1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan paper ini adalah adalah :
1.2.1 Mahasiswa dapat memenuhi tugas mata kuliah Wawasan Budaya Nusantara
1.2.2 Mahasiswa dapat mengetahui asal- usul situs Gunung Padang
1.2.3 Mahasiswa dapat mengetahui budaya, usia, mitos, dan artefak yang ada di
Gunung Padang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 LOKASI
Gunung Padang merupakan situs prasejarah peninggalan kebudayaan
Megalitikum terbesar di Asia Tenggara yang dalam empat tahun terakhir (2010-2014)
yang terletak di Jawa Barat. Tepatnya berada di perbatasan Dusun Gunung padang
dan Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Lokasi
dapat dicapai 20 kilometer dari persimpangan Kota Kecamatan Warungkondang,
dijalan antara Kota Kabupaten Cianjur dan Sukabumi. Luas kompleks utamanya
kurang lebih 900 m², terletak pada ketinggian 885 m dpl, dan areal situs ini sekitar 15
hektar dan jika dipugar maka luasnya 10 kali lipat dari Borobudur.
Situs Gunung Padang tersusun dari lima teras. Teras pertama merupakan teras
terbawah dengan ukuran paling luas, kemudian semakin mengecil sampai teras ke
lima yang berbentuk punden berundak. Para arkeolog memperkirakan situs Gunung
Padang dibangun kira-kira 2.000 tahun sebelum Masehi atau sekitar 2.400 tahun
sebelum kerajaan Nusantara pertama berdiri di Kutai, Kalimantan. Situs ini
diperkirakan dibangun 2.800 tahun sebelum Candi Borobudur berdiri.
Logam purba ini ditemukan Maret 2013. Tim menemukan logam berukuran
panjang 10 cm yang mirip sebuah alat dari bahan logam berbentuk seperti pisau
dan jika dilihat secara seksama logam purba ini seperti memiliki pegangan, lalu
ada bentuk tajam yang berukuran kecil. Loga purba ditemukan di lereng timur
Gunung Padang dengan kedalaman satu meter.
Logam purba memiliki komposisi “Fe” (Ferrum/ besi) dan “O” (Oksigen) yang
dominan didalamnya. Namun, juga masih ada Silika dan Alumunium plus
Karbon dengan bentuk seperti ada rongga-rongga kecil di sekujur materialnya.
Artefak ini membuktikan ada campur tangan manusia dalam pembuatannya yang
telah menggunakan teknologi metal atau bahan logam dan ada upaya pemurnian
logam atau teknologi metalurgi pada masa purba. Kemungkinan ada proses
pembakaran hancuran batu dengan temperatur tinggi, proses pemurnian
pembuatan logam pada waktu itu yang terkait dengan lapisan artefak tersebut.
Namun, belum diketahui dimana lokasi pembakaran. Menindaklanjuti temuan
logam tersebut, tim arkeolog mengecek kandungannya ke laboraturium Metalurgi
dan Minerat Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Dan sekarang Logam purba
masih disimpan di laboraturium karena mengantisipasi sifatnya yang rapuh.
Gambar 7. Fragmen batu kolo, yang pecah dan direkatkan dengan semen purba yang
ditemukan di Situs Gunung Padang
(Sumber : www.IndoCropCircles.wordpress.com)
Semen Purba yang ditemukan di situs Gunung Padang mampu mengikat batu-batu
purba. Semen Purba adalah material pengisi diantara batu-batu kolom purba, yang
punya kadar besi tinggi. Bahkan diantaranya ada batu kolom yang sudah pecah
berkeping-keping, namun ditata dan disatukan lagi oleh material pengisi ata u
disebut sebagai Semen Purba
Gambar 8. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melihat artefak tembikar atau gerabah
hasil temuan di situs megalitikum Gunung Padang
(Sumber : www.IndoCropCircles.wordpress.com)
Pecahan tembikar atau keramik ditemukan di teras ke-2 Gunung Padang yang
ditemukan oleh peneliti Gunung Padang. Artefak ini adalah jenis pertama artefak
yang ditemukan yang terbut dari tanah liat. Penemuan ini menunjukka n
kemampuan untuk membuat wadah. Ketika diteliti oleh para ahli tembikar atau
gerabah, pembuatan tembikar atau gerabah menggunakan teknik yang ditekan
yang menunjukkan periode yang sangat tua. Tembikar yang ditemukan telah
diidentifikasi bentuknya, yaitu mangkuk, tempayan, dan kendi.
Koin diperkirakan terbuat dari perunggu, didalam koin ada ukiran wajah
seseorang, di sisi luar ada hiasan ukiran dengan motif gawangan, ada ukiran
lingkaran kecil dengan diameter 0,11 mm yang berjumlah 84 buah. Koin
diperkirakan berusia lebih dari 10.000 tahun sebelum Masehi.
Materi batu itu berbeda dengan materi batu disekitarnya. Ini membuktikan lorong
tersebut dibangun oleh manusia. Para peneliti masih belum tau apa fungsi batu
tersebut, namun batu sekitarnya dapat diputar-putar, sehingga para peneliti
sepakat menamakannya rolling stone.
Menurut DR. Andang Bachtiar, tidak ditemukannya lempung atau clay dalam
komposisi tersebut diinterpretasikan sebagai pasir piramid atau pyramid sand.
Hasil ini, lanjutnya, diperkuat dengan analisis laboratorium difraksi X-ray.
Oksida besi di semen dan pasir Piramid Gunung Padang menjelaskan adanya
“proses” intervensi manusia dengan pemanasan dan pembakaran untuk
memurnikan konsentrasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Situs Gunung Padang adalah situs yang lebih tua dari Candi Borobudur. Situs Gunung
Padang merupakan kawasan punden berundak yang terbesar di Asia Tenggara.
Diperkirakan Gunung Padang bukanlah gunung, melainkan sebuah punden berundak
yang dibuat oleh manusia pada masa lampau yang tertimbun debu vulkanik selama
ribuam tahun dan telah ditumbuhi pohon-pohon. Di Gunung Padang ditemukan beberapa
artefak yaitu Logam purba, artefak mirip kujang, semen purba, koin amulet, batu
berputar, dan pasir halus. Ditemukan pula batu-batuan yang konon bisa mengeluarkan
bunyi jika dipukul dan berbagai mitos lainnya.
http://www.rajawow.com/2014/12/misteri-dan- mitos-gunung-padang-
cianjur.html#ixzz3kvWmThdn
http://www.pusakaindonesia.org/gunung-padang-bukti-indonesia-pusat-peradaban-dunia/
https://indocropcircles.wordpress.com/2014/09/19/misteri-artefak-artefak-di-gunung-padang/