Oleh:
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata Perkembangan Peserta
Didik. Penulis berterima kasih kepada Dosen Pengampu yang sudah memberikan
bimbingannya.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu
penulis meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan
kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca.
Penulis,
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh budaya Cina di Asia Tenggara?
2. Bagaimana pengaruh budaya India di Asia Tenggara?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengaruh budaya Cina di Asia Tenggara
2. Untuk mengetahui dan memahami pengaruh budaya India di Asia Tenggara
BAB II
PEMBAHASAN
Bukti-bukti pengaruh India yang pertama ditemukan di daerah Myanmar dengan dikenalnya legenda
tentang datangnya dua orang bhiksu Buddha bernama Sona dan Utara dalam abad ke-3 SM. Kedua
agamawan itu datang ke Suvarnnabhumi (“negeri emas”) yang dapat ditafsirkan dengan Myanmar
atas perintah raja Asoka Maurya yang sangat melindungi agama Buddha. Munculnya institusi
kerajaan pertama yang bercorak India di Asia Tenggara terjadi di Asia Tenggara daratan. Kerajaan itu
dilaporkan oleh berita Cina dengan nama Fu-nan didirikan oleh seorang brahmana pendatang bernama
Kaundinya pada sekitar abad-abad pertama Masehi. (Coedes 2010: 44—5). Kaundinya dalam bahasa
Cina disebut dengan Houent’ien, dilaporkan bahwa Kaundinya dan pengikutnya mungkin datang dari
India, Semenanjung Melayu, atau bahkan juga mungkin dari pulau-pulau selatan.
Dapat disimpulkan bahwa peninggalan-peninggalan arkeologis tertua di wilayah tertua tidak ada yang
lebih tua dari masa Ptolemaeus (abad ke-2 M). Sangat mungkin kebudayaan India menyebar ke
kawasan Asia Tenggara baru sekitar abad ke-2--3 M. Hasil dari penyebaran tersebut baru
meninggalkan bukti-buktinya yang nyata pada abad ke-4--5 M (Coedes 2010: 47).
Dalam tahun 2009 di Lembah Bujang, Kedah, Malaysia diadakan penelitian arkeologis terhadap situs
Sungai Batu yang mempunyai peninggalan struktur bata beraneka. Sebenarnya penelitian terhadap
situs Lembah Bujang telah dilakukan sejak pertengahan abad ke-19, hingga sekarang. H.G.Q.Wales
(1940) pernah menyatakan bahwa peninggalan di Lembah Bujang terdiri atas beberapa fase, fase
pertama berasal dari abad ke-4—6 M yang bernapaskan Hinduisme, fase kedua dari abad ke-6—8,
peninggalannya bercorak Hindu-saiva dari Pallava, dan fase terakhir abad ke-8—10 bernapaskan
agama Buddha Mahayana. Pendapat yang agak berbeda dikemukakan oleh sarjana Malaysia sendiri
Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd.Rahman beserta Othman Mohd.Yatim (1992) telah melakukan kajian
mendalam terhadap situs tersebut, baik terhadap monumen-monumen purbakala ataupun juga
terhadap temuan sertanya. Kajian tersebut telah membawa kepada kesimpulan bahwa kronologi situs
Lembah Bujang terentang dalam kurun waktu yang panjang sejak sekitar abad ke-5 hingga abad ke-14
M. Dalam rentang panjang kronologi situs Lembah bujang tersebut, berdasarkan data arkeologis yang
telah dikaji dapat dibagi lagi menjadi beberapa fase, sekurangnya terdapat tiga fase penting, yaitu
pertama, peninggalan yang mengacu kepada Abad 5/6—10 M, kedua, abad ke-10—11 M, dan ketiga,
fase terakhir antara abad ke-11—14 M (Nik Hassan Shuhaimi & Othman Mohd.Yatim 1992: 106—
108).
Pengaruh kebudayaan India tersebar luas di wilayah Asia Tenggara. Unsur-unsur India,
bahkan hingga saat ini, dapat diidentifikasikan melalui bahasa dan budaya di sebagian kawasan ini,
Indianisasi yang dipahami dalam konteks Asia Tenggara sejajar dengan proses yang terjadi di
subbenua India sendiri yaitu penyebaran unsur-unsur budaya yang berkaitan dengan agama Hindu ke
arah selatan dari akar mereka di Arya, daerah utara.
Hampir seluruh wilayah daratan Asia Tenggara-termasuk kawasan semenanjung yang kini
lebih terkait dengan negeri kepulauan, baik secar etnis maupun budaya-terpapar Indianisasi dalam
batas tertentu, kecuali wilayah yang sekarang Vietnam Utara, para pendeta dan biarawan India dam
Asia Tengah diketahu hadir diantara masyarakat Vietnam selama abad-abad pemerintahan Cina,
namun jejak-jejak kebudayaan India yang jeas tidak terlalu banyak dan letaknya saling berjauhan.
( Ricklefs,dkk 2013:32-33)Indianisasi di Asia Tenggara maritim jauh lebih selektif. Jawa dan Bali
adalah tempat yang paling terpapar kebudayaan India. Kita dapat melihat sangat banyak bukti-bukti
yang terdapat di seluruh kawasan kepulauan ini, hal ini terkecuali Filiphina yang nyaris tidak
terpengaruhi oleh unsur India dan bahkan kawasan ini langsung mendapat pengaruh Islam dan
dilanjutkan oleh Spanyol, ini disebabkan karena wilayah ini sangat tertutup dalam pelayaran zaman
dulu yaitu pada masa Jalur Sutra.
Sudah terlalu banyak dibahas bagaimana Asia Tenggara mengalami proses Indiansasi.
Sebagian cendikiawan masa kolonial percaya bahwa kawasan ini pernah dijajah India. Tetepi,
kenyataannya kebanyakan orang Asia Tenggara adalah penjelajah lautan, terutama yang berasal dari
negeri Melayu. Bukan mustahil bila merka menjadi pihak yang aktif yang membawa pulang
kebudayaan India ke tanah airnya. Argumentasi ini adalah bagian dari kecenderungan umum yang
menggambarkan orang Asia Tenggra sebagai pihak yang lebih berinisiatif, bukan melihatnya sebagai
penerima pasif yang hanya menyambut datangnya kebudayaan India. Jadi, walaupun memang ada
Brahmana yang berkelana ke kawasan ini, mungkin benar juga ada orang-orang Asia Tenggara yang
diangkat menjadi pendeta di India dan kembali ke tanah air untuk menyebarkan kepercayaan yang
baru mereka dapatkan. (Ricklefs,dkk 2013:33).
1 .Pyu
Pyu adalah sebuatan sebuah etnis yang berada di kawasan Asia Tenggara. Seperti yang dikutip
dalam (Ricklefs,dkk 2013:38) etnis yang dikenal sebagai Pyu adalah sebagian dari penduduk tertua
yang diketahui mendiami wilayah yang sekarang menjadi Burma dan Myanmar, bukti-bukti
menunjukkan bahwa Pyu adalah salah satu etnis Asia Tenggara paling awal yang mengadopsi unsur-
unsur kebudayaan India.
2. Dwarawati
3. Cham
Wilayah mereka membentang dari pesisir utara ke selatan hingga delta Mekong. Walaupun
mereka merupakan punutur Austroasia yang awalnya bermigrasi dari tempat yang sekarang menjadi
Indonesia. Pada awal abad ke-3 M sumber-sumber Cina mencatat keberadaan kerajaan yang mereka
kenal sebagai Linyi. Linyi secara umum diakui sebagai Kerajaan Cham Kuno yang eksistensinya
sebagai sebuah entitas terpisah tidak diketahui. Orang Cina terkenal enggan mengganti nama negara-
negara asing yang mereka kenal. Nama Cham muncul dalam prasasti lokal berbahasa sansekerta pada
akhir abad 6 M.
Hingga pertengahan abad ke-8 M, ketika ‘Linyi’ berubah menjadi ‘Huanwang’ dalam catatan
Cina, aktivitas dan budaya politik Cham terpusat di lokasi yang sekarang menjadi Provinsi Quang
Nam, situs paling terkanal adalah My Son. Indianisasi membuat kultur Cham banyak berbeda dengan
Vietnam di utara yang dip pengaruhi Cina.
4. Khmer
Peran delta Mekong pada abad-abad awal milenium pertama sudah tidak iragukan lagi. Situs
penting Oc Eo telah mengungkapkan adanya koin-koin dan artefak. Ini mendorong kemunculan dan
pertumbuhan kerajaan-kerjaan kuno. Semakin jauh ke pedalaman terdapat Angkor Boreo. Sehingga
sAnkor Boreo dan Oc oe mungkin bagian dari kerajaan Khmer kuno namun hal ini masih diragukan.
Pengaruh agama yang mendominasi adalah India terutaman Siwa dan Wisnu.
5. Sriwijaya
6. Jawa
Seperti halnya dipulau Sumatera, di Jawa juga tidak banyak ditemukan bukti. Namun pada
awal abad ke-5 M seorang penguasa bernama Purnawarman yang memerintah kerajaan Tarumanegara
meninggalkan serangkaian prasasti di jawa barat. Peninggalan ini menjadi bukti awal bahwa terjadi
Indianisasi.
Sebelum pengaruh India Cina berkembang di Asia Tenggara, masyarakat telah mengenal dan
memiliki kepercayaan, yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang dan benda-benda besar (animisme
dan dinamisme). Ketika agama dan kebudayaan Hindu-Budha tumbuh dan berkembang, bangsa
Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha meskipun unsur kepercayaan asli tetap hidup
sehingga kepercayaan agama Hindu-Budha bercampur dengan unsur penyembahan roh nenek
moyang. Hal ini tampak pada fungsi candi di Asia Tenggara khususnya Indonesia. Sudah sejak Jaman
Kuno pengaruh Cina dan Hindu terasa di kawasan Asia Tenggara. Antara Cina dan Hindu saling
berebut pengaruh di wilayah Annam dan Cochin China dalam memperebutkan supremasinya. Perlu
diketahui bahwa yang dimaksud dengan pengaruh-pengaruh Cina dan Hindu terhadap daerah-daerah
tersebut bukan berarti bahwa kebudayaan- kebudayaan setempat
dilenyapkan. Anasir-anasir kebudayaan asli berasimilasi dengan anasir-anasir asing, hal itu tampak
dari hasil kebudayaan khususnya hasil-hasil kesenian dan arsitektur.[6] Kontak antara negara-negara
di Asia tenggara dengan Cina dan Hindu nampak dalam hubungan perdagangan. Mereka saling
mengunjungi pelabuhan masing-masing. Jauh sebelum tampak gejala-gejala pengaruh India, di Asia
Tenggara rupanya sudah ada koloni-koloni kecil perdagangan India di bandar-bandar Asia Tenggara,
Sebaliknya demikian pula dengan bandar-bandar di India, terdapat koloni-koloni perdagangan
Indonesia baik di Benggala maupun di pantai Coromandel (ke dua belah pihak aktif). Setelah
hubungan dagang itu berjalan lama sekali kemudian tampak perubahan yang besar di Asia Tenggara.
Kerajaan-kerajaan mulai timbul, agama, kesenian serta adat istiadat Hindu dianutnya, bahasa
Sansekerta dipakai sebagai bahasa suci. Kerajaan-kerajaan baru itu tumbuh di sekitar tempat-tempat
yang sering dikunjungi oleh pelaut-pelaut India pada masa yang silam. Perubahan itu disebab kan oleh
kedatangan para brahmana dan pujangga yang berkewajiban menyebarkan kebudayaan Hindu.
Kerajaan-kerajaan kuno di Asia Tenggara pada umumnya dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu kerajaan-kerajaan agraria dan kerajaan-kerajaan maritime. Kegiatan utama kerajaan-
kerajaan agraris adalah pertanian. Mereka kebanyakan terletak di semenanjung Asia Tenggara.
Contoh kerajaan agraria adalah Kerajaan Ayutthaya, yang terletak di delta sungai Chao Phraya, dan
Kerajaan Khmer yang berada di Tonle Sap. Kerajaan-kerajaan maritim kegiatan utamanya adalah
perdagangan melalui laut. Kerajaan Malaka dan Kerajaan Sriwijaya adalah contoh dari kerajaan
maritim.[7] Tidak banyak yang diketahui mengenai kepercayaan dan praktek keagamaan Asia
Tenggara, sebelum kedatangan dan pengaruh agama dari para pedagang India pada abad ke-2 Masehi
dan seterusnya. Sebelum abad ke-13, agama-agama Buddha dan Hindu adalah kepercayaan utama di
Asia Tenggara. Kerajaan-kerajaan di daratan (semenanjung) Asia Tenggara pada umumnya memeluk
agama Buddha, sedangkan kerajaan-kerajaan di kepulauan Melayu (Nusantara) umumnya lebih
dipengaruhi agama Hindu. Beberapa kerajaan yang berkembang di semenanjung ini, awalnya bermula
di daerah yang sekarang menjadi negara-negara Myanmar, Kamboja dan Vietnam.[8] Kekuasaan
dominan yang pertama kali muncul di kepulauan adalah Sriwijaya di Sumatra. Dari abad ke-5
Masehi, Palembang sebagai ibukota Sriwijaya menjadi pelabuhan besar dan berfungsi sebagai
pelabuhan persinggahan (entrepot) pada Jalur Rempah-rempah (spice route) yang terjalin antara India
dan Tiongkok. Sriwijaya juga merupakan pusat pengaruh dan pendidikan agama Buddha yang cukup
berpengaruh. Kemajuan teknologi kelautan pada abad ke-10 Masehi membuat pengaruh dan
kemakmuran Sriwijaya memudar. Kemajuan tersebut membuat para pedagang Tiongkok dan India
untuk dapat secara langsung mengirimkan barang-barang di antara keduanya, serta membuat kerajaan
Chola di India Selatan dapat melakukan serangkaian penyerangan penghancuran terhadap daerah-
daerah kekuasaan Sriwijaya, yang mengakhiri fungsi Palembang sebagai pelabuhan persinggahan.
Pulau Jawa kerap kali didominasi oleh beberapa kerajaan agraris yang saling bersaing satu sama lain,
termasuk di antaranya kerajaan-kerajaan wangsa Syailendra, Mataram Kuno dan akhirnya Majapahit.
[9]
1. Funan - sekarang Kampuchea, berpusat di Oc-eo - tenggara Pnom Penh (100 - 613 SM). Pusat
perdagangan di tengah jalur niaga India dan Cina.
2. Chenia - sekarang Kampuchea, berpusat di Vyadapura - propinsi Kompong Thom (550 - 800 M).
Sempat mendapat serangan dari kerajaan Syailendra (Jawa) sehingga pusat kerajaan pindah ke
pedalaman.
3. Champa - sekarang Vetnam, berpusat di Indrapura - propinsi Quang Nam (600 -900 M). Merebut
sebagian wilayah Chenla sehingga mencakup Laos dan Kampuchea.
4. Dvaravati - sekarang Thailand, berpusat di Nakhon Pathon - timur laut Bangkok (600 - 1000 M).
Berada di bawah kekuasaan kerajaan Khmer.
5. Khmer - sekarang Kampuchea, berpusat di Angkor - utara Pnom Penh (800 - 1200 M). Meliputi
Myanmar dan Indocina. Bagan - sekarang Myanmar, berpusat di Bagan - utara Yangoon (1000 - 1200
M). Runtuh oleh serangan pasukan Mongol dibawah pimpinan Kubilai Khan.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Asia tenggara memiliki banyak sekali budaya diakarenakan banyak sekali berbagai peristiwa
yang terjadi di Asia tenggara,dimulai dari penjajahan,perdagangan,dan lain sebagainya.Peristiwa itu
banyak mengubah kehidupan di Asia Tenggara melalui berbagai bidang seperti budaya.Begitu pula
datangnya cina dan india ke Asia Tenggara ini banyak sekali member kebudayaan baru yang menjadi
akulturasi dengan kebudayaan semula yaitu Austronesia.
B. Saran
Mempelajari sejarah budaya Cina dan India di Asia tenggara sangatlah penting dikarenakan kita
berasal dari Asia Tenggara, dan banyak budaya Cina dan India khususnya di Indonesia ini sehingga
kita harus mengetahui banyak asal usul budaya yang sangat banyak ceritanya.
\DAFTAR PUSTAKA
http://www.bimbie.com/budaya-cina-india.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Asia_Tenggara
https://cintasejarahk1ta.blogspot.com/2016/03/permulaan-cina-di-asia-tenggara.html