Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

WARISAN KEBUDAYAAN HINDU BUDHA DI


INDONESIA

Di susun oleh:

 Ansar  Wiwing Herianto


 Reskaf  Nasir
 Riski Pulung  zainuddin
 Gerson

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terkenal dengan keanekaragaman dan keunikannya.
Terdiri dari berbagai suku bangsa, yang mendiami belasan ribu pulau yang tidak terlepas dari
pengaruh budaya luar, salah satunya pengaruh budaya India. Kebudayaan India masuk ke
Indonesia pada saat Indonesia masih mengalami masa pra-sejarah. Masuknya kebudayaan India
ini sekaligus menandai berakhirnya masa pra-sejarah dan mulai membawa  bangsa Indonesia ke
jaman sejarah, karena sejak saat itu bangsa kita mulai mengenal tulisan. Pengaruh hindu-budha
ini dapat terlihat dari berbagai macam peninggalan-peninggalan yang tersebar hampir disetiap
pulau-pulau di Indonesia yang kini menjadi kebanggaan tersendiri  bagi bangsa ini yang berasal
dari berbagai kerajaan Hindu-Budha yang merupakan cikal bakal terbentuknya bangsa ini.
Dengan hadirnya kebudayaan India di Indonesia banyak sekali aspek yang dipengaruhinya antara
lain seni, agama, tradisi, bangunan dan lain-lain. Sebagai generasi penerus bangsa pertama kita
wajib mengetahui sejarah bangsa ini. Sehingga penyusun merasa perlu untuk menyusun artikel
ini agar dapat membantu dan memudahkan pembaca untuk mengetahui sejarah dan pengaruh
kebudayaan India di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Warisan Kebudayaan Hindu Budha Di Indonesia

Adapun warisan kebudayaan Hindu Budha di Indonesia di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Arsitektur

a. Candi
Corak candi berbeda di tiap daerah. Hal tersebut menyebabkan pengelompokan candi
berdasarkan daerah penemuan. Hal tersebut bisa diketahui dari keterangan berikut ini:
1). Kelompok candi di Jawa Tengah bagian selatan berdiri di tengah dan candi-candi perwaranya
berbaris teratur di sekelilingnya.
2). Kelompok candi di Jawa Tengah bagian utara umumnya tidak beraturan dan lebih merupakan
gugusan candi yang masing-masing berdiri sendiri.
3). Kelompok candi di Jawa Timur induknya terletak di bagian belakang halaman candi
sementara candi perwara dan bangunan-bangunan lainnya terletak di depan.

 Candi borobudur
Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur
sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya.
Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa
Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di
sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana
sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.

 Candi Mendut
Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang berselang-seling. Dihiasi dengan
ukiran makhluk-makhluk kahyangan berupa bidadara dan bidadari, dua ekor kera dan seekor
garuda.Candi Mendut adalah sebuah candi berlatar belakang agama Buddha. Candi ini terletak di
desa Mendut, kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, beberapa kilometer dari
candi Borobudur.Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti
Syailendra. Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja
Indra telah membangun bangunan suci bernama veluvana yang artinya adalah hutan bambu.
Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan
Candi Mendut.

 Candi Ngawen
Candi ini terdiri dari 5 buah candi kecil, dua di antaranya mempunyai bentuk yang berbeda
dengan dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Sebuah patung Buddha dengan posisi
duduk Ratnasambawa yang sudah tidak ada kepalanya nampak berada pada salah satu candi
lainnya. Beberapa relief pada sisi candi masih nampak cukup jelas, di antaranya adalah ukiran
Kinnara, Kinnari, dan kala-makara.
Candi Ngawen adalah candi Buddha yang berada kira-kira 5 km sebelum candi Mendut dari arah
Yogyakarta, yaitu di desa Ngawen, kecamatan Muntilan, Magelang. Menurut perkiraan, candi ini
dibangun oleh wangsa Syailendra pada abad ke-8 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno.
Keberadaan candi Ngawen ini kemungkinan besar adalah yang tersebut dalam prasasti Karang
Tengah pada tahun 824 M.

 Candi Prambanan
Berdiri di bawah Candi Hindu terbesar di Asia Tenggara ini selarik puisi tiba-tiba terlintas di
benak Candi Prambanan yang dikenal juga sebagai Candi Roro Jonggrang ini menyimpan suatu
legenda yang menjadi bacaan pokok di buku-buku ajaran bagi anak-anak sekolah dasar. Kisah
Bandung Bondowoso dari Kerajaan Pengging yang ingin memperistri dara cantik bernama Roro
Jonggrang. Si putri menolak dengan halus. Ia mempersyaratkan 1000 candi yang dibuat hanya
dalam waktu semalam. Bandung yang memiliki kesaktian serta merta menyetujuinya. Seribu
candi itu hampir berhasil dibangun bila akal licik sang putri tidak ikut campur. Bandung yang
kecewa lalu mengutuk Roro Jonggrang menjadi arca, yang diduga menjadi arca Batari Durga di
salah satu candi.

 Candi Cangkuang
Candi Cangkuang adalah sebuah candi Hindu yang terdapat di Kampung Pulo, wilayah
Cangkuang, Kecamatan Leles, Garut, Jawa Barat. Candi inilah juga yang pertama kali ditemukan
di Tatar Sunda serta merupakan satu-satunya candi Hindu di Tatar Sunda. Cirri-ciri nya:
Bangunan Candi Cangkuang yang sekarang dapat kita saksikan merupakan hasil pemugaran
yang diresmikan pada tahun 1978. Candi ini berdiri pada sebuah lahan persegi empat yang
berukuran 4,7 x 4,7 m dengan tinggi 30 cm. Kaki bangunan yang menyokong pelipit padma,
pelipit kumuda, dan pelipit pasagi ukurannya 4,5 x 4,5 m dengan tinggi 1,37 m. Di sisi timur
terdapat penampil tempat tangga naik yang panjangnya 1,5 m dan lébar 1,26 m.

b. Stupa
Pada masa sebelum kemunculan agama Budha, di India stupa lebih dikenal sebagai kuburan
kubah atau bukit makam yang sederhana. Di kemudian hari, bentuk arsitektur ini menjadi sangat
lazim sebagai bangunan suci bagi umat Budha. Bentuk kubah tetap dilestarikan namun dengan
maksud berbeda, yakni sebagai lambang nirwana. Stupa menjadi tempat penyimpanan relik yang
dikelilingi oleh teras berdinding. Gerbangnya terdapat di empat penjuru mata angin, biasanya
dihiasi dengan gambar-gambar timbul (relief). Stupa yang terkenal di Indonesia adalah Candi
Borobudur.
2. Seni Sastra

Seni sastra penginggalan kerajaan-kerajaan Hindu Budha ialah yang tampak dalam penulisan
prasasti, kitab, dan kakawin. Prasasti biasanya ditulis untuk memberi informasi sehubungan
dengan adanya peringatan, perintah atau keberadaan suatu kerajaan. Pada masa Kerajaan Kutai,
informasi itu dipahatkan dalam yupa (tugu batu).

Kitab adalah karangan tentang kisah, catatan atau laporan suatu peristiwa. Pada masa Hindu
Budha kitab ditulis dalam lembaran daun lontar. Isi kitab berupa rangkaian puisi terdiri dari
beberapa bait ditulis dalam bahasa yang indah. Ungkapan dalam puisi itu disebut kakawin.
Beberapa kitab yang berhasil ditulis misalnya, Mahabarata, Arjuna Wiwaha, Negarakertagama,
dan Sutasoma.

Berikut ini kitab peninggalan hindu buddha berdasarkan zamannya :

A. Zaman Kahuripan
 Kitab Mahabharta
Kitab yang terkenal pada zaman ini adalah Kitab Mahabharata. Asal nama Mahabharata berasal
dari nama lengkap kitab ini, yaitu Mahabharatayudha, yang artinya perang besar keluarga
Bharata (Pandawa berjumlah lima dan Kurawa berjumlah seratus). Oleh sebab itu, di dalam kitab
ini tertulis informasi tentang pertempuran selama 18 hari antara keluarga Pandawa dan keluarga
Kurawa. Kitab Mahabharata berasal dari puisi kepahlawanan atau epos di India pada tahun 1000
saat pemerintahan Raja Dharmawangsa.

 Kitab Arjuna Wiwaha

Kitab Arjuna Wiwaha adalah salah satu kitab yang ada di zaman kahuripan juga, bersama
dengan kitab Mahabharata. Kitab Arjuna Wiwaha merupakan karya Empu Kanwa pada masa
pemerintahaan Airlangga. Isi kitab ini ialah tentang kehidupan Raja Airlangga. Selain itu, juga
menceritakan tentang Arjuna yang mendapatkan Senjata dari Dewa Siwa untuk membunuh
raksasa Niwatakawaca yang sudah merusak kahyangan. Sebagai hadiah karena sudah berhasil
membunuh raksasa, Arjuna dikawinkan dengan bidadari yang cantik dan hidup lama di
Indraloka.

B. Zaman Kediri
Pada zaman kerajaan kediri, karya sastra juga berkembang pesat. Diantaranya adalah :
1. Kakawin Bharatayudha : Karya Empu Sedah dan Empu Panuluh, yang berisi tentang
kemenangan Janggala atas Panjulu saat masa pemerintahan Raja Jayabaya.
2. Kitab Kresnayana : Karya Empu Triguna, yang berisi tentang riwayat kehidupan Kresna
yang pada masa kecilnya dikenal sebagai seorang anak nakal, namun disayangi banyak orang
sebab suka menolong. Selain itu, Kresna juga mempunyai kesaktian yang luar biasa, dan setelah
dewasa ia dikawini dengan Dewi Rukmini.
3. Kitab Sumarasantaka : Karya Empu Monaguna, yang berisi tentang bidadari Harini yang
terkena kutukan dan menjelma sebagai seorang putri di bumi. Setelah masa hukumannya habis,
ia kembali ke kahyangan.
4. Kitab Hariwangsa dan Gatot Kacas Raya : Karya Empu Panuluh, yang berisi tentang kisah
perkawinan Kresna dengan Dewi Rukmini.
5. Kitab Smaradhana : Karya Empu Dharmaja
6. Kitab Lubdaka dan Kitab Wirtasancaya : Karya Empu Tan Akung

C. Zaman Majapahit
Pada zaman majapahit, karya sastra juga berkembang pesat, dan hasil sastranya terbagi menjadi
zaman majapahit awal dan juga majapahit akhri. Diantaranya adalah :
Sastra Zaman Majapahit Awal
1. Kitab Negara Kertagama : Karya Empu Prapanca, yang berisi tentang keadaan kerajaan
Majapahit, daerah-daerah jajahan dan perjalanan pemerintahan Hayam Wuruk dalam memimpin
daerah-daerah kekuasaannya. Selain itu, di dalam kitab ini juga disebutkan tentang upacara
Sradda untuk Gayatri, mengenai kehidupan keagamaan zaman Majapahit. Kitab Negara
Kertagama ini lebih rinci menjelaskan tentang sejarah budaya, daripada sejarah politik.
2. Kitab Sutasoma : Karya Empu Tantular, yang berisi tentang anak raja yang menjadi pendeta
Buddha. Anak raja ini rela mengorbankan dirinya untuk kesejahteraan semua mahluk. Oleh
sebab itu, banyak orang yang tertolong olehnya. Di dalam kitab juga terdapat ungkupan yang
berbunyi : “Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrawa” yang saat ini dipakai sebagai
lambang NKRI.
3. Kitab Arjunawijaya : Karya Empu Tantular, yang berisi tentang raksasa yang berhasil
dibunuh oleh Arjuna Sasrabahu.
4. Kitab Kunjarakarna : Berisi tentang raksasa Kunjarakarna yang sangat ingin berubah
menjadi manusia. Raksasa ini menghadap Wairocana dan diizinkan melihat neraka. Sebab ia taat
kepada agama Buddha, maka keinginannya di kabulkan.
5. Kitab Parthayajna : Berisi tentang keadaan Pandawa setelah kalah main dadu bersama
Kurawa, yang akhirnya diasingkan ke hutan.

3. Seni Rupa

Karya seni rupa banyak dijumpai dalam bentuk relief yang dipahatkan pada dinding candi,
biasanya merupakan rangkaian cerita atau kisah orang-orang tertentu. Relief-relief itu antara lain
dapat ditemui dalam berbagai candi seperti Borobudur, Prambanan, Surosono, dan Pantaran.

Ciri – Ciri Seni rupa Indonesia Hindu Budha


a. Bersifat Peodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai medi pengabdian Raja (kultus Raja)
b.Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agama
c. Bersifat Konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada sumber
hukum      agama (Silfasastra)
d. Hasil akulturasi kebudayaan India dengan Indonesia.

Karya Seni Rupa Indonesia Hindu Budha


a. Seni Bangunan:
1) Bangunan Candi
2) Bangunan pura
Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak didirikan di Bali. Pura
merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh dari candi
penataran yaitu:
- Halaman depan terdapat balai pertemuan
- Halaman tengah terdapat balai saji
- Halaman belakang terdapat; meru, padmasana, dan rumah Dewa
3) Bangunan Puri
Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat keagamaan.
Bangunan – bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain: Tempat kepala keluarga
(Semanggen), tempat upacara meratakan gigi (Balain Munde) dsb.

b. Seni patung Hindu Budha


Patung dalam agama Hindu merupakan hasil perwujudan dari Raja dengan Dewa penitisnya.
Orang Hindu percaya adanya Trimurti: Dewa Brahma Wisnu dan Siwa. Untuk membedakan
mereka setiap patung diberi atribut keDewaan (laksana/ciri), misalnya patung Brahma
laksananya berkepala empat, bertangan empat dan kendaraanhya (wahana) hangsa). Sedangkan
pada patung wisnu laksananya adalah para mahkotanya terdapat bulan sabit, dan tengkorak,
kendaraannya lembu, (nadi) dsb
Dalam agama Budha bisaa dipatungkan adalah sang Budha, Dhyani Budha, Dhyani Bodhidattwa
dan Dewi Tara. Setiap patung Budha memiliki tanda – tanda kesucian, yaitu:
- Rambut ikal dan berjenggot (ashnisha)
- Diantara keningnya terdapat titik (urna)
- Telinganya panjang (lamba-karnapasa)
- Terdapat juga kerutan di leher
- Memakai jubah sanghati

c. Seni hias Hindu Budha


Bentuk bangunan candi sebenarnya hasil tiruan dari gunung Mahameru yang dianggap suci
sebagai tempatnya para Dewa
Oleh sebab itu Candi selalu diberi hiasan sesuai dengan suasana alam pegunungan, yaitu dengan
motif flora dan fauna serta mahluk azaib. Bentuk hiasan candi dibedakan menjadi dua macam,
yaitu:

1) Hiasan Arsitektural ialah hiasan bersifat 3 dimensional yang membentuk struktur bangunan
candi, contohnya:
- Hiasan mahkota pada atap candi
- Hisana menara sudut pada setiap candi
- Hiasan motif kala (Banaspati) pada bagian atas pintu
- Hiasan makara, simbar filaster,dll
2) Hiasan bidang ialah hiasan bersifat dua dimensional yang terdapat pada dinding / bidang
candi, contohnya

- Hiasan dengan cerita, candi Hindu ialah Mahabarata dan Ramayana: sedangkan pada candi
Budha adalah Jataka, Lalitapistara
- Hiasan flora dan fauna
- Hiasan pola geometris
- Hiasan makhluk khayangan

Sifat umum seni rupa Indonesia :


1. Bersifat tradisional/statis
Dengan adanya kebudayaan agraris mengarah pada bentuk kesenian yang berpegang pada suatu
kaidah yang turun temurun

2. Bersifat Progresif
Dengan adanya kebudayaan maritim. Kesenian Indonesia sering dipengaruhi kebudayaan luar
yang kemudian di padukan dan dikembangkan sehingga menjadi milik bangsa Indonesia sendiri

3. Bersifat Kebinekaan
Indonesia terdiri dari beberapa daerah dengan keadaan lingkungan dan alam yang berbeda,
sehingga melahirkan bentuk ungkapan seni yang beraneka ragam

4. Bersifat Seni Kerajinan


Dengan kekayaan alam Indonesia yang menghasilkan bermacam – macam bahan untuk membuat
kerajinan

5. Bersifat Non Realis


Dengan latar belakang agama asli yang primitif berpengaruh pada ungkapan seni yang selalu
bersifat perlambangan / simbolisme.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa masuknya budaya Hindu-Budha di Indonesia
tidak diterima begitu saja tapi pengaruh budaya Hindu-Budha ke Indonesia telah membawa
perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia baik dari seni dan sastra. Dan
ternyata kebudayaan zaman Hindu Budha yang berkembang di Indonesia di bawa oleh kerajaan-
kerajaan yang berkuasa juga pedagang-pedagang yang datang ke Indonesia sambil menyebarkan
ajaran Hindu Budha serta Kesenianannya.

Saran

Mungkin dari kesimpulan diatas dapat dipetik salah satu yang paling penting adalah bahwa
perpaduan tradisi lokal hindu-budha sangat berpengaruh bagi Indonesia. Untuk itu dengan
pesatnya teknologi saat ini kita kita dapat mencari lebih banyak kebudayaan Hindu Budha yang
berkembang di Indonesia saat ini. Dan pada dasarnya sebagai masyarakat Indonesia kita harus
mengerti dan memahami kesenian yang telah ada di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai