a. Keadaan Politik
Kerajaan Perlak didirikan oleh Sultan Alaidin Syeh Maulana Abdul Aziz Shah
pada tahun 840 M. Selanjutnya digantikan oleh Sultan Makhdum Alaidin Malik
Muhammad Amin Shah II Johan (1230-1267 M), Kerajaan Perlak menjalin politik
persahabatan dengan negeri-negeri tetangga. Ia menikahkan Putri Gangga Sari
dengan Raja Samudera Pasai, Sultan Malik as-Saleh. Akhir dari kerajaan Perlak
adalah kerajaan ini bersatu dengan kerajaan Samudera Pasai yang saat itu
dipimpin oleh Muhammad Malik az-Zahir, Putra dari Sultan Malik as-Saleh.
b. Keadaan Ekonomi
Kerajaan memiliki letak yang strategis, yaitu berada di pesisir utara Pulau
Sumatera. Oleh karena itu, perekonomian kerajaan bertumpu pada kegiatan
perdagangan maritim. Penduduk Perlak berdagang dengan bangsa Arab, Persia
dan India. Komoditas perdagangan saat itu sebagian besar adalah hasil pertanian,
perkebunan berupa padi, kelapa dan palawija.
c. Keadaan Sosial-Budaya
Peninggalan budaya Kerajaan Perlak yang masih ada adalah kitab Idharul Haq Fi
Mamlakatil Peureulak karya Abu Ishak Al-Makarani Sulaiman Al-Pasy dan nisan
makam Sultan Alaidin Syeh Maulana Abdul Aziz Shah.
2. Kerajaan Samudera Pasai
a. Keadaan Politik
Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Marah Silu yang bergelar Sultan Malik
as-Saleh. Pada masa pemerintahannya, Samudera Pasai berkembang menjadi
kerajaan maritim yang kuat di Selat Malaka. Setelah Sultan Malik as-Saleh,
Kekuasaan dipimpin oleh Sultan Malik az-Zahir. Pada masa kepemimpinannya
Samudera Pasai bersatu dengan Kerajaan Perlak. Pada masa pemerintahan Sultan
Malik az-Zahir, Kerajaan Samudera Pasai mencapai masa kejayaannya. Setelah
Sultan Malik az-Zahir, kepemimpinan digantikan oleh Sultan Mahmud Malik Al-
Zahir.
b. Keadaan Ekonomi
Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan yang strategis di tepi Selat Malaka.
Samudera Pasai memiliki pelabuhan yang berfungsi sebagai tempat menambah
perbekalan kapal-kapal yang akan berlayar ke Maluku, memperbaiki kapal yang
rusak dan mengumpulkan barang dagangan untuk dijual. Dengan demikian,
kehidupan ekonomi kerajaan Samudera Pasai bertumpu pada sektor maritim yaitu
perdagangan dan pelayaran. Untuk memperlancar aktivitas perdagangan, Kerajaan
Samudera Pasai mengeluarkan Dramas, mata uang emas yang digunakan sebagai
alat tukar.
c. Kehidupan Sosial-Budaya
Samudera Pasai diatur menurut hukum Islam yang memiliki kesamaan dengan
daerah Arab. Samudera Pasai merupakan pusat penyebaran Islam di Sumatera dan
Malaka. Warisan budaya yang masih ada hingga sekarang adalah makam Sultan
Malik as-Saleh.
3. Kerajaan Aceh
a. Keadaan Politik
Kerajaan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Ia berusaha memperluas
wilayah kekuasaannya hingga Sumatera Barat dengan menggunakan pasukan
asing yang terdiri dari orang Turki, Arab dan Ethiopia. Pada masa pemerintahan
Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar, Kerajaan Aceh berniat menaklukan
kekuatan Portugis di Malaka. Oleh karena itu Sultan Alauddin Riayat Syah al-
Kahar membangun pasukan armada laut yang kuat dan bekerjasama dengan
kerajaan Turki Ottoman di Timur Tengah.
Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Iskandar Muda.
Pada masa itu wilayah kekuasaan Kerajaan Aceh meliputi Semenanjung Malaka
dan Sumatera bagian utara dengan armada laut yang kuat.
b. Keadaan ekonomi
Pada abad XVI-XVII kerajaan Aceh merupaka wilayah penghasil lada. Pada saat
itu lada menjadi komoditas yang paling dicari oleh pedagang asing. Kerajaan
Aceh juga menggunakan Dirham sebagai Mata uang.
c. Keadaan Sosial-Budaya
Masyarakat Aceh terbagi atas golongan bangsawan dan golongan ulama. Kedua
golongan ini memperebutkan pengaruh dalam masyarakat.
4. Kerajaan Demak
a. Keadaan Politik
Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah awal abad XVI. Sebagai raja
pertama, Ia berusha membangun kerajaan berdasarkan ukum Islam. Dalam
menjalankan pemerintahan, Raden Patah dibantu oleh putranya yaitu Pati Unus.
Demak mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Trenggono,
pada masa pemerintahannya kekuasaan kerajaan Demak meliputi pesisir utara
pulau Jawa, Kalimantan Barat, Palembang, Jambi dan Banjar.
b. Keadaan Ekonomi
c. Keadaan Sosial-Budaya
Kerajaan Mataram memiliki sistem kerajaan yang baik. Pada masa pemerintahan
Sultan Agung wilayah kekuasaan Mataram dibagi menjadi empat, yaitu
Kutanegara, negara agung, mancanegara dan pasisiran.
b. Keadaan Ekonomi
c. Keadaan Sosial-Budaya
6. Kerajaan Gowa-Tallo
a. Keadaan Politik
b. Keadaan Ekonomi
Pelabuhan Makassar sebagai pusat kekuasaan Gowa-Tallo merupakan
pelabuhan ramai yang dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai bangsa,
Wilayah maritim yang notabene adalah wilayah pantai dan lautan
dimanfaatkan oleh masyarakat di kerajaan-kerajaan untuk melakukan
perdagangan secara global. Perkembangan peradaban masyarakat Indonesia
bertalian erat hubungannya dengan pesisir pantai dan lautan sebagai zona
maritim. Kita akan melihat peradaban yang dibangun melalui jalur
perdagangan. Hal ini dapat terjadi demikian karena masyarakat lepas pantai
umumnya bukan hanya memanfaatkan lautan untuk memenuhi kebutuhan
pangan lautan dengan berprofesi sebagai nelayan, akan tetapi lebih dari itu
pesisir pantai dan lautan dijadikan bandar perdagangan.
Dalam proses perdagangan yang dilakukan secara internasional, selain sarana
pertukaran barang terjadi pula interaksi budaya yang mengakibatkan infiltrasi
budaya luar ke masyarakat lokal. Hal inilah yang menjadikan masyarakat di
daerah pesisir mengalami peradaban yang lebih maju ketimbang wilayah
pedalaman karena menerima kemajuan peradaban lain yang disebabkan
interksi dengan pedagang-pedagan negara-negara lain yang singgah di pantai-
pantai tersebut. Begitu pula di kerajaan Gowa-Tallo yang merupakan
pelabuhan utama yang menjadi tempat singgah dari berbagai bangsa di Eropa,
India, China dan orang-orang Arab, Bangsa Inggris, Portugis, Denmark dan
berbagai bangsa Eropa selain Belanda menjadikan Pelabuhan Makassar
sebagai pelabuhan utama mereka dalam berdagang di kawasan kepulauan
Indonesia bagian Timur, selain itu, faktor kehilangan Malaka bagi Portugis
(setelah direbut VOC tahun 1641) menjadikan Makassar sebagai pusat pos
dagang mereka sebelum kemudian mereka menyambangi kawasan-kawasan di
Timor.
c. Keadaan Sosial-Budaya
Sebagai negara Maritim, sebagian besar masyarakat Makasar yaitu nelayan dan
pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya, bahkan
tak jarang dari mereka yang merantau untuk menambah kemakmuran hidupnya.
Walaupun masyarakat Makasar mempunyai kebebasan berusaha dalam mencapai
kesejahteraan hidupnya, tetapi kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma
adat yang dianggap sakral. Norma kehidupan masyarakat Makasar diatur
berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut PANGADAKKANG. Dan
masyarakat Makasar sangat percaya terhadap norma-norma tersebut. Selain
norma, masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri lapisan
atas yang berarti golongan bangsawan dan keluarganya disebut
“Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to Maradeka” dan
masyarakat bawah yaitu para hamba-sahaya disebut dengan golongan “Ata”.