Dosen pengampu :
Ridho Bayu Yefterson, S.Pd., M.Pd
Disusun oleh :
Sri Maigusnita
(22046146)
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................1
C. Tujuan ....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Indonesia menjelang zaman sejarah........................................................................2
B. Corak Kehidupan Nenek moyang indonesai menjelang memasuki zaman sejarah 2
C. Benda-benda peninggalan megalitikum..................................................................3
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah pra sejarah, dikalangan para ahli dan masyarakat juga mengenal istilah “protosejarah”.
Istilah ini masih berkaitan dengan prasejarah. Protosejarah didefenisikan sebagai sebuah zaman
menjelang zaman sejarah. zaman proto sejarah ditandai dengan mulai adanya hubungan antara
masyarakat pra sejarah dengan masyarakat lain baik lewat aktivitas perdagangan, politik maupun
keagaaman yang telah lebih dulu mengenal tulisan. Zaman proto sejarah merupakan zaman
peralihan dari zaman prasejarah menuju zaman sejarah.
Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai sejak zaman
prasejarah berdasarkan penemuan "Manusia Jawa" yang berusia 1,7 juta tahun yang lalu.
Periode sejarah Indonesia dapat dibagi menjadi lima era: Era Prakolonial, munculnya kerajaan-
kerajaan Hindu-Buddha danIslam di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan yang terutama
mengandalkan perdagangan; Era Kolonial, masuknya orang-orang Eropa (terutama Belanda,
Portugis, dan Spanyol) yang menginginkan rempah-rempah mengakibatkan penjajahan oleh
Belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20; Era
Kemerdekaan Awal, pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945) sampai jatuhnya Soekarno
(1966); Era Orde Baru, 32 tahun masa pemerintahan Soeharto (1966–1998); serta Orde
Reformasi yang berlangsung sampai sekarang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kehidupan social ekonomi di Indonesia pada saat menjelang zaman
sejarah
2. Corak Kehidupan Nenek moyang indonesai menjelang memasuki zaman sejarah
3. Benda-benda peninggalan megalitikum
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kehidupan social ekonomi di Indonesia pada saat menjelang
zaman sejarah
2. Corak Kehidupan Nenek moyang indonesai menjelang memasuki zaman sejarah
3. Benda-benda peninggalan megalitikum
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kehidupan Sosial-Ekonomi Di Indonesia Menjelang Zaman Sejarah
Alur penyebaran nenek moyang dari kelompok Melayu Muda ini bermula dari daratan Asiake
Thailand, Malaysia Barat, dan terus menuju tempat-tempat di Indonesia. Gelombang terakhirini
masih tergolong ras Austronesia. Pada perkembangannya, ras Papua-Melanesoid,
Austronesia,dan sisa ras Austro-Melanesoid melahirkan berbagai macam suku bangsa yang
tersebar di seluruhIndonesia.
Seiring dengan perkembangan zaman, corak kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia
jugaberubah. Corak kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia menjelang memasuki zaman
sejarahdapat dijelaskan sebagai berikut.
A. Masyarakat Agraris
Pada zaman neolitikum akhir, masyarakat Indonesia telah pandai bercocok tanam dan
beternak.Cara bercocok tanam yang pertama dilakukan, yaitu dengan sistem berladang. Lama-
kelamaan sistemini berubah menjadi bersawah. Cara bercocok tanam dengan bersawah 6
kemudian menjadi bagianhidup mereka. Oleh karena itu, mereka mencari tempat tinggal dan
tempat bercocok tanam yangterletak di sepanjang aliran sungai.
Akhirnya, mereka mampu mengatur tata air melalui irigasi sederhana. Mercka juga dapat
menentukan jenistanaman apa yang cocok ditanam pada suatumusim. Hal ini tidak
mengherankan karena merekatelah mengenal astronomi (ilmu perbintangan). Peralatan
pertanian yang digunakanmasyarakat agraris, yaitu cangkul dari perunggu,kapak persegi, dan
kapak lonjong. Merekamenggunakan ani-ani untuk memotong padi.Semua gambaran kegiatan
dan peralatan hidupyang dipakai masyarakat agraris memperlihatkanadanya corak kebudayaan
sungai.
B. Masyarakat Bahari
Kemampuan nenek moyang kita dalammengarungi lautan telah diperlihatkan sejak lama.Ketika
memasuki Kepulauan Indonesia merekamenggunakan perahu bercadik. Perahu bercadikadalah
jenis perahu yang di kanan kirinyamenggunakan bambu dan kayu supaya perahu tetapseimbang.
2
Masyarakat bahari bertempat tinggal di sepanjangpantai.Mereka menangkap ikan dan kerang
tanpamengenal rasa takut.
D. Masyarakat Religius
Pada saat agama belum masuk ke Indonesia, nenek moyang kita telah memercayai
adanyakekuatan yang mahatinggi di luar dirinya. Kekuatan itu terdapat di alam semesta.
Upacara-upacarapemujaan terhadap roh sering kali dilakukan. Oleh karena itu, muncul 7
kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme adalah kepercayaan kepada roh nenek
moyang, sedangkan dinamisme adalah kepercayaan kepada benda-benda yang memiliki
kekuatan gaib, kesaktian, atau tuah.
Sebagai sarana yang turut mendukung kepercayaan tersebut, di Indonesia berkembang tradisi
megalitikum (mega = besar; litikum = batu). Adapun benda-benda peninggalan tradisi
megalitikum diantaranya sebagai berikut.
1) Menhir
Menhir adalah tugu batu yang diletakkan dengan sengaja disuatu tempat untuk
memperingati dan tempat memuja roh nenek moyang.Menhir ditemukan antara laindi
Dataran tinggi Pasemah(Sumatra Selatan),Kosala,Lebakbedug(Banten),danlembah leles
(Garut).
2) Sarkofagus
Sarkofagus adalah tempat jenazah yang terbuat dari dua batu besar dan ditangkupkan. Bali
danSumbawa Barat merupakan tempat ditemukannya sarkofagus.
3) Dolmen
3
Dolmen adalah bangunan semacam meja dari batu yang berkaki batu utuh dan digunakan
untukpelinggih roh atau tempat sesajian. Daerah tempat ditemukannya dolmen, antara lain
BatuCawang,Tegurwangi, dan Pagerdewa (di Sumatra Selatan).
5) Waruga
Waruga adalah peti kubur batu dalam ukuran yang kecil. Istilah lain untuk waruga adalah
timbukar. Waruga banyak ditemukan di Minahasa.
6) Punden Berundak
Punden berundak adalah bangunan berupa susunan batu berundak-undak yang biasanya
terdiri dari tujuh undak dan digunakan bagi kegiatan pemujaan terhadap roh nenek moyang.
Bangunan ini, antara lain ditemukan di Cisolok (Sukabumi).
7) Arca Batu
Arca batu adalah patung yang terbuat dari batu yang dipahat menyerupai bentuk manusia
danbi natang. Arca-arca megalitikum banyak ditemukan di Sumatra Selatan, yang
menggambarkanma nusia, gajah, harimau, babi, rusa, dan kera.
Menjelang menyingsingnya zaman sejarah, masyarakat Nusantara dapat dikelompokkan menjadi dua
tipe, yaitu suku-suku bangsa petani(agraris) dan nelayan (maritim). Pada daerahdaerah yang berupa
dataran dan memiliki gunung berapi,berkembang sistem pertanian menetap.
Jenis tanaman pangan yang dibudidayakan adalah umbi-umbian dan padi-padian, sedangkan suku-suku
yang tinggal di daerah pegunungan mengembangkan sistem pertanian tadah hujan. Pada suku-suku yang
tidak memiliki gunung berapi dan jenis tanahnya bergambut, mereka mengembangkan sistem pertanian
ladang berpindah. Selain suku-suku petani, di Nusantara juga terdapat banyak suku yang hidup di daerah
pantai dan pinggiran sungai besar.
Mereka mengembangkan budaya laut atau maritim dengan matapencaharian utama sebagai nelayan
dan pedagang antar pulau. Meskipun berbeda-beda dalam pengembangan penghidupan sebagai akibat
perbedaan kondisi geografis tempat tinggal,suku-suku bangsa Nusantara memiliki kesamaan dalam
pelbagai aspek kebudayaan, antara lain dalam penghayatan terhadap empat hal berikut ini.
1. Nilai Kekerabatan
4
Nilai kekerabatan adalah keyakinan yang berdasar pada pandanganbahwa orang lain adalah
kerabatatau anggota keluarga sendiri. Semuasuku di Nusantara menjunjung tinggi nilai
kekerabatan, dalam artimengembangkan tata kehidupan sosial yang mengacu bahwatetangga,
teman, dan bahkan orang asing pun merupakan kerabat.
Penghormatan kepada orang tua adalah nilai kehidupa didasarkan keyakinan bahwa orang tua
merupakan asal muasal semua anak cucu. Selain itu, orang tua juga dipandang sebagai penjaga
kerukunan,kesejahteraan, dan kedamaian seluruh anggota keluarga. Penghormatan antara lain
diwujudkan dalam bentuk sikap untuk selalu patuh, taat, dan berbakti kepada orang tua.
Penghormatan kepada orang tua menjadi sumber dari pelbagainilai sosial sejenis, seperti
penghormatan kepada orang yang dituakan atau pemimpin.
Bagi suku-suku bangsa Nusantara, orang yang dituakan adalah orang yang dipercaya untuk
menjadi orang tua bagi semua anggota suku. Dengan demikian, pemimpin yang baik diNusantara
adalah pemimpin yang mampu menjaga kerukunan,kesejahteraan, dan kedamaian masyarakat.
Selain berkembang dalam bentuk etika kepemimpinan, nilai penghormatan orang tua menjadi
landasan bagi tumbuhnya religi penghormatan kepada leluhur.Religi itu didasarkan pada
pandanganbahwa hubungan orangtua dan anak tidak dapat diputus oleh apapun,termasuk oleh
kematian.
Religi juga diperkuat oleh keyakinan bahwa seberapa pun besar bakti anak, tidak akan mampu
menyamai kasih sayang dan kebaikan orang tua. Religi penghormatan leluhur oleh masyarakat
diwujudkan dalam bentuk upacara kematian dari penguburan sampai ritus selametan1000 hari,
pembuatan nisan (batu kubur) dan rumah leluhur, serta pemberian sesaji. Pada masa
perundagian,penghormatan leluhur melahirkan bangunan suci yang disebut punden berundak.
3. Nilai Kebermanfaatan
Masyarakat Nusantara memandang segala sesuatu yang terdapat didunia ini pasti memiliki
manfaat dalam menjaga kedamaian hidup. baik benda mati, binatang, maupun manusia,
memiliki tugas masing-masing dalam menciptakan dan menjaga kedamaian semesta.Perbedaan
yang ada diyakini memang diperlukan untuk saling melengkapi.
Keyakinan itu pada zaman sejarah berkembang menjadi motto Bhinneka Tunggal Ika, yaitu
menjunjung kesatuan di tengah keragaman. Selain menghargai perbedaan, nilai kebermanfaatan
juga mendorong masyarakat Nusantara untuk bersikap bijak dalam mengelola hidup. Salah
5
satunya pengembangan hidup 10 ugahari atausederhana.Dengan berlandas pada asas manfaat,
masyarakat Indo-nesia mampu memanfaatkan kekayaan alam sesedikit mungkin, demi
memperoleh manfaat yang lebih besar, yaitu terjaga keseimbangan alam dan keselamatan anak
cucu.
Untuk dapat bertindak sesuai dengan fungsinya dalam keseluruhan semesta,suku-suku bangsa
Nusantara berpendapat bahwa manusia harus mampu untuk memahami hukumhukum
semesta.Pandanganitu menjadikan suku-suku bangsa Nusantara memiliki ketertarikan yang
tinggi terhadap setiap bagian alam dan sifat-sifatnya.Denganbelajar dari alam, bangsa Nusantara
mampu menentukan tindakan yang paling tepat untuk menyesuaikan diri dengan alam.
Dengan hidup berlandaskan keempat nilai utama itu, suku-suku bangsa Nusantara berhasil
mengembangkan kehidupan yang paling baik bagi diri mereka. Pada masyarakat pertanian
berkembang pelbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang terkait dengan kegiatan pertanian.
Mereka menemukan dan mengembangkan perhitungan musim tanam dan panen, pengobatan,
pemupukan, pengairan,kerajinan gerabah, peralatan tani, pertukangan, dan juga pengecoran
tembaga serta kerajinan perhiasan. Masyarakat maritim mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi kelautan seperti perbintangan, arah angin, teknologi pembuatan kapal.
6
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Peradaban yang dikembangkan nenek moyang bangsa Indone-sia menjelang menyingsingnya
fajar sejarah sudah maju. Mereka telah mengembangkan kearifan lokal untuk berdialog dengan
kebudayaan baru dan asing. Peradaban itulah yang kelak menjadi wadah bagi dia-log pengaruh
Hindu, Buddha, dan, Islam. Penerimaan dan dan pengolahan anasir-anasir Hindu, Buddha, dan
Islam itulah yang akan memberi corak dan sifat baru kebudayaan Indonesia. Anasir-anasir
budaya itu diterima dan diolah guna menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
Inkulturasi budaya lokal dengan tradisi Hindu, Buddha, dan Islam pun tidak terelakkan.
Inkulturasi merupakan proses perjumpaan dan percampuran dua kebudayaan atau lebih yang
berbeda.Prosesmemperkaya kebudayaan itu menghasilkan kebudayaan baru yang berbeda
dengan kebudayaan lama. Inkulturasi unik karena tidak menghilangkan anasir-anasir budaya
lama. Karakteristik budaya lama masih bisa dikenali asal-usulnya.
B. SARAN
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih
banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.Adapun nantinya penulis akan segera
melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa
sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.
7
DAFTAR PUSTAKA
Arfan Diansyah, Flores Tanjung, Abdul Haris Nasution · Prasejarah Indonesia 2019 ·