Anda di halaman 1dari 15

Kesultanan Demak dan

Kesultanan Mataram
Kelompok 3 Sejarah
Anggota Kelompok
3:
- Arya Tahma
- Tasya Hanifah Hariska Nst
- Kayla Khairu Anindita
- Risky Khasanah Lubis
- Gihon Noven Arianju Hutabarat
- Nauval Raffi simbolon
01
Kesultanan Demak
Sejarah Kesultanan Demak
Pada abad ke-15 sebelum Masehi, Indonesia sedang berada pada masa transisi. Jadi
pada masa itu sedang terjadi transisi dari agama Hindu-Buddha menjadi Islam ditandai
dengan runtuhnya Kerajaan Majapahit. Salah satunya dengan munculnya Kerajaan Demak
sebagai kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.
Pada awalnya Kerajaan ini merupakan sebuah daerah bernama Bintoro atau
Gelagahwangi, yang merupakan salah satu daerah kekuasaan Majapahit. Raden Patah yang
merupakan anak raja terakhir Majapahit memiliki dukungan dari Wali Songo dan karena
daerah kekuasaannya strategis akhirnya para Wali Songo menyarankan Raden Patah untuk
mendirikan Kerajaan Demak sebagai kerajaan islam dan memisahkan diri seutuhnya dari
Kerajaan Majapahit.
Akhirnya dengan dukungan dan kekuatan yang dikumpulkannya, Raden Patah
berhasil mengalahkan Kerajaan Majapahit. Bisa dikatakan kalau berdirinya Kerajaan ini
nggak lepas dari campur tangan Wali Songo yang memberi dukungan penuh ke Raden
Patah untuk mendirikan Kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa, yaitu Kerajaan Demak.
Mulai saat itulah peradaban Islam berkembang pesat.
Lokasi Kesultanan Demak
Letak Kerajaan Demak di tinjau dari
sisi geografisnya berada di daerah Jawa
Tengah. Ibukota Kerajaan Demak terletak di
Bintara/Bintoro.
Pada Tahun 1515-1546 wilayah
Kerajaan Demak melebar ke Pulau Jawa
bagian barat, Selain pulau Jawa jangkauan
kekuasaan Demak juga hingga ke Jambi,
Palembang dan Bangka.
Kehidupan Politik Demak
Dimulai dari pendirinya yakni Raden Patah yang mendapat gelar Senapati Jumbung
Ngabdurrahman Panembahan Sayidin Panatagama kerajaan ini dibawah pimpinannya.
Sistem kerajaan kesultanan atau menganut Agama Islam. Setelah Raden Patah wafat
digantikan oleh Pati Unus yang dulunya merupakan seorang panglima armada laut
Kerajaan Demak.
Dengan keberaniannya, Pati Unus menyerang Portugis walaupun misinya gagal
beliau tetap mendapatkan julukan Pangeran Sebrang Lor karena keberaniannya tersebut.
Setelah Pati Unus wafat kemudian digantikan oleh Sultan Trenggana, dan dibawah
kepemimpinan beliaulah Kerajaan Demak mengalami puncak kejayaan.
Kehidupan Ekonomi Demak
Sistem ekonomi kerajaan tersebut bercorak agraris maritim sehingga masyarakat banyak yang menjadi petani
dan nelayan. Demak memiliki daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras

Menjadi salah satu pelabuhan terbesar di Nusantara, Demak memagang peranan yang penting dalam berbagai
aktivitas perekonomian antarpulau.

Hal itu juga ditunjang dari daerah pertanian yang lumayan luas dan menjadi sumber penghasilan bahan
makanan seperti beras dan lainnya. Hal ini juga membuat aktivitas perdagangan semakin meningkat. Barang
yang diekspor yaitu Lilin, Madu dan Beras.

Diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan Jepara. Melalui aktivitas tersebutlah kerajaan demak mendapat
keuntungan sangat besar.
Kehidupan Sosial dan Budaya Demak

Dalam kehidupan sosial dan budaya, kerajaan


ini sudah hidup dengan tentram dan teratur.
Roda kehidupan diatur dengan menggunakan
hukum Islam sebab pada dasarnya Demak
merupakan tempat berkumpulnya para Wali
Songo yang menyebarkan islam di pulau Jawa.
Salah satu peninggalan berharga kerajaan
Demak adalah bangunan Masjid Agung Demak
yang terletak di alun-alun Demak.
02
Kesultanan
Mataram
Sejarah Kesultanan Mataram

Kerajaan Mataram Islam yang dapat juga disebut sebagai kesultanan Mataram
merupakan salah satu dari beberapa kerajaan islam di tanah jawa yang berdiri di sekitar
abad ke-16. Kerajaan Mataram merupakan hadiah pemberian dari Sultan Hadiwijaya
untuk Ki Ageng Pamanahan sebab jasanya yang telah mampu mengalahkan Arya
Penangsang di Jipang Panolan.
Kemudian, Ki Ageng Pamanahan yang merupakan ayah dari Panembahan Senapati
atau Danang Sutawijaya membangun tanah tersebut menjadi desa yang makmur. Peran
selanjutnya setelah beliau meninggal yakni diteruskan oleh putranya yang bernama
Danang Sutawijaya.
Dimana pada masa kepemimpinan Danang Sutawijaya, ia berani berontak dengan
pemerintahan Sultan Pajang yang masih dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya. Perang yang
terjadi berhasil dimenangkan oleh pihak Mataram.Sehingga kemenangan dari kerajaan
tersebut berhasil menggoyahkan kesultanan Pajang dan menjadi kekuasaan Mataram yang
semakin kuat.
Lokasi Kesultanan Mataram
Kerajaan Mataram Islam yang dalam
bahasa Jawa juga disebut sebagai Nagari
Kasultanan Mataram merupakan kerajaan
Islam terakhir di pulau Jawa dengan pusat
pemerintahannya berada di wilayah
Kuthagedhe, Kota Jogja, Daerah Istimewah
Yogyakarta (DIY).
Kehidupan Politik Mataram
Sebagai pendiri dan raja pertama Kerajaan Mataram Islam, Sutawijaya menghadapi
banyak rintangan, terutama dari bupati di pantai utara Jawa yang dulunya tunduk kepada
Pajang.
Mereka terus melakukan pemberontakan karena ingin melepaskan diri dari Pajang
dan menjadi kerajaan yang merdeka. Kendati demikian, Sutawijaya tetap berhasil
melakukan perluasan wilayah hingga berhasil menduduki seluruh wilayah Jawa Tengah
dan Jawa Timur.
Kesultanan Mataram mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan
Agung (1613-1645 M). Di bawah kekuasaannya, Mataram sempat beberapa kali
melakukan penyerangan ke Batavia untuk memerangi VOC. Selain itu, wilayah kekuasaan
Mataram hampir meliputi seluruh Pulau Jawa.
Kehidupan Ekonomi Mataram
Kerajaan Mataram Islam berada di pedalaman tanah Jawa, sehingga kondisi perekonomian waktu itu banyak
mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber utamanya.

Basis utama pertanian tersebut berada di Jawa bagian tengah dengan komoditas utamanya yang berupa beras.
Dan pada abad ke-17, Kerajaan Mataram mampu menjadi pengeskpor beras terbesar yang ada di Nusantara.

Selain betumpu pada sektor pertanian, Kerajaan Mataram Islam juga sukses dalam sektor perdagangan
dengan komoditas utama berupa palawija dan juga beras.

Terdapat ciri kehidupan dari kerajaan Mataram islam yaitu menganut sistem feodal yang berdasar atas sistem
agraris.
Kehidupan Sosial dan
Budaya Mataram
Pada masa pertumbuhan dan berkaitan dengan masa pembangunan, maka Sultan
Agung melakukan usaha-usaha antara lain untuk meningkatkan daerah-daerah persawahan
dan memindahkan banyak para petani ke daerah Krawang yang subur. Atas dasar
kehidupan agraris itulah disusun suatu masyarakat yang bersifat feodal. Para pejabat
pemerintahan memperoleh imbalan berupa tanah garapan (lungguh), sehingga sistem
kehidupan ini menjadi dasar munculnya tuan-tuan tanah di Jawa.
Kebudayaan juga berkembang antara lain seni tari, seni pahat, seni sastra dan
sebagainya. Di samping itu muncul Kebudayaan Kejawen yang merupakan akulturasi
antara kebudayan asli, Hindu, Buddha dengan Islam.
Sekian
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai