Kerajaan Demak
a. Sejarah Berdirinya
Berdirinya Demak tidak terlepas dari mundurnya kekuasaan Majapahit. Demak adalah bekas daerah
kekuasaan Majapahit yang dipegang oleh Raden Patah. Demak terletak di pesisir laut jawa sehingga
mendapatkan pengaruh Islam dari para pedagang Gujarat.
Majapahit pasca Hayam Wuruk mengalami kemunduran. Hal ini membuat pengawasan kepada daerah
kekuasaan berkurang sehingga Raden Patah beserta para Adipati yang telah terpengaruh Islam, bersama-
sama mendirikan kerajaan Demak. Kerajaan Demak sendiri yang mengakhiri kekuasaan Majapahit dan
pengaruh Hindu/Budha di Indonesia.
b. Kehidupan Politik
Raja-raja Majapahit yaitu :
1. Raden Patah
Menurut Babad Tanah Jawi, Raden Patah adalah keturunan raja terakhir kerajaan Majapahit yaitu Raja
Brawijaya V. Raden Patah adalah pendiri kerajaan Demak yang notabene adalah kerajaaan Islam
pertama di Jawa. Setelah Majapahit dikalahkan, ibu kota dipindahkan ke Demak. Hal ini menandakan
bahwa Demak adalah ahli waris dari kerajaan Majapahit, dan berhak atas daerah jajahan Majapahit.
Peristiwa penting pada masa pemerintahan Raden Patah adalah saat Demak menyerang Malaka. Tahun
1511 Malaka dikuasai Portugis dan Demak ingin merebut Malaka (1953). Serangan dipimpin anaknya
Dipati Unus namun gagal, meski demikian karena keberaniannya, Dipati Unus dijuluki Pangeran Sabrang
Lor (Pangeran yang pernah menyebrang ke utara).
2. Dipati Unus
Kekuasaannya hanya 3 tahun. Setelah wafatnya terajadi perebutan kekuasaan diantara kedua adiknya
yaitu Pangeran sekar sedo Lepen dan Pangeran Trenggono. Akhirnya yang menang Trenggono dan Ia
diangkat menjadi Sultan Demak baru.
3. Sultan Trenggono
Pada masanya Demak mencapai masa kejayaan dan demak menjadi pusat penyebaran agama Islam di
Indonesia. Berikut ini adalah usaha yang dilakukan Sultan Trenggono dalam membangun Demak :
Mengangkat Fatahillah (Sunan Gunung Jati) untuk dijadikan Panglima Kerajaan Demak.
Mengirim Fatahillah (Sunan Gunung Jati) untuk menduduki Jawa Barat sekaligus menyebarkan
agama Islam di sana. Banten, Cirebon, dan Sunda Kelapa dapat dikuasai. Disini sejarah Jakarta
dimulai dimana Sunda Kelapa diubah menjadi Jayakarta dan Fatahillah sendiri diangkat menjadi Raja
di Cirebon.
Melakukan perkawinan politik. Sultan Trenggana menikahkan putrinya dengan Bupati Madura
(Pangeran Langgar), dan juga sekaligus Jaka Tingkir (putra Bupati Pengging).
Menaklukkan Pasuruan sebagai pusat perdagangan di Jawa Timur.
Mendirikan Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan.
Pasca wafatnya Sultan Trenggana, Demak mengalami kemunduran. Banyak kadipaten yang melepaskan
diri dan perebutan kekuasaan antara pewaris kekuasaan. Perebutan terjadi antara Aria Penangsang
dengan Pangeran Prawata. Akhirnya kekuasaan jatuh ke tangan Aria Penangsang dan para bangsawan
Demak menyingkir ke Jepara di bawah Ratu Kalinyamat. Akhirnya Aria Penangsang dapat dibunuh dan
kekuasaan Demak kembali dipegang bangsawan Demak. Disini ibukota Demak dipindahkan ke Pajang.
c. Kehidupan ekonomi
Kerajaan demak sangat mengandalkan perdagangan laut terlihat dari usaha mereka menyerang Portugis di
Malaka dan mengusir Portugis dari Sunda Kelapa dan Banten oleh Fatahillah. Selain itu wilayah Demak yang
subur menyebabkan Demak juga mengandalkan kehidupan agraris sehingga banyak rakyat Demak yang
menjadi petani.
d. Kehidupan Sosial Budaya
Kebudayaan yang terkenal adalah Masjid Demak dimana tiang penyangga utama dibuat dari kumpulan sisa-
sisa kayu bekas pembangunan masjid sendiri (tatal). Dan Maasjid ini menjadi perlambang akulturasi budaya
Islam dan Indonesia terlihat dari atap Masjid yang berbentuk kuncup atau Meru (ujung gunung). Selain itu
ada Sunan Kalijaga yang meletakkan dasar-dasar perayaan Sekaten di Demak (sekarang Sekatan dirayakan
setiap tahun di Kraton Jogja dan Kasunanan Solo).
Kerajaan Banten
a. Sejarah Berdirinya
Banten menjadi sebuah kerajaan setelah Demak melakukan penaklukkan ke Jawa Barat, dan tokohnya
adalah Fatahilah. Fatahilah akhirnya mendapat kuasa untuk memerintah di Banten. Banten menjadi sebuah
kerajaan besar di Selat Sunda karena Malaka dikuasai oleh Portugis.
Kekuasaan Fatahilah tidak lama, Ia menyerahkan pemerintahan kepada Hasanuddin anaknya. Alasannya
Fatahilah kembali ke tugas yaitu meluas wilayah Demak sekaligus menyebarkan agama Islam. Fatahilah
kemudian mendirikan Kesultanan Cirebon dan menguasai Sunda Kelapa (kemudian diubah menjadi
Jayakarta). Fatahilah sendiri akhirnya meninggal di bukit gunung jati, Cirebon dan dari tempat itu Fatahilah
dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati.
b. Kehidupan Politik
Raja-Raja yang memerintah :
1. Hasanuddin
Raja pertama Banten, tetapi saat itu masih di bawah penguasaan Demak. Saat itu Demak lagi mengalami
kekacauan pasca meninggalnya sultan Trenggana. Hal ini dimanfaatkan Hasanuddin untuk melepasakan
Banten dari Demak. Sejak itu Banten menjadi kerajaan yang bercorak Islam.
2. Maulana Yusuf
Pasca meninggalnya Hasanuddin, Banten dipegang oleh Maulana Yusuf. Ia memperluas wilayahnya ke
pedalaman dan Ia berhasil menghancurkan Pajajaran (kerajaan Hindu terakhir di Jawa Barat). Ia sangat
memperhatikan kerajaan dan juga meningkatkan pertanian.
3. Maulana Muhammad
Setelah meninggal terjadi perebutan kekuasaan (kerabat yang tinggal di Istana Kalinyamat dengan
pembesar kerajaan Banten). Akhirnya kerabat tersebut dipukul mundur dan kekuasaan dipegang
anaknya yang masih 9 tahun dengan gelar Ratu Banten di bawah wali mangkubumi.
4. Abdulmufakir
Maulana Muhammad meninggal setelah berusaha menaklukkan Palembang. Lagi-lagi Rajanya masih
masih muda yaitu Abdulmufakir. Di dalam menjalankan pemerintah Abdulmufakir dibantu
Ranamenggala. Pada masanya Belanda mulai masuk dibawah pimpinan Cornelis de Houtman dan
akhirnya membuat kantor dagang VOC di Banten.
5. Sultan Ageng Tirtayasa
Pada masa kepemimpinannya VOC mulai melakukan monopoli dagang rempah-rempah. Hal ini
dikarenakan letak Banten sangat strategis yaitu di Selat Sunda dan memiliki komoditi utama yaitu lada.
Tetapi dalam melaksanakan monopoli, VOC mendapatkan tantangan dari Sultan Ageng Tirtayasa. Beliau
berusaha menutup jalur perdagangan VOC di Banten, tetapi VOC melawan dengan menggunakan taktik
adu domba. Sultan Ageng Tirtayasa diadudomba dengan anaknya yaitu Sultan Haji. Hal ini menyebabkan
Sultan Ageng Tirtayasa terpaksa melepas kekuasaannya dan VOC dapat leluasa memonopoli
perdagangan rempah-rempah.
c. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial di Banten sangat beraneka ragam karena banyaknya bangsa yang masuk untuk berdagang.
Misalnya muncul kampung keling (India), kampung Arab, kampung cina, dll. Selain itu ada Masjid Agung
Banten yang memiliki keunikan yaitu ada menara masjid Banten yang berarsitekturkan Eropa rancangan
oleh Lucazon Cardeel dan bangunan Masjid berbentuk Meru (kebudayaan local Indonesia)
Selain itu ada kelompok masyarakat yang disebut Pasundan Kawitan dikarenakan mereka tidak mau
mengikuti kebudayaan Islam dan lebih memilih menyingkir ke pedalaman.
Kerajaan Makassar berdiri pada abad ke-16 Masehi yang awalnya terdiri atas dua kerajaan yaitu kerajaan Gowa
dan Tallo, Kemudian keduanya bersatu dibawah pimpinan raja Gowa yaitu Daeng Manrabba. Setelah
menganut agama Islam Ia bergelar Sultan Alauddin. Sedangkan Raja Tallo sendiri yaitu Karaeng Mattoaya yang
bergelar Sultan Abdullah, Bersatunya kedua kerajaan ini bersamaan dengan tersebarnya agama Islam di
Sulawesi Selatan.
Awalnya Upaya penyebaran agama Islam dari Jawa ke Makassar tidak banyak membawa hasil. Demikian pula
usaha Sultan Baabullah dari Ternate yang mendorong penguasa Gowa-Tallo agar memeluk agama Islam. Islam
baru dapat berpijak kuat di Makassar berkat upaya Datok Ri bandang yaitu pedagang dari Minangkabau.
Pada tahun 1650, Penguasa Gowa dan Tallo memeluk agama Islam. Dalam perjalanannya kerajaan masing-
masing, dua kerajaan bersaudara ini dilanda peperangan bertahun-tahun. Hingga kemudian pada masa Gowa
dipimpin Raja Gowa X, Kerajaan Tallo mengalami kekalahan. Kedua kerajaan kembar itu pun menjadi satu
kerajaan dengan kesepakatan “Rua Karaeng se’re ata” (dua raja, seorang hamba). Kerajaan Gowa dan Kerajaan
Tallo ini akhirnya meleburkan Pusat pemerintahan dari Kerajaan Makassar terletak di Sombaopu.
B. Kehidupan Kerajaan
Letak kerajaan Makassar sangat strategis karena berada di jalur lalu lintas pelayaran antara Malak dan Maluku.
Letaknya yang sangat strategis itu menarik minat para pedagang untuk singgah di pelabuhan Sombaopu. Dalam
waktu singkat, Makassar berkembang menjadi salah satu Bandar penting di wilayah timur Indonesia. Dengan
letaknya yang strategis ini, Makassar menjadi Pelabuhan transito (penghubung antara Indonesia barat dengan
timur).
Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan peperangan
yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap VOC yang dibantu oleh Kerajaan Bone yang
dikuasai oleh satu wangsa Suku Bugis dengan rajanya Aru Palakka. Perang Makassar bukanlah perang antarsuku
karena pihak Gowa memiliki sekutu dari kalangan Bugis; demikian pula pihak Belanda-Bone memiliki sekutu
orang Makassar. Perang Makassar adalah perang terbesar VOC yang pernah dilakukannya di abad ke-17. Perang
ini menyebabkan Sultan Hasanuddin harus mengakui keberadaan VOC dengan disahkannya Perjanjian Bongaya.
Perjanjian ini berisi : kekuasaan Kerajaan diserahkan kepada Arupalaka, VOC berhak mendirikan benteng yang
disebut fort roterdam dan VOC berhak menguasai perdagangan di Makassar.