Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
rangkuman materi yang berjudul “Perlawanan Rakyat Aceh Vs Portugis Dan VOC”.
Rangkuman materi ini telah di susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pustaka sehingga dapat memperlancar pembuatan rangkuman
ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
susunan rangkuman materi ini.
Akhir kata kami berharap semoga rangkuman materi ini dapat memberikan
manfaat maupun pengetahuan terhadap pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia bagian barat. Karena letaknya berada pada pantai selat Malaka, maka
daerah ini penting pula dilihat sebagai jalur perdagangan Internasional, Aceh banyak
menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. oleh karena itu, banyak bangsa
asing berambisi untuk menduduki daerah ini, dan membawa dampak Aceh banyak
didatangi oleh berbagai bangsa Asing dengan bermacam motif dan kepentingan baik
politis, maupun ekonomis. Bangsa Asing yang menduduki Aceh pada tahun 1511
perlawanan dari Rakyat Aceh dan berusaha mengusir Portugis dari Malaka.
komisaris pemerintah yang merangkap wakil presiden Dewan Hindia Belanda F.N.
dan Inggris dalam tahun 1871, yang antara lain “memberi kebebasan kepada
kewajiban lagi bagi Belanda untuk menghormati hak dan kedaulatan Aceh yang
PEMBAHASAN
Pasukan kavaleri dilengkapi dengan kuda-kuda dari Persia, bahkan Aceh juga
menyiapkan pasukan gajah dan milisi infanteri. Sementara itu untuk mengamankan
wilayahnya yang semakin luas meliputi Sumatera Timur dan Sumatera Barat,
ditempatkan para pengawas di jalur-jalur perdagangan.Para pengawas itu
ditempatkan di pelabuhan-pelabuhan penting seperti di Pariaman. Para pengawas itu
umumnya terdiri para panglima perang. Setelah mempersiapkan pasukannya, pada
tahun 1629 Iskandar Muda melancarkan serangan ke Malaka. Menghadapi serangan
kali ini Portugis sempat kewalahan. Portugis harus mengerahkan semua kekuatan
tentara dan persenjataan untuk menghadapi pasukan Iskandar Muda. Namun,
serangan Aceh kali ini juga tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka. Hubungan
Aceh dan Portugis semakin memburuk. Bentrokan-bentrokan antara kedua belah
pihak masih sering terjadi, tetapi Portugis tetap tidak berhasil menguasai Aceh dan
begitu juga Aceh tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka. Yang berhasil
mengusir Portugis dari Malaka adalah VOC pada tahun 1641.
Rakyat Aceh dan para pemimpinnya selalu ingin memerangi kekuatan dan
dominasi asing, oleh karena itu, jiwa dan semangat juang untuk mengusir Portugis
dari Malaka tidak pernah padam. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda
(1607-1639), semangat juang mempertahankan tanah air dan mengusir penjajahan
asing semakin meningkat. Iskandar Muda adalah raja yang gagah berani dan bercita-
cita untuk mengenyahkan penjajahan asing, termasuk mengusir Portugis dari Malaka.
Iskandar Muda berusaha untuk melipatgandakan kekuatan pasukannya. Angkatan
lautnya diperkuat dengan kapal-kapal besar yang dapat mengangkut 600-800 prajurit.
Pasukan kavaleri dilengkapi dengan kuda-kuda dari Persia, bahkan Aceh juga
menyiapkan pasukan gajah dan milisi infanteri.
Perang Aceh
Tahun 1873 pecah perang Aceh melawan Belanda. Perang Aceh disebabkan
karena:
1. Belanda menduduki daerah Siak. Akibat dari perjanjian Siak 1858. Di mana
Sultan Ismail menyerahkan daerah Deli, Langkat, Asahan dan Serdang kepada
Belanda, padahal daerah-daerah itu sejak Sultan Iskandar Muda ada di bawah
kekuasaan Aceh.
2. Belanda melanggar Siak, maka berakhirlah perjanjian London (1824). Di mana
isi perjanjian London adalah Belanda dan Inggris membuat ketentuan tentang
batas-batas kekuasaan kedua daerah di Asia Tenggara yaitu dengan garis
lintang Sinagpura. Keduanya mengakui kedaulatan Aceh.
3. Aceh menuduh Belanda tidak menepati janjinya, sehingga kapal-kapal Belanda
yang lewat perairan Aceh ditenggelamkan Aceh. Perbuatan Aceh ini disetujui
Inggris, karena memang Belanda bersalah.
4. Dibukanya Terusan Suez oleh Ferdinand de Lesseps menyebabkan perairan
Aceh menjadi sangat penting untuk lalulintas perdagangan.
5. Dibuatnya Perjanjian Sumatera 1871 antara Inggris dan Belanda, yang isinya,
Inggris memberika keleluasaan kepada Belanda untuk mengambil tindakan di
Aceh. Belanda harus menjaga keamanan lalulintas di Selat Sumatera. Belanda
mengizinkan Inggris bebas berdagang di Siak dan menyerahkan daerahnya di
Guinea Barat kepada Inggris.
6. Akibat perjanjian Sumatera 1871, Aceh mengadakan hubungan diplomatik
dengan Konsul Amerika, Italia, Turki di Singapura. Dan mengirimkan utusan ke
Turki 1871.
7. Akibat hubungan diplomatik Aceh dengan Konsul Amerika, Italia dan Turki di
Singapura, Belanda menjadikan itu sebagai alasan untuk menyerang Aceh.
Wakil Presiden Dewan Hindia Frederik Nicolaas Nieuwenhuijzen dengan 2 kapal
perangnya datang ke Aceh dan meminta keterangan dari Sultan Machmud Syah
tengtang apa yang sudah dibicarakan di Singapura itu, tetapi Sultan Machmud
menolak untuk memberikan keterangan.
Ekspedisi kedua di bawah pimpinan Jenderal Jan van Swieten berhasil merebut
istana sultan. Ketika Sultan Machmud Syah wafat pada tanggal 26 Januari 1874,
digantikan oleh Tuanku Muhammad Dawood yang dinobatkan sebagai sultan Aceh di
mesjid Indrapuri. Pada 13 Oktober 1880. Pada masa perang dengan Belanda,
Kesultanan Aceh meminta bantuan kepada perwakilan Amerika Serikat di Singapura
yang disinggahi Panglima Tibang Muhammad dalam perjalanannya menuju
Pelantikan Kaisar Napoleon III dari Perancis. Aceh juga mengirim Habib Abdurrahman
azh-Zhahir untuk meminta bantuan kepada Kalifah Usmaniyah. Namun Turki Utsmani
kala itu sedang menghadapi invasi rusia yang mencaplok kawasanya seperti
uzbekistan dan lain-lain. Sedangkan Amerika Serikat menolak campur tangan dalam
urusan Aceh dan Belanda.
Perang kembali berkobar pada tahun 1883. Pasukan Belanda berusaha
membebaskan para pelaut Britania Raya yang sedang ditawan disalah satu wilayah
kekuasaan Kesultanan Aceh, dan menyerang kawasan tersebut. Sultan Aceh
menyerahkan para tawanan dan menerima bayaran yang cukup besar sebagai
gantinya. Sementara itu, Menteri Perang Belanda, August Willem Philip Weitzel,
kembali menyatakan perang terbuka melawan Aceh. Belanda kali ini meminta
bantuan para pemimpin setempat, di antaranya Teuku Umar. Teuku Umar diberikan
gelar panglima perang besar dan pada 1 Januari 1894 bahkan menerima dana
bantuan Belanda untuk membangun pasukannya. Ternyata dua tahun kemudian
Teuku Umar malah menyerang Belanda dengan pasukan baru tersebut. Dalam
perang gerilya ini Teuku Umar bersama Panglima Polem dan Sultan terus tanpa
pantang mundur. Tetapi pada tahun 1899 ketika terjadi serangan mendadak dari
pihak Van Der Dussen di Meulaboh Teuku Umar gugur. Tetapi Cut NyaK Dhien, istri
Teuku Umar tampil menjadi komandan perang gerilya.
Pada tahun 1892 dan 1893, pihak Belanda menganggap bahwa mereka telah
gagal merebut Aceh. Dr. Christiaan Snouck Hurgronje, seorang ahli Islam dari
Universitas Leiden yang telah berhasil mendapatkan kepercayaan dari banyak
pemimpin Aceh, kemudian memberikan saran kepada Belanda agar serangan mereka
diarahkan kepada para ulama, bukan kepada sultan. Saran ini ternyata berhasil. Dr
Snouck Hurgronye yang menyamar selama 2 tahun di pedalaman Aceh untuk meneliti
kemasyarakatan dan ketatanegaraan Aceh. Hasil kerjanya itu dibukukan dengan judul
Rakyat Aceh (De Atjehers). Dalam buku itu disebutkan rahasia bagaimana untuk
menaklukkan Aceh.
Sultan Muhammad Daudsyah akhirnya terpaksa meyerahkan diri kepada Belanda
pada tahun 1903 setelah dua istrinya, anak serta ibundanya terlebih dahulu ditangkap
oleh Belanda (Belanda menggunakan strategi licik dengan menekan/menangkap
keluarga sultan/pejuang Aceh untuk melemahkan perjuangan mereka). setelah
penyerahan diri sultan, perjuangan mempertahankan kedaulatan Aceh dilanjutkan
oleh Teungku Chik Di Tiro Muhammad Saman setelah mendapat mandat sebagai wali
nanggroe dari sultan Muhammad Daudsyah sebelum menyerahkan diri. 1904.
Strategis licik penculikan anggota keluarga Pejuang/teuntara Aceh, Misalnya
Christoffel menculik permaisuri Sultan dan Tengku Putroe (1902). Van der Maaten
menawan putera Sultan Tuanku Ibrahim. Akibatnya, usaha VOC untuk berdagang dan
menguasai pelabuhan-pelabuhan penting di Aceh tidak berhasil, karena Sultan
Iskandar Muda cukup tegas. Ia selalu mempersulit orang-orang barat untuk
berdagang di wilayahnya.
Karena merasa kesulitan mendapatkan ijin berdagang, maka para pedagang
Inggris dan Belanda mencoba melaksanakan perdagangan Inggris dan Belanda
mencoba melaksanakan perdagangan gelap atau penyelundupan. Usaha itupun tidak
berhasil, karena armada Aceh selalu siaga menjaga setiap pelabuhan di wilayahnya.
Pada akhir pemerintahan Sultan Iskandar muda, Aceh mulai surut. Hal itu akibat
kekalahan Perlawanan Aceh terhadap Portugis di Malaka. Oleh karena itu, Aceh
membutuhkan banyak beaya untuk membangun armadanya kembali. Maka dengan
sangat terpaksa, Aceh memberi ijin kepada VOC untuk berdagang di wilayahnya.
Dalam pelaksanaannya, VOC tetap mengalami kesulitan. Pada tahun 1641 VOC
merebut Malaka dari tangan Portugis. Sejak itu VOC berperan penting di Selat
Malaka. Akibatnya peranan Aceh di selat tersebut makin berkurang.
Perang Aceh ialah perang Kesultanan Aceh melawan Belanda dimulai pada 1873
sampai 1904. Kesultanan Aceh menyerah pada 1904, tapi perlawanan rakyat Aceh
dengan perang gerilya terus berlanjut. Pada tanggal 26 Maret 1873 Belanda
menyatakan perang kepada Aceh, & mulai melepaskan tembakan meriam ke daratan
Aceh dari kapal perang Citadel van Antwerpen. Pada 8 April 1873, Belanda mendarat
di Pantai Ceureumen di bawah pimpinan Johan Harmen Rudolf Köhler, & langsung
bisa menguasai Masjid Raya Baiturrahman. Köhler saat itu membawa 3. 198 tentara.
Sebanyak 168 di antaranya para perwira.
Belanda menduduki daerah Siak. Akibat dari Perjanjian Siak 1858. Di mana Sultan
Ismail menyerahkan daerah Deli, Langkat, Asahan & Serdang kepada Belanda,
padahal daerah-daerah itu sejak Sultan Iskandar Muda, berada di bawah kekuasaan
Aceh. Belanda melanggar perjanjian Siak, maka berakhirlah perjanjian London tahun
1824. Isi perjanjian London ialah Belanda & Britania Raya membuat ketentuan tentang
batas-batas kekuasaan kedua daerah di Asia Tenggara yaitu dengan garis lintang
Singapura. Keduanya mengakui kedaulatan Aceh.
Untuk mengalahkan pertahanan & perlawan Aceh, Belanda memakai tenaga ahli
Dr. Christiaan Snouck Hurgronje yg menyamar selama 2 tahun di pedalaman Aceh
untuk meneliti kemasyarakatan & ketatanegaraan Aceh. Hasil kerjanya itu dibukukan
dengan judul Rakyat Aceh [De Acehers]. Dalam buku itu disebutkan strategi
bagaimana untuk menaklukkan Aceh. Usulan strategi Snouck Hurgronje kepada
Gubernur Militer Belanda Joannes Benedictus van Heutsz adalah, supaya golongan
Keumala [yaitu Sultan yg berkedudukan di Keumala] dengan pengikutnya
dikesampingkan dahulu.
Taktik perang gerilya Aceh ditiru oleh Van Heutz, dimana dibentuk pasukan
maréchaussée yg dipimpin oleh Hans Christoffel dengan pasukan Colone Macan yg
telah mampu & menguasai pegunungan-pegunungan, hutan-hutan rimba raya Aceh
untuk mencari & mengejar gerilyawan-gerilyawan Aceh. Taktik berikutnya yg dilakukan
Belanda ialah dengan cara penculikan anggota keluarga gerilyawan Aceh. Misalnya
Christoffel menculik permaisuri Sultan & Tengku Putroe [1902].
Van der Maaten menawan putera Sultan Tuanku Ibrahim. Akibatnya, Sultan
menyerah pada tanggal 5 Januari 1902 ke Sigli & berdamai. Van der Maaten dengan
diam-diam menyergap Tangse kembali, Panglima Polim dapat meloloskan diri, tetapi
sebagai gantinya ditangkap putera Panglima Polim, Cut Po Radeu saudara
perempuannya & beberapa keluarga terdekatnya. Akibatnya Panglima Polim
meletakkan senjata & menyerah ke Lhokseumawe pada Desember 1903.
PENUTUP
Kesimpulan
Akibat adanya kesewenang – wenangan Bangsa Barat khusnya Portugis dan VOC,
timbullah perlawanan dari rakyat pribumi untuk mengusir dan menghapus segala
bentuk kejahatan, kesewenang – wenangan, dan penjajahan yang tidak
berperikemanusiaan tersebut.
Saran
Kita sebagai manusia generasi selanjutnya yang telah bebas dari penjajahan
seharusnya selalu menjaganya. Lakukan apa yang terbaik untuk persatuan dan
kesatuan Indonesia. Karena dengan menjaga persatuan Indonesia, kita telah
menghormati perjuangan mereka.
RANGKUMAN MATERI
SEJARAH
SEJARAH PERKEMBANGAN KOMPUTER
Oleh ;
FADEL MUHAMMAD
“ KELAS X1 MIPA 2 “
TAHUN
2021