Anda di halaman 1dari 17

ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA KEHAMILAN

Kelompok 3
1. Nur Syahara
2. Phyta Purnamasari. A
3. Putri Apriani
4. Rara Angraini
5. Rosmita

1
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini dapat
menjadi lebih sempurna.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Unaaha , 2 November 2021


Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kehamilan

2.2 Tahap – tahap Trimester Kehamilan

2.3 Kebutuhan psikologis Ibu hamil Trimester I, II dan III

2.4 Contoh Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan Kehamilan ( Kecamatan Bangsri

Kabupaten Jepara)

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan
untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu
juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan
kehamilan (ante natal care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan
si ibu sendiri.
Fakta di berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang
menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa
tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter. Masih banyaknya
ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan ke bidan
menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh
mereka. Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya
sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya
informasi. Selain dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan,
permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan persalinan dipengaruhi juga oleh faktor
nikah pada usia muda yang masih banyak dijumpai di daerah pedesaan. Disamping itu,
dengan masih adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya pada beberapa
suku, yang menyebabkan istri mengalami kehamilan yang berturut-turut dalam jangka
waktu yang relatif pendek, menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi saat melahirkan.
Contohnya di kalangan masyarakat pada suku bangsa nuaulu (Maluku) terdapat
suatu tradisi upacara kehamilan yang dianggap sebagai suatu peristiwa biasa, khususnya
masa kehamilan seorang perempuan pada bulan pertama hingga bulan kedelapan. Namun
pada usia saat kandungan telah mencapai Sembilan bulan, barulah mereka akan
mengadakan suatu upacara. Masyarakat nuaulu mempunyai anggapan bahwa pada saat
usia kandungan seorang perempuan telah mencapai Sembilan bulan, maka pada diri
perempuan yang bersangkutan banyak diliputi oleh pengaruh roh-roh jahat yang dapat
menimbulkan berbagai bahaya gaib. Dan tidak hanya dirinya sendiri juga anak yang
dikandungannya, melainkan orang lain disekitarnya, khususnya kaum laki-laki. Untuk
menghindari pengaruh roh-roh jahat tersebut, si perempuan hamil perlu diasingkan
dengan menempatkannya di posuno. Masyarakat nuaulu juga beranggapan bahwa pada
kehidupan seorang anak manusia itu baru tercipta atau baru dimulai sejak dalam
kandungan yang telah berusia 9 bulan. Jadi dalam hal ini ( masa kehamilan 1-8 bulan )
oleh mereka bukan dianggap merupakan suatu proses dimulainya bentuk kehidupan.
Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah
gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-
pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak
berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang
sebenamya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif
terhadap kesehatan ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita
hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan.
Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena
akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan
perdarahan yang banyak. Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang
kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar  bayi yang
dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Di masyarakat Betawi berlaku pantangan
makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi
asin. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga
rendah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KEHAMILAN
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan
perkembangan janin intra uterine di mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan
persalinan (Hanafiah, 2008). Kehamilan terjadi selama kurang lebih 9 bulan. Proses
kehamilan dibagi menjadi 3 fase, yaitu trimester pertama (0-3 bulan), trimester kedua (4-
6 bulan) dan trimester ketiga (7-9 bulan). Masa kehamilan menyebabkan perubahan fisik
maupun psikologi ibu. Kehamilan dapat memicu terjadinya perubahan bentuk tubuh
secara anatomis, fisiologis, maupun biokimiawi (Istiany, 2013).
Indonesia merupakan negara yang kaya akan seni dan budaya. Setiap daerah di
Indonesia mempunyai kebudayaaan atau adat istiadat yang berbeda.Kebudayaan tersebut
muncul dari kebiasaan nenek moyang terdahulu dan seolah-olah sudah melekat dalam
jiwa setiap masyarakat. Dukungan sosial merupakan inti bagi kehidupan bermasyarakat
yang efektif.Adanya suatu fakta yang dapat dipertimbangkan yang menyatakan bahwa :
 dukungan sosial mempengaruhi kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang.
 Perubahan sosial dan medis telah meningkatkan harapan hidup manusia
 Tenaga kesehatan berada pada posisi memberikan intervensi secara sukses baik
langsung maupun tidak langsung pada area dukungan sosial dengan memfasilitasi
pertumbuhan dan pertahanan jaringan sosial.
 penampilan tenaga kesehatan dapat ditingkatkan dengan mengetahui pentingnya
dukungan sosial bagi penanggulangan stres dalam asuhan kebidanan.
 Proses kejiwaan pada masa kehamilan
Menurut Mochtar (2002, p.32), proses kejiwaan selama kehamilan meliputi :
1. Trimester I
Pada sebagian wanita, reaksi psikologis dan emosional pertama adalah kecemasn,
ketakutan, kepanikan dan kegusaran terhadap kehamilan. Mual, muntah, dan pusing
yang merupakan gejala hamil muda.
2. Trimester II
Ibu yang menganggap kehamilan merupakan suatu identifikasi abstrak, mulai
menyadari kenyatan bahwa kehamilan merupakan identifikasi nyata. Ibu mulai
menyesuaikan diri dengan kenyataan perut bertambah besar, terasa gerakan janin, dan
dokter telah mendengar suara denyut jantung janin. Ibu mulai mempersiapkan
kebutuhannya.
3. Trimester III
Timbul gejolak baru menghadapi persalinan dan tanggung jawab sebagai ibu pada
pengurusan bayi yang akan dilahirkan. Ada 3 golongan ibu yang mungkin merasa
takut:
1. Ibu yang mempunyai riwayat pengalaman buruk pada persalinan yang lalu.
2. Multipara yang usianya diatas 30 tahun, akan merasa takut terhadap janin dan
anaknya apabila terjadi sesuatu atas dirinya.
3. Primigravida yang mendengar tentang pengalaman nyeri dan menakutkan dari orang
lain.
2.2 Tahap - tahap Tiap Trimester Kehamilan
A. Pada trimester I
Pada trimester I timbul beberapa gangguan , seperti :
 Tidak datangnya haid
 Lebih sering buang air kecil
 Mudah letih dan lelah
 Mual, pusing ingin muntah
Seringkali pada awal kehamilan terjadi perubahan pola makan dan menginginkan makan –
makanan ( ngidam ), seperti :
 Ingin makan yang asam
 Tidak mau makan – makanan yang beraroma keras dan harus didapat pada saaat yang
diinginkan
B. Pada trimester II
Aspek sosial budaya yang berpengaruh pada trimester II ,antara lain :
 Emosi tidak stabil
 Perubahan bentuk tubuh karena perut sudah mulai membuncit
 Gejolak perubahan emosi karena janin sudah mulai bergerak
 Morning sickness ( mual, muntah, pusing ) sudah berkurang sehingga sudah dapat
beraktifitas seperti biasanya
 Turunya rasa percaya diri berhubungan dengan bentuk tubuh
C. Pada trimester III
1. Aspek sosial budaya yang berpengaruh, antara lain :
 Kesiapan mental menunggu kelahiran sibuah hati
 Kegembiraan mengubah perilaku dan tindakan ibu dalam menentukan dan membeli
perlengkapan sibuah hati selama hamil menurut kepercayaan / kebudayaan di
masyarakat. Ada kegiatan yang tidak boleh dilakukan seperti :
 Jangan tidur siang taku bayinya besar
 Jangan duduk atau berdiri didepan pintu nanti persalinanya lama
 Jangan duduk ditembok nanti ari – arinya lengket
 Ibu hamil tidak boleh menyakiti / membunuh binatang
 Ibu hamil tidak boleh memakai selendang yang dibulatkan keleher karena takut tali
pusatnya melilit bayi
 Di akhir kehamilan trimester III ibu hamil dianjurkan untuk  minum air kelapa muda
agar bayinya bersih, dan juga disuruh untuk jalan pagi.
D. Cara menangani masalah Kehamilan pada Tiap Trimester
a) Trimester I
- Relaks
- Konsultasikan pada dokter , bidan dan tenaga medis lainya
- Menjaga asupan gizi
b) Trimester II
- Hindari aktivitas yang berat
- Perbanyak istirahat dan cukup tidur
- Ibu hamil makan dengan porsi sedikit namun sering
- Hindari depresi atau stres
- Lakukan olahraga ringan
c) Trimester III
- Nutrisi lebih diperhatikan asupan gizinya.
- Melakukan aktivitas ringan seperti senam hamil dan jalan santai
- Jangan terlalu panik pada segala sesuatu yang terjadi pada kehamilan seperti kontraksi
dini
2.3 Kebutuhan psikologis Ibu hamil Trimester I, II dan III
1. Suami
 Dukungan dan peran suami dalam masa kehamilan meningkatkan kesiapan ibu hamil
dalam melakukan persalinan
 Saat hamil istri lebih sensitif jadi sebisa mungkin memberikan suasana yang
mendukung perasaan istri
2. Keluarga
 Ayah, ibu kandung maupun mertua sangat mendukung kehamilan
 Seluruh keluarga berdoa untuk keselamatan ibu dan bayi
 Adanya ritual adat isiadat tersendiri yang tidak boleh ditinggalkan
3. Lingkungan
 Doa bersama untuk keselamatan ibu dan bayi
 Membicarakan dan menasehati tentang pengalaman hamil dan melahirkan
4. Support tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan memberikan perananya melalui dukungan :
 Aktif : melalui kelas antenatal
 Pasif : memberikan kesempatan pada ibu hamil yang mengalami masalah untuk
Konsultasi
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk
mencegah terjadinya komplikasi dan kematian persalinan, disamping itu juga untuk
menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan
( Antenatal Care ) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan ibu
sendiri.  Masih banyaknya ibu- ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan
kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor – faktor resiko tinggi yang mungkin
dialami oleh ibu dan bayi.Resiko ini baru diketahui ketika saat persalinan yang sering
kali karena kasusunya  sudah terlambat dan menyebabkan kematian. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan karena kurangnya
informasi. Selain itu kurangnya pengetahuan dan pentingnya perawatan kehamilan,
permasalahan – permasalahan pada kehamilan dan persalinan dipengaruhi juga oleh
faktor nikah diusia muda yang masih banyak dijumpai didaerah pedesaan.
Disamping itu, dengan masih adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak,
khusunya pada beberapa suku yang menyebabkan istri mengalami kehamilan berturut –
turut dalam jangka waktu yang relatif pendek. Menyebabkan ibu mengalami resiko tinggi
fakta saat melahirkan.Permasalahan lain yang cukup besar pada kehamilan adalah
masalah gizi . hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan dan pantangan – pantangan
terhadap beberapa makanan. Sementara kegiatan mereka sehari – hari tidak berkurang
ditambah lagi dengan pantangan – pantangan terhadap beberapa makanan. Yang
sebetulnya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif pada
kesehatan ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil
cukup tinggi terutama dipedesaan dikatakn pula bahwa penyebab utama dari tingginya
angka anemia pada wanita hamil disebabkan karena kurangnya gizi yang dibutuhkan
untuk pembentukan darah.
Pantangan terhadap makanan tentunya sangat mempngaruhi daya tahan dan
kesehatan sibayi. Selain itu, larangan memakan beberapa buah – buahan bagi wanita
hamil juga masih dianut beberapa masyarakat terutama masyarakat pedesaan.Depkes RI
(1998) frekuensi pelayanan ANC yang dianjurkan minimal 4 kali selama kehamilan
yaitu: minimal 1 kali pada tribulan pertama, minimal 1 kali pada tribulan kedua dan
minimal 2 kali pada tribulan ketiga.
2.4 Contoh Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan Kehamilan ( Kecamatan Bangsri
Kabupaten Jepara)
Kondisi sosial budaya (adat istiadat) dan kondisi lingkungan (kondisi geografis)
berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi. Situasi budaya dalam hal ini adat istiadat
saat ini memang tidak kondusif untuk help seeking behavior dalam masalah kesehatan
reproduksi di Indonesia (Muhammad, 1996). Hal ini dikemukakan berdasarkan realita,
bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya sudah terbiasa menganggap bahwa
kehamilan merupakan suatu hal yang wajar yang tidak memerlukan antenal care. Hal ini
tentu berkaitan pula tentang pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang
pentingnya antenal care dan pemeliharaan kesehatan reproduksi lainnya.
1. Deskripsi kondisi sosial budaya setempat
Masyarakat memiliki kebudayaan yang mencakup aturan – aturan, norma –
norma, pandangan hidup yang dijadikan acuan dalam mengatur perilaku kehidupan
bermasyarakat.Latar belakang sosial budaya di Kecamatan Bangsri dan Kabupaten
Jepara adalahmasyarakat suku Jawa. Pada masyarakat Jawa yang menganut pola garis
keturunan patrilineal maka dalam adat kebiasaan keluarga, peranan suami / ayah sangat
berpengaruh. ayah / suamisebagai kepala rumah tangga adalah perantara dalam
penentuan nasib termasuk yang menguasai sumber-sumber ekonomi keluarga (Herkovits
dalam Susilowati, 2001). Dalam masyarakat Jawa, kehamilan (dan kemudian kelahiran
bayi) merupakan peristiwayang penting dalam siklus hidup manusia. Oleh karena itu ibu
dan keluarga melakukan serangkaian aktivitas ritual untuk menyambutnya. Faktor
kekerabatan (suami, orang tua, nenek) masih memberikan peran yang penting dalam
tindakan-tindakan si ibu berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan pasca persalinan,
baik dalam memberikan nasehat (karena mereka sudah berpengalaman menjalani
peristiwa tersebut) maupun pengambilan keputusan siapa penolong persalinan dan sarana
pelayanan apakah yang akan dipergunakan.
Selama kehamilan, biasanya si ibu akan melakukan berbagai upaya agar bayi dan
ibunya sehat dan dapat bersalin dengan selamat, normal dan tidak cacat. Sebagian
masyarakat masih berpantang makan makanan tertentu seperti udang atau kepiting dan
buah nanas, walaupun menurut kesehatan pantangan makanan tertentu tidak dibenarkan
apalagi kalau makanan tersebut bergizi. Selama kehamilan juga ada pantangan yang
harus diperhatikan ibu dan bapak misal: tidak boleh menyiksa atau membunuh binatang
dan tidak boleh mengejek orang yang cacat supaya si bayi dapat lahir dengan selamat
dan tidak cacat.Seiring dengan kemajuan jaman sudah banyak yang tidak
mempercayainya.
keterlibatan/ partisipasi suami selama masa kehamilan istri cukup besar baik
dalam bentuk aktivitas mengantar istri memeriksakan kandungan ke bidan / dokter,
berusaha memenuhi keinginan istri yang sedang nyidam maupun mengingatkan agar
istrinya lebih banyak makan makanan yang bergizi. Para suami terutama yang
berpendidikan cukup tinggi cenderung melarang bila istrinya berpantang makanan
tertentu. Menurut pandangan mereka, sepanjang yang dimakan ibu hamil memenuhi
kriteria sehat dan bergizi baik untuk ibu dan bayi maka tidak dibenarkan untuk
berpantang walaupun pada masyarakat sekitar masih berlaku pantangan makan makanan
tertentu atau bertingkah laku tertentu pada saat istrinya hamil.
Ritual di masa kehamilan mulai dilaksanakan saat kehamilan seorang ibu
menginjak usia 3, 5, dan 7 bulan. Ritual tersebut sudah merupakan tradisi yang dilakukan
sejak nenek moyang mereka. Tujuan diadakan upacara tersebut adalah sebagai salah cara
untuk meminta pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar si calon ibu dan anak
selamat ketika menjalani masa kehamilan. Selain itu, ketika hamil si calon ibu dipercaya
sedang mengalami masa transisi dari seorang wanita menjadi calon ibu. Pada masa
transisi inilah, seorang perempuan dianggap masuk dalam kondisi krisis. Oleh karena itu
diperlukan sebuah ritual agar bisa mengembalikan tatanan yang sempat labil. Masyarakat
di Kabupaten Jepara masih memperingati upacara 7 bulan bayi dalam kandungan
khususnya bagi anak pertama, Di daerah lain pada suku Jawa upacara tersebut
disebut mitoni, sedangkan di Kabupaten Jepara disebutmunari. Munari merupakan
upacara selamatan dengan nasi tumpeng yang puncaknya adalah nasi ketan berwarna
kuning yang diibaratkan cahaya sebagai simbol bahwa pada usia kehamilan ketujuh si
janin sudah mempunyai roh atau nyawa. Acara munari ini seringkali dilengkapi dengan
upacara seperti halnya mitoni yaitu si ibu ganti kain tujuh kali, memecahkan kelapa
gadingyang berukir gambar tokoh wayang Dewa Kamajaya dan Dewi Kamaratih (dua
dewa /dewi dalam pewayangan yang terkenal ketampanan dan kecantikannya) dengan
harapansi bayi nantinya akan tampan seperti Dewa Kamajaya dan cantik seperti Dewi
Kamaratih.Upacara ini seringkali dipimpin oleh dukun bayi atau orang yang dituakan di
dalam keluargatersebut. Di dalam upacara tersebut suami harus terlibat dalam rangkaian
upacara.
2. Perawatan Kehamilan Etnis Bugis
Pengetahuan ibu hamil, keluarga ibu hamil dan bidan atau dukun adalah segala
sesuatu yang diketahui tentang perawatan kehamilan, kemudian menjadi pendukung
dalam merawat kehamilan. Sebagian besar ibu hamil dan keluarga ibu hamil
mengganggap perawatan kehamilan pada trimester satu tidak perlu dilakukan apa-apa.
Masyarakat Bugis yang masih menyakini dukun bayi sebagai penolong persalinan, pada
awal masa kehamilan atau masa trimester 1 akan mengadakan Makkatenni Sanro,  ritual
tersebut dimaksudkan untuk mempercayakan keselamatan kehamilan pada seorang
dukun, hal ini tentunya dengan persetujuan para keluarga ibu hamil. Sedangkan menurut
bidan pada masa trimester 1 merupakan masa ibu hamil harus banyak-banyak istirahat
dan memenuhi kebutuhan nutrisi bagi kehamilannya. Dalam penelitian Saswita (2011),
pemberian minuman jahe efektif dalam menurunkan mual muntah pada ibu hamil
Trimester I. Mereka menghubungkan kebiasaan makan di setiap Negara dan
memperkirakan bahwa mual muntah yang terjadi pada ibu hamil ada hubungannya
dengan kebiasaan makan.
Pada trimester kedua masih ada ibu hamil yang merasakan ngidam, yang
menyebabkan ibu hamil merasa mual terus dan muntah-muntah. Namun, adapula  yang
mengungkapkan bahwa masa ini rasa mual akan mulai berhenti dan nafsu makan sudah
mulai ada pada bulan ke empat. Pada masa tirmester kedua ibu hamil harus lebih selektif
dalam memilih makanan, posisi plasenta dan kesempurnaan janin sudah mulai dicek,
serta melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tekanan darah di setiap
pemeriksaan yang harus rutin dilaksanakan dalam empat minggu sekali. keluarga ibu
hamil mengajarkan dan mengenalkan pantangan-pantangan kehamilan pada trimester
kedua ini. Ibu hamil juga tidak melakukan upaya perawatan apapun terhadap
kehamilannya. Pemberian berbagai macam pantangan selama ngidam, bertujuan agar ibu
hamil yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang perawatan kehamilan akan
terhindar dari hal-hal yang dapat membahayakan kehamilan.
Dalam masa perkembangan janin trimester ketiga, mengadakan ritual yang
disebut ma’cera wettang. Ritual ini merupakan budaya masyarakat Bugis dalam
kehamilan yang dilaksanakan pada bulan ke tujuh kehamilan atau memasuki trimester
ketiga, masa anggota tubuh janin telah lengkap. Ritual ini dipercaya dapat menjadikan
posisi janin sempurna, persalinan lancar dan tidak ada gangguan dari makhluk-makhluk
halus. Hingga saat ini masyarakat juga masih percaya terhadap bantuan dukun bayi
dalam merawat kehamilannya. Ritual ma’cera wettang dihadiri oleh banyak tamu yang
merupakan keluarga dan kerabat dekat ibu hamil. Para tamu yang berdatangan
memberikan ucapan selamat kepada ibu hamil, setelah pemberian ucapan selamat selesai,
para tamu dipersilahkan untuk menyuguhi hidangan yang tersedia. Proses ma’cera
wettang kemudian dimulai dengan memanggil seorang dukun bayi yang dipercaya dapat
merawat ibu hamil dan bayinya kelak. Dalam proses ma’cera wettang tersebut dukun
menggunakan minyak goreng yang dicampur bawang merah untuk mengurut perut ibu
hamil. Guna ritual tersebut agar anak lahir dengan selamat dan selama kehamilan
terhindar dari gangguan makhluk-makhluk halus. Setelah pengurutan selesai, ibu hamil
ibu hamil dibawa keluar untuk dibacakan sebuah doa yang dipimpin oleh seorang Imam,
pemberian doa ini diikuti oleh seluruh keluarga ibu hamil. Di depan Imam tersebut
diletakkan sebuah dupa-dupa.
keluarga ibu hamil menganjurkan ibu hamil mengonsumsi sayur, buah-buahan,
kacang-kacangan dan susu khusus bagi ibu hamil, meskipun ada yang lebih memilih
makanan yang, manis-manis dan bermacam-macam. Banyaknya makanan pantangan
yang dipercaya bahaya bagi kehamilan mengakibatkan ibu hamil kekurangan nutrisi,
sehingga asupan makanan ibu hamil dibantu dengan mengonsumsi susu ibu hamil seperti
susu kedelai yang memgandung protein yang tinggi, selain itu mengonsumsi sayur, buah-
buahan dan kacang-kacangan dapat menambah nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu hamil.
Saat ini ritual yang masih dijalankan ibu hamil di masyarakat Bugis Bone yaitu
makkatenni sanro dan ma’cera wettang atau makkarawa babua. ritual ma’cera wettang
atau makkarawa babua dilaksanakan pada saat kehamilan memasuki bulan ke tujuh.
Makna dari upacara tersebut bagi masyarakat Bugis adalah dipercaya dapat menjadikan
posisi janin sempurna, persalinan lancar dan tidak ada gangguan dari makhluk-makhluk
halus. Perawatan kehamilan ibu hamil juga tidak terlepas dari bantuan seorang dukun
bayi, sampai saat ini masih banyak masyarakat Bugis yang mempercayakan keselamatan
ibu hamil dan calon bayinya kepada seorang dukun bayi. Selain itu, budaya masyarakat
Bugis juga yang sangat sukar dihilangkan yaitu banyak pantangan yang tidak boleh
dilakukan oleh seorang ibu hamil, baik itu dari makanan maupun hal-hal yang tidak
boleh dilakukan oleh ibu hamil.
Pesan-pesan yang disampaikan oleh orang tua atau keluarga harus dilaksanakan,
seperti halnya pantangan-pantangan pada masa kehamilan, oleh karena apabila hal
tersebut tidak dilakukan, masyarakat menyakini bahwa mereka akan mendapat balasan
yang buruk karena tidak mendengar petuah orang tua atau keluarga, mereka dianggap
berdosa karena tidak mematuhi perintah orang tua. Perawatan kehamilan masyarakat
Bugis terkesan repot untuk dijalankan, karena ada beberapa hal yang dianggap berbahaya
bagi kehamilan. Seperti mengurut yang dapat membahayakan tali pusat. Tindakan
mengurut perut ibu hamil, terutama pada masa trimester tiga, tidak dibenarkan dalam
praktik kedokteran/kebidanan yang aman. Indikasi pengurutan hanyalah bila posisi bayi
sungsang, itupun harus dilakukan dengan manuver khusus dan dipantau oleh dokter
spesialis kebidanan (Liwang, 2012).
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Tradisi budaya di Nusantara terkandung nilai – nilai adat istiadat yang merupakan
warisan leluhur. Ada dampak positif dan negatifnya terutama  terhadap kesehatan ibu
dan anak. Bagi seorang bidan yang ditempatkan dipedesaan memiliki banyak tantangan
yang besar dalam mengubah pola kehidupan budaya di masyarakat yang memiliki
dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat. Khususnya mengenai  beberapa
pantangan dan mitos – mitos  yang berkembang di masyarakat khususnya masyarakat
pedesaan yang sangat memegang teguh warisan leluhur tersebut.  Kadangkala bagi
seorang ibu yang sedang hamil terjebak dalam lingkungan  yang menganut budaya
tradisional yang sangat kental akan bingung karena harus mengikuti atau
meninggalkanya. Namun kita tidak harus meninggalkan semua budaya tersebut.
Ambillah hal – hal positif yang yang tidak merugikan bagi ibu hamil tersebut. Jangan
lupakan periksa teratur selama kehamilan baik pada dokter maupun bidan agar mendapat
bimbingan yang benar dalam menjaga kesehatan selama kehamilan dan bisa terdeteksi
mulai dini jika ada masalah – masalah yang terjadi.
Daftar pustaka

Hesty, Muh Arsyad Rahman, Suriah. Konsep Perawatan Ibu Kehamilan etnis Bugis pada ibu
hamil di desa Buareng kecamatan Kajuara kabupaten Bone.2013.www.
Repository.unhas.ac.id.di akses pada tanggal 14 Desember 2015 pukul 20.00

Chriswardani Suryawati.2007.Faktor Sosial budaya dalam praktik perawatan kehamilan,


persalinan dan pasca persalinan ( studi di kecamatan Bangsari kabupaten Jepara ).www.
Ejournal.undip.ac.id.di akses pada tanggal 14 Desember 2015 pukul  20.15

Anda mungkin juga menyukai