Anda di halaman 1dari 14

KERAJAAN PERLAK Dan SAMUDRA PASAI

Keterangan : tugas Peradaban Ialam, A, 1.Dewi Rohmawati (21106010015), 2.Muhammad Hafizh


Naufal (21106010031), 3.Anggi Puspitaningrum (21106010035), 4. Izka Adika Dewani
(21106010044), 5. Zahra Tyan Hanifah (21106010060),6. Atika Oktavia (21106010064).

Abstrak

Tujuan penelitian ini ialah untuk menganalisis tentang Sejarah Kerajaan Perlak dan Samudra
Pasai. Yang akan mengaju kepada perkembangan Islam di Indonesia. Penelitian ini membahas
perkembangan Kerajaan Perlak dan Samudra Pasai serta peran mereka dalam penyebaran
agama Islam di Indonesia. Sejarah kedua kerajaan, termasuk asal-usul dan perkembangannya.
sejarah Kerajaan Perlak, termasuk penguasa-penguasanya dan kontribusinya terhadap
perdagangan dan politik di wilayah tersebut. Mengupas sejarah Kerajaan Samudra Pasai, fokus
pada penguasa-penguasanya yang terkenal dan peranan mereka dalam menyebarkan agama
Islam di kepulauan Nusantara. Metodologi penulisan melibatkan pengumpulan data dari
sumber-sumber sejarah dan analisis kritis terhadap informasi yang ditemukan. Penelitian ini
juga menggali naskah-naskah kuno dan bukti arkeologis yang relevan. Kesimpulan dari
penelitian ini menunjukkan bahwa Kerajaan Perlak dan Samudra Pasai memiliki peran yang
signifikan dalam perkembangan Islam di Indonesia. Keduanya berperan sebagai pusat
perdagangan dan penyebaran agama Islam ke wilayah-wilayah sekitarnya. Selain itu, kedua
kerajaan ini juga memberikan kontribusi penting dalam pembentukan dan perkembangan
institusi keagamaan Islam di Indonesia. Dengan kata kunci seperti Kerajaan Perlak, Samudra
Pasai, Islam di Indonesia, penelitian ini memberikan wawasan mendalam tentang sejarah dan
perkembangan agama Islam di wilayah ini.

Kata Kunci: Kerajaan Perlak, Samudra Pasai, Perkembangan Islam, Indonesia


A. Pendahuluan

Indonesia merupakan negara yang memiliki sejarah panjang perkembangan Islam. Pada
abad ke-13, wilayah Indonesia menjadi tempat kedudukan kerajaan-kerajaan Islam yang lahir
di Nusantara. Dalam konteks itu, Kerajaan Perlak dan Samudra Pasai berperan penting dalam
perkembangan Islam di Indonesia. Rangkuman ini membahas tentang sejarah, peran dan
pengaruh Kerajaan Perlak dan Samudra Pasai dalam perkembangan Islam di Indonesia.
Kerajaan Perlak adalah salah satu kerajaan Islam awal di Indonesia, yang terletak antara
abad ke-13 dan ke-15. abad di wilayah Aceh. Sultan Malik al-Saleh mendirikan kerajaan ini
pada tahun 1267. Perlak menjadi pusat perdagangan dan pembelajaran Islam di wilayah
tersebut. Kerajaan Perlak juga memiliki hubungan dagang yang erat dengan negara tetangga
seperti India dan Arab. Perlak menjadi pusat penyebaran Islam ke daerah sekitarnya. Pada
saat yang sama, kerajaan Samudra Pasai juga berperan penting dalam perkembangan Islam di
Indonesia. Kerajaan ini terletak di Aceh dan berkembang antara abad ke-13 dan ke-16.
Samudra Pasai merupakan salah satu kerajaan maritim dengan angkatan laut yang kuat.
Melalui perdagangan maritim, kerajaan ini menjalin hubungan dengan daerah-daerah seperti
India, Cina, dan Arab. Samudra Pasai juga merupakan pusat studi agama Islam yang terkenal
saat itu. Banyak ulama terkemuka dari berbagai daerah datang ke Samudra Pasai untuk
memperdalam ilmu agamanya. Kerajaan Perlak dan Samudra Pasai merupakan pusat
penyebaran Islam di Nusantara. Pedagang, pelaut, dan ulama dari India, Arab, dan Asia
Tenggara berinteraksi dengan penduduk setempat dan menyebarkan ajaran Islam. Melalui
perdagangan dan pertukaran budaya, Islam memperoleh pijakan yang kuat di Nusantara.
Perkembangan Islam di Indonesia tidak terbatas di wilayah Aceh saja. Agama ini juga
menjangkau beberapa wilayah Indonesia melalui jalur perdagangan dan hubungan
diplomatik. Kerajaan Perlak dan Samudra Pasai menjadi model bagi kerajaan-kerajaan Islam
selanjutnya seperti Kesultanan Demak, Kesultanan Banten, dan Kesultanan Mataram yang
juga berperan dalam perkembangan Islam di Indonesia. Secara keseluruhan, Kerajaan Perlak
dan Samudra Pasai berperan penting dalam perkembangan Islam di Indonesia. Kedua
kerajaan ini menjadi pusat perdagangan, pembelajaran Islam dan penyebaran ajaran Islam di
Nusantara.
B. 1Kerajaan Perlak
Kerajaan Perlak adalah sebuah kerajaan Islam di Sumatera yang beribukota di Aceh
Timur. Kerajaan Perlak ada pada abad ke 8 dan 13, atau lebih tepatnya 840-1292 Masehi.
Didirikan oleh Sultan Aladdin Saeed Maulana Abdul Azis Shah, kerajaan ini dikenal sebagai
kerajaan Islam tertua di Nusantara bahkan di Asia Tenggara. Namun, banyak sarjana yang
skeptis karena bukti keberadaan kerajaan Pelak sangat terbatas. Dengan demikian,
Kesultanan Samudera Pasai sering dianggap sebagai nusantara muslim, karena banyak bukti
yang meyakinkan. Masa kejayaan kerajaan Perlak adalah pada masa pemerintahan Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin II yang memerintah dari tahun 1230 hingga
1267 Masehi. Pada masa pemerintahannya, Perlak mengalami kemajuan pesat, terutama
dalam bidang pendidikan dan dakwah Islam.

 Sejarah Kerajaan Perlak


Sejarah Kerajaan Perlak dimulai ketika seorang da'i dari Mekkah bernama Nakhoda
Khalifah datang ke Perlak pada tahun 800 Masehi. untuk berdagang dan menyebarkan Islam.
Salah satu anggota kelompok tersebut adalah Sayid Ali Al-Muktabar bin Muhammad Diba'i
bin Imam Ja'far Al-Sadiq. Dengan metode dakwah yang menarik, mereka berhasil mengajak
penduduk setempat untuk memeluk Islam. Selain itu, beberapa anggota kelompok tersebut
mulai menikah dengan penduduk setempat, termasuk Syed Ali Muktabal.
Perkawinan Sayid Ali Al-Muktabar dengan Putri Tansyir Dewi menghasilkan seorang
putra bernama Aladdin Sayid Maulana Abdul Azis Syah (Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis
Syah). Aladdin Saeed Maulana Abdul Aziz Shah mendirikan Kerajaan Perak ketika dia cukup
umur. Raja-Raja Kerajaan Perlak Kerajaan Perlak diperintah oleh total 18 raja atas nama
sultan sejak berdirinya hingga bergabung dengan Kerajaan Samudera Pasai. Kesultanan
Perak terbagi menjadi dua dinasti, yaitu dinasti Sayid Maulana Abdul Aziz Shah dan dinasti
Johan. Di bawah ini adalah daftar sultan yang pernah memerintah Kerajaan Pelak.
1. Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis Syah (840 – 864 M)
2. Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Rahim Syah (864 – 888 M)
3. Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abbas Syah (888 – 913 M)
4. Sultan Alaiddin Sayid Maulana Ali Mughayat Syah (915 – 918 M)
5. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Johan Berdaulat (928 – 932 M)
6. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Johan Berdaulat (932 – 956 M)
7. Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Johan Berdaulat (956 – 983 M)
8. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Johan Berdaulat (986 – 1023 M)
9. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Johan Berdaulat (1023 – 1059 M)
10. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mansur Johan Berdaulat (1059 – 1078 M)
11. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Johan Berdaulat (1078 – 1109 M)

1
Misri A. Muchsin. KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL PERADABAN ISLAM NUSANTARA
(Universitas Islam Negeri Ar-Raniry)
12. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad Johan Berdaulat (1109 – 1135 M)
13. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Johan Berdaulat (1135 – 1160 M)
14. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Usman Johan Berdaulat (1160 – 1173 M)
15. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Johan Berdaulat (1173 – 1200 M)
16. Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Jalil Johan Berdaulat (1200 – 1230 M)
17. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin II Johan Berdaulat (1230– 1267 M)
18. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat (1267 – 1292 M)

 Pergolakan di Kerajaan Perlak


Saat Kerajaan Perak didirikan, semakin banyak orang Arab, baik Syiah maupun Sunni,
datang untuk berdagang. Kedua aliran ini bahkan terus memperluas pengaruhnya hingga
2
muncul perlawanan terbuka pada masa pemerintahan Sultan Sayid Maulana Ali
Mughayat Syah (915-918 M). Peperangan antara kedua faksi tersebut terus berlanjut
hingga akhirnya dapat diredam setelah adanya perjanjian damai yang dikenal dengan
Perjanjian Alue Meuh. Perjanjian tersebut mengatur pembagian Kerajaan Perak menjadi
dua bagian, yaitu:
1. Perlak Baroh (Syiah) terletak di Bandar Khalifa dan memiliki wilayah pesisir.
2. Perlak Tunong (Sunni) pedalaman. Namun Islam Syiah tidak berkembang karena
Kerajaan Sriwijaya dihancurkan oleh Perlak Baroh. Situasi ini menginspirasi Perlak
untuk mempersatukan para pemimpin kerajaan. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim
Syah Johan Berdaulat kemudian dinobatkan sebagai Sultan Perlak kedelapan dan terus
berperang melawan Sriwijaya hingga tahun 1006 Masehi.

 Puncak kejayaan Kerajaan Perlak


Kerajaan Perlak terkenal dengan produksi kayu Perlak yang digunakan dalam pembuatan
kapal. Produk alami ini menarik pedagang dari Gujarat, Arab, dan India, menjadikan
kerajaan Pelak sebagai pelabuhan perdagangan yang berkembang pesat. Situasi ini juga
mendorong para pedagang Muslim untuk kawin campur dengan penduduk setempat,
yang kemudian menjadikan Perak sebagai pusat dakwah Islam di Nusantara. Kerajaan
Perlak kemudian mencapai puncaknya di bawah Sultan Makhdum Alaiddin Malik
Muhammad Amin II (1230-). 1267 M). Selama masa jabatannya, pemerintah Perak
membuat kemajuan pesat dalam pendidikan dan dakwah Islam.

 Kemunduran Kerajaan Perlak


Pada masa pemerintahannya, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin II
menikahkan putrinya Putri Ganggang Sari dengan Raja Malik Al-Saleh dari Kerajaan
Samudera Pasai. Kerajaan Perlak berakhir setelah kematian rajanya yang ke-18, Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan pada tahun 1292 M. Sejak saat itu, kerajaan
Perlak bergabung dengan kerajaan Samudera Pasai.
22
Misri A. Muchsin. KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL PERADABAN ISLAM NUSANTARA
(Universitas Islam Negeri Ar-Raniry)
C. Perkembangan Peradaban Islam di Indonesia Pada Masa Kerajaan Perlak

 Kedatangan Islam ke Perlak


Istilah Peureulak atau Perlak berasal dari nama kayu yang biasa digunakan nelayan untuk
membuat perahu. Orang Aceh menyebutnya Bak Peureulak. Dalam bahasa Persia, Peureulak disebut
Taj Alam yang berarti mahkota alam. Ada sumber yang mengatakan bahwa sebelum penyebaran
Islam di Peureulak, pertama kali mencapai Barus (daerah yang dulunya adalah wilayah Aceh),
kemudian baru Peureulak. Seperti beberapa sumber informasi tentang Hikayat Raja Pasai dan
sejarah Melayu. Di pertengahan abad ke-8 Masehi. Pada masa Khalifah Harun al-Rasyid dari Mekkah
Sharif menugaskan dan menyiapkan sebuah kapal dari Jeddah yang dipimpin oleh Sheikh Ismail dan
Fakir Muhammad 3(mantan raja di Malabar) untuk menyebarkan Islam melintasi lautan. . Kapal yang
dimaksud pertama kali singgah di Fansuri-Barus.
Syekh Ismail dan kelompoknya mendarat beberapa saat, menemukan orang-orang di sana untuk
masuk Islam dan meminta mereka untuk mengajari mereka Alquran, kemudian melanjutkan
perjalanan mencari lautan, tetapi pertama-tama mereka berhenti di sebuah kota. Dari Feureulaku.
Maka jelaslah bahwa memang mungkin pertama kali masuk Islam terjadi di Fansuri-Barus dan daerah
ini suatu waktu kemudian menjadi wilayah teritorial Kesultanan Aceh Darussalam. Barus adalah
wilayah paling barat Sumatera, para pendatang dan pedagang dari timur dan barat tentu singgah di
pelabuhan Barus dan berdagang rempah-rempah, termasuk kamper Barus yang terkenal itu. Kawasan
ini menjadi tempat para pedagang menunggu datangnya angin musim timur laut dan barat daya untuk
membawa mereka dan barang dagangannya ke tempat tujuan masing-masing, termasuk Peureulak.

 Kekuatan Pertama Politik Islam di Nusantara


Pembicaraan awal tentang masuk Islam dan sekaligus kerajaan/kesultanan Islam pertama di
Nusantara mendorong para ahli untuk beberapa kali mengadakan seminar. Medan 17-20 Maret 1963,
Banda Aceh 10-16 Juli 1978, Rantau Kuala Simpang di Aceh Timur, kemudian 25-30 September
1980 dan Seminar Khusus Peureulak dalam rangka Dies ke-30 Fakultas Adab IAIN Ar-Raniry pada
30 Oktober 2010. Hasil dan keputusan seminar yang diselenggarakan di Rantau Kuala Simpang, Aceh
Timur tersebut menjadikan Peureulak sebagai Kesultanan Islam pertama di Nusantara Asia Tenggara
dan dibangun oleh Islamic Monument of Southeast Asia (MONISA) dengan dukungan semua pihak
termasuk Aceh Timur saat itu. pemerintah untuk mengenang generasi mendatang. Namun seiring
berjalannya waktu, tugu tersebut seakan ditelan massa, meski benar-benar telah menjadi tonggak
sejarah Aceh, sumber ilmu pengetahuan, sumber inspirasi, dan tujuan wisata budaya-sejarah yang
menarik. Meskipun diperdebatkan oleh para sarjana,

Peureulak adalah kerajaan Islam tertua yang diketahui dan diperintah oleh 20 atau setidaknya 19
raja atau sultan. Kerajaan atau Kesultanan Peureulak merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara
yang diproklamirkan pada 1 Muharram 225 H/840 M, dan sultan pertamanya adalah Sultan Alauddin
Sayyid Maulana Abdil Aziz Syah. Kesultanan Peureulak berakhir pada tahun 1292 pada masa
pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththâb 13-24 H/634-644 M. Persia ditaklukkan dan
penduduknya masuk Islam. Oleh karena itu, orang Arab dan Parsi yang berada di Peureulak saat itu
33
Misri A. Muchsin. KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL PERADABAN ISLAM NUSANTARA
(Universitas Islam Negeri Ar-Raniry)
juga memeluk Islam. Bahkan ketika terjadi perang antara Ali bin Abi Thalib dengan Mu'awiyah bin
Abi Shufyan yang terkenal dengan Pertempuran Shiffin, banyak pengikut Ali yang disebut 'Alawiyin
melarikan diri dari tanah Arab. Ada pengikut 'Ali yang mengungsi ke Kepulauan Peureulak, yaitu 'Ali
bin Muhammad bin Ja'far Shiddiq bin Muhammad al-Baqir bin Zainal 'Abidin bin Husein bin 'Aliibn
Abi Thali. Masyarakat Maharaja Syahir Nuwi dan Peureulak menyambut baik kedatangan keturunan
Ali bin Abi Thalib karena beliau adalah keturunan dua bangsawan yaitu 'Ali bin Abi Thalib dan
Fâthimah binti Rasulullah. Oleh karena itu Maharaja Syahir menikahkan Nuwi 'Ali bin Muhammad
dengan adik perempuannya Putri Makhdum Tansyur. 173 H/790 M atau I H/8. Abad ini, Khalifah
Daulah 'Abbasiyah' Khalifah Harun al-Rashid mengirimkan armada dakwah yang terdiri dari Arab,
Persia (sekarang Iran) dan India. Bandar Peureulak. Pengawal disebut sebagai kapten oleh khalifah.
Kehadiran kelompok dakwah tentu 4semakin mengukuhkan Islam dalam kehidupan hukum rusa. Ini
merupakan kelanjutan dari proses Islamisasi para ahli hukum kijang yang dilakukan sejak masa
Khalifah Umar bin Khaththâb. Karena pesatnya pengaruh Islam di masyarakat Perlak, Maharaja
Perlak secara resmi memproklamirkan Peureulak sebagai kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara
pada Selasa, 1 Muharram 225 H/840 M. Raja pertama yang dimahkotai oleh menantunya adalah
Abdul 'Aziz bergelar Sultan 'Alaiddin Mualana' Abdul 'Aziz Syah. Pada Hari Peresmian, Bandar
Perlak berganti nama menjadi Bandar Khalifa, untuk mengenang dan penghormatan kepada
rombongan kapten yang berjasa dalam perkembangan Islam di Peureulak.

Bandar Khalifah terkenal di kalangan pedagang Arab dan non-Arab karena menjadi pelabuhan
penting dan persinggahan bagi mereka dalam perjalanan ke Cina atau kembali ke Asia Barat.
Peureulak menjadi kerajaan Islam pertama, kemudian menjadi pusat perdagangan Islam di
Nusantara. Padahal, Peureulak sudah berkembang sejak pertengahan abad ke-8, ketika Perlak
merupakan daerah yang paling maju dibandingkan daerah lain di Sumatera. Marco Polo
membuktikannya. Pada masa pemerintahan Sultan "Abdul" Aziz Shah (840-864 M), sistem
administrasi kerajaan Perlak tertata dengan baik. Secara historis, hal itu ditandai dengan sistem
pemerintahan Abbasiyah. Sultan Perlak sangat memperhatikan pendidikan. Hal ini dibuktikan
dengan berdirinya lembaga pendidikan Islam Zawiyah Buket Cibrek yang dibuka pada tahun 865.
Menurut sejarah, merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Asia Tenggara. Keberhasilan ini
dicapai pada masa pemerintahan Sultan 'Alaiddin Maulana' Abdur Rahim Syah yang memerintah
(864-888 M), Sultan kedua Kerajaan Islam Perlak. Sultan Sayyid Maulana `Abbas Syah memerintah
dari tahun 888 hingga 913 M, Sultan Perlak ketiga, yang kemudian memperoleh kejayaan dengan
mendirikan lembaga pendidikan lain, Zawiyah Cot Kala Perlak, yang dibuka pada tahun 899 M.
pendidikan menjadi “Mekkah Nusantara-Pendidikan Islam” dengan lembaga-lembaganya yang telah
ada sebelumnya, karena lembaga inilah yang melahirkan banyak mantan santri, kemudian mereka
berperan sebagai guru sekaligus pendakwah Nusantara, mempengaruhi penyebaran dan Islamisasi. Di
Asia Tenggara pada umumnya dan di Nusantara pada khususnya.

 Kemunduran Kerajaan Perlak


Kemunduran Kesultanan Peureulak disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, konflik antara
sekte Syiah dan Sunni. Menjelang akhir pemerintahan Sultan III, Sultan 'Alaiddin Maulana
Sayyid'Abbas Syah, kerajaan atau kesultanan Peureulak menjadi sengketa. Dengan adanya peristiwa
tersebut, popularitas Peureulaku sedikit menurun. Pada awalnya ketika salah satu keluarga Meurah
Peureulak kembali dari Makkah yaitu Meurah 'Abdul Kadir Syah. Ia adalah tokoh yang mengikuti

44
Misri A. Muchsin. KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL PERADABAN ISLAM NUSANTARA
(Universitas Islam Negeri Ar-Raniry)
pemikiran Syafi dan berpandangan Sunni. Berkat ini, timbul perselisihan antara dua aliran pemikiran
dan Syiah, yang telah lama memerintah di Peureulak. Kejadian ini berlanjut hingga masa
pemerintahan Sultan Sayyid Maulana 'Ali Mughayat Syah. Untuk mengatasi masalah ini, wilayah
Perlak harus dipecah menjadi dua wilayah. Pertama, Perlak, bagian (utara) Baroh, di bawah kendali
Sayyid Maulana, dengan Bandar Khalifah sebagai ibukotanya. Kedua, Divisi Perlak Tunong (di
selatan), dipimpin oleh Makhdum Meurah 'Abdul Kadir Syah, dengan pusat pemerintahan di Bandar
Tualang. Pada masa itu kerajaan Islam Peureulak terbagi menjadi bagian utara dan selatan, yang
disebut Peureulak Kontinental dan Peureulak Pesisir, diperintah oleh dua dinasti, masing-masing
dinasti "Aziziyah" dan dinasti Makhdum yang didirikan oleh Meurah'Abdul Kadir Syah .
5
Pada masa pemerintahan Perlak VII Sultan Makhdum 'Abdul Malik Shah Johan Berdaulat 966-
973 M, kekacauan kembali terjadi. Namun ia mampu menyelesaikan kekacauan ini dengan sebuah
perjanjian damai yang disebut Perjanjian Alue Meuh pada tanggal 10 Muharram 353 H/963 M.
Perjanjian ini memiliki empat isi. Faktor lain yang menyebabkan jatuhnya kerajaan tersebut adalah
serangan Peureulak dari Kerajaan Sriwijaya, karena Sultan Peureulak menolak permintaan Sriwijaya
agar Kerajaan Peureulak tunduk pada kekuasaannya dan membayar upeti. Sultan 'Alaiddin Sayyid
Maulana Mahmud Syah Peureulak dari Baroh tewas dalam penyerangan pada hari Minggu Zulhijjah
377 H. Dengan itu, Kerajaan Peureulak sepenuhnya berada di bawah kendali Sultan Makhdum Malik
Ibrahim Syah Johan Berdaulat di Peureulak Tunong dan terus melawan Sriwijaya. Raja terakhir yang
memerintah Peureulak adalah Sultan Makhdum Malik 'Abdul 'Aziz Syah 662-692 H/1263-1292 M.
Meski terus bertahan, kondisinya semakin memburuk. Selain itu, Kerajaan Perlak dilebur menjadi
negara federal di bawah Kerajaan Samudera Pasai Geudong di Aceh Utara pada 7/13. abad Masehi
Dengan demikian, keberadaan dan ukuran Peureulak sebagai pusat pemerintahan utama berubah
menjadi Samudera Pasai, Geudong di Aceh Utara.

55
Misri A. Muchsin. KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL PERADABAN ISLAM NUSANTARA
(Universitas Islam Negeri Ar-Raniry)
D. Kerajaan Samudra Pasai

 Awal masuk kerajaan samudera Pasai


Munculnya Kerajaan Samudera Pasai menimbulkan kemunduran bagi Kesultanan
Perlak. Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara yang
didirikan oleh Nazimud Al-Kamil. Ketika raja pertama Kerajaan Samudera Pasai adalah
Meura Silu yang bergelar Sultan Malik As-Saleh karena masuk Islam. Kerajaan
Samudera Pasai memerintah pada abad ke-13 dan ke-16. Gelar Meurah Silu yang
diterima merupakan pemberian Syekh Ismail di pesisir Samudera Pasai. Kerajaan
Samudera Pasai merupakan kerajaan yang muncul akibat proses Islamisasi di wilayah
pesisir setelah abad ke-7. Pada masa itu, Islam dengan mudah masuk dan dianut oleh
masyarakat pesisir. Menurut catatan sejarah, berdirinya Kerajaan Samudera Pasai dimulai
dengan penaklukan Laksamana Nizamud Al-Kamil dari Kerajaan India yang berhasil
menguasai Pasai dan membangun Kerajaan Pasai. Pada masa pemerintahannya, ia ingin
menguasai jalur perdagangan timur Sumatera. Namun ternyata kerajaan Samudera
didirikan pada masa pemerintahan Sultan Malikussaleh. Kerajaan Samudera Pasai
merupakan pusat perdagangan dan ekonomi saat itu.
a. Letak geografis Kerajaan Samudera Pasai berada di sisi timur Pulau Sumatera
bagian utara, di perbatasan Jalan Sekolah Internasional. Sumber sejarah Kerajaan
Samudera Pasai adalah:Makam Sultan Malik As-Saleh
b. Hikayat raja-raja Pasai (berisi tentang kerajaan Samudera Pasai sampai ditaklukan
oleh Majapahit)
c. Berita dari China
d. Catatan Ibn Batutah

 Pemimpin atau Raja-raja Kerajaan Samudra Pasai


Kerajaan samudera pasai dipimpin oleh beberapa sultan dan ratu antara lain:
1. Sultan Malik As-ssaleh (Meurah Silu) 1267-1297
merupakan pendiri Kerajaan Samudera Pasai. Beliau memperluas wilayah kekuasaan dan
membangun politik ekonomi dan memperkuat pertahanan. Beliau juga berdakwah dan
mengenalkan agama Islam secara luas. dibuktikan dengan adanya prasasti yang terdapat
dari batu nisan makamnya Sultan Malik As-saleh yang menyatakan meninggal pada
bulan Romadhon 676 tahun setelah nabi muhammad hijrah.
2. Sultan Al-Malik Azh-Zhahir I/Muhammad 1297-1326
Pada masa beliau memimpin dapat mengenalkan alat tukar yang biasa disebut dengan
Dirham yang biasa digunakan kerajaan Samudera Pasai. Pada masa itu juga semakin
berkembangnya pusat perdagangan dan beliau juga memperkuat posisi Islam di
Nusantara.
3. Sultan Ahmad I periode 1326
Pada masa Sultan Ahmad I terdapat peristiwa penyerangan ke kerajaan Karang Baru.
66
Misri A. Muchsin. KESULTANAN PEUREULAK DAN DISKURSUS TITIK NOL PERADABAN ISLAM NUSANTARA
(Universitas Islam Negeri Ar-Raniry)
7
4. Sultan Al-Malik Azh-Zhahir II periode 1349
Beliau sangat gemar berdakwah agama Islam ke negeri-negeri tetangga. Beliau juga
memiliki armada kapal dagang yang besar.
5. Sultan Zaenal Abidin I 1349-1406
Beliau merupakan salah satu pemimpin yang penting dalam sejarah Kerajaan Samudera
Pasai. Pada masa Sultan Zaenal Abidin beliau berusaha mempertahankan dan
memperkuat kekuasan. Akan tetapi, pada masa beliau Kerajaan Samudera Pasai
mengalami penurunan akibat adanya konflik internal.
6. Ratu Nahrasyiyah 1406-1428
Kepemimpinan yang berhasil dan mengalami masa kejayaan dalam berbagai bidang,
seperti pada bidang sosial berupa adanya karya tulis yaitu Hikayat Raja Pasai.
7. Sultan Zainal Abidin II 1428-1438
8. Sultan Shalahuddin 1438-1462
9. Sultan Ahmad II 1462-1464
10. Sultan Abu Zaid Ahmad III 1464-1466
11. Sultan Ahmad IV 1466-1466
12. Sultan Mahmud 1466-1468
13. Sultan Zaenal Abidin III 1468-1474
14. Sultan Muhammad Syah II 1474-1495
15. Sultan Al-Kamil 1495-1495
16. Sultan Adlullah 1495-1506
17. Sultan Muhammad Syah III 1506-1507
18. Sultan Abdullah 1507-1509
19. Sultan Ahmad V 1509-1514
Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad V terjadi peristiwa Malaka jatuh ke tangan
Portugis.
20. Sultan Zaenal Abidin IV 1514-1517

 Kejayaan Kerajaan Samudra Pasai


Pada masa kerajaan Samudera Pasai pemerintahan dipimpin oleh sultan secara turun
temurun, namun pada masa itu juga terdapat jabatan lain seperti menteri, bendahara,
panglima perang, dll. Suksesi Kerajaan Samudera Pasai terjadi pada masa pemerintahan
Sultan Al-malik Zahir II. Kemudian perkembangan mal membawa kedatangan pedagang
dari seluruh dunia. Kerajaan Samudera Pasai juga menjadi pusat dakwah penyebaran
agama Islam. Letaknya yang strategis turut menyumbang keberhasilan Kerajaan
Samudera Pasai. Keberhasilan Kerajaan Samudera Pasai juga dapat dilihat dari beberapa
faktor seperti:
1. Bidang ekonomi

77
Budi Sulistiono, Menelusuri Tinggalan Arkeologi Kerajaan Samudera Pasai (Lembaga Pentashihan & Mushal Al-
Quran, 2015)
8
Pemerintah Samudera Pasai menciptakan mata uang yang disebut dirham.
Keberhasilannya ditandai dengan adanya kota niaga.
2. Bidang sosial dan budaya
Kerajaan Samudera Pasai berkembang sebagai penghasil tulisan-tulisan yang baik, antara
lain tulisan-tulisannya adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Adapun bahasa Melayu yang
digunakan Syekh Abdurrauf al-Singkili untuk menulis buku-bukunya.
3. Bidang keagamaan
Dengan adanya pemberitaan Ibnu Battuh, kehadiran para pemuka agama Timur Tengah
semakin memudahkan perluasan wilayah Islam.
4. Bidang politik
Munculnya hubungan baik dengan Cina dan pada masa pemerintahan Sultan Mahmud
Malik az-zahir di negara-negara Timur Tengah. Kerajaan Samudera Pasai juga memiliki
ikatan matrimonial dengan Malaka.

 Runtuhnya Kerajaan Samudra Pasai


Kerajaan Samudera Pasai mulai terpecah dalam 3 abad terakhir akibat invasi Portugis
pada tahun 1521. Kerajaan Samudera Pasai saat itu diperintah oleh Sultan Zaid Al-
Abidin. Beberapa faktor termasuk faktor eksternal dan internal yang menjadi penyebab
runtuhnya Kerajaan Samudera Pasai yaitu:
1. Faktor eksternal
a) Kemunduran kekuatan ekonomi akibat perubahan jalur perdagangan dunia dan
pengetahuan kerajaan lain.
b) Serangan dari luar seperti ancaman Kesultanan Malaka dan Kerajaan Majapahit yang
melemahkan pertahanan Kerajaan Samudera Pasai.
c). Tekanan imperialisme yang sangat mempengaruhi kerajaan Samudera Pasai.
2. Faktor internal
(a) Terjadi perselisihan antara keluarga kerajaan Samudera Pasai yang menyebabkan
lemahnya stabilitas politik dan pemerintahan kerajaan. Terjadi pemberontakan, sehingga
raja Malaka dihadirkan sebagai penindas.
b) Pemimpin kerajaan korup dan tidak mampu mengatur dan menangani masalah politik,
sosial dan ekonomi. Dengan adanya faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
kerajaan Samudera Pasai. Runtuhnya kerajaan Samudera Pasai menandai berakhirnya
kemakmuran kerajaan Islam di Aceh. Namun, tonggak sejarah, warisan budaya dan Islam
Kerajaan Samudera Pasai masih kuat dan terpelihara di Aceh dan sekitarnya.

88
Budi Sulistiono, Menelusuri Tinggalan Arkeologi Kerajaan Samudera Pasai (Lembaga Pentashihan & Mushal Al-
Quran, 2015)
E. 9Perkembangan Peradaban Islam di Indonesia Pada Masa Kerajaan Samudera
Pasai

 Awal Perkembangan Samudera Pasai Pra Islam


Samudera Pasai terletak di pantai utara Sumatera di pintu masuk barat Selat Malaka saat kapal
berlayar dari Samudera Hindia. Posisinya sangat strategis di jalur pelayaran dari India ke Nusantara
dan ke China. Pada mulanya, menurut Babad Pasai, kerajaan Samudera berada di pedalaman.
Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada abad XIII. Ia adalah putra dari Meurah Gajah dan Putri
Betung. Nama kakeknya adalah Raja Ahmad dan nama ibunya adalah Raja Muhammad. Sepeninggal
kakeknya, Meurah Silu dan saudaranya Meurah Hasum meninggalkan Samarlanga menuju Biruan.
Mereka tinggal di sana di kedua sisi sungai. Ketika Silu memasang jebakan di sungai, dia menerima
gelang emas dan perak, sehingga dia menjadi kaya dan memiliki banyak pengikut. Dengan modal
tersebut, Silu mendirikan Kerajaan Lautan. Untuk memajukan kerajaan Samudera, Meurah Silu
menempuh tiga langkah penting. Pertama, perluasan wilayah kerajaan hingga ke wilayah pesisir yang
kala itu dipenuhi oleh kapal-kapal dagang Muslim India, dan pendirian pusat pemerintahan baru
bernama Pasai. Kedua, penerimaan Islam oleh Syekh Ismail yang datang melalui Pantai Malabar
(India) atas permintaan Syarif Makkah. Setelah memeluk Islam, ia mendapat gelar Sultan Malik Al-
Saleh dan negerinya disebut Samudera Darul Islam. Ketiga, Sultan menikahi putri Perlak bernama
Ganggang Sari. Sejak saat itu, marga dari dua kesultanan penting, Samudera dan Perlak, bersatu di
pantai utara Sumatera. Perkembangan Samudera Pasai merupakan kombinasi antara perdagangan
laut yang padat dan semangat religius yang membuat banyak orang datang ke sana. Populasinya
setidaknya 20.000 orang. Ini menghasilkan 8.000 hingga 10.000 ribu biji merica setiap tahun.
Pedagang Samudera Pasai berasal dari Gujarat, Keling, Benggala, Pegu, Thailand, Kedah dan Barua.

 Islam Pada Masa Kerajaan Samudera Pasai


Kapal Syekh Ismail singgah di empat pelabuhan di pantai utara Sumatera. Pelabuhan pertama adalah
Fansuri yang terletak di sisi barat Sumatera Utara. Kapal melanjutkan dari sana dan berhenti di Lamir
(Lamur) yang terletak di barat laut Aceh. Kapal berlayar melintasi lautan dan berhenti di Haru. Oleh
karena itu, sebelum mencapai Samudera, kita harus kembali ke utara, berhenti di Perlak. Setiap kali
singgah di pelabuhan, Fakir Muhammad membawa Alquran kepada penduduk, tetapi mereka tidak
bisa membacanya. Di bawah bimbingan Muhammad, penduduk setempat bisa mengucapkan
syahadat dan memeluk Islam. Empat puluh hari sebelum kapal tiba di lautan, Meurah Silu bermimpi
bertemu dengan nabi Muhammad. Dalam mimpi, dia diajari mengucapkan dua kalimat syahadat dan
membaca Alquran. Ia diberi gelar Sultan Malik Al-Salleh. Kapal tiba di Teluk Teria. Syekh Ismail
pergi ke pelabuhan untuk menemui raja. Dia meminta raja untuk mengatakan dua kalimat tentang
iman, dan raja melakukannya. Keesokan harinya, Muhammad dan Ismail pergi ke darat membawa
Alquran dan meminta sultan untuk membacanya. Sultan juga bisa membacanya. Ismail membuat
penduduk setempat mengucapkan syahadat. Sejak saat itu nama negara tersebut adalah Samudera
Darul Islam. Ketika Ismail kembali ke Makkah, Sultan Sharif menghadiahkan Makkah beberapa
hadiah berupa amber, kapur barus, gaharu, kayu cendana, kemenyan, rhubarb, cengkih, dan pala.
Semuanya sekitar seratus bahar. Setelah Ismail kembali, Muhammad dan putranya tetap tinggal di
Samudera untuk berdakwah.

99
Muhammad Al-Fatih1 Maulida Tri Puspita2 Tia Pratiwi3 Mardinal Tarigan4, Peradaban Islam Di Kerajaan
Samudera Pasai (Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,UIN Sumatera Utara, Medan,
2023)
 Dakwah Pada Masa Kerajaan Samudera Pasai
10
Strategi dakwah yang digunakan Kesultanan Samudra Pasai untuk menyebarkan Islam dapat
menjadi barometer strategi dakwah kontemporer. Pertama-tama harus dipahami bahwa dakwah
membutuhkan modal finansial yang kuat. Para pendakwah Islam di Pasai adalah saudagar-saudagar
kaya dari Timur Tengah yang tidak hanya ahli bisnis tetapi juga menguasai berbagai bidang sosial.
Dimensi pertama adalah karakteristik sosial, khususnya situasi politik daerah yang dijadikan arena
penuntutan. Strategi lainnya adalah memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh situasi sosial politik
saat ini. Para pendakwah Samudra Pasai berusaha mengendalikan persoalan sosial dan politik yang
ada. Di Pasai pertama kali diketahui kekuasaan politik dikuasai oleh Maharaja Samudra Bakoy yang
mengajarkan Wahdatul Wujud atau Wujudiah. Sifat ajaran ini sangat halus dan mudah bagi orang
untuk salah paham dan tersesat. Pada bagian ini, para da'i menunjukkan kepiawaiannya dalam
berpolitik. Mereka mengangkat seorang pemuda yang diusir dari kerajaannya sendiri, Kerajaan
Salasar di Cot Girek, Aceh Utara, sebagai Sutan baru untuk mendirikan Kerajaan Pasai. Orang yang
ditunjuk adalah Meurah Seulu. Meurah Seoul dikaitkan dengan Kesultanan Peureulak dari dinasti
Aziziyah. Dia adalah seorang pemuda yang penuh pengalaman. Meurah Seoul melakukan perjalanan
lama ke negara-negara maju seperti Peusangan dan Samalanga. Pengalaman tersebut tentunya
membuatnya menerima berbagai ajaran hikmah yang ada di negeri perantauan tersebut. Meurah Seulu
juga memenuhi kriteria pemimpin yang menurut para misionaris Timur Tengah harus lahir dari
bangsa Quraisy. Ketika dinasti Aziziyah di Peureulak Tunong digantikan oleh dinasti Meurah dari
Peureulak Baroh, keturunan dinasti Aziziyah pindah ke Linge, mendirikan kerajaan Linge dan
kemudian kerajaan Salasar. Meurah Seoul sendiri merupakan keturunan kerajaan Salasar, diasingkan
karena adu kepemimpinan. Setelah melantik Meurah Seul dan mendapat gelar sultan Malikus Saleh,
raja baru tersebut menikah dengan seorang keturunan Kesultanan Peureulak yang menguasai
Samudrat. Dengan demikian Samudra dan Pasai bersatu. Strategi dakwah dan dakwah melalui
perkawinan merupakan cara lama yang sangat efektif. Beginilah model pendidikan agama Islam yang
dibawa para pedagang dari Timur Tengah menyebar.
Cara lain yang terkenal untuk menyebarkan agama adalah perang. Cara ini sangat tidak
diinginkan oleh pihak manapun, apalagi dalam posisi yang lemah. Tapi Pasai bukan lagi kerajaan
yang lemah saat itu. Selain wilayah yang sangat luas, Samudra Pasai juga memiliki fleksibilitas
finansial yang besar. Mereka sangat maju dalam bisnis. Penguasa Selat Malaka ini merupakan negara
terkaya di Asia Tenggara (Nusantara) dari dulu hingga sekarang. Dengan perencanaan yang sangat
matang, keadaan Meurah Mulia yang diperintah oleh Maharaja Bakoy kemudian diserang. Serangan
ini memiliki dua keunggulan utama. Yang pertama menyebarkan doktrin Wujudiah yang tidak disukai
oleh para pendakwah Timor Leste. Selain itu, sebagai negara besar, Samudra Pasai membutuhkan
hilir yang besar. Ketika Maharaja Bakoy menguasai wilayah tersebut, eksistensi Samudra Pasai
sebagai kerajaan terbesar di Selat Malaka tak tergoyahkan kala itu. Dengan stabilitas politik dan
ekonomi yang kuat, sains mudah untuk diajarkan. Bahkan Samudra Pasai menjadi pusat penyebaran
Islam di Nusantara saat itu. 24 sarjana dibawa dari Timur Tengah untuk mengajar studi Islam. Salah
satunya adalah kakek buyutnya Hamzah Fansuri. Sebuah lembaga pendidikan Islam bernama Dayah
Blang Pria juga didirikan. Saat itu, Dayah menjadi lembaga pendidikan Islam terbesar di Asia
Tenggara. Banyak ulama lahir di sana, yang kemudian menyebar ke Nusantara untuk mengajarkan
Islam. Beberapa Sunni Wali Songo juga belajar di sana.

1010
Muhammad Al-Fatih1 Maulida Tri Puspita2 Tia Pratiwi3 Mardinal Tarigan4, Peradaban Islam Di Kerajaan
Samudera Pasai (Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,UIN Sumatera Utara, Medan,
2023)
 Runtuhnya Kerajaan Samudera Pasai
11
Sepeninggal Sultan Malik as-Sholeh, kekuasaannya digantikan oleh penerusnya, yaitu Sultan
Muhammad Sultan Ahmad, disebut juga Sultan Malik adz-Dzahir I (1297-1326). Sultan
Muhammad digantikan oleh Sultan Ahmad yang juga disebut Sultan Malik adz-Dzahir II (1326-
1348). Pada masa itu, pemerintahan Samudera Pasai berkembang pesat dan terus menjalin
hubungan dengan pemerintahan Islam di Indonesia dan Arab. Menurut cerita Ibnu Battutahi,
perdagangan di Laut Pasai meningkat dan berkembang karena didukung armada laut yang kuat
sehingga para pedagang merasa aman dan nyaman selama berbisnis di Laut Pasai. Barang
dagangan utama Samudra adalah lada, kapur barus dan emas. Kesultanan Samudera Pasai
memiliki pengaruh terhadap pelabuhan-pelabuhan penting di wilayah Pidi, Peureulak dan lainnya.
Samudera Pasai berkembang pesat pada masa pemerintahan Sultan Malik adz-Dzahir II.
Kemajuan ekonomi mempengaruhi kehidupan sosial, rakyat kerajaan menjadi kaya. Dan selain
itu, menurut syariat Islam, kehidupan masyarakat diwarnai oleh rasa kebersamaan dan saling
menghargai. Kesultanan ini memiliki kabinet dan tentara. Di darat dan laut kekuatannya kuat.
Hubungan diplomatik juga lancar. Samudera Pasai pada puncaknya seperti kantor sendiri.
Sebagai pemerintahan yang berpengaruh, Pasai juga menjalin hubungan persahabatan dengan
para pemimpin negara lain seperti Champa, India, Cina, Majapahit dan Malaka. Hubungan antara
sultan dan masyarakat terjalin. Sultan dapat mengobrol dan bertukar pikiran dengan para ulama,
dan Sultan juga menghormati para tamu dan memberikan cinderamata. Sebagai kerajaan besar,
kesultanan ini juga mengembangkan kehidupan yang menghasilkan tulisan-tulisan bagus.
Beberapa minoritas kreatif berhasil menggunakan huruf Arab untuk menulis karya mereka dalam
bahasa Melayu. Itu disebut Jaw dan hurufnya disebut Jaw dalam bahasa Arab. Diantara tulisan
tersebut adalah Hikayat Raja Pasai. Akibatnya, ilmu tasawuf pun berkembang. Di antara buku-
buku Tasawuf, Durru al-Manzul, karya Maulana Abu Ishaq, diterjemahkan. Pada masa
selanjutnya, sedikit yang diketahui tentang masa pemerintahan Samudera Pasai, karena masa
pemerintahan Sultan Zaenal Abidin yang juga bergelar Sultan Malik adz-Dzahir III tidak begitu
jelas. Menurut sejarah Melayu, kerajaan Thailand menyerang kerajaan Samudera Pasai. Oleh
karena itu, karena tidak adanya data yang jelas, runtuhnya Laut Pasai tidak diketahui dengan
jelas. Samudera pasai mewujudkan esensi keterbukaan dan kebersamaan. Namun sekitar tahun
1511 M, Samudera Pasai merupakan kerajaan kecil di Aceh dan pesisir timur Sumatera, seperti
Peureulak (Aceh Timur), Pedir (Pidies), Daya (Aceh Barat Daya) dan Aru (Sumatera Utara)
sudah pada masa penjajahan Portugis. peraturan Samudera Pasai ditaklukkan Portugis pada tahun
1521 dan diduduki selama tiga tahun. Pada tahun 1524, Sultan Ali Mughayyat Syahil berhasil
menyelamatkan dan merebut Pasai dari Portugis. Terlepas dari keadaan yang tercatat dalam
sejarah, Samudera Pasai merupakan pusat penyebaran Islam ke berbagai daerah.

11
Muhammad Al-Fatih1 Maulida Tri Puspita2 Tia Pratiwi3 Mardinal Tarigan4, Peradaban Islam Di Kerajaan
Samudera Pasai (Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,UIN Sumatera Utara, Medan,
2023)
DAFTAR PUSTAKA
Amarseto, Binuko. (2017). Ensiklopedia Kerajaan Islam di Indonesia. Yogyakarta: Relasi Inti Media. 12
Ismail, M. G. (1997). Pasai Dalam Perjalanan Sejarah Abad ke-13 Sampai Abad ke-16. Jakarta:
CV.Putra Sejati Raya.
Muhammad Al-Fatih, D. (2023). Peradaban Islam Di Kerajaan Samudera Pasai. 2.

12

Anda mungkin juga menyukai