Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENEMUAN SITUS GUNUNG PADANG

UNTUK MEMENUHI TUGAS SEJARAH INDONESIA


Nama guru: Ibu Erlin R, S.Pd

Disusun oleh:
Sarfah Fidan Rahma ( XIPS 3)
DAFTAR ISI :

1. COVER
2. DAFTAR ISI
3. BAB 1 PENDAHULUAN
1,1 Latar Belakang
1,2 Tujuan
4. BAB 11 PEMBAHASAN
2,1 Masa
2,2 Penemuan
2,3 Wilayah
2.4 Budaya
2.5 ARTEFAK
2.6 Mitos
2.6,1 Piramida
2.6,2 Situs Gunung Padang Dan “Atlantis Yang Hilang”
2.7 DNA

5. BAB 111 PENUTUPAN


3.1 Kesimpulann
3.2 Saran
BAB 1
PENDAHULUAN
1,1 Latar Belakang
Situs Gunung Padang terletak di Cianjur, Jawa Barat merupakan salah satu
situs arkeologi dari sejumlah situs arkeologi yang tidak terhitung banyaknya di
Indonesia dan merupakan tempat pariwisata. Situs Gunung Padang adalah aset bagi
pendapatan pariwisata negara dan daerah yang potensial karena dalam penelitian
yang dilakukan oleh Dr. Ali Akbar dalam bukunya Situs Gunung Padang Misteri
Dan Arkeolog menerangkan bahwa situs Gunung Padang memiliki besar sepuluh
kali lebih besar dari Candi Borobudur, di bangun oleh empat peradaban yang
berbeda, lebih tua dari pada Piramida di Mesir dan bangunan prasejara terbesar di
dunia.
Di situs Megalitikum Gunung Padang, wisatawan bisa menikmati bongkahan
batu purba yang berserakan. Bukan hanya batu, wisatawan juga dapat menikmati
udara yang sejuk, pemandangan yang luas dihampari oleh banyak gunung, mata
air, dan pepohonan. Puncak situs Megalitikum Gunung Padang di kabupaten
Cianjur, Jawa Barat memiliki 5 teras. Masing-masing teras memiliki susunan
menhir rapi dari batuan andesit yang berbobot ratusan kilogram.
Fakta di lapangan menyatakan bahwa masih banyak masyarakat yang belum
mengetahui tentang informasi 5 teras yang ada di Situs Megalitikum Gunung
Padang dilihat dari data kuisioner yang telah di lakukan. Oleh karna itu Media
pembuatan game akan akan membantu menginformasikan penjelasan tentang 5
(lima) teras Situs Megalitikum Gunung Padang agar menarik masyarakat untuk
mengetahui informasi 5 teras situ Megalitikum Gunung Padang.
Informasi tentang teras itu akan sangat membantu penggalian dan pengetahuan
tentang Situs Megalitikum Gunung Padang. Tentang ilmu pengetahuan di bidang
sejarah tidak akan lepas dari adanya informasi yang mendukung tentang
pengetahuan tersebut, Informasi bisa didapat lewat banyak media dan tentunya
harus didukung dengan data yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan, dan
terkait dengan Situs Megalitikum Gunung Padang ini.
sebagai kajian untuk menginformasikan informasi keberadaan Situs ini
khususnya 5 teras yang ada di situs Megalitikum Gunung Padang 2 dan menambah
wawasan ilmu pengetahuan sejarah megalitikum di indonesia, dengan menjelaskan
secara lebih rinci dan jelas agar lebih mengerti.
1,2 Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai setelah menyelesaikan makalah penemuan
Situs Gunung Padang adalah:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang peninggalan budaya
2. Lebih meningkatkan kepedulian akan pentingnya melestarikan peninggalan
sosial budaya
3. Menjaga dan mengembangkan nilai-nilai yang telah diwariskan sebelumnya
4. Memenuhi tugas pelajarn sejarah bahasa Indonesia wawasan budaya nusantara
BAB 11
PEMBAHASAN

Gambar 2,1 Situs Gunung Padang

Situs Gunung Padang terletak di Kampung Gunung Padang dan Kampung


Panggulan, Desa Karyamukti Kecamatan Campaka, Cianjur, Jabar. Merupakan
situs megalitik berbentuk punden berundak yang terbesar di Asia
Tenggara.Menurut Ahmad Samantho, penulis buku “Peradaban Atlantis
Nusantara” bahwa asal usul nama Gunung Padang berasal dari..
- Pa = Tempat
- Da = Besar / Gede / Agung / Raya
- Hyang = Eyang / Moyang / Biyang / Leluhur Agung
Jadi arti kata “Padang” itu adalah Tempat Agung para Leluhur atau boleh jadi
maknanya Tempat para Leluhur Agung.

2,1 Masa
Situs Gunung Padang ini merupakan situs prasejarah peninggalan
kebudayaan Megalitikum di Jawa Barat. Tepatnya berada di perbatasan Dusun
Gunungpadang dan Panggulan, Desa Karyamukti,
Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur..
Oleh warga setempat, situs Gunung Padang awalnya dikeramatkan dan dianggap
sebagai tempat Prabu Siliwangi membangun istana. Namun belakangan, keyakinan
itu berubah. Sebab, berdasarkan penelitian, situs tersebut merupakan
peninggalan kebudayaan megalitikum

2,2 Penemuan
Dienst Laporan pertama mengenai keberadaan situs ini dimuat pada Rapporten
van de Oudheidkundige (ROD, "Buletin Dinas Kepurbakalaan") tahun 1914.
Sejarawan Belanda, N. J. Krom juga telah menyinggungnya pada tahun 1949.
Setelah sempat "terlupakan", pada tahun 1979 tiga penduduk setempat, Endi,
Soma, dan Abidin, melaporkan kepada Edi, Penilik Kebudayaan Kecamatan
Campaka, mengenai keberadaan tumpukan batu-batu persegi besar dengan
berbagai ukuran yang tersusun dalam suatu tempat berundak yang mengarah
ke Gunung Gede[1]. Selanjutnya, bersama-sama dengan Kepala Seksi Kebudayaan
Departemen Pendidikan Kebudayaan Kabupaten Cianjur, R. Adang Suwanda, ia
mengadakan ini pengecekan. Tindak lanjutnya adalah kajian arkeologi, sejarah,
dan geologi yang dilakukan Puslit Arkenas pada tahun 1979 terhadap situs.

2,3 wilayah
Lokasi dapat dicapai 20 kilometer dari persimpangan kota
kecamatan Warungkondang, di jalan antara Kota Kabupaten Cianjur dan
Sukabumi. Luas kompleks utamanya kurang lebih 900 m², terletak pada ketinggian
885 m dpl, dan areal situs ini sekitar 3 ha, menjadikannya sebagai
kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara
2,4 Budaya
ramai-ramai foto Irjen Anton Charliyan di media sosial. Di foto itu terlihat Anton
tengah menangkupkan tangan di dada sambil menghadap batu di Gunung Padang.
Muncul banyak persepsi. Benarkah dia menyembah batu?

Anton membantah menyembah sesuatu. "Baru kemarin saya ke Gunung Padang


sudah dikatakan kafir. Padahal yang bisa ngafirkeun (mengkafirkan) manusia
hanya Allah," kata Anton soal foto itu, Senin (30/1/2017).

"Urang (orang) Sunda mah biasa mengucapkan salam dengan menaruh tangan di


dada. Budaya seperti ini jangan sampai dilupakan," tambah Anton tanpa
menjelaskan detail alasan berkunjung ke Gunung Padang dan kapan hal itu
dilakukannya.

Anton enggan menjelaskan lebih rinci soal kunjungan ke Gunung Padang itu. Dia
fokus pada masalah penanganan kasus ormas dan silaturahmi dengan anggota
Padepokan Pajajaran di Kampung Adawarna, Sirnajaya, Kecamatan Sukaraja,
Tasikmalaya, hari ini.
Bentuk bangunan punden berundak situs Gunung Padang mencerminkan tradisi
megalitik (mega berarti besar dan lithos artinya batu) seperti banyak dijumpai di
beberapa daerah di Jawa Barat. Di kalangan masyarakat setempat, situs tersebut
dipercaya sebagai bukti upaya Prabu Siliwangi membangun istana dalam semalam.

2,5 Artefak
1. Metal Kuno atau Logam
2. Batu Piramida Tiga Sisi
3. Tembikar Purba Mirip Pisau
4. Semen Purba
5. Batu The Rolling Stone" Gunung Padang
6. Pecahan Keramik
7. Koin Amulet Gunung Padang
8. Artefak Mirip Kujang
2,6 Mitos
Kemunculan situs megalitikum ini ke panggung nasional dibumbui sejumlah cerita
legenda. Mulai dari harta karun, atlantis yang hilang, makhluk asing, piramida,
kekuatan mistis, Prabu Siliwangi, dan aneka cerita lainnya. Percaya nggak percaya!

Kini eskavasi dilakukan di Gunung Padang, Cianjur. Tim arkeolog dan geolog dari
tim Terpadu Riset Mandiri, mengungkap sejarah yang tersimpan di Gunung
Padang. Mungkin, dengan ekskvasi bisa terungkap segala mitos dan legenda yang
selama ini terlanjur beredar dan membumbui situs bersejarah itu.

Soal cerita Gunung Padang termasuk berbagai mitosnya juga disebut dalam buku
arkeolog Ali Akbar yang juga tergabung dalam Tim Terpadu Riset Mandiri, 'Situs
Gunung Padang Misteri dan Arkeologi'. Ali memasukkan mitos Gunung Padang ke
dalam bab tersendiri yakni di bab 3.
"Misteri muncul sebagai konsekuensi logis akibat minimnya penelitian yang dapat
menjawab pertanyaan seputar Gunung Padang," tulis Ali seperti dikutip dari
bukunya, Selasa (16/9/2014).

Menurut dia, misteri seputar Gunung Padang dimulai dari namanya. Nama Gunung
Padang itu memiliki aneka arti dan makna, mulai dari cerita Istana Raja Siliwangi
yang tak jadi dibangun dalam semalam, hingga disebut sebagai ibu peradaban.
Padang sendiri artinya siang atau terang.

"Ada masyarakat setempat yang mengaitkan dengan Jabal Nur atau gunung cahaya
di Mekkah. Gunung Padang memiliki pengertian berupa gunung atau bukit dan
Padang yang dalam bahasa Sunda berarti siang, terang, atau cahaya. Di Gunung
Padang manusia atau masyarakat mendapat pencerahan atau cahaya yang ajan
menerangi kehidupan di dunia nyata dan dunia gaib," tulis Ali.

Kemudian soal bagian-bagian di Gunung Padang. Ada 5 teras di Gunung Padang,


di mana puncak tertinggi diyakini penduduk setempat sebagai lokasi untuk
bersemedi. Tak heran kalau teras tingkat 5 ini disebut Eyang Perbuka. Memang tak
sedikit orang yang datang ke Gunung Padang bersemedi di teras tingkat 5 ini.

Ali Akbar juga menulis di teras tingkat ke 5 ini ada juga gundukan batu bernama
Eyang Prajisakti. Nah, konon kabarnya mereka yang ingin jadi dokter, dukun
beranak, atau suster cocok bersemedi di bangunan ini.
Ada juga cerita mengenai singgasana Prabu Siliwangi, tokoh yang melegenda di
Jawa Barat. Di teras ke 5 di Gunung Padang yang luas ada juga tempat yang
disebut istana atau singgasana Prabu Siliwangi. Tempat itu dahulu di masanya
kerap digunakan Prabu Siliwangi berdoa.

Batu-batu di Gunung Padang juga ada yang menjadi daya tarik karena
mengeluarkan bunyi-bunyian. Kalangan sinden, dalang, atau seniman kerap datang
dan bersemedi di batu-batu itu. Entah apa yang mereka cari. Mungkin saja, mereka
percaya dengan mitos dari kekuatan di Gunung Padang.

Di teras satu dan dua di Gunung Padang juga menyimpan aneka cerita tersendiri.
Juga, mata air di bawa Gunung Padang. Banyak di antara para pengunjung yang
membersihkan diri di mata air itu sebelum naik ke Gunung Padang. Soal batu
gendong, batu harimau, dan batu kujang juga terdapat di Gunung Padang. Mirip
dengan kisah di tempat lain, misalnya bila bisa mengangkat batu gendong
keinginan akan terkabul.

Yang paling mengejutkan soal Gunung Padang mungkin terkait dengan Atlantis
dan harta karun emas. Ada kalangan yang meyakini kalau Gunung Padang
merupakan sisa dari peradaban atlantis. Hal ini terkait dengan keyakinan kalau
atlantis tak berada di Indonesia, tapi soal ini memang masih menjadi tanya.
Demikian juga soal harta karun emas. Sebatas cerita dari mulut ke mulut saja soal
emas ini, lagipula puluhan tahun diekskavasi tak pernah ada temuan emas di
kawasan ini.

"Misteri Gunung Padang merentang pada periode yang sangat panjang. Misteri
tersebut patut disambut sebagai bahan evaluasi bahwa masih banyak yang harus
dilakukan oleh para ilmuwan dan peneliti di Gunung Padang dan sekitarnya," tutup
Ali.
2,6.1 Piramida
Pertemuan tahunan American Geophysican Union (AGU) pada Rabu
(12/12/2018) kemarin memberikan hasil yang menjanjikan bagi pengungkapan
misteri Gunung Padang yang selama ini menarik perhatian para arkeolog dunia.
Dalam pertemuan itu disebutkan bahwa kemungkinan besar ada sisa-sisa kuil kuno
yang tersembunyi di bawah struktur piramida yang terkubur di bawah tanah selama
ribuan tahun.

Situs Gunung Padang yang berada di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka,


Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ini ditemukan pada abad ke-19 yang ditandai
dengan penemuan barisan pilar batu kuno..
"Apa yang sebelumnya diperkirakan sebagai bangunan permukaan itu
sebenarnya merupakan sebuah struktur yang sangat besar," jelas Andang Bachtiar,
seorang ahli geologi independen dari Indonesia yang mengawasi pengeboran inti
dan analisis tanah untuk proyek tersebut.
Sementara itu, Danny Hilman Natawidjaja, peneliti proyek dan ilmuwan senior
dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia kepada Live Science mengatakan
bahwa meskipun struktur itu disebut piramida, namun bentuknya berbeda dengan
piramida lainnya yang dibangun oleh bangsa Maya yang berbentuk simetris.
Piramida di Gunung Padang ini memiliki struktur memanjang dengan bentuk
setengah lingkaran di bagian depan.
"Ini kuil yang unik," katanya.
Terletak di atas Gunung Padang di Jawa Barat, struktur ini diatapi oleh situs
arkeologi yang menyimpan barisan pilar batu kuno. (Danny Hilman
Natawidjaja via Live Science
Untuk mengungkap sisa-sisa misteri yang belum terungkap, para peneliti
melakukan berbagai macam teknik untuk melihat ke dalam tanah. Termasuk di
antaranya survei radar bawah tanah, tomografi sinar-X, pencitraan 2D dan 3D,
pengeboran inti, dan penggalian.
Para peneliti kemudian secara bertahap menemukan adanya beberapa lapisan
struktur yang sangat besar
Para peneliti menemukan beberapa lapisan struktur seperti piramida, dengan
masing-masing lapisan mewakili periode waktu yang berbeda

Lapisan ini tersebar di area seluas sekitar 150 ribu meter persegi.
Diperkirakan struktur itu sudah dibangun selama ribuan tahun lalu, ditandai dengan
adanya periodisasi lapisan yang berbeda.
Misalkan di bagian paling atas ada pilar batuan basal yang membingkai teras
langkah, dengan susunan kolom batu lainnya. Ini seperti membentuk dinding, jalur
dan ruang.
Dalam konferensi AGU para ilmuwan melaporkan bahwa lapisan ini
diperkirakan sudah berusia 3000 hingga 3500 tahun.
Sementara di bagian bawah permukaan, hingga kedalaman sekitar 10 kaki (3 m),
adalah lapisan kedua dari kolom batu serupa, yang diperkirakan berusia 7.500
hingga 8.300 tahun.
Dan lapisan ketiga, memanjang 49 kaki (15 m) di bawah permukaan, berusia lebih
dari 9.000 tahun; itu bahkan menurut para ahli bisa mencapai usia 28.000 tahun
yang lalu.
Natawidjaja menambahkan bahwa survei mereka juga mendeteksi beberapa ruang
bawah tanah.
Saat ini, bagian atas situs ini kerap kali digunakan oleh warga setempat untuk
berdoa maupun meditasi. Tak menutup kemungkinan ini juga digunakan oleh
orang-orang terdahulu pada ribuan tahuan lalu.
Tahun 2014 lalu, ketika SBY masih menjabat sebagai Presiden pernah menjelaskan
mengenai proyek ekskavasi Gunung Padang ini

2,6.2 Situs Gunung Padang Dan “Atlantis Yang Hilang”

Ade, salah satu penghayat kepercayaan, tiba-tiba menunjukkan kepada saya--


lewat layar telepon pintar miliknya--tentang buku berjudul Atlantis: The Lost
Continent Finally Found karya Arysio Santos. Dia bercerita, isi buku itu
menyingkap sebuah misteri tentang peradaban Atlantis yang diperkirakan berada di
Indonesia.
Sekian detik berselang, Ade kembali memperlihatkan sebuah artikel dari berita
internasional tentang bagaimana Rusia sedang giat-giatnya membangun piramida.
Menurut artikel itu, piramida punya semacam daya magis yang mengundang
banyak keajaiban.
Dia lalu membacakan satu per satu keajaiban piramida yang ditulis di artikel itu,
mulai dari membuat tanah di sekitarnya subur, mengurangi aktivitas vulkanologi
gunung berapi, sampai meningkatkan produktivitas pertambangan minyak.
Ade adalah perempuan berusia 40 tahun. Ia percaya bahwa nenek moyang kita,
bangsa Indonesia, adalah orang-orang hebat dan bahkan lebih hebat dari manusia
prasejarah lain dari seluruh penjuru Bumi.
Atlantis di Gunung Padang?
Arysio Santos, profesor teknik nuklir dari Universitas Federal Minas Gerais
Brazil, memiliki hipotesis bahwa legenda sub-benua Atlantis yang termahsyur itu
adalah fakta sejarah.
Menurutnya, setelah melakukan berbagai penelitian--yang meliputi bidang
geologi, antropologi, linguistik, dan tentu saja mitologi--disimpulkan bahwa lokasi
Atlantis yang tenggelam kemungkinan besar berada di wilayah kepulauan di antara
Samudera Hindia hingga Laut China Selatan.
Kepulauan itu, menurutnya, adalah Indonesia.

Apa hubungan antara situs Gunung Padang dengan klaim mengenai Atlantis yang
berada di Indonesia?
Arkeolog Universitas Indonesia, Dr. Ali Akbar, berpendapat klaim Atlantis yang
hilang berkaitan dengan Gunung Padang karena situs purba di Cianjur itu
dipercaya hasil dari kemajuan peradaban manusia yang hidup 5200 tahun lalu
sebelum masehi (SM).
Usia peradaban tersebut jauh lebih tua dari peradaban Mesir ataupun Mesopotamia
yang berusia sekitar 3000-4000 SM.
Sementara alegori Plato tentang Atlantis sendiri mengatakan bahwa peradaban
Atlantis ada di masa 11000 SM. Itu artinya, secara usia, peradaban yang paling
mendekati peradaban Atlantis adalah Gunung Padang.
“Saya nggak pernah menyatakan itu (Gunung Padang) Atlantis. Mungkin begini
ya, itu (situs Gunung Padang) kan karena tua peradabannya. Salah satu peradaban
tua itu misalnya Mesir, 3000 SM. Tertua lagi Mesopotamia, 4000 SM.”
“Nggak ada yang lebih tua dari Mesopotamia. Yang lebih tua dari Mesopotamia,
ya itu Gunung Padang. Plato menyebut Atlantis itu 11000 SM. Nah yang paling
mendekati Atlantis itu peradaban Gunung Padang dibanding situs lain,” ujarnya
pada kumparan, Jumat (8/12).
Dia juga menekankan pentingnya meneliti apakah naskah dialog Plato, Timaeus,
dan Critias, adalah tulisan yang berupa fakta atau sekadar fiksi.
Meskipun, misalnya tulisan Plato ternyata adalah fakta, sampai saat ini belum ada
penelitian arkeologis yang memadai untuk memverifikasi klaim itu. Dengan
begitu, kata Ali, semua negara berhak mengklaim jika Atlantis berada di dasar laut
wilayah mereka.
“Yang menjadi pertanyaan, apakah tulisan Plato itu fiksi atau nonfiksi. Kalau
dalam kategori sekarang, Plato itu menulis novel atau karya ilmiah? Kalaupun
yang ditulis Plato tentang Atlantis itu benar, kenyataannya sampai sekarang belum
ada fakta arkeologis untuk membuktikan itu. Jadi semua negara berhak mengklaim
Atlantis berada di wilayah mereka masing-masing,” ujar Ali.
Sementara peneliti Pusat Penelitan Arkeologi Nasional, Bambang Budi Utomo,
membantah keras klaim yang menyebut Atlantis berada di Indonesia, apalagi di
Gunung Padang. Menurutnya, semua informasi tersebut adalah hoaks dan
argumen-argumen “ilmiah” yang mendukung klaim tersebut adalah pseudoscience.
“Tentang Atlantis, itu kan ceritanya Plato. Nggak mungkin kan Plato sampai
keluyuran ke mari (Indonesia). Plato itu paling jauh kan cuma sampai sekitar Laut
Mediterania saja, seperti Mesir. Jadi nggak mungkin itu. Yang paling
memungkinkan itu ya di sekitar gunung api di tengah laut dekat Yunani, di pulau
yang namanya Santorini. Itupun kalau bisa dibuktikan. Faktanya kan nggak ada
(yang bisa buktikan) sampai sekarang,” ujarnya dengan nada serius
Atlantis telah menjadi semacam obsesi bagi segelintir kelompok yang ingin
membuktikan secara ilmiah kebenaran dari cerita Plato.
Satu hal yang pasti: Indonesia bukanlah satu-satunya negara yang dianggap
sebagai Atlantis yang hilang. Sebelumnya, ada banyak lokasi yang diprediksi
sebagai lokasi hilangnya Atlantis. Seperti Pulau Santorini di Laut Mediterania,
wilayah perairan Segitiga Bermuda, Swedia, India, hingga yaa... Indonesia.
Namun semua itu masih sebatas hipotesis. Sampai saat ini belum ada fakta
arkeologis yang benar-benar dapat membuktikan kebenaran cerita Atlantis yang
hilang dan bisa diamini semua orang.
Keberadaan Atlantis masih menuai kontroversi, termasuk kaitannya dengan
Gunung Padang--sebagai piramida tertua--yang masih diperdebatkan.
Soal yakin atau tak yakin tentu berbeda soal dengan penelusuran ilmiah atasnya.
Dan sejauh ini, tak ada bukti bahwa Gunung Padang adalah Atlantis yang hilang.

2,7 DNA
Teka-teki siapa penghuni asli Gunung Padang yang terletak di Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat, menjadi masalah besar bagi tim peneliti yang ingin
merestorasi kawasan itu. Belum ada bukti otentik yang bisa menggambarkan
pengguna kawasan yang diperkirakan berusia lebih dari 7.000 tahun itu. Tim
peneliti berencana melakukan penelitian molekul asam deoksiribonukleat (DNA)
untuk mencari hubungan antara masyarakat modern dan penghuni asli Gunung
Padang.
Ketua Tim Terpatu Riset Mandiri Ali Akbar mengatakan sulit menunjuk siapa
keturunan penghuni asli Gunung Padang jika melihat komunitas yang tinggal di
sekitar area itu saat ini. Penduduk sekitar Gunung Padang, menurut Ali, mengaku
sudah lama tinggal di daerah itu. "Tapi tidak ada makam-makam tua yang
membuktikan bahwa dulu pernah ada penduduk di sana yang sesuai dengan usia
Gunung Padang," kata Ali seusai diskusi tentang Situs Gunung Padang di Jakarta,
Rabu, 30 April 2014.
Ketua Tim Terpatu Riset Mandiri Ali Akbar mengatakan sulit menunjuk siapa
keturunan penghuni asli Gunung Padang jika melihat komunitas yang tinggal di
sekitar area itu saat ini. Penduduk sekitar Gunung Padang, menurut Ali, mengaku
sudah lama tinggal di daerah itu. "Tapi tidak ada makam-makam tua yang
membuktikan bahwa dulu pernah ada penduduk di sana yang sesuai dengan usia
Gunung Padang," kata Ali seusai diskusi tentang Situs Gunung Padang di Jakarta,
Rabu, 30 April 2014.

Ali mengatakan Situs Gunung Padang ditinggalkan karena adanya ancaman


bencana alam besar. "Kemungkinan ada gempa yang membuat mereka pergi
meninggalkan area tersebut, apalagi di sana merupakan daerah rawan gempa,"
katanya. Adapun bencana erupsi gunung berapi, menurut Ali, sangat kecil
kemungkinannya bisa membuat Situs Gunung Padang ditinggalkan penghuninya
begitu saja. "Jika ada bencana gunung api, pasti ada jejak yang tertinggal seperti
kerangka yang terkubur. Semuanya harus diteliti lebih dalam lagi," katanya.
Struktur Situs Gunung Padang terletak di atas bukit dengan luas area sekitar
3.000 meter persegi. Total area situs mencapai 17.196 meter persegi. Keberadaan
situs ini diketahui pertama kali oleh peneliti dari Belanda, N.J. Krom, pada 1914.
Sejak saat itu, berbagai penelitian dilakukan untuk mengungkap rahasia struktur
yang disebut sebagai bukti peradaban awal di Indonesia. "Lapisan dalam struktur
tersusun rapi, bentuknya seperti tembok batu bata dan menunjukkan pembuatnya
sangat disiplin dalam menjalankan konstruksi," kata Danny Hilman Natawidjaja,
pakar geologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Pengujian usia struktur berdasarkan kondisi karbon yang dilakukan Laboratorium


Badan Tenaga Nuklir Nasional menunjukkan situs tersebut berusia 5.500 sebelum
Masehi. Sedangkan pengujian di Laboratorium Beta Miami di Amerika Serikat
menunjukkan material hingga kedalaman 10 meter berusia 7.600-7.800 SM.
"Lapisan-lapisan di Gunung Padang itu tidak terbentuk secara alamiah.
Bentuknya menunjukkan situs itu dibuat oleh manusia," kata Danny.
BAB 111

PENUTUP

3,1 Kesimpulan

Kesimpulan sementara yang didapat oleh tim itu dari situs bangunan lapisan I
adalah sama dengan atau lebih muda dari 2.500-3.600-an tahun yang lalu. Dengan
catatan situs bangunan di permukaan ini bisa saja mengalami modifikasi dalam
beberapa masa.

Kemudian untuk umur situs bangunan lapisan 2 berkisar antara 6.700 sampai 7.095
tahun yang lalu. Sementara, umur lapisan 3 diperkirakan harus lebih tua dari 9.880
tahun yang lalu. Umur yang lebih akurat belum bisa ditentukan karena kisarannya
masih sangat besar yaitu antara 13.600 sampai 28.310 tahun yang lalu.
Tim juga belum bisa memastikan umur dari lapisan 4a dan 4b tetapi diduuga
dibangun pada zaman sebelum lapisan 3. Hal ini diyakini karena adanya indikasi
ketidakselarasan berupa zona pelapukan tinggi dan beda resistensi pada kedalaman
sekitar 10 sampai 11 meter.
3,2 saran
Ada banyak cara untuk melestarikan warisan budaya bangsa, salah satunya yaitu
dengan cara mengamati, mempelajari situs-situs warisan budaya bangsa. Ada
banyak sumber yang bisa didapat, melalui buku, internet, dan banyak sumber
bacaan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai