Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SEJARAH KAJIAN BAHASA INDONESIA


KONGRES PEMUDA DI INDONESIA

Disusun Oleh :

Ainul Fikri Saintiany J1B018041

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU BUDAYA
SASTRA INDONESIA
PURWOKERTO
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Desa Taman Sari adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan Karanglewas,

Kabupaten Banyumas. Desa ini merupakan tempat yang menjadi bagian dari cerita Babad

Pasir Luhur. Melanjutkan cerita Pasir Luhur zaman Hindu, Desa Taman sari menjadi lokasi

dimana awal mula masuknya islam ke kadipaten Pasir Luhur (berganti nama menjadi

Kabupaten Banyumas).

Islam masuk ke Pasir Luhur melalui proses islamisasi. Islamisasi adalah proses

konversi masyarakat menjadi islam. Diceritakan, setelah kekuasaan Adipati Kandha Daha

diserahkan kepada Kamandaka (Banyak Catra). Banyak Catra beranak Banyak Wirata,

Banyak Wirata beranak Rama, Banyak Rama beranak Kesumba, Banyak Kesumba beranak

Banyak Belanak dan Banyak Geleh. Proses islamisasi di Pasir Luhur diawali saat Banyak

Belanak menjadi adipati Pasirluhur. Ia diislamkan dengan damai oleh utusan dari kerajaan

Demak yakni, Patih Hedin, Patih Husen dan pangeran Makedum Wali, dan mengganti

namanya menjadi Senopati Mangkubumi I. Ia pun ditugaskan untuk mengislamkan daerah

sebelah barat Pasir Luhur hingga batas sungai Citarum dan ikut membangun Masjid

Demak. Selain melanjutkan cerita Babad Pasir Luhur sebelumnya, makalah ini dibuat

untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Kebudayaan Indonesia.

B. Tujuan

1. Mencari tahu proses islamisasi di kadipaten Pasir Luhur.

2. Mengenali tokoh-tokoh dalam sejarah kadipaten Pasir Luhur.


3. Mencari tahu sejarah masuknya islam ke kadipaten Pasir Luhur.

4. Memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Kebudayaan Indonesia.

C. Manfaat

1. Mengetahui proses islamisasi di kadipaten Pasir Luhur.

2. Mengetahui tokoh-tokoh dalam sejarah kadipaten Pasir Luhur.

3. Mengetahui sejarah masuknya islam ke kadipaten Pasir Luhur.

4. Dapat memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Kebudayaan Indonesia.


BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

Setelah Adipati Kandha Daha menyerahkan kekuasaan kepada Banyak Catra atau

Kamandaka sementara Banyak Ngampar diberi daerah kekuasaan di Dayeuhluhur. Silsilah

keturunan Kamandaka dapat diuraikan sebagai berikut: Banyak Catra atau Kamandaka

beranak Banyak Wirata, Banyak Wirata beranak Banyak Rama, Banyak Rama beranak

Banyak Kesumba, Banyak Kesumba beranak Banyak Belanak dan Banyak Geleh. Sampai

disini Banyak Belanak diangkat menjadi adipati Pasir Luhur sedangkan Banyak Geleh

menjadi patihnya dan mendapat gelar Patih Wirakencana. Pada masa kepemimpinan

Banyak Belanak, Majapahit sudah runtuh dan digantikan oleh kerajaan Demak.

Kerajaan Demak saat itu dibawah kepemimpinan Raden Patah mengirim utusan yaitu,

Patih Hedin, Patih Husen dan pangeran Makedum Wali untuk mengislamkan sang Adipati

Pasir Luhur. Singkat cerita Banyak Belanak akhirnya masuk islam dengan damai.

Mendengar sang adipati berhasil masuk islam, sultan Demak gembira atas keberhasilan

Patih Hedin dan Patih Husen. Karena keberhasilan itu Sultan pun menugaskan kepada

Banyak Belanak untuk mengislamkan daerah sebelah barat Pasir Luhur hingga batas sungai

Citarum. Karena sebelah barat Citarum sudah terlebih dulu diislamkan oleh Sultan Banten.

Banyak Belanak juga ikut serta dalam islamisasi ke pedalaman Jawa Timur dan ikut

membangun masjid Demak. Karena jasanya itu Banyak Belanak diberi gelar Pangeran

Senapati Mangkubumi I dan daerah kekuasaan yang sangat luas 8000 dhomas dengan batas

timur Gunung Sindara Sumbing dan batas barat Udug – udug Kerawang.
Pada masa pemerintahannya, Banyak Belanak menyerahkan tahta kekuasaannya pada

putranya Banyak Thole untuk menjadi adipate Pasir Luhur selanjutnya. Namun setelah

menjadi adipati Pasir Luhur, Banyak Thole murtad dari agama Islam dan kembali memeluk

agama Budha. Banyak Belanak sakit keras melihat perilaku anaknya. Banyak Belanak

kemudian wafat lalu dikuburkan atas perintah Thole. Mendengar kematian Banyak

Belanak, sultan Demak mengirimkan empat utusannya untuk mendoakan Banyak Belanak.

Ketika sedang membaca Qur’an terdengar suara dari dalam kubur bahwa Banyak Belanak

belum sempurna meninggalnya. Empat orang kaum utusan sultan Demak dianiaya oleh

Thole. Thole juga menyatakan pemberontakannya kepada Demak. Padahal Patih

Wirakencana selalu menasihati kemenakannya, tetapi ia malah dihina sebagai lelaki

penakut. Demak pun mengirim pasukannya untuk menyerang Pasirluhur. Patih

Wirakencana membantu prajurit Demak untuk memasuki kota Pasir Luhur.

Pertempuran pun terjadi. Prajurit Demak mengepung kota Pasir Luhur kecuali arah

selatan. Dalam peperangan Thole dibantu oleh orang kepercayaannya bernama Carang

Andul dan Binatang Karya. Carang Andul adalah seorang patih kepercayaan Thole. Carang

Andul mempunyai aji – ajian yakni, aji pancasona. Aji pancasona adalah ajian ketika

dibunuh maka badan dan kepalanya harus dibuang terpisah supaya tidak menyambung lagi

dan hidup kembali.

Setelah Patih Carang Andul dan Binatang Karya tewas, Thole pun melarikan diri dari

Pasir Luhur ke Bocor. Melihat kekosongan di kadipaten Pasir Luhur, Sultan Demak pun

memerintahkan pada Patih Wirakencana untuk mengambil alih kekuasaan. Sehingga

setelah itu kadipaten Pasir Luhur dipimpin oleh Patih Wirakencana dengan gelar Senapati

Mangkubumi II. Sang Adipati memindahkan ibukota dari Pasir Luhur ke Pasir Batang.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari cerita yang kami paparkan, islam masuk ke kadipaten Pasir Luhur pada saat masa

pemerintahan Raden Banyak Belanak. Agama islam dibawa masuk oleh kerajaan demak

dan diterima dengan mudah oleh kerajaan Pasir Luhur. Proses islamisasi ini memunculkan

beberapa konflik seperti Banyak Thole yang berkhianat dan keluar dari islam sehingga

memunculkan peperangan. Akan tetapi, islam terus berkembang di kadipaten Pasir Luhur

hingga saat ini (sekarang kabupaten Banyumas).

B. Saran

1. Sejarah Pasir Luhur harus dibukukan dengan baik agar informasi dapat diakses dengan

mudah dan akurat.

2. Diadakan penelitian mengenai sejarah Pasir Luhur untuk mendapatkan versi yang paling

terpercaya dan dijadikan cerita resmi.

3. Menambahkan informasi mengenai sumber-sumber atau lokasi situs peninggalan dalam

kearsipan daerah.
DAFTAR PUSTAKA

Dikutip dari naskah Babad Pasir Luhur yang didapat dari Petilasan Carang

Andul desa Taman Sari, Karang Lewas dengan daftar pustaka berikut:

Priyadi, Sugeng. 1996. “Teks Babad Pasir dalam Babad Banyumas Tradisi

Naskah Dipayudan.” Makalah dipresentasikan dalam Simposium

Internasional Ilmu – Ilmu Humaniora IV dalam rangka Purnabakti

Prof. Dr. T. Ibrahim Alfian, Prof. Dr. Darusuprapta, dan prof. Dr.

Masri Singarimbun. Yogyakarta: Fakultas Sastra, Universitas

Gadjah Mada.

Teeuw, A. 1987. “Tentang Priyayi, Sastra dan Sejarah.” Dalam T. Ibrahim

Alfian, H.J. Koesoemanto, Dharmono Hardjowidjono, Djoko

Suryo. Dari Babad dan Hikayat Sampai Sejarah Kritis.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

_______. 1994. Indonesia antara Kelisanan dan Keberaksaraan. Jakarta:

Pustaka Jaya.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai