Anda di halaman 1dari 17

Jelaskan kehidupan politik , sosial budaya , dan ekonomi dari setiap

kerajaan islam yang ada di indonesia ......!!!!!!

JAWAB

1. Kerajaan perlak

#. Kehidupan ekonomi
Kesultanan Perlak dikenal sebagai penghasil kayu perlak. Jenis kayu ini merupakan bahan
baku untuk pembuatan kapal. Selain itu, Perlak juga kaya akan hasil bumi yang turut
bersaing dalam perdagangan internasional di Selat Malaka yaitu lada dengan daerah
penghasil utamanya di Aceh sedangkan Perlak sebagai penguasa di pantai Timur Sumatra.

Hal inilah yang menyebabkan para pedagang yang berasal dari Arab, Mesir, Gujarat, dan
Persia tertarik untuk mendatangi daerah Perlak yang dikenal sebagai pelabuhan niaga yang
sangat maju. Kondisi tersebut membuat sering terjadinya pernikahan campuran antara para
pedagang muslim dengan penduduk setempat. Di samping itu, Perlak juga telah memiliki
mata uang tersendiri. Mata uang tersebut diketahui terbuat dari emas (dirham), perak (
kupang), dan tembaga atau kuningan.

#. Kehidupan politik

Pendiri sekaligus sultan pertama Kerajaan Perlak adalah Sultan Alaiddin Syed
Maulana Abdul Aziz Shah, Ia merupakan keturunan Arab perempun setempat. Ia
merupakan pendiri Kesultanan Perlak pada 1 Muharam 225 H atau 840 M.
Kesultanan Perlak sebenernya merupakan lanjutan dari kerajaan yang berdiri
sebelum kehadiran islam. Pada awalnya datang rombongan 100 orang dari wilayah
Arab dibawah pimpinan seorang Nahkoda Khalifah dengan tujuan untuk berdakwah
sekaligus menyebarkan islam.

Berdasarkan para ahli sejarah, kedatangan para juru dakwah dan pedagang Arab
mendorong sebagian para pemimpin dan penduduk negeri Perlak berkonveksi
menjadi islam. Salah satu anak Nahkoda Khalifah, Ali bin Muhammad bin Ja’far
Shadiq dinikahkan dengan Makhdum Tansyuri, adik dari Syahri Nuwi. Perkawinan
mereka lahirlah Alaiddin Sayyid Maulana Abul Aziaz Syah. Sultan pertama Kerajaan
Perlak yang beragama islam. Beliau kemudian mengubah ibukota yang awalnya
Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah.
Kerajaan Peurleurak mulai terjadi konflik pada masa kekuasaan sultan ketiga yaitu
Sultan Alaiddin Maulana Abbas Syah. Konflik yang terjadi tersebut antara
Ahlussunnah waljama’ah dengan syi’ah. Berdasarkan kronologi, sultan di kesultanan
Perlak dikelompokkan menjadi 2 dinasti yaitu Dinasti Aziziyah dan Dinasti Meurah.

Masa kepemimpinan kedua dinati ini diperkirakan selama empat abad, mulai dari
840 M sampai 1263 M. Dinasti Aziziyah dinggap sebagai dinasti pertama dari raja–
raja kesultanan Perlak. Dinasti Aziziyah berlangsung selama 4 generasi diantaranya,
Sultan Abdul Aziz Syah (840-864); Sultan Abdurrahim Syah (864-888); Sultan Abbas
Syah (888-913) ; Sultan Ali Mughayat Syah (915-918). Makhdum Alaiddin Malik
Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat merupakan raja terakhir Kerajaan Perlak karena
menikahnya Putri Ganggang dengan Sultan Muhammad Malik Al Taher dari Kerajaan
Samudra Pasai, maka kerajaan ini melebur ke dalam Kerajaan Samudra Pasai.

Berikut Nama- nama raja yang pernah memerintah Kerajaan Perlak:

• Sultan Abdul Aziz Syah (840-864)


• Sultan Abdurrahim Syah (864-888)
• Sultan Abbas Syah (888-913)
• Sultan Ali Mughayat Syah (915-918)
• Sultan Abdul Kadir Syah Johan Berdaulat (918-922)
• Sultan Mohammad Amin Syah Johan Berdaulat (922-946)
• Sultan Abdul Malik Syah Johan Berdaulat (946-973)
• Sultan Mahmud Shah (976-988) in Perlak Baroh and Sultan Ibrahim Syah (976-1012)
in Perlak Tunong.
• Sultan Ibrahim Syah (1012-1059)
• Sultan Mansur Syah (1059-1078)
• Sultan Abdullah Syah Johan Berdaulat (1078-1108)
• Sultan Ahmad Syah Johan Berdaulat (1108-1134)
• Sultan Mahmud Syah Johan Berdaulat (1134-1158)
• Sultan Usman Syah Johan Berdaulat (1158-1170)
• Sultan Muhammad Syah Johan Berdaulat (1170-1196)
• Sultan Abdul Jalil Syah Johan Berdaulat (1196-1225)
• Sultan Muhammad Amin Syah (1225-1263)

#. Kehidupan Sosial Budaya

Kerajaan Pereulak merupakan kerajaan Islam tertua di Indonesia dan memerintah dengan
waktu yang cukup lama. Kerajaan Pereulak mengalami kemajuan pesat pada masa
pemerintahan Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II (622-662 H/1225-
1263 M) terutama kemajuan dalam bidang pendidikan Islam dan dan perluasan dakwah
Islamiah. Kekayaan-kekayaan hasil alam dan didukung dengan wilayah yang strategis
membuat kerajaan Pereulak menjadi sangat terkenal. Para pedagang yang berasal dari
Persia, Gujarat dan India sangat tertarik untuk datang ke wilayah Pereulak karena sangat
terkenal sebagai penghasil kayu Pereulak yang dikenal bagus untuk pembuatan kapal.
Dengan kedatangan para pedagang muslim dari berbagai wilayah tersebut, tentunya diiringi
dengan menyebarnya agama Islam di kerajaan Pereulak. Para pedagang tersebut juga
menjadi saluran islamisasi untuk menyebarkan ajaran Islam. Para pedagang tersebut
tentunya membawa perubahan sosial budaya bagi masyarakat Pereulak, misalnya adalah
strategi-strategi perdagangan. Selain itu juga terjadi islamisasi melalui pernikahan antara
para pendatang dengan pribumi sehingga terjadi adanya akulturasi budaya antara
masyarakat Pereulak dengan para pedagang Arab tersebut

Kerajaan Pereulak merupakan kerajaan Islam tertua di Indonesia dan memerintah dengan
waktu yang cukup lama. Kerajaan Pereulak mengalami kemajuan pesat pada masa
pemerintahan Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II (622-662 H/1225-
1263 M) terutama kemajuan dalam bidang pendidikan Islam dan dan perluasan dakwah
Islamiah. Kekayaan-kekayaan hasil alam dan didukung dengan wilayah yang strategis
membuat kerajaan Pereulak menjadi sangat terkenal. Para pedagang yang berasal dari
Persia, Gujarat dan India sangat tertarik untuk datang ke wilayah Pereulak karena sangat
terkenal sebagai penghasil kayu Pereulak yang dikenal bagus untuk pembuatan kapal.
Dengan kedatangan para pedagang muslim dari berbagai wilayah tersebut, tentunya diiringi
dengan menyebarnya agama Islam di kerajaan Pereulak. Para pedagang tersebut juga
menjadi saluran islamisasi untuk menyebarkan ajaran Islam. Para pedagang tersebut
tentunya membawa perubahan sosial budaya bagi masyarakat Pereulak, misalnya adalah
strategi-strategi perdagangan. Selain itu juga terjadi islamisasi melalui pernikahan antara
para pendatang dengan pribumi sehingga terjadi adanya akulturasi budaya antara
masyarakat Pereulak dengan para pedagang Arab tersebut.

2. Kerajaan samudra pasai

#. Kehidupan ekonomi
Kehidupan Eknomi masyakarat Kerajaan Samudera Pasai berkaitan dengan perdagangan dan
pelayaran. Hal itu disebabkan karena letak Kerajaan Samudera Pasai yang dekat dengan Selat
Malaka yang menjadi jalur pelayaran dunia saat itu. Samudra Pasai memanfaatkan Selat Malaka
yang menghubungkan Samudra Pasai — Arab — India — Cina. Samudra Pasai juga menyiapkan
bandar-bandar dagang yang digunakan untuk menambah perbekalan untuk berlayar selanjutnya,
mengurus masalah perkapalan, mengumpulkan barang dagangan yang akan dikirim ke luar
negeri, dan menyimpan barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di Indonesia.

#. Kehidupan politik
Setelah resmi menjadi kerajaan Islam (kerajaan bercorak Islam pertama di Indonesia), Samudera
Pasai berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan pusat studi Islam yang ramai. Pedagang
dari India, Benggala, Gujarat, Arab, Cina serta daerah di sekitarnya banyak berdatangan di
Samudera Pasai.

Samudera Pasai setelah pertahanannya kuat segera meluaskan kekuasaan ke daerah pedalaman,
meliputi Tamiang, Balek Bimba, Samerlangga, Beruana, Simpag, Buloh Telang, Benua, Samudera,
Perlak, Hambu Aer, Rama Candhi, Tukas, Pekan, dan Pasai. Dalam rangka islamisasi, Sultan Malik
al Saleh menikah dengan putri Raja Perlak.

Sultan Malik al Saleh mangkat pada tahun 1297 dan dimakamkan di Kampung Samudera Mukim
Blang Me dengan nisan makam berciri Islam. Jabatan Sultan Pasai kemudian diteruskan oleh
putranya, Sultan Malik al Thahir. Sultan ini memiliki dua orang putra, yaitu Malik al Mahmud dan
Malik al Mansur. Ketika masih kecil, keduanya diasuh oleh Sayid Ali Ghiatuddin dan Sayid
Asmayuddin. Kedua orang putranya itulah yang kemudian mewarisi takhta kerajaan. Sementara
itu, kedua pengasuhnya itu diangkat menjadi perdana menteri. Ibu kota kerajaan pernah
dipindahkan ke Lhok seumawe.

Sepeninggal Sultan Malik al-Saleh, Samudra Pasai diperintah oleh Malik al-Zahir I (1297 — 1302).
Ia sering mendapat sebutan Sultan Muhammad. Pada masa pemerintahannya, tidak banyak yang
dilakukan. Kemudian takhta digantikan oleh Ahmad yang bergelar Al Malik az-Zahir II. Pada
masanya, Samudra Pasai dikunjungi oleh Ibnu Batutah, seorang utusan dari Delhi yang sedang
mengadakan perjalanan ke Cina dan singgah di sana. Menurut Ibnu Batutah, Samudra Pasai
memiliki armada dagang yang sangat kuat. Baginda raja yang bermazhab Syafi'i sangat kuat
imannya sehingga berusaha menjadikan Samudra Pasai sebagai pusat agama Islam yang
bermazhab Syafi'i.

Pada abad ke-16, bangsa Portugis memasuki perairan Selat Malaka dan berhasil menguasai
Samudera Pasai pada 1521 hingga tahun 1541. Selanjutnya wilayah Samudera Pasai menjadi
kekuasaan Kerajaan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam. Waktu itu yang menjadi raja
di Aceh adalah Sultan Ali Mughayat.

Berikut ini adalah urutan para raja yang memerintah di Samudera Pasai, yakni:

1. Sultan Malik as Saleh (Malikul Saleh).


2. Sultan Malikul Zahir, meninggal tahun 1326.
3. Sultan Muhammad, wafat tahun 1354.
4. Sultan Ahmad Malikul Zahir atau Al Malik Jamaluddin, meninggal tahun 1383.
5. Sultan Zainal Abidin, meninggal tahun 1405.
6. Sultanah Bahiah (puteri Zainal Abidin), sultan ini meninggal pada tahun 1428.

#. Kehidupan Sosial Budaya


Para pedagang asing yang singgah di Malaka untuk sementara menetap beberapa lama untuk
mengurusi perdagangan mereka. Dengan demikian, para pedagang dari berbagai bangsa itu
bergaul selama beberapa lama dengan penduduk setempat. Kesempatan itu digunakan oleh
pedagang Islam dari Gujarat, Persia, dan Arab untuk menyebarkan agama Islam. Dengan
demikian, kehidupan sosial masyarakat dapat lebih maju, bidang perdagangan dan pelayaran juga
bertambah maju.

Kerajaan Samudera Pasai sangat dipengaruhi oleh Islam. Hal itu terbukti terjadinya
perubahan aliran Syiah menjadi aliran Syafi’i di Samudera Pasai ternyata mengikuti
perubahan di Mesir. Pada saat itu di Mesir sedang terjadi pergantian kekuasaan dari
Dinasti Fatimah yang beraliran Syiah kepada Dinasti Mameluk yang beraliran Syafi’i.
Aliran syafi’i dalam perkembangannya di Pasai menyesuaikan dengan adatistiadat
setempat sehingga kehidupan sosial masyarakatnya merupakan campuran Islam dengan
adat istiadat setempat.

3. Kerajaan Gowa Tallo

#. Kehidupan ekonomi
kerajaan gowa-tallo atau yang biasa disebut dengan kerajaan Makassar merupakan kerajaan
maritim dan kemudian berkembang menjadi pusat perdagangan di wilayah Indonesia bagian
timur.

Kerajaan Gowa Tallo menjadi pusat perdagangan bukan tanpa alasan melainkan ditunjang
oleh beberapa faktor diantaranya yaitu:

1. Memiliki pelabuhan yang baik


2. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511 yang menyebabkan para
pedagang pindah ke wilayah Indonesia Timur
3. Letaknya yang strategis.

Gua sebagai pusat perdagangan kemudian wilayah Makassar berkembang menjadi pelabuhan
internasional yang banyak disinggahi oleh para pedagang asing seperti pedagang yang berasal
dari Portugis, Inggris, Denmark dan masih banyak lagi para pedagang yang datang ke
Makassar. Perdagangan dan juga pelayaran yang berada di Makassar diatur berdasarkan
hukum niaga atau yang disebut dengan ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA
PABBALUE, peraturan yang telah dibuat tersebut membuat perdagangan yang yang ada di
wilayah Makassar menjadi teratur dan juga mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Selain menjadi tempat perdagangan Makassar juga mengembangkan an-naziat and pertanian
karena Makassar memiliki dan menguasai daerah-daerah yang subur yaitu di wilayah bagian
timur Sulawesi Selatan.

#. Kehidupan politik

Penyebaran Islam yang ada di wilayah Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk
Robandang/Dato’ Ri Bandang yang berasal dari Sumatera, sampai pada abad ke-17 Islam
berkembang pesat di wilayah Sulawesi Selatan, bahkan raja Makassar sendiri juga memeluk
agama Islam.

Raja Makasar yang pertama kali memeluk agama Islam adalah Sultan Alaudin. Sejak
kepemimpinan oleh Sultan Alauddin Kerajaan Makassar tumbuh berkembang menjadi
Kerajaan maritim dan mengalami perkembangan yang pesat pada masa pemerintahan dari
Raja Muhammad said pada tahun 1639 sampai tahun 1653.

#. Kehidupan Sosial Budaya

Kerajaan Makassar atau Kerajaan Gowa Tallo sebagai negara maritim, oleh karena itu
sebagian besar masyarakat Makassar memiliki mata pencaharian sebagai nelayan dan juga
pedagang. Mereka sangat giat untuk melakukan usaha serta meningkatkan taraf
kehidupannya, bahkan tidak jarang masyarakat di antara mereka yang memilih untuk
merantau guna menambah penghasilan dan kemakmuran hidupnya. Walaupun masyarakat
Makassar memiliki kebebasan untuk berusaha guna mencapai kesejahteraan hidupnya, akan
tetapi kehidupan masyarakat Makassar sangat terikat oleh norma dan juga adat istiadat yang
dianggapnya sakral. Norma kehidupan masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat dan juga
agama Islam yang biasa disebut PANGADAKKANG. Masyarakat Makassar juga sangat
percaya terhadap norma-norma yang telah ditetapkan tersebut. Selain norma yang harus
ditaati oleh masyarakatnya, masyarakat Makassar juga mengenal berbagai jenis golongan
sosial Al yang terdiri dari golongan atas yang berarti golongan bangsawan dan keluarganya
disebut sebagai ‘Anakarung/Karaeng”, Sedangkan untuk golongan kedua atau rakyat
kebanyakan disebut sebagai “to Maradeka” dan untuk golongan bawah yang merupakan para
hamba-sahaya disebut sebagai golongan “Ata”.

4. Kerajaan Ternate dan Tidore

#. Kehidupan ekonomi
Kehidupan rakyat Maluku yang utama adalah pertanian dan perdagangan. Tanah di kepulauan
Maluku yang subur dan diliputi oleh hutan rimba, banyak memberikan hasil berupa cengkih dan
pala. Cengkih dan pala merupakan rempah-rempah yang sangat diperlukan untuk ramuan obat-
obatan dan bumbu masak, karena mengandung bahan pemanas. Oleh karena itu, rem-pah-
rempah banyak diperlukan di daerah dingin seperti di Eropa. Dengan hasil rempahrempah maka
aktivitas pertanian dan perdagangan rakyat Maluku maju dengan pesat.

#. Kehidupan politik
Di Maluku yang terletak di antara Sulawesi dan Irian terdapat dua kerajaan, yakni Ternate dan
Tidore. Kedua kerajaan ini terletak di sebelah barat pulau Halmahera di Maluku Utara. Kedua
kerajaan itu pusatnya masing-masing di Pulau Ternate dan Tidore, tetapi wilayah kekuasaannya
mencakup sejumlah pulau di kepulauan Maluku dan Irian. Kerajaan Ternate sebagai pemimpin Uli
Lima yaitu persekutuan lima bersaudara dengan wilayahnya mencakup Pulau- Pulau Ternate, Obi,
Bacan, Seram dan Ambon. Kerajaan Tidore sebagai pemimpin Uli Siwa, artinya persekutuan
Sembilan (persekutuan sembilan saudara) wilayahnya meliputi Pulau-Pulau Makyan, Jailolo, atau
Halmahera, dan pulau-pulau di daerah itu sampai dengan Irian Barat. Antara keduanya saling
terjadi persaingan dan persaingan makin tampak setelah datangnya bangsa Barat.

Bangsa Barat yang pertama kali datang di Maluku ialah Portugis (1512) yang kemudian bersekutu
dengan Kerajaan Ternate. Jejak ini diikuti oleh bangsa Spanyol yang berhasil mendarat di Maluku
1521 dan mengadakan persekutuan dengan Kerajaan Tidore. Dua kekuatan telah berhadapan,
namun belum terjadi pecah perang. Untuk menyelesaikan persaingan antara Portugis dan
Spanyol, maka pada tahun 1529 diadakan Perjanjian Saragosa yang isinya bangsa Spanyol harus
meninggalkan Maluku dan memusatkan kekuasaannya di Filipina dan bangsa Portugis tetap
tinggal Maluku. Untuk memperkuat kedudukannya di Maluku, maka Portugis mendirikan benteng
Sao Paulo. Menurut Portugis, benteng ini dibangun untuk melindungi Ternate dari serangan
Tidore. Tindakan Portugis di Maluku makin merajalela yakni dengan cara memonopoli dalam
perdagangan, terlalu ikut campur tangan dalam urusan dalam negeri Ternate, sehingga
menimbulkan pertentangan. Salah seorang Sultan Ternate yang menentang ialah Sultan Hairun
(1550-1570). Untuk menyelesaikan pertentangan, diadakan perundingan antara Ternate (Sultan
Hairun) dengan Portugis (Gubernur Lopez de Mesquita) dan perdamaian dapat dicapai pada
tanggal 27 Februari 1570. Namun perundingan persahabatan itu hanyalah tipuan belaka. Pada
pagi harinya (28 Februari) Sultan Hairun mengadakan kunjungan ke benteng Sao Paulo, tetapi ia
disambut dengan suatu pembunuhan.

Atas kematian Sultan Hairun, rakyat Maluku bangkit menentang bangsa Portugis di bawah
pimpinan Sultan Baabullah (putra dan pengganti Sultan Hairun). Setelah dikepung selama 5 tahun,
benteng Sao Paulo berhasil diduduki (1575). Orang-orang Portugis yang menyerah tidak dibunuh
tetapi harus meninggalkan Ternate dan pindah ke Ambon. Sultan Baabullah dapat meluaskan
daerah kekuasaannya di Maluku. Daerah kekuasaannya terbentang antara Sulawesi dan Irian; ke
arah timur sampai Irian, barat sampai pulau Buton, utara sampai Mindanao Selatan (Filipina), dan
selatan sampai dengan pulau Bima (Nusa Tenggara), sehingga ia mendapat julukan "Tuan dari
tujuh pulau dua pulau".

Pada abad ke-17, bangsa Belanda datang di Maluku dan segera terjadi persaingan antara Belanda
dan Portugis. Belanda akhirnya berhasil menduduki benteng Portugis di Ambon dan dapat
mengusir Portugis dari Maluku (1605). Belanda yang tanpa ada saingan kemudian juga melakukan
tindakan yang sewenang-wenang, yakni:

1. Melaksanakan sistem penyerahan wajib sebagian hasil bumi (rempahrempah) kepada VOC
(contingenten).

2. Adanya perintah penebangan/pemusnahan tanaman rempah-rempah jika harga rempah-rempah di


pasaran turun (hak ekstirpasi) dan penanaman kembali secara serentak apabila harga rempah-rempah di
pasaran naik/ meningkat.

3. Mengadakan pelayaran Hongi (patroli laut), yang diciptakan oleh Frederick de Houtman (Gubernur
pertama Ambon) yakni sistem perondaan yang dilakukan oleh VOC dengan tujuan untuk mencegah
timbulnya perdagangan gelap dan mengawasi pelaksanaan monopoli perdagangan di seluruh Maluku.

Tindakan-tindakan penindasan tersebut di atas jelas membuat rakyat hidup tertekan dan
menderita, sebagai reaksinya rakyat Maluku bangkit mengangkat senjata melawan VOC. Pada
tahun 1635-1646 rakyat di kepulauan Hitu bangkit melawan VOC dibawah pimpinan Kakiali dan
Telukabesi. Pada tahun 1650 rakyat Ambon dipimpin oleh Saidi. Demikian juga di daerah lain,
seperti Seram, Haruku dan Saparua; namun semua perlawanan berhasil dipadamkan oleh VOC.

Sampai akhir abad ke-17 tidak ada lagi perlawanan besar; akan tetapi pada akhir abad ke-18
muncul lagi perlawanan besar yang mengguncangkan kekuasaan VOC di Maluku. Jika melawan
Portugis, Ternate memegang peranan penting, maka untuk melawan VOC, Tidore yang
memimpinnya. Pada tahun 1780 rakyat Tidore bangkit melawan VOC di bawah pimpinan Sultan
Nuku. Selanjutnya Sultan Nuku juga berhasil menyatukan Ternate dengan Tidore. Setelah Sultan
Nuku meninggal (1805), tidak ada lagi perlawaan yang kuat menentang VOC, maka mulailah VOC
memperkokoh kekuasaannya kembali di Maluku. Perlawanan yang lebih dahsyat di Maluku baru
muncul pada permulaan abad ke-19 di bawah pimpinan Pattimura.

#. Kehidupan Sosial Budaya


Kedatangan Portugis di Maluku yang semula untuk berdagang dan mendapatkan rempah-
rempah, juga menyebarkan agama Katolik. Pada tahun 1534 missionaris Katolik, Fransiscus
Xaverius telah berhasil menyebarkan agama Katolik di Halmahera, Ternate, dan Ambon.

Telah kita ketahui bahwa sebelumnya di Maluku telah berkembang agama Islam. Dengan
demikian kehidupan agama telah mewarnai kehidupan sosial masyarakat Maluku. Dalam
kehidupan budaya, rakyat Maluku diliputi aktivitas perekonomian, maka tidak banyak
menghasilkan budaya. Salah satu karya seni bangun yang terkenal ialah Istana Sultan
Ternate dan Masjid kuno di Ternate.
5. Kerajaan Malaka

#. Kehidupan ekonomi
Sejak Kerajaan Malaka berkuasa, jalur perdagangan internasional yang melalui
Selat Malaka semakin ramai. Bersamaan dengan melemahnya kekuatan Majapahit
dan Samudera Pasai, kerajaan Malaka tidak memiliki persaingan dalam
perdagangan. Tidak adanya saingan di wilayah tersebut, mendorong kerajaan
Malaka membuat aturan-aturan bagi kapal yang sedang melintasi dan berlabuh di
Semenanjung Malaka. Aturan tersebut adalah diberlakukan pajak bea cukai untuk
setiap barang yang datang dari wilayah barat (luar negeri) sebesar 6% dan upeti
untuk pedagang yang berasal dari wilayah Timur (dalam negeri). Tingkat
keorganisasian pelabuhan ditingkatkan dengan membuat peraturan tentang
syarat-syarat kapal yang berlabuh, kewajiban melaporkan nama jabatan dan
tanggung jawab bagi kapal-kapal yang sedang berlabuh, dan sebagainya.

Raja dan pejabat kerajaan turut serta dalam perdagangan dengan memiliki kapal
dan awak-awaknya. Kapal tersebut disewakan kepada pedagang yang hendak
menjual barangnya ke luar negeri. Selain peraturan-peraturan tentang
perdagangan, kerajaan Malaka memberlakukan bahasa Melayu sebagai bahasa
resmi dalam perdagangan dan diplomatik.

#. Kehidupan politik
Raja pertama sekaligus pendiri adalah Iskandar Syah. Pada masa pemerintahannya,
berkembang sebagai salah satu kerajaan islam terbesar dan disegani di Asia
Tenggara. Kerajaan Malaka mencapai kejayaan pada masa Sultan Mansyur Syah. Malaka
berhasil menjadi pusat perdagangan dan penyebaran islam di Asia Tenggara. Kerajaan
Malaka mengalami kemunduran pada masa Sultan Alauddin Syah. Banyak daerah taklukan
kerajaan Malaka melepaskan diri. Perang dan perombakan banyak terjadi di kerajaan
yang berada di bawah kekuasaan Malaka.

#. Kehidupan Sosial Budaya


Dalam pemerintahannya, raja menunjuk seorang patih untuk mengurusi kerajaan,
dari patih diteruskan kepada bawahannya yang terdiri dari bupati, tumenggung,
bendahara raja, dan seterusnya.

Masalah perpajakan diurus seorang tumenggung yang menguasai wilayah


tertentu, urusan perdagangan laut diurus oleh syahbandar dan urusan perkapalan
diurus oleh laksamana. Kekayaan para raja dan pejabat kerajaan semakin
bertambah akibat dari penarikan upeti dan usaha menyewakan kapal. Uang yang
didapat dipakai untuk membangun istana kerajaan, membuat mesjid,
memperluas pelabuhan, dan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari yang
cenderung mewah. Gejala timbulnya kecemburuan sosial disebabkan oleh
dominasi para bangsawan dan pedagang dalam kehidupan bermasyarakat. Hal
inilah yang menjadi penyebab lemahnya Kerajaan Malaka.
6.Kerajaan Cirebon

#. Kehidupan ekonomi
Perekonomian Demak berkembang ke arah perdagangan maritim dan agraria.
Ambisi Kerajaan Demak menjadi negara maritim diwujudkan dengan
upayanya merebut Malaka dari tangan Portugis, namun upaya ini ternyata
tidak berhasil. Perdagangan antara Demak dengan pelabuhan-pelabuhan lain
di Nusantara cukup ramai, Demak berfungsi sebagai pelabuhan transit
(penghubung) daerah penghasil rempah-rempah dan mempunyai sumber
penghasilan pertanian yang cukup besar.
Demak dalam bidang ekonomi, berperan penting sebab mempunyai daerah
pertanian yang cukup luas dan sebagai penghasil bahan makanan, terutama
beras.
Selain itu, perdagangannya juga maju. Komoditas yang diekspor, antara lain
beras, madu, dan lilin.
Barang itu diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan Jepara. Dengan demikian,
kehidupan ekonomi masyarakat berkembang lebih baik.Sebagai negara
maritim, Demak menjalankan fungsinya sebagai penghubung atau transit
antara daerah penghasil rempah-rempah di bagian timur dengan Malaka, dan
dari Malaka lalu dibawa para pedagang menuju kawasan
Barat.Berkembangnya perekonomian Demak di samping faktor dunia
kemaritiman, juga faktor perdagangan hasil-hasil pertanian.Posisi kerajaan
Demak sangat strategis dalam perdagangan laut, pelabuhannya sering
digunakan transit kapal-kapal dagang dari wilayah Barat yang hendak ke Selat
Malaka, begitu pun sebalik

#. Kehidupan politik
Kehidupan Politik Kerajaan Cirebon begitu sangat dihormati oleh Kerajaan Mataram Islam karena
telah didirikan oleh salah seorang Wali Sanga.Kerajaan Cirebon menjadi kerajaan yg berkembang dgn
pesat menjadi pusat penyiaran agama Islam di Jawa barat dan sebagai pusat perdagangan di Jawa
Barat.Kemudian pada pemerintahan Sunan gunung Jati yg ada di Cirebon ini tak berlangsung lama
disebabkan beliau telah lebih menekuni bidang keagamaan. Sesudah melakukan penyerahan tahta
kerajaan kepada cucunya yg bernama yaitu Panembahan Ratu.

#. Kehidupan Sosial Budaya


Kehidupan Sosial Kondisi sosial di kerajaan Cirebon Juga terdir dari beberapa golongan yaitu : 1.
Golongan Raja. Para Raja/Sultan yang tinggal di keraton melaksanakan ataupun mengatur
pemerintahan dan kekuasaanya. 2. Golongan elite. Golongan ini merupakan golongan yang
mempuanyai kedudukan di lapisan atas yang terdiri dari golongan para bangsawan, tentara dan
ulama. 3. Golongan non elite. Golongan ini merupakan lapisan masyarakat yang besar jumlahnya dan
terdiri dari masyarakat kecil yang bermata pencaharian sebagai petani, pedagang, tukang, nelayan
dan lapisan masyarakat kecil lainnya. 4. Golongan budak. Golongan ini terdiri dari orang yang bekerja
keras, dan pekerja kasar. Adanya golongan budak tersebut disebabkan karena seseorang yang tidak
bisa membayar hutang,akibat kalah perang.

Kehidupan Budaya Cirebon memiliki beberapa tradisi ataupun budaya dan kesenian yang hingga
sampai saat ini masih terus berjalan dan masih terus dilakukan oleh masyarakatnya. Salah satunya
adalah upacara tradisional Maulid nabi Muhammad SAW yang telah ada sejak pemerintahan pangeran
Cakrabuana, dan juga upacara pajang jimat dan lain sebagainya. Ukiran-ukiran yang ada pada keraton
banyak menunjukkan pola zaman sebelumnya. Ukiran yang menunjukkan sifat khas pada Cirebon
adalah ukiran pola awan yang digambarkan pada batu karan

7.Kerajaan Demak

#. Kehidupan ekonomi
Perekonomian Demak berkembang ke arah perdagangan maritim dan agraria.
Ambisi Kerajaan Demak menjadi negara maritim diwujudkan dengan
upayanya merebut Malaka dari tangan Portugis, namun upaya ini ternyata
tidak berhasil. Perdagangan antara Demak dengan pelabuhan-pelabuhan lain
di Nusantara cukup ramai, Demak berfungsi sebagai pelabuhan transit
(penghubung) daerah penghasil rempah-rempah dan mempunyai sumber
penghasilan pertanian yang cukup besar.
Demak dalam bidang ekonomi, berperan penting sebab mempunyai daerah
pertanian yang cukup luas dan sebagai penghasil bahan makanan, terutama
beras.
Selain itu, perdagangannya juga maju. Komoditas yang diekspor, antara lain
beras, madu, dan lilin.Barang itu diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan
Jepara. Dengan demikian, kehidupan ekonomi masyarakat berkembang lebih
baik.Sebagai negara maritim, Demak menjalankan fungsinya sebagai
penghubung atau transit antara daerah penghasil rempah-rempah di bagian
timur dengan Malaka, dan dari Malaka lalu dibawa para pedagang menuju
kawasan Barat.Berkembangnya perekonomian Demak di samping faktor
dunia kemaritiman, juga faktor perdagangan hasil-hasil pertanian.Posisi
kerajaan Demak sangat strategis dalam perdagangan laut, pelabuhannya
sering digunakan transit kapal-kapal dagang dari wilayah Barat yang hendak
ke Selat Malaka, begitu pun sebaliknya.Usaha ini gagal, meskipun demikian
tidak meruntuhkan perekonomian Demak sebab didukung oleh hasil pertanian
dan mendapat keuntungan ekonomi yang besar.
Kesadaran pentingnya memanfaatkan ekonomi pertanian, Demak
melaksanakan perluasan wilayah ke daerah-daerah di sekitarnya termasuk ke
Jawa Barat.
#. Kehidupan politik

Kerajaan Demak berdiri kira-kira tahun 1478. Hal itu didasarkan pada saat
jatuhnya Majapahit yang diperintah oleh Prabu Kertabumi (Brawijaya V)
dengan ditandai candrasengkala, sirna ilang kertaning bumi (artinya tahun
1400 Saka atau tahun 1478 Masehi).
Para wali lalu sepakat untuk menobatkan Raden Patah menjadi raja di
Kerajaan Demak dengan gelar Senapati Jimbung Ngabdurrahman
Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Untuk jabatan patih diangkat
Ki Wanapala dengan gelar Mangkurat . Kerajaan Demak berkembang menjadi
kerajaan besar, di bawah kepemimpinan Raden Patah (1481-1518). Negeri-
negeri di pantai utara Jawa yang sudah menganut Islam mengakui kedaulatan
Demak.Bahkan Kekuasaan Demak meluas ke Sukadana (Kalimantan Selatan),
Palembang, dan Jambi. Pada tahun 1512 dan 1513, di bawah pimpinan
putranya yang bernama Adipati Unus, Demak dengan kekuatan 90 buah jung
dan 12.000 tentara berusaha membebaskan Malaka dari kekuasaan Portugis
dan menguasai perdagangan di Selat Malaka. Karena pernah menyerang ke
Malaka Adipati Unus diberi gelar Pangeran Sabrang Lor (Pangeran yang
pernah menyeberang ke utara).Wafatnya Sultan Trenggana (1546)
menyebabkan kemunduran Kerajaan Demak. Terjadi perebutan kekuasaan
antara Pangeran Prawato (putra Sultan Trenggana) dengan Aria Panangsang
(keturunan Sekar Sedo Lepen (adik Sultan Trenggana)).Dalam perebutan
kekuasaan itu, Aria Panangsang membunuh Pangeran Prawoto dan putranya,
Pangeran Hadiri. Ratu Kalinyamat dan Aria Pangiri memohon pertolongan
kepada Adiwijaya di Pajang. Dalam pertempuran itu, Adi wijaya berhasil
membunuh Aria Panangsang.Setelah itu, Adiwijaya memindahkan ibu kota
Kerajaan Demak ke Pajang pada tahun 1568. Peristiwa ini menjadi akhir dari
Kerajaan Demak
#. Kehidupan Sosial Budaya
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan teratur. Pemerintahan diatur dengan
hukum Islam. Akan tetapi, norma-norma atau tradisi-tradisi lama tidak ditinggalkan begitu
saja.Hasil kebudayaan Kerajaan Demak merupakan kebudayaan yang berkaitan dengan Islam.
Hasil kebudayaannya yang cukup terkenal dan sampai sekarang masih tetap berdiri adalah Masjid
Agung Demak. Masjid itu merupakan lambang kebesaran Demak sebagai kerajaan Islam. Masjid
Agung Demak selain kaya dengan ukir-ukiran bercirikan Islam juga memiliki keistimewaan, yaitu
salah satu tiangnya dibuat dari kumpulan sisa-sisa kayu bekas pembangunan masjid itu sendiri
yang disatukan (tatal). Selain Masjid Agung Demak, Sunan Kalijaga salah seorang dari Wali
Sanga juga meletakkan dasar-dasar perayaan Sekaten pada masa Kerajaan Demak.
Perayaan itu digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk menarik minat masyarakat agar
masuk Islam. Sekaten ini kemudian menjadi tradisi atau kebudayaan yang terus
dipelihara sampai sekarang.

8. Kerajaan Aceh
#. Kehidupan ekonomi
Kehidupan ekonomi masyarakat Aceh adalah dalam bidang pelayaran dan perdagangan. Pada
masa kejayaannya, perekonomian berkembang pesat. Penguasaan Aceh atas daerah-daerah
pantai barat dan timur Sumatra banyak menghasilkan lada. Sementara itu, Semenanjung Malaka
banyak menghasilkan lada dan timah. Hasil bumi dan alam menjadi bahan ekspor yang penting
bagi Aceh, sehingga perekonomian Aceh maju dengan pesat. Bidang perdagangan yang maju
menjadikan Aceh makin makmur. Setelah Sultan Ibrahim dapat menaklukkan Pedir yang kaya
akan lada putih, Aceh makin bertambah makmur. Dengan kekayaan melimpah, Aceh mampu
membangun angkatan bersenjata yang kuat. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda,
Aceh mencapai puncak kejayaan. Dari daerah yang ditaklukkan didatangkan lada dan emas
sehingga Aceh merupakan sumber komoditas lada dan emas. Aceh cepat tumbuh menjadi
kerajaan besar karena didukung oleh faktor sebagai berikut :

1. Letak ibu kota Aceh sangat strategis, yaitu di pintu gerbang pelayaran dari India dan Timur
Tengah yang akan ke Malaka, Cina, atau ke Jawa.

2. Pelabuhan Aceh (Olele) memiliki persyaratan yang baik sebagai pelabuhan dagang. Pelabuhan
itu terlindung oleh Pulau We, Pulau Nasi, dan Pulau Breuen dari ombak besar.
3. Daerah Aceh kaya dengan tanaman lada sebagai mata dagangan ekspor yang penting. Aceh sejak
dahulu mengadakan hubungan dagang internasional.
4. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis menyebabkan pedagang Islam banyak yang singgah ke Aceh,
apalagi setelah jalur pelayaran beralih melalui sepanjang pantai barat Sumatra.

#. Kehidupan politik
Kerajaan Aceh didirikan Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1530 setelah melepaskan diri dari
kekuasaan Kerajaan Pidie. Tahun 1564 Kerajaan Aceh di bawah pimpinan Sultan Alaudin al-Kahar
(1537-1568). Sultan Alaudin al-Kahar menyerang kerajaan Johor dan berhasil menangkap Sultan
Johor, namun kerajaan Johor tetap berdiri dan menentang Aceh. Pada masa kerajaan Aceh
dipimpin oleh Alaudin Riayat Syah datang pasukan Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de
Houtman untuk meminta ijin berdagang di Aceh. Penggantinya adalah Sultan Ali Riayat dengan
panggilan Sultan Muda, ia berkuasa dari tahun 1604-1607. Pada masa inilah, Portugis melakukan
penyerangan karena ingin melakukan monopoli perdagangan di Aceh, tapi usaha ini tidak
berhasil. Setelah Sultan Muda digantikan oleh Sultan Iskandar Muda dari tahun 1607-1636,
kerajaan Aceh mengalami kejayaan dalam perdagangan. Banyak terjadi penaklukan di wilayah
yang berdekatan dengan Aceh seperti Deli (1612), Bintan (1614), Kampar, Pariaman, Minangkabau,
Perak, Pahang dan Kedah (1615-1619). Gejala kemunduran Kerajaan Aceh muncul saat Sultan
Iskandar Muda digantikan oleh Sultan Iskandar Thani (Sultan Iskandar Sani) yang memerintah
tahun 1637-1642. Iskandar Sani adalah menantu Iskandar Muda. Tak seperti mertuanya, ia lebih
mementingkan pembangunan dalam negeri daripada ekspansi luar negeri. Dalam masa
pemerintahannnya yang singkat, empat tahun, Aceh berada dalam keadaan damai dan sejahtera,
hukum syariat Islam ditegakkan, dan hubungan dengan kerajaan-kerajaan bawahan dilakukan
tanpa tekanan politik ataupun militer. Pada masa Iskandar Sani ini, ilmu pengetahuan tentang
Islam juga berkembang pesat. Kemajuan ini didukung oleh kehadiran Nuruddin ar-Raniri, seorang
pemimpin tarekat dari Gujarat, India. Nuruddin menjalin hubungan yang erat dengan Sultan
Iskandar Sani. Maka dari itu, ia kemudian diangkat menjadi mufti (penasehat) Sultan. Pada masa
ini terjadi pertikaian antara golongan bangsawan (Teuku) dengan golongan agama (Teungku).
Seusai Iskandar Sani, yang memerintah Aceh berikutnya adalah empat orang sultanah (sultan
perempuan) berturut-turut. Sultanah yang pertama adalah Safiatuddin Tajul Alam (1641- 1675),
janda Iskandar Sani. Kemudian berturut-turut adalah Sri Ratu Naqiyatuddin Nurul Alam, Inayat
Syah, dan Kamalat Syah. Pada masa Sultanah Kamalat Syah ini turun fatwa dari Mekah yang
melarang Aceh dipimpin oleh kaum wanita. Pada 1699 pemerintahan Aceh pun dipegang oleh
kaum pria kembali.

# Kehidupan Sosial Budaya


Letak Aceh yang strategis menyebabkan perdagangannya maju pesat. Dengan demikian,
kebudayaan masyarakatnya juga makin bertambah maju karena sering berhubungan dengan
bangsa lain. Contoh dari hal tersebut adalah tersusunnya hukum adat yang dilandasi ajaran Islam
yang disebut Hukum Adat Makuta Alam. Menurut Hukum Adat Makuta Alam pengangkatan sultan
haruslah semufakat hukum dengan adat. Oleh karena itu, ketika seorang sultan dinobatkan, ia
berdiri di atas tabal, ulama yang memegang Al-Qur’an berdiri di kanan, sedangkan perdana
menteri yang memegang pedang berdiri di kiri. Hukum Adat Makuta Alam memberikan gambaran
kekuasaan Sultan Aceh, seperti berikut:

1.mengangkat panglima sagi dan ulebalang, pada saat pengangkatan


mereka mendapat kehormatan bunyi dentuman meriam sebanyak 21 kali 2. mengadili
perkara yang berhubungan dengan pemerintahan
3.menerima kunjungan kehormatan termasuk pedagang-pedagang asing;
4.mengangkat ahli hukum (ulama);
5.mengangkat orang cerdik pandai untuk mengurus kerajaan
6. melindungi rakyat dari kesewenang-wenangan para pejabat kerajaan.

Dalam menjalankan kekuasaan, sultan mendapat pengawasan dari alim ulama, kadi, dan Dewan
Kehakiman. Mereka terutama bertugas memberi peringatan kepada sultan terhadap pelanggaran
adat dan syara’ yang dilakukan. Sultan Iskandar Muda berhasil menanamkan jiwa
keagamaan pada masyarakat Aceh yang mengandung jiwa merdeka, semangat
membangun, rasa persatuan dan kesatuan, serta semangat berjuang anti penjajahan
yang tinggi. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika Aceh mendapat sebutan Serambi
Mekah. Itulah sebabnya, bangsa-bangsa Barat tidak mampu menembus pertahanan
Aceh

9.Kerajaan Banten
#. Kehidupan ekonomi
Banten di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa dapat berkembang
menjadi bandar perdagangan dan pusat penyebaran agama Islam. Adapun
faktor-faktornya ialah: (1) letaknya strategis dalam lalu lintas perdagangan; (2)
jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, sehingga para pedagang Islam tidak lagi
singgah di Malaka namun langsung menuju Banten; (3) Banten mempunyai
bahan ekspor penting yakni lada. Banten yang menjadi maju banyak dikunjungi
pedagang-pedagang dari Arab, Gujarat, Persia, Turki, Cina dan sebagainya. Di
kota dagang Banten segera terbentuk perkampungan-perkampungan menurut
asal bangsa itu, seperti orang-orang Arab mendirikan Kampung Pakojan, orang
Cina mendirikan Kampung Pacinan, orang-orang Indonesia mendirikan
Kampung Banda, Kampung Jawa dan sebagainya.

#. Kehidupan politik
Sultan pertama Kerajaan Banten ini adalah Sultan Hasanuddin yang memerintah
tahun 1522-1570. Ia adalah putra Fatahillah, seorang panglima tentara Demak
yang pernah diutus oleh Sultan Trenggana menguasai bandarbandar di Jawa
Barat. Pada waktu Kerajaan Demak berkuasa, daerah Banten merupakan bagian
dari Kerajaan Demak. Namun setelah Kerajaan Demak mengalami kemunduran,
Banten akhirnya melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan Demak. Jatuhnya
Malaka ke tangan Portugis (1511) membuat para pedagang muslim
memindahkan jalur pelayarannya melalui Selat Sunda. Pada masa pemerintahan
Sultan Hasanuddin, Kerajaan Banten berkembang menjadi pusat perdagangan.
Hasanuddin memperluas kekuasaan Banten ke daerah penghasil lada, Lampung
di Sumatra Selatan yang sudah sejak lama mempunyai hubungan dengan Jawa
Barat. Dengan demikian, ia telah meletakkan dasar-dasar bagi kemakmuran
Banten sebagai pelabuhan lada. Pada tahun 1570, Sultan Hasanuddin wafat.
Penguasa Banten selanjutnya adalah Maulana Yusuf (1570-1580), putra
Hasanuddin. Di bawah kekuasaannya Kerajaan Banten pada tahun 1579 berhasil
menaklukkan dan menguasai Kerajaan Pajajaran (Hindu). Akibatnya pendukung
setia Kerajaan Pajajaran menyingkir ke pedalaman, yaitu daerah Banten Selatan,
mereka dikenal dengan Suku Badui. Setelah Pajajaran ditaklukkan, konon
kalangan elite Sunda memeluk agama Islam. Maulana Yusuf digantikan oleh
Maulana Muhammad (1580-1596). Pada akhir kekuasaannya, Maulana
Muhammad menyerang Kesultanan Palembang. Dalam usaha menaklukkan
Palembang, Maulana Muhammad tewas dan selanjutnya putra mahkotanya
yang bernama Pangeran Ratu naik takhta. Ia bergelar Sultan Abul Mufakhir
Mahmud Abdul Kadir. Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa
putra Pangeran Ratu yang bernama Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682). Ia sangat
menentang kekuasaan Belanda.Usaha untuk mengalahkan orang-orang
Belanda yang telah membentuk VOC serta menguasai pelabuhan Jayakarta
yang dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa mengalami kegagalan. Setelah
pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Banten mulai dikuasai oleh Belanda di
bawah pemerintahan Sultan Haji.

# Kehidupan Sosial Budaya


Sejak Banten di-Islamkan oleh Fatahilah (Faletehan) tahun 1527, kehidupan sosial
masyarakat secara berangsur- angsur mulai berlandaskan ajaran-ajaran Islam.
Setelah Banten berhasil mengalahkan Pajajaran, pengaruh Islam makin kuat di
daerah pedalaman. Pendukung kerajaan Pajajaran menyingkir ke pedalaman,
yakni ke daerah Banten Selatan, mereka dikenal sebagai Suku Badui.
Kepercayaan mereka disebut Pasundan Kawitan yang artinya Pasundan yang
pertama. Mereka mempertahankan tradisi-tradisi lama dan menolak pengaruh
Islam . Kehidupan sosial masyarakat Banten semasa Sultan Ageng Tirtayasa
cukup baik, karena sultan memerhatikan kehidupan dan kesejahteran rakyatnya.
Namun setelah Sultan Ageng Tirtayasa meninggal, dan adanya campur tangan
Belanda dalam berbagai kehidupan sosial masyarakat berubah merosot tajam.
Seni budaya masyarakat ditemukan pada bangunan Masjid Agung Banten
(tumpang lima), dan bangunan gapura-gapura di Kaibon Banten. Di samping itu
juga bangunan istana yang dibangun oleh Jan Lukas Cardeel, orang Belanda,
pelarian dari Batavia yang telah menganut agama Islam. Susunan istananya
menyerupai istana raja di Eropa. Semoga penjelasan mengenai sejara kerajaa
Banten di atas bisa menambah pengetahuan sobat sekalian tentang sejarah
yang ada di Indonensia dan semoga bermanfaat. Apabila ada suatu kesalahan
baik berupa penulisan maupun pembahasan, mohon kiranya kritik dan saran
yang membangun untuk kemajuan bersama.

10 . Kerajaan Mataram islam

#. Kehidupan ekonomi
Letak geografisnya yang berada di pedalaman didukung tanah yang subur, menjadikan kerajaan
Mataram sebagai daerah pertanian (agraris) yang cukup berkembang, bahkan menjadi daerah
pengekspor beras terbesar pada masa itu. Rakyat Mataram juga banyak melakukan aktivitas
perdagangan laut. Hal ini dapat terlihat dari dikuasainya daerah-daerah pelabuhan di sepanjang
pantai Utara Jawa. Perpaduan dua unsur ekonomi, yaitu agraris dan maritim mampu menjadikan
kerajaan Mataram kuat dalam percaturan politik di nusantara.

#. Kehidupan politik
Sutowijoyo mengangkat dirinya sebagai raja Mataram dengan gelar Panembahan Senopati (1586-
1601) dengan ibukota kerajaan di Kota Gede. Tindakan-tindakan penting yang dilakukan adalah
meletakkan dasar-dasar Kerajaan Mataram dan berhasil memperluas wilayah kekuasaan ke timur,
Surabaya, Madiun dan Ponorogo, dan ke barat menundukkan Cirebon dan Galuh. Pengganti
Panembahan Senopati adalah Mas Jolang. Ia gugur di daerah Krapyak dalam upaya memperluas
wilayah, sehingga disebut Panembahan Seda Krapyak. Raja terbesar Kerajaan Mataram ialah Mas
Rangsang dengan gelar Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1645). Sultan bercita-cita: (1)
mempersatukan seluruh Jawa di bawah kekuasaan Mataram dan (2) mengusir kompeni (VOC) dari
Batavia. Masa pemerintahan Sultan Agung selama 32 tahun dibedakan atas dua periode, yaitu
masa penyatuan negara dan masa pembangunan. Masa penyatuan negara (1613-1629)
merupakamn masa peperangan untuk mewujudkan cita-cita menyatukan seluruh Jawa. Sultan
Agung menundukkan Gresik, Surabaya, Kediri, Pasuruan dan Tuban, selanjutnya Lasem,
Pamekasan, dan Sumenep. Dengan demikian seluruh Jawa telah tunduk di bawah Mataram, dan
luar Jawa kekuasaan meluas sampai Palembang, Sukadana (Kalimantan), dan Goa. Setelah Jawa
Timur, Jawa Tengah, dan Cirebon berhasil dikuasai, Sultan Agung merencanakan untuk
menyerang Batavia. Serangan pertama dilancarkan pada bulan Agustus 1628 di bawah pimpinan
Bupati Baurekso dari Kendal dan Dipati Ukur dari Sumedang. Batavia dikepung dari darat dan laut
selama 2 bulan, namun tidak mau menyerah bahkan sebaliknya akhirnya tentara Mataram
terpukul mundur. Dipersiapkan serangan yang kedua dan dipersiapkan lebih matang dengan
membuat pusat-pusat perbekalan makanan di Tegal, Cirebon dan Krawang serta dipersiapkan
angkatan laut. Serangan kedua dilancarkan bulan September 1629 di bawah pimpinan Sura Agul-
Agul, Mandurarejo, dan Uposonto. Namun nampaknya VOC telah mengetahui lebih dahulu
rencana tersebut, sehingga VOC membakar dan memusnahkan gudang-gudang perbekalan.
Serangan ke Batavia mengalami kegagalan, karena kurangnya perbekalan makanan, kalah
persenjataan, jarak Mataram–Jakarta sangat jauh, dan tentara Mataram terjangkit wabah penyakit
Setelah Sultan Agung meninggal, penetrasi politik VOC di Mataram makin kuat. Akibat campur
tangan VOC dan adanya perang saudara dalam memperebutkan takhta pemerintahan
menjadikan kerajaan Mataram lemah dan akhirnya terpecah-pecah menjadi kerajaan kecil.

Perseturuan antara Paku Buwono II yang dibantu Kompeni dengan Pangeran Mangkubumi dapat
diakhiri dengan Perjanjian Giyanti tanggal 13 Februari 1755 yang isinya Mataram dipecah menjadi
dua, yakni:

1. Mataram Barat yakni KesultananYogakarta, diberikan kepada Mangkubumi dengan gelar Sultan
Hamengku Buwono I.
2. Mataram Timur yakni Kasunanan Surakarta diberikan kepada Paku Buwono III.
Selanjutnya untuk memadamkan perlawanan Raden Mas Said diadakan Perjanjian Salatiga,
tanggal 17 Maret 1757, yang isinya Surakarta dibagi menjadi dua, yakni:

1. Surakarta Utara diberikan kepada Mas Said dengan gelar Mangkunegoro I, kerajaannya dinamakan
Mangkunegaran.
2. Surakarta Selatan diberikan kepada Paku Buwono III kerajaannya dinamakan Kasunanan
Surakarta.
Pada tahun 1813 sebagian daerah Kesultanan Yogyakarta diberikan kepada Paku Alam selaku
Adipati. Dengan demikian kerajaan Mataram yang satu, kuat dan kokoh pada masa pemerintahan
Sultan Agung akhirnya terpecah-pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil, yakni:

1. Kerajaan Yogyakarta
2. Kasunanan Surakarta
3. Pakualaman
4. Mangkunegaran

# Kehidupan Sosial Budaya


Pada masa pertumbuhan dan berkaitan dengan masa pembangunan,maka Sultan Agung
melakukan usaha-usaha antara lain untuk meningkatkan daerahdaerah persawahan dan
memindahkan banyak para petani ke daerah Krawang yang subur. Atas dasar kehidupan agraris
itulah disusun suatu masyarakat yang bersifat feodal. Para pejabat pemerintahan memperoleh
imbalan berupa tanah garapan (lungguh), sehingga sistem kehidupan ini menjadi dasar
munculnya tuan-tuan tanah di Jawa. Pada masa kebesaran Mataram, kebudayaan juga
berkembang antara lain seni tari, seni pahat, seni sastra dan sebagainya. Di samping itu muncul
Kebudayaan Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayan asli, Hindu, Buddha dengan
Islam. Upacara Grebeg yang bersumber pada pemujaan roh nenek moyang berupa kenduri
gunungan yang merupakan tradisi sejak zaman Majapahit dijatuhkan pada waktu perayaan hari
besar Islam, sehingga muncul Grebeg Syawal pada hari raya idul Fitri.; Grebeg Maulud pada bulan
Rabiulawal. Hitungan tahun yang sebelumnya merupakan tarikh Hindu yang didasarkan pada
peredaran matahari (tarikh Samsiah) dan sejak tahun 1633 diubah menjadi tarikh Islam yang
berdasarkan pada peredaran bulan (tarikh Kamariah). Tahun Hindu 1555 diteruskan dengan
perhitungan baru dan dikenal dengan Tahun Jawa. Adanya suasana yang aman, damai dan
tenteram, maka berkembang juga Kesusastraan Jawa. Sultan Agung sendiri mengarang
Kitab Sastra Gending yang berupa kitab filsafat. Demikian juga muncul kitab Nitisruti,
Nitisastra, dan Astabrata yang berisi ajaran tabiat baik yang bersumber pada kitab
Ramayana.

Anda mungkin juga menyukai