Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera tidak bisa lepas
dari studi tentang masuk dan berkembanganya Islam di Indonesia. Kemunculan
dan keberadaan kerajaan-kerajaan tersebut merupakan kelanjutan dari proes
islamisasi daerah daerah pantai yang pernah disinggahi para saudagar muslim
sejak abad ke-7, 8 dan seterusnya.
Adanya berita dari Marcopolo yang mengatakan bahwa ketika ia
mengunjungi Sumatera penduduk Sumatera beragam Hindu kecuali Ferlec yang
sudah beragama Islam dan adanya batu nisan kubur di Aceh dengan nama Sultan
Al Malik al Saleh yang berangka tahun wafat 1297 M menandakan bahwa Islam
sudah tumbuh dan berkembang di wilayah Sumatera.
Bertolak dari berita yang disebutkan oleh Marcopolo sebagai mana diatas para
ahli berpendapat bahwa Ferlec yang dimaksud adalah Peureulak yang sekarang
termasuk wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Timur.1
Daerah inilah yang kemudian tumbuh dan berkembang menjadi sebuah
kerajaan yang dikenal dengan Kerajaan Perlak.
B. Rumusan masalah
1. Bagainamakah kondisi daerah Peureulak pra Islam?
2. Bagaimanakah proses berdirinya Kerajaan Perlak?
3. Bagaimanakah perkembangan Kerajaan Perlak?
4. Bagaimanakah proses kemunduran Keajaan Perlak?
C. Tujuan
1. Mengetahui kondisi daerah Peureulak pra Islam
2. Mengetahui proses berdirinya Kerajaan Perlak
3. Mengetahui perkembangan Kerajaan Perlak
4. Mengetahui proses kemunduran Keajaan Perlak

1
lihat Mundzirin Yusuf, dkk, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia (Yogyakarta: Penerbit Pustaka,
2006), hlm. 53-55
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kondisi Peureulak pra Islam
Peureulak adalah nama daerah yang banyak ditumbuhi kayu perlak. Kayu
yang sangat bagus sebagai bahan pembuatan kapal, sehingga banyak orang luar
datang untuk membali kayu tersebut. Mereka menyebut daerah tempat pembelian
dengan sebutan Negri Perlak.
Sebagai sebuah pelabuhan perniagaan yang maju dan aman pada abad ke-8 M
Perlak menjadi tempat persinggahan kapal-kapal niaga orang-orang Arab Persia.
Seiring dengan berjalannya waktu di daerah ini terbentuk dan berkembang
masyarakat Islam terutama sebagai akibat perkawinan diantara saudagar muslim
dengan perempuan anak negri.

Sebelum Kesultanan Perlak berdiri, di wilayah Perlak sudah berdiri Negeri


Perlak yang raja dan rakyatnya keturunan dari Maharaja Pho He La (Meurah
Perlak Syahir Nuwi) serta keturunan dari pasukan-pasukan pengikutnya. Pada
tahun 820 datang rombongan 100 orang dari Timur Tengah menuju pantai
Sumatera dipimpin Nakhoda Khilafah. Rombongan ini bertujuan untuk
berdagang sekaligus membawa sejumlah da‘i yang bertugas untuk membawa dan
menyebarkan Islam ke Perlak.

Kurang dari setengah abad, raja dan rakyat Perlak meninggalkan agama
lama mereka (Hindu dan Buddha), kemudian memeluk Islam. Anak buah
Nakhoda Khalifah, Ali bin Muhammad bin Ja‘far Shadiq dikawinkan dengan
Makhdum Tansyuri, adik dari Syahir Nuwi, Raja Negeri Perlak yang
berketurunan Parsi. Dari buah perkawinan mereka lahirlah Sultan Alaiddin Sayyid
Maulana Abdul Aziz Shah, yang menjadi Sultan pertama di Kesultanan Perlak
sejak tahun 840.

Dalam Naskah Hikayat Aceh diungkapkan bahwa penyebaran Islam di


bagian utara Sumatera dilakukan oleh seorang ulama Arab yang bernama Syaikh
Abdullah Arif pada tahun 506 H atau 1112 M. Aliran Syi‘ah datang ke Indonesia
melalui para pedagang dari Gujarat, Arab, dan Persia.Mereka masuk melalui
Kesultanan Perlak dengan dukungan penuh dari dinasti Fatimiah di Mesir. Ketika
dinasti ini runtuh pada tahun 1268, hubungan antara kelompok Syi‘ah di pantai
Sumatera dengan kelompok Syi‘ah di Mesir mulai terputus.

Kondisi ini menyebabkan konstelasi politik Mesir berubah haluan. Dinasti


Mamluk memerintahkan pasukan yang dipimpin oleh Syaikh Ismail untuk pergi
ke pantai timur Sumatra dengan tujuan melenyapkan pengikut Syi‘ah di
Kesultanan Perlak dan Kerajaan Samudera Pasai. Sultan Alaiddin Sayyid Maulana
Abdul Aziz Shah mendirikan Kesultanan Perlak pada 1 Muharram 225 H (840
M). Ia mengubah nama ibukota kerajaan dari Bandar Perlak menjadi Bandar
Khalifah, Khalifah sebagai bentuk perhargaan terhadap jasa Nakhoda Khalifah.
Sultan ini bersama istrinya, Putri Meurah Mahdum Khudawi, dimakamkan di
Paya Meuligo, Peureulak, Aceh Timur

Berikut nama-nama sultan yang berkuasa di Kesultanan Perlak;


1. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Syah Johan Berdaulat,
memerintah tahun 306-310 H/ 928-932 M.
2.  Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah Johan Berdaulat,
memerintah tahun 310-334 H/ 932-956 M.
3. Sultan Makdum Alaiddin Abdul Malik Syah Johan Berdaulat, memerintah
tahun 334-362H/ 956-983 M.

Pada akhir masa pemerintahan Abdul Malik Syah terjadi lagi konflik
antara Sunni dan Syi’ah, konflik itu terjadi selama empat tahun dan diakhiri
dengan perjanjian persetujuan damai dengan membagi wilayah kesultanan Perlak
menjadi dua, yaitu;
a. Perlak bagian pesisir dikuasi oleh kaum Syi’ah. Perlak pesisir dipimpin oleh
Sultan Alaiddin Syed Maulana Syah, yang berkuasa pada tahun 976-988 M.
b. Perlak bagian pedalaman dikuasai oleh Sunni. Perlak pedalaman dipimpin
oleh Makdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan berdaulat yang
memerintah pada tahun 986-1023 M.

Pada tahun 986 M, kerajaan Budha Sriwijaya melakukan perlawanan terhadap


kesultana Perlak pesisir. Dalam perang ini Sultan Alaiddin Syed Maulana Syah
sultan perlak pesisir wafat. Kesultanan perlak secara keseluruhan di kuasai oleh
Sultan perlak pedalaman yang beraliran suni, yaitu Sultan Makdum Alaiddin
Malik Ibrahim Syah Johan berdaulat. Perang antara kesultanan Perlak berahir
pada tahun 1006 M, ketika Sriwijaya mengundurkan diri untuk menghadapi
kerajaan Darmawangsa di pulau Jawa. Setelah berahirnya perang antara
Kesultanan perlak dengan kerajaan Budha Sriwijaya, selanjutnya Perlak dipimpin
oleh keturunan Sultan Malik Ibrahim Syah dari kaum Sunni.
Berikut nama sultan yang berkuasa di Kesultanan Perlak setelah mangkatnya
Sultan Malik Ibrahim Syah :
1. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Syah Johan Berdaulat, memerintah
tahun 1023-1059 M.
2. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mansyur Syah Johan Brdaulat, memerintah
tahun 1059-1078 M.
3. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Syah Johan Berdaulat, memerintah
tahun 1078-1119 M.
4. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad Syah Johan Berdaulat, memerintah
tahun 1119-1135 M.
5. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Syah Johan Berdaulat, memerintah
tahun 1135-1160 M.
6. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Usman Syah Johan Berdaulat, memerintah
tahun 1160-1173 M.
7. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Syah Johan Berdaulat,
memerintah tahun 1173-1200 M.
8. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Jalil Syah Johan Berdaulat,
memerintah tahun 1200-1230 M.
9. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syad II Johan Berdaulat,
memerintah tahun 1230-1267 M. Sultan Muhammad Amin Syad II memiliki
dua orang putri, yaitu putri Ratna Kumala dan putri Gangga. Putri pertama
dinikahkan dengan Sultan Malaka yaitu Sultan Mahmud Syah alias
Prameswara dan putri pertama dinikahkan dengan Al Malik Al Shaleh.
10. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Azis Syah Johan Berdaulat,
memerintah tahun 1267-1292 M.
Sultan Malik Abdul Azis adalah sultan terakhir dari Kesultanan Perlak.
Setelah dirinya wafat, Kesultanan Perlak digabungkan dengan Kesultanan
Samudra Pasai pada masa pemerintahan Sultan Malik Al- Zahir putra Malik Al-
Shaleh
BAB III
Penutup
Kesimpulan

Kesultanan Perlak merupakan Kerajaan Islam pertama di Nusantara yang


berdiri pada tahun 225 H/ 840 M dan rajanya Syed Maulana Abdul Azis Syah,
yang merupakan keturunan Syi’ah. Banyak terjadi peperangan diantara Syi’ah dan
Sunni yang pada akhirnya terjadi perdamaian dengan dibagi wilayahnya menjadi
dua, yaitu Perlak Pesisir bagi golongan Syi’ah dan Perlak Pedalaman bagi
golongan Sunni.
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Azis Johan Berdaulat adalah sultan
terakhir dari Kesultanan Perlak. Sultan Malik Abdul Azis adalah sultan terakhir
dari Kesultanan Perlak. Setelah dirinya wafat, Kesultanan Perlak digabungkan
dengan Kesultanan Samudra Pasai pada masa pemerintahan Sultan Malik Al-
Zahir putra Malik Al- Shaleh

Anda mungkin juga menyukai