Anda di halaman 1dari 5

SUNAN PRAWOTO (RADEN MUKMIN)*

Ver. 0.1
Sunan Prawoto (nama lahirnya Raden Mukmin atau ejaan China Muk Ming) adalah
raja Demak keempat, yang memerintah tahun 1546-1549. Ia lebih cenderung sebagai
seorang ahli agama daripada ahli politik. Pada masa kekuasaannya, daerah bawahan
Demak seperti Banten, Cirebon, Surabaya, dan Gresik, berkembang bebas tanpa mampu
dihalanginya. Menurut Babad Tanah Jawi, ia tewas dibunuh oleh orang suruhan bupati
Jipang Arya Penangsang, yang tak lain adalah sepupunya sendiri. Setelah kematiannya,
Hadiwijaya memindahkan pusat pemerintahan ke Pajang, dan Kerajaan Demak pun
berakhir.
Silsilah
Sunan Prawoto Putera Raden Trenggono, Putera Raden Fatah Garwane Murta Simah Binti
Raden Rahmat Bin Sayd Ibrahim Asmoroqondi Bin Maulana Jumadil Kubro bin Mahmud
Alqubro Bin Jainal Husen Bin Jaenal Kubro bin Jaenal Abidin Bin Saidina Husen Ibni
Saidatina Fatimah Binti Rasulollah SAW
Makam
makam Mbah Sunan Prawoto, yang terletak pekuburan umum Desa Prawoto, Kecamatan
Sukolilo. Sebagian masyarakat menyebutnya makam Sunan Prawoto, putra Sultan
Trenggono (sultan ketiga Demak), dan kakak Ratu Kalinyamat. Berdasarkan silsilahnya,
Sunan Prawoto merupakan salah seorang cucu Sunan Kalijaga.
Tetapi, ada juga yang menyebutnya makam Panembahan Prawoto, salah seorang dari
empat putra Sunan Prawoto, atau cicit Sunan Kalijaga. Konon sebutan mbah pada Mbah
Sunan Prawoto berasal dari kata Panembahan Prawoto.
Nampaknya dugaan kedua ini lebih masuk akal. Sebab Sunan Prawoto dimakamkan di
belakang Masjid Agung Demak, yang diapit makam ayahnya (Sultan Trenggono) dan
Pangeran Chatib.
Kematiannya
Konspirasi terbunuhnya Sunan Prawoto (Raden Mukmin) diawali sebuah peristiwa
pembuhunan Sunan Prawoto terhadap pamannya sendiri, yaitu Raden Kikin. Raden Kikin
adalah anak dari Raden Fatah dari istri selir, sementara Raden Trenggono adalah anak
Raden Fatah dari istri permaisuri. Jadi, Raden Fatah sebagai raja pertama Kesultanan
Demak punya anak bernama Pati Unus (Pengeran Sabrang Lor) dan Sultan Trenggono
dari istri permaisuri, sementara Raden Kikin adalah anak Raden Fatah dari seorang selir.
Setelah Pati Unus gugur di medan perang melawan pasukan Portugis di daerah Malaka,
maka terjadi perebutan tahta antara Raden Trenggono dan Raden Kikin. Raden Mukmin
Semasa Muda, Naskah babad dan serat menyebut Raden Mukmin adalah putra sulung
Raden Trenggono. Ia lahir saat ayahnya masih sangat muda dan belum menjadi raja.
Pada tahun 1521 Pangeran Sabrang Lor meninggal dunia tanpa keturunan. Kedua adiknya
bersaing memperebutkan takhta, yaitu Raden Trenggono dan Raden Kikin. Raden

Trenggono adalah adik kandung Pangeran Sabrang Lor, sama-sama lahir dari permaisuri
Raden Fatah, sedangkan Raden Kikin meskipun lebih tua usianya, tapi lahir dari selir,
yaitu putri bupati Jipang.
Dalam persaingan ini tentu saja Raden Mukmin memihak ayahnya. Ia mengirim
pembantunya yang bernama Ki Surayata untuk membunuh Raden Kikin sepulang Salat
Jumat. Raden Kikin tewas di tepi sungai, sedangkan para pengawalnya sempat membunuh
Ki Surayata. Raden Mukmin lah yang bertanggung jawab atas kematian Raden Kikin
yang tidak lain adalah pamannya sendiri.
Sejak saat itu Raden Kikin terkenal dengan sebutan Pangeran Sekar Seda ing Lepen,
artinya "bunga yang gugur di sungai". Pangeran Sekar Seda Lepen meninggalkan dua
orang putra dari dua orang istri, yang bernama Arya Penangsang dan Arya Mataram.
Dari peristiwa ini, kemudian Sunan Kudus menemui putra Raden Kikin (Pangeran Sekar
Seda ing Lepen) yaitu pangeran Arya Penangsang
Dalam sebuah diskusi, Sunan Kudus bertanya kepada Arya Penangsang yang tak lain
adalah murid Sunan Kudus sendiri. Sunan Kudus bertanya: "Apa hukumnya orang
membunuh orang lain?" Arya Penangsang menjawab: "Hukumnya juga harus dibunuh
Kanjeng Sunan." Lalu, Sunan Kudus menjawab: "Kalau begitu, sudah seharusnya
kakakmu Prawoto dibunuh karena dialah yang membunuh ayahmu." Dari sebuah obrolan
tersebut, bisa dikatakan pula bahwa antara Sunan Kudus dan pangeran Arya Penangsang
menjadi dalang utama dari sebuah konspirasi pembunuhan Sunan Prawoto.
Pada tahun 1549 Arya Penangsang mengirim anak buahnya yang bernama Rangkud untuk
membalas kematian ayahnya. Menurut Babad Tanah Jawi pada suatu malam Rangkud
berhasil menyusup ke dalam kamar tidur Sunan Prawoto. Sunan mengakui kesalahannya
telah membunuh Pangeran Seda Lepen. Ia rela dihukum mati asalkan keluarganya
diampuni. Rangkud setuju, lalu menikam dada Sunan Prawoto yang pasrah tanpa
perlawanan sampai tembus. Ternyata istri Sunan yang sedang berlindung di balik
punggungnya ikut tewas pula. Melihat istrinya meninggal, Sunan Prawoto marah dan
sempat membunuh Rangkud dengan sisa-sisa tenaganya.
Lantas, setelah Sunan Prawoto meninggal, Sunan Kudus yang menjadi panglima perang
dewan Walisongo kesultanan Demak ini bersama Pangeran Arya Penangsang juga
merancang pembunuhan Sultan Hadiwijaya (Sultan Pajang) alias Joko Tingkir.
Namun, rencana ini gagal karena Joko Tingkir yang merupakan murid Kanjeng Sunan
Kalijaga bukanlah orang sembarangan. Pada 1549 Joko Tingkir melalui tangan Ki Ageng
Penjawi, Ki Ageng Pemanahan, Aryo Penangsang berhasil dibunuh oleh Danang
Sutawijaya atas siasat dari Ki Juru Martani.
Kronik Cina
Raden Mukmin disebut dengan nama Muk Ming, menurut kronik Cina dari kuil Sam Po
Kong, di daerah Simongan, sebelah barat daya Kota Semarang. Disebutkan bahwa pada
tahun 1529, ia menggantikan Kin San (Raden Kusen) sebagai kepala galangan kapal di
Semarang. Kin San adalah adik Jin Bun (Raden Patah).

Muk Ming dibantu masyarakat Cina yang muslim dan non muslim bekerja menyelesaikan
1.000 kapal besar yang masing-masing dapat memuat 400 orang prajurit. Pembangunan
kapal-kapal perang tersebut untuk kepentingan angkatan laut ayahnya, yaitu Tung-ka-lo
(Trenggana) yang berniat merebut Maluku. Belum sempat Tung-ka-lo merebut Maluku, ia
lebih dulu tewas saat menyerang Panarukan tahun 1546. Muk Ming pun naik takhta
namun dimusuhi sepupunya yang menjadi bupati Ji-pang (Arya Penangsang). Perang
saudara terjadi, dan kota Demak dihancurkan bupati Ji-pang. Muk Ming pindah ke
Semarang tapi terus dikejar musuh, sehingga ia akhirnya tewas di kota itu. Galangan kapal
hancur terbakar pula, dan yang tersisa hanya masjid dan kelenteng saja.
Ver. 0.2
Selama Masa pemerintahan Sunan Prawoto, pergolakan politik semakin
memprihatinkan, sejarah demak tercoreng oleh perebutan tahta kekuasaan, dan saling
fitnah antar keluarga. Sunan Prawoto terfitnah membunuh pangeran Seda Lapen ayah
Aryo Penangsang. Aryo Penangsang terfitnah membunuh Pangeran Hadirin suami dari
Ratu Kali Nyamat. Ada yang berpendapat yang membunuh Hadirin adalah Dadung Awuk
sahabat Jaka Tingkir. Terlepas yang benar mana? sebenarnya kemelut perbuatan tahta
dapat diatasi oleh Sunan Prawotowaktu itu.
Sunan Prawoto yang lebih mengutamakan keistimewaan rohaninya dan tidak tidak
cinta dunia apa lagi gila tahta, dan juga benar-benar seorang pewaris Trah tingkat tinggi
Raja Bintoro Demak yang merupakan satu-satunya jaminan untuk mengembalikan
ketertiban kemelut Politik kasultanan Demak dalam batas tertentu.
Dapat diduga, saat itu Sunan Prawoto banyak mendapat dukungan dan bantuan dari
rakyat, umat Islam umumnya dan Alim Ulama serta para Wali.
Di Masjid Agung Demak Bintoro, Pangeran Ratu atau Sunan Prawoto dengan
bijaksanaya, mengumpulkan Pejabat-pejabat tinggi Kasultanan Demak, dan Trah
keluarganya serta para Wali. Dalam pertemuan Agung itu Beliau berencana
mengundurkan diri dari menjadi Sultan Demak yang ke-4. Beliau akan kembali ke gunung
Prawoto untuk
"Ngamandita atau lebih ingin meningkatkan diri pendekatan pada Tuhan Allah dan
mengutamakan Syiar Islam" .
Dan untuk tahta kerajaan Demak, akan diserahkan kepada pewaris Tahta yang disepakati
oleh Hadirin untuk menjadi Sultan berikutnya. Ternyata para hadirin sebagian besar tetap
mengharapkan Sunan Prawoto tetap menjadi Sultan Demak, dan mereka akan turut
mendukung dengan ikhlas upaya Sunan Prawoto mengatasi kemelut politik pada saat itu.
Dan mereka yakin Sunan Prawoto bukan pembunuh Pangeran Seda Lapen ayah Aryo
Penagsang.
Sunan Prawoto semula lebih fokus pada pendalaman ilmu islam, karena amanat
Sunan Demak IV yang dipikulnya, Beliau mulai mendalami ilmu ketatanegaraan dan
politik, dengan niat ibadah menjadi khalifah fil ardhi / Sultan Demak.
Sunan Prawoto mulai mempelajari kemajuan politik di negara-negara Eropa. Dan
pada tahun 1547 mengadakan persahabatan dengan Sultan Sulaiman 1 yang telah
mengkonsoldasikan posisinya di tlatah-tlatah Hungaria dengan mengadakan perjanjian
dengan Kaesar Karel V.

Sultan Sulaiman 1 adalah seorang pahlawan Agama Islam. Beliau yang banyak
memperkenalkan pada Sunan Prawoto mengenai perkembangan eropa dan dakwah islam.
Sultan Demak Bintoro IV yakin Sunan Prawoto, menyadari pengusasa berhak penuh
atas daerah-daerah yang dibawah kekuasaan Kasultanan Demak dan sebagai pelindung
Agama Islam.
Sunan Prawoto ibarat makan buah simalakama. Beliau mengetahui beberapa
kekuasaan wilayah dibawah pemerintahannya, sebenarnya sudah banyak yang beralih
ketangan orang lain dan ada yang sengaja melepaskan diri menjadi kerajaan kecil, misal :
kekuasaan Raja-raja Islam di cirebon dan Banten dan Surabaya dan Gresik-Giri dimulai
pada pertengahan abad ke-16.
Sunan Prawoto diharuskan tegas untuk memilih sebuah pilihan , yaitu antara :
1. Menggunakan kekuatan senjata untuk memaksa wilayah itu kembali dalam
kekuasaan Kasultanan Demak atau
2. Membiarkan wilayah itu banyak berjasa dalam syiar Agama Islam. Kalau terjadi
peperangan, yang korban adalah orang muslim sendiri.
Agaknya Sunan Prawoto tidak kuasa mengbah
penting agama islam tetap berkembang syiarnya. Lagi
syiar Agama Islam dari pada perluasan kekuasaan.
gunanya kekuasaan Luas, kalau harus biarkan

situasi berjalan aa adanya, yang


lagi , Beliau lebih mengutamakan
Tekad Sunan Prawoto : apa sih
sesama muslim saling bunuh.

Akibatnya, ada yang kurang senang dengan kebijakan Sunan Prawoto itu. Sehingga
mereka yang tidak senang , membuat kelompok dan upaya untuk makar menggulingkan
pemerintaha Sunan Prawoto, dengan dalih ingin mengembalikan kejayaan kasultanan
Demak seperti dijaman keemasan Sultan Trenggono.
Pemerintahan pendek Sunan Prawoto dari Demak Bintoro selama tiga tahun (15461549) merupakan anti klimaks terhadap masa kejayaan raja yang mendahuluinya, Kanjeng
Sultan Trenggono, yang sebagai Raja Islam telah memerintah sebagian besar pulau jawa.
Jatuhnya kekuasaan Demak Bintoro sesudah 1546 tampaknya tidak terlalu banyak
mencemarkan wibawa religius Masjid Agungnya dan Trah Sultan. Masjid tersebut dalam
abad-abad berikutnya masih menjadi pusat orang Alim di Jawa Tengah dan Trah raja-raja
Demak Bintoro masih lama diperlakukan dengan hormat dan rasa segan dikeraton-keraton
raja-raja jawa yang lain.
Mungkin sekali pada pertengahan aad ke - 16 perdagangan di laut sebagian besar
sudah pindah dari Demak Bimtoro ke Jepara, karena selat dangkal jalan masuk ke Demak
Bintoro sudah tertutup oleh endapan lumpur. Pada paruh abad ke-16 dan pada abad ke-17
Jepara merupakan kota pelabuhan jawa tengah yang terpenting. Sunan Prawoto dalam
menjalankan pemerintahan dibantu oleh kalangan profesional yang ahli
dibidangnyamasing-masing.
Kisah-kisah dalam babad dan kisah Jawa Tengah memuat kisah romantis sekaligus
tragis memngenai pembunuhan Sunan Prawoto.

Konon benar atau tidak, Beliau bersama istrinya dibunuh atas perintah Arya
Penangsang, sebagai balas dendam atas kematian ayah Arya Penangsang yang kabarnya
dibunuh atas perintah Sunan Prawoto. Arya Penangsang ialah Bupati Kadipaten Jipang
Panolan. Ia juga yang diisukan berusaha membunuh Jaka Tingkir, yang kelak akan
menjadi Sultan Demak pengganti Sunan Prawoto.
Dalam surat kandha disebutkan : Sunan Prawoto dengan pilihannya sendirilah ,
Beliau mengasingkan diri untuk mendekatkan diri kepada Allah sengan suka reela /
Sukolilo yang perjalanannya tashawuf disebut Uzlah. Dengan keikhlasannya sering uzlah
dan Syiar Islam itu, maka sering dipanggil Susuhunan / Sunan suci di Prawoto.
Ia telah menjadi Priyayi Mukmin atau bertempat tinggal di Prawoto. Oleh karena itu
Sunan Prawoto disebut Priyayi Mukmin atau Susuhunan Suci di Prawoto. Atau juga yang
lebih dikenal dengan sebutan Sunan Prawoto Raden Haryo Bagus Mu'min.
Sunan Prawoto Sultan Demak Bintoro ke empat wafat pada tahun 1549 ( 1471)
Sunan Prawoto wafat di gunung Prawoto yang kemudian di makamkan atas pilihannya
sendiri yaitu di bukit Sukondono di gunung Prawoto (Pegunungan kendeng/pegunungan
kapur Utara) yang lebih dikenal dengan sebutan bukit "KAMDOWO"(Makam Dowo)
mengkiaskan makam-makam yang ada di komplek pemakaman raja-raja Demak Bintoro.
*Berbagai sumber Internet

Anda mungkin juga menyukai