaran pola makan dan status gizi pasien rawat jalan penyakit

hipertensi di blud rumah sakit konawe kab. Konawe

C. Tujuan

Tujuan umum :

1. Mengetahui gambaran pola makan dan status gizi pasien rawat jalan

penyakit hipertensi di blud rumah sakit konawe kab. Konawe

2. Tujuan khusus

a. Bagai mana mengetahui gambaran pola makan ( jumlah jenis dan

frekwensi ) pasien rawat jalan penyakit hipertensi di blud rumah sakit

konawe kab. konawe

b. Bagaimana mengetahui gambaran status gizi pasien rawat jalan

penyakit hipertensi di BLUD Rumah Sakit Konawe kab. Konawe

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti
Sebagai sarana pengembangan diri dan penerapan pengetahuan yang di

proleh peneliti tentang metodologi penelitian, epodemologi penyakit tidak

menular khususnya penyakit hipertensi

2. Bagi ilmu pengetahuan

Sebagai bahan bacaan khususnya di perpustakaan jurusan gizi yang di

harapkan bermanfaat sebagai data awal dan referensi untuk penelitian

selanjutnya

3. Bagi rumah sakit dan masyarakat

Sebagai bahan informasi mengenai faktor resiko penyakit hipertensi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN HIPERTENSI

1. Pengertian

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan

darah sistolik dan diastolik lebih dari 140/90 mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu lima menit saat keadaan istirahat.

Peningkatan tekanan darah dalam jangka waktu panjang dapat

menyebabkan penyakit gagal ginjal, jantung koroner, dam stroke bila tidak

dideteksi secara dini dan pengobatan yang yang memadai (Kemenkes,

2014).

2. Etiologi Hipertensi

Penyebab terjadinya Hipertensi belum diketahui dengan pasti.

Mula-mula Hipertensi bisa terjadi karena volume darah yang dipompa

jantung meningkat sehingga mengakibatkan bertambahnya volume darah

di pembuluh arteri. Pada sebagian besar penderita penyakit ini,

peningkatan tekanan darah diakibatkan oleh penyakit ginjal. Pada

umumnya, Hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.

Diperkirakan sekitar 90 persen pasien Hipertensi termasuk dalam kategori

Hipertensi primer (Susanti, 2016).

Hipertensi biasanya di sebut penyebab kematian dan kesakitan

yang serius. Insiden Hipertensi sangat berbeda-beda pada setiap daerah.

Pada bagaian besar masyarakat (tidak seluruhnya) tekanan darah

cenderung meningkat ikuti kenaikan umur. Ditemukan pula bukti bahwa


ada faktor keturunan pada tekanan darah yang tinggi, walaupun pula

ginetik yang tepat belum dapat di tentukan. Tekanan darah orang tua dan

keturunanya mempunyai kolerasi. Kolerasi tekanan pada kembar

monozigot lebih tinggi di bandingkan dengan kembar dizigot. Masyarakat

kulit hitam, baik di Afrika barat maupun Amerika utara, sebagaian besar

mempunyai insiden Hipertensi yang tinggi, yang besarnya cenderung lebih

rendah pada keturunan asli indian. Studi epidemiologi mengkonfirmasikan

korelasi yang mungkin ada dan kurang pada usia lanjut/tua. Penderita

Hipertensi yang mengurangi berat badan dapat menurunkan tekanan

darahnya (Sarjadi, 2000).

Faktor resiko lain yang dapat menyebabkan Hipertensi yaitu gaya

hidup seperti aktivitas fisik. Aktifitas fisik juga berhubungan dengan

kejadian Hipertensi. Hal ini di ketahui berdasarkan hasil penelitian bahwa

responden lansia yang memiliki aktivitas yang lebih rendah memiliki

peluang yang besar dan signifikan berhubungan terhadap kejadian

Hipertensi (Khaerani, 2003). Selain itu juga berdasarkan penelitian lainnya

bahwa orang dengan aktivitas fisik yang menetap telah buktikan dapat

mengakibatkan terjadinya Hipertensi di bandingkan dengan orang yang

memiliki aktivitas fisik yang aktif (Answorth, 1991).

a) Gejala

Pada umumnya Hipertensi tidak menimbulkan gejala yang jelas

dan sering tidak disadari kehadirannya. Ada kalanya secara tidak sengaja

beberapa gejala terjadi bersamaan dan di percaya berhubungan dengan

tekanan darah tinggi (padahal sebenarnya tidak selalu).


Pada Hipertensi berat atau yang telah menahun bisa timbul gejala-

gejala yang berasal dari kerusakan otak, mata, jantung, dan ginjal, seperti:

1) Sakit kepala

2) Kelelahan

3) Mual dan muntah

4) Sesak napas

5) Gelisah

6) Pandangan menjadi kabur

Secara umum berdasarkan gejala pembentuknya pada Hipertensi

terbagi menjadi dua golongan yaitu:

1) Hipertensi primer (esensial)

Penyebab tidak diketahui namun banyak faktor yang

mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan

saraf simpatik, system rennin angiostensin, efek dari ekskresi Na,

obesitas, dan stress. Hingga saat ini, penyebab Hipertensi primer masih

belum di ketahui.

2) Hipertensi sekunder

Berikut gejala gejala yang berkaitan dengan Hipertensi sekunder:

a) Terkait dengan kelainan pada ginjal

Terdapat riwayat penyakit ginjal dalam keluarga Sering

terserang infeksi saluran kemih sering haus dan buang air kecil

pernah mengalami trauma atau benturan keras.


b) Terkait dengan penyakit feokromositoma, terdapat gejala-gejala di

bawah ini:

Sakit kepala akut dan tiba-tiba jantung berdebar-debar,

keringat berlebihan dan wajah pucat.

c) Hipertiroidusme (hormon tiroid tinggi). Kelainan ini meningkatkan

tekakanan sistolik, sehingga menimbulkan gejala-gejala seperti:

Muda gugup, banyak keringat, selalu merasa kepanasan,

berdebar-debar, tremor atau gemetaran, cepat lelah, berat badan

turun, bola mata menonjol dan terdapat pembesaran atau benjolan

kelenjar tiroid.

3) Hipotirodisme (hormon tiroid rendah) kelainan ini dapat meningkatkan

tekanan darah sistolik maupun diastolik sehingga menimbulkan gejala:

Tidak tahan dingin, cepat lelah, melambatnya fungsi tubuh,

berat badan naik/kegemukan, suara parau atau rendah, (sembab pada

mata, kaki, dan tangan).

4) Gejala akibat kelebihan hormon kortisol, hormon kortisol di produksi

oleh kelenjar adrenal yang dapat meningkatkan tekanan darah. Jika

produksinya berlebihan, maka akan timbul gejala-gejala berikut ini:

Peningkatan penumpukan lemak di wajah, leher atau badan kulit

menipis, tanda guratan ungu, mudah memar, rambut tumbuh berlebihan,

emosi labil, kenaikan berat badan yang drastis, tubuh melemah (Susanti,

2016).
a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi

Hipertensi telah lama diketahui sebagai penyakit yang melibatkan

banyak faktor baik faktor internal seperti jenis kelamin, umur, genetik

dan faktor eksternal seperti pola makan, kebiasaan olahraga dan

lain-lain. Untuk terjadinya hipertensi perlu peran faktor risiko tersebut

secara bersama-sama (common underlying risk factor) dengan kata lain

satu faktor risiko saja belum cukup menyebabkan timbulnya hipertensi.

Oleh karena itu seberapa besar angka prevalensi penyakit ini akan

sangat dipengaruhi oleh gambaran faktor- faktor tersebut di suatu

populasi masyarakat (Suryadi, 2017).

1. Prinsip diet Hipertensi

Prinsip diet HT adalah Rendah Garam :

a. Jadwal makan

Menurut Tjokroprawiro (2012) dalam Amitira (2016) jadwal

diet harus sesuai denganintervalnya yang dibagi menjadi enam waktu

makan, yaitu tiga kali makanan utama dan tiga kali makanan

selingan. Penderita HT hendaknya mengonsumsi makanan Rendah

garam dengan jadwal waktu yang tetap.

Jadwal makan terbagi menjadi enam bagian makan (3 kali

makan besar dan 3 kali makan selingan) sebagai berikut:

1) Makan pagi pukul 06.00 - 07.00

2) Selingan pagi pukul 09.00 – 10.00

3) Makan siang pukul 12.00 - 13.00

4) Selingan siang pukul 15.00 – 16.00


5) Makan malam pukul 18.00 - 19.00

6) Selingan malam pukul 21.00 – 22.00

b. Asupan gizi

1) Karbohidrat

Ada dua jenis, yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat

kompleks. Karbohidrat sederhana adalah karbohidrat yang mempunyai

ikatan kimiawi hanya satu dan mudah diserap kedalam aliran darah

sehingga dapat langsung menaikkan kadargula darah. Sumber

karbohidrat sederhana antara lain es krim,jeli, selai, sirup, minuman

ringan dan permen (Susanto, 2013 dalam Amitira, 2016).

Karbohidrat kompleks adalah karbohidrat yang sulit dicerna oleh

usus. Penyerapan karbohidrat kompleks ini relatif pelan, memberikan

rasa kenyang lebih lama dan tidak cepat menaikkan kadar gula darah

dalam tubuh. Karbohidrat kompleks diubah menjadi glukosa lebih lama

daripada karbohidrat sederhana sehingga tidak mudah menaikkan kadar

gula darah dan lebih bisa menyediakan energi yang bisa dipakai secara

bertingkat sepanjang hari.

Karbohidrat yang tidak mudah dipecah menjadi glukosa banyak

terdapat pada kacang-kacangan, serat (sayur dan buah), pati, danumbi-

umbian. Oleh karena itu, penyerapannya lebih lambat sehingga

mencegah peningkatan kadar gula darah secara drastis. Sebaliknya,

karbohidrat yang mudah diserap, seperti gula (baik gula pasir, gula

merah maupun sirup), produk padi-padian (roti,pasta) justru akan


mempercepat peningkatan gula darah (Susanto,2013 dalam Amitira,

2016).

2) Konsumsi Protein Hewani dan Nabati

Makanan sumber protein dibagi menjadi dua, yaitu sumber

protein nabati dan sumber protein hewani. Protein nabati adalah protein

yang didapatkan dari sumber-sumber nabati. Sumber protein nabati yang

baik dianjurkan untuk dikonsumsi adalah dari kacang-kacangan, di

antaranya adalah kacang kedelai (termasuk produk olahannya, seperti

tempe, tahu, susu kedelai dan lain lain), kacang hijau, kacang tanah,

kacang merah dan kacang polong. Selain berperan membangun dan

memperbaiki sel-sel yang sudah rusak, konsumsi protein juga dapat

mengurangi atau menundarasa lapar sehingga dapat menghindarkan

penderita diabetes dari kebiasaan makan yang berlebihan yang memicu

timbulnya kegemukan. Makanan yang berprotein tinggi dan rendah

lemak dapat ditemukan pada ikan, daging ayam bagian paha dan sayap

tanpa kulit, daging merah bagian paha dan kaki, serta putih telur (Susanto,

2013 dalam Amitira, 2016).

3) Konsumsi Lemak

Konsumsi lemak dalam makanan berguna untuk memenuhi

kebutuhan energi, membantu penyerapan vitamin A, D, E dan Kserta

menambah lezatnya makanan. Perbanyak konsumsi makanan yang

mengandung lemak tidak jenuh, baik tunggal maupun rangkap dan

hindari konsumsi lemak jenuh.


E. Kerangka Konsep

Umur

Riwayat keluarga
memnderita hipertensi

Status gizi

Aktifitas fisik

Pola makan

Jumlah makanan

Jenis dan frekuensi


hipertensi
Makanan ( sumber energi,
kh, protein, lemak )

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak di teliti

C. Hipotesis

- Ada hubungan faktor umur dengan penyakit hipertensi

- Ada hubungan riwayat keluarga dengan penyakit hipertensi

- Ada hubungan status gizi dengan penyakit hipertensi

- Ada hubungan pola makan dengan penyakit hipertensi


D. Defenisi oprasional

1. tekanan darah di artikan sebagai kekuatan yang di hasilkan oleh darah

terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh.

Kriteria objektif :

Normal : < 140/90 mmHg

Tidak normal : ≥ 140 /90 mmHg

( sumber : sheps, 2005 )

2. pola makan adalah kebiasaan makan sampel sesuai dengan prinsip 3 j ( tepat

jumlah , jenis dan frekwensi ) bagi penderita hipertensi dengan kriteria :

a. pola makan terhadap jumlah natrium adalah jenis makanan yang di

konsumsi ( kecukupan karbohidrat , protein dan lemak )

kriteria objektif :

1. tepat jumalah jika: asupan sesuai kebutuhan individu

2. tidak tepat jumlah : jika asupan energi < 90% atau >110%

b. pola makan terhadap frekuensi makan adalah kebiasaan makan sehari –

hari yang di lakukan seseorang seperti jenis makanan yang berupa

konsumsi karbohidrat, protein, dan lemak.

Kriteria objektif :

1. sering di konsumsi : 1x / perhari dan ≥ 1x/hari

2. biasa di konsumsi : 4-6x/1-3x perminggu

3. kadang – kadaqng : 1 x / bulan dan 1x/ tahun

4. tidak pernah

( mustika , 2018 )
3. status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat – zat gizi (almatsier, 2005). Di ukur dengan menggunakan

indeks massa tubuh . kriteria objektif menurut RISKESDAS ( 2013 )

Mengklasifikasikan status gizi berdasarkan imt untuk orang dewasa sebagai

berikut:

1. Kurang : 18 ,5

2. Normal : ≥ 18,5 - <24,9

3. Lebih : ≤ 25
BAB III

JENIS DESAIN PENELITIAN

A. Jenis desain pnelitian

Jenis penelitian yaitu deskriptif dengan pendekatan survey

B. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini yaitu seluruh pasien rawat jalan yang berkunjung di

BLUD RS KONAWE yang menderita hipertensi sebanyak...’

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini yaitu pasien yang menderita hipertensi di blud rs

konawe sebanyak

C. JENIS DAN CARA PENGUMPULAN DATA

1. DATA PRIMER

a. data identitas pasien ( umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan ) sampel

di proleh dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner

b. data hipertensi di proleh dari hasil rekam medis pasien

c. data pola makan ( jumlah, jenis, dan frekuensi ) di proleh dengan

melakukan wawancara menggunakan formulir FFQ

d. data status gizi di proleh dengan melakukan pengukuran antropometri

berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan ( BB/TB ) dengan

menggunakan timbangan injak dan microtoice dengan tingkat akurasinya

0,1 penelitian hanya menggunakan indeks berat badan menurut tinggi

badan ( BB/TB) di karenakan penelitian ini merupakan jenis penelitian

yang bertujuan untuk melihat status gizi orang dewasa ( supariasa, 2002)
Adapun rumus imt adalah :

BERAT BADAN ( Kg )
𝐼𝑀𝑇 = 2
TINGGI BADAN (Meter)

2. Data Sekunder

Data sekunder meliputi data profil BLUD RS KONAWE yaitu letak

geografis

Dengan pendekatan dokumentasi

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

berisi daftar pertanyaan tentang penyakit hipertensi untuk variabel terikat dan

pola makan ( jumlah, jenis dan frekwensi ) dan status gizi untuk variabel

bebas.

E. Analisis Data

Analisis univariat di lakukan untuk memperoleh gambaran variabel

penelitian dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan analisa secara

deskriftif.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2014.

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Jakarta :

Kementrian KesehatanRI.(diakses 19 Desember 2016).

Nur Miftakur Rahma,(2017)‘Gambaran Gaya Hidup Penderita Hipertensi

Pada Masyarakat Pesisir’. Skripsi

Nina, (2016) Hubungan Asupan Lemak, AsupanNatrium Dan Status Gizi

Dengan Tekanan Darah Sistolik Pada Wanita Pralansia diPos

Kesehatan Lansia Kelurahan Bojong bata Kecamatan Pemalang

Kabupaten Pemalang. Skripsi

Nunik Alfiana1, S. H. (2013) Hubungan Asupan Kalsium dan Natrium

Terhadap Tekanan Darah Sistolik Pada Penderita Hipertensi Rawat

Inap Di RS Tugurejo Semarang.

Ruswantowawan, B. O. (2012). Studi terhadap perubahan struktur social

masyarakat pesisirkhusunya Orang Bajo’.

Rusliafa, J. (2014) ‘Pantai Dan Pegunungan Di Kota Kendari Tahun 2014

Comparative Incidence Of Hypertension In Coastal Marine Area

And Mountains In Kendari City 2014 Bagianepidemiologi

,Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

Universitas Hasanuddin.

Saputra, B. R. And Indrawanto, I. S. (2013) ‘Profil Penderita Hipertensi Di

Rsud Jombang Periode’, Pp. 116–120.

Anda mungkin juga menyukai