Sultanah Nahrasiyah
Sultanah Nahrasiyah memiliki penasehat bernama Ariya Bakooy dengan gelar
Maharaja Bakooy Ahmad Permala
Ariya Bakooy sebenarnya merupakan sosok kontroversial. Ia pernah
diperingatkan kaum ulama agar tidak mengawini puterinya sendiri namun
peringatan itu ditentangnya. Bahkan, Ariya Bakooy kemudian malah membunuh
40 ulama
Sultanah Nahrasiyah merupakan seorang perempuan muslimah yang berjiwa
besar. Hal ini dibuktikan dengan hiasan makamnya yang sangat istimewa
Pada nisannya, tertulis nukilan huruf Arab terjemahannya berbunyi: Inilah
kubur wanita yang bercahaya yang suci ratu yang terhormat, almarhum yang
diampunkan dosanya, Nahrasiyah, putri Sultan Zainal Abidin, putra Sultan
Ahmad, putra Sultan Muhammad, putra Sultan Mailkus Salih. Kepada mereka
itu dicurahkan rahmat dan diampunkan dosanya. Mangkat dengan rahmat Allah
pada hari Senin, 17 Zulhijjah 832
Kehidupan Ekonomi
Karena letak geografisnya yang strategis, ini mendukung kreativitas
mayarakat untuk terjun langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga
mempersiapkan bandar-bandar yang digunakan untuk :
1. Menambah perbekalan untuk pelayaran
2. Mengurus masalah perkapalan
3. Mengumpulkan barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri
4. Menyimpan barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di
Indonesia
Kehidupan Agama
Sesuai dengan berita dari Ibnu Battutah tentang kehadiran ahli-ahli agama dari
Timur Tengah, telah berperan penting dalam proses perkembangan Islam di
Nusantara.
Berdasarkan hal itu, Sultan Samudera Pasai begitu taat dalam menjalankan
agama Islam sesuai dengan Mahzab Syafi'I dan ia selalu di kelilingi oleh ahli-
ahli teologi Islam.
Dengan raja yang telah beragama Islam, maka rakyat pun memeluk Islam untuk
menunjukan kesetiaan dan kepatuhannya kepada sang raja.
Karena wilayah kekuasaan Samudra Pasai yang cukup luas, sehingga
penyebaran agama Islam di wilayah Asia Tenggara menjadi luas
Kerajaan Aceh merupakan salah satu kerajaan terkuat di Indonesia yang memiliki
kegigihan untuk mengusir para penjajah, termasuk Portugis dan juga Belanda.
Kerajan Aceh secara resmi dikenal sebagai Kerajaan Aceh Darussalam yang berdiri
tahun 1496 hingga 1903.
Hingga pada tahun 1511, Selat Malaka yang merupakan daerah berdagang yang
strategis berhasil dikuasai oleh Portugis. Kondisi ini kemudian memaksa semua
saudagar Islam untuk mencari daerah berdagang baru yang sama atau mendekati
strategis.
Hingga kemudian berhasil menemukan bandar laut Banda Aceh dan menjadikan
daerah ini berkembang dengan pesat. Perkembangan daerah Aceh yang semakin
pesat ini kemudian menjadikan Kerajaan Aceh berhasil merdeka dan keluar dari
kekuasaan Kerajaan Pedir.
Namun karena ada jalur yang kemudian dikuasai oleh Portugis menjadikan pedagang
yang mayoritas beragam Islam tersebut memindahkan jalur perdagangan. Kemudian
melalui Tanjung Harapan dan juga Sumatra, dan perpindahan jalur ini memberikan
keuntungan tersendiri bagi Pulau Sumatra.
Para pedagang juga mendapat keuntungan dari perpindahan jalur baru tersebut, sebab
di daerah Malaka maupun Sumatra. Memiliki produksi lada yang berlimpah, selain
mudah mendapatkan bahan baku harga jualnya pun menjadi lebih tinggi. Sebab lada
yang berhasil didapatkan merupakan lada yang berkualitas terbaik, dan dibutuhkan
oleh para pembeli di China.
Kondisi ini kemudian dilirik oleh Portugis, dan memiliki niatan untuk menguasai
perdagangan lada. Artinya ingin menguasai Malaka dan juga Sumatra sekaligus
untuk memonopoli hasil perkebunan lada.
Kerajaan Aceh pada masa masukkan Portugis dipimpin oleh Sultan Ali Mughayat
Syah atau yang dikenal juga sebagai Sultan Ibrahim. Di bawah kepemimpinannya
Kerajaan Aceh berhasil merdeka dari kekuasaan Kerajaan Pedir dan memperluas
daerah kekuasaan. Kerajaan Aceh pada tahun 1524 berusaha untuk menguasai
Malaka dari tangan Portugis namun pada akhirnya gagal. Kepemimpinannya
kemudian digantikan oleh sang istri karena wafat pada tahun 1528 karena diracuni.
Perebutan kekuasaan terjadi, hingga pada akhirnya Kerajaan Aceh dipimpin oleh
Sultan Iskandar Muda pada tahun 1607. Kepemimpinannya membawa Kerajaan
Aceh kepada masa keemasan, dan mampu mendesak posisi Portugis di Malaka.