Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK 5 DOSENPEMBIMBING

SEJARAH AFRIKA 1.Dr. BUNARI, M. Si

PERAN KONGSI DAGANG EROPA DAN DAMPAK PENJELAJAHAN


BAGI KEDUA BELAH PIHAK

DISUSUN OLEH:

INTAN ALMADINA / 1905124123

PATRICIA ENDAH SEPTIANA/1905156212

ROSITA MANALU /1905112708

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2020
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Imperialisme ialah sebuah (kebijakan) di mana sebuah negara besar dapat memegang


kendali atau pemerintahan atas daerah lain agar negara itu bisa dipelihara atau berkembang.
Sebuah contoh imperialisme terjadi saat negara-negara itu menaklukkan atau menempati
tanah-tanah itu.Spanyol dan Portugis merupakan 2 bangsa eropa yang merintis pelayaran dan
kolonialisasi yang terjadi di afrika. Pada abad ke 15 dimulailah penaklukkan benua Afrika
oleh orang Portugis yang dimulai dengan merebut pulau Ceuta dari tangan orang-orang
Islam, yang dilanjutkan dengan menduduki tanjung Bojador, Tanjung Verde, Tanjung
Palmas, Pengaruh Portugis semakin besar ketika Bartholomeus Diaz telah sampai di tanjung
harapan. Kemudian pelayaran orang-orang Portugis dilanjutkan oleh Vasco da Gama yang
melewati Tanjung Harapan dan akhirnya berhasil mencapai India .

Portugis juga banyak mendirikan benteng-benteng di sepanjang pantai Afrika, benteng


tersbut didirikan untuk melindungi rute perdagangan Portugis. Dapat diketahui bahwa pada
waktu itu tidak hanya Portugis yang mengetahui kekayaan Alam benua Afrika, akan tetapi
rival mereka Spanyol juga mengetahui hal tersebut. Untuk mencegah terjadinya konflik
antara kedua negara Eropa Tersebut, akhirnya paus mengintervensi kedua negara ini, paus
memiliki kekuasaan karna kedua negara ini merupakan penganut agama Katolik yang taat,
sehingga kebijakan Paus akan didengarkan. Akhirnya terlahirlah perjanjian Tordesillas pada
tanggal 6 Juni 1494. Perjanjian tersebut membagi dunia luar benua Eropa menjadi 2. Yaitu
bagian barat untuk Portugal dan Bagian Timur untuk Spanyol. Hasilnya seluruh Afrika dan
hampir seluruh benua Asia berada di bawah kekuasaan Portugal, dan Spanyol mendapatkan
seluruh kekuasaan penuh di Benua Amerika. 

Benua Afrika sendiri dikenal sebagai benua terluas ketiga setelah Benua Asia dan
Benua Amerika. Benua Afrika juga dikenal sebagai benua terpadat setelah Benua Asia dan
Benua Eropa (Adisukarjo et. al. 2006). Secara kenampakan alam, Afrika sendiri memiliki
potensi yang dapat dilihat dari alamnya. Kawasan Afrika sendiri memang termasuk dalam
kategori kawasan yang tergolong memiliki curah hujan rendah. Namun, walau memiliki
curah hujan rendah, kenampakan alam dari Afrika masih beragam seperti terdapat
pegunungan, danau, cekungan, sungai, dan juga kenampakan alam yang tidak asing di Afrika
yaitu kenampakan alam gurun (Indriyana 2016). Kemudian, potensi Afrika tidak hanya dapat
dilihat dari kenampakan alamnya saja, tetapi potensi dari kawasan Afrika, dapat dilihat dari
sumber daya alam Afrika. Kawasan Afrika memiliki potensi akan bahan tambang seperti
uranium, mangan, minyak, gas alam, bahkan hingga emas dan juga batu permata (Anon
2015). Walau memiliki kekayaan alam yang dapat dikatakan sangat potensial.
1.2      Perumusan Masalah
Agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam penyusunan makalah ini, maka kami merumuskan
masalah sebagai berikut :
1.     Apa yang melatarbelakangi kedatangan bangsa Portugis dan bangsa Spanyol ke Afrika.
2.     Bagaimana proses imperialisme bangsa Portugis dan bangsa Spanyol di Afrika.
3.     Apa saja dampak imperialisme bagi Afrika dan bagi bangsa Barat.
4. Apa akibat kegiatan bagi kedua belah pihak

1.3      Tujuan dan Manfaat


Tujuan Pembuatan makalah ini yaitu :
1.     Menjelaskan tentang peran kongsi dagang eropa terhadap perkembangan bangsa Afrika.
2.     Menjelaskan tentang bagaimana proses imperialisme bangsa Portugis dan bangsa Spanyol di
Afrika.
3.     Menjelaskan tentang dampak imperialisme bagi Afrika dan bagi bangsa Barat.
4. Mengetahui Akibat bagi kedua belah pihak
BAB II
MATERI PEMBAHASAN

A. KEDATANGAN BANGSA EROPA DI AFRIKA


Permasalahan-permasalahan yang terus-menerus terjadi di kawasan Afrika ini
kemudian yang membuat masyarakat dari bangsa asing, terutama dari bangsa Eropa untuk
berani memasuki wilayah Afrika dengan alasan eksplorasi daerah, dan lambat laun beralih
menjadikan Afrika sebagai ‘lahan’ kepentingan yang ingin dicapai oleh bangsa Eropa. Seperti
halnya bangsa Indonesia yang pernah dijajah oleh bangsa Portugis; begitu pula dengan
kawasan Afrika yang sebelumnya wilayahnya dimasuki oleh bangsa Portugis. Tidak hanya
Portugis, bangsa lainnya seperti Jerman, Inggris, Perancis, dan Belgia pun pernah menduduki
wilayah Afrika. Maksud dan tujuan bangsa Eropa untuk datang ke Afrika, kurang lebih sama
seperti ketika bangsa Eropa masuk ke kawasan Asia yaitu, untuk kepentingan perdagangan.
Strategi awal yang digunakan bangsa Eropa untuk dapat masuk dan diterima oleh
masyarakat Afrika pun juga bukan menggunakan cara-cara kasar, tetapi justru menggunakan
cara-cara yang halus. Bangsa Eropa, yang mengetahui bahwa pendidikan dan juga
pengetahuan bangsa Afrika tidak terlalu bagus pada saat itu, menggunakan senjata dari
negara Eropa yang ditukar oleh hasil alam dari negara Afrika yang kemudian dibawa kembali
ke Eropa untuk diteliti da kembangkan lebih lanjut lagi .
Kemudian, strategi lainnya yang digunakan oleh bangsa Eropa dalam menguasai
Afrika, yaitu, salah satunya dengan menggunakan permasalahan terkait wabah penyakit yang
banyak dialami oleh masyarakat di wilayah-wilayah Afrika seperti penyakit malaria. Dengan
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat Eropa, terutama yang terkait
dengan teknologi, kemudian dikembangkanlah obat yang dapat menyembuhkan penyakit
malaria yang dianggap sebagai penyakit yang mematikan di Afrika pada saat itu. Penawaran
pengobatan ini, ditawarkan oleh masyarakat Eropa yang kemudian ditukar dengan hasil-hasil
alam dari Afrika yang kemudian dapat diperdagangkan kembali ke negara-negara lain.
Dengan kata lain, bangsa Eropa pada saat itu, menggunakan strategi untuk menguasai Afrika
dengan membalik keadaan, sehingga seakan-akan bangsa Afrika yang lebih membutuhkan
bangsa Eropa, sehingga bangsa Eropa banyak yang diperkenankan masuk dalam kawasan
atau wilayah Afrika. Strategi yang dilakukan oleh bangsa Eropa terhadap penguasaan wilayah
Afrika pada saat itu, kemudian dianggap berhasil karena da beberapa bangsa asing di Eropa
yang dapat mendirikan sentral perdagangan, salah satunya pada waktu itu, yaitu bangsa
Portugis .
Hal-hal yang melatarbelakangi kedatangan bangsa Portugis dan bangsa Spanyol datang
ke Afrika yaitu addanya beberapa faktor-faktor pendorong diantaranya sebagai berikut:
1.   Faktor sumber daya alam dan sumber daya manusia.
2.   Faktor ekonomi.
3.   Faktor ingin memperluas wilayah jajahan.

Dari ketiga faktor tersebut menjadi alasan dari bangsa Barat untuk menguasai wilayah
Afrika, selain faktor-faktor tersebut didukung pula semangat yanh ditimbulkan dari
semboyan dari  3 G, yaitu Glory, Gold, dan Gospel. Glory memiliki arti kejayaan, Gold
memiliki arti mencari kekayaan, dan Gospel memiliki arti menyebarkan agama, dalam hal ini
adalah agama Nasrani. dari semboyan 3G ini menyebabkan banyak sekali negara-negara
Barat untuk merealisasikannya,  khususnya semboyan Glory yang berarti kejayaan. ini
menimbulkan semangat besar yang menyebabkan banyak negara-negara Eropa yang
berlomba-lomba untuk mencari tanah jajahan di berbagai wilayah lain di belahan bumi
seperti di benua Asia, benua Amerika, dan tak terkecuali di benua Afrika sebagai upaya untuk
mendapatkan kejayaan dan harga diri yang lebih tinggi dari negara-negara Eropa lainnya,
oleh karena itu mereka, berusaha mendapatkan wilayah jajahan yang kaya akan sumber daya
alam dan sumber daya manusianya yang ada di wilayah-wilayah tersebut yang nantinya dari
kekayaan alam tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan di berbagai bidang, terutama
bidang Industri dan ekonomi, dengan kata lain tanah jajahan diwujudkan semata-mata untuk
mengumpulkan dan menyimpan keperluan bahan mentah dari wilayah-wilayah jajahan dan
menjadi pasaran untuk hasil keluaran industri negara. Tak terkecuali sumber daya
manusianya, karena dengan adanya pemanfaatan dari sumber daya manusia ini sudah jelas
membantu negara-negara barat dalam bidang industri terutama dalam hal produksi, karena
mereka mendapatkan suntikan dari tenaga-tenaga manusia yang mereka rekrut dari wilayah
jajahannya yang jelas tenaga-tenaga manusia dari negara jajahan mereka ini sangat murah
sehingga dapat menekan pengeluaran dari proses produksi industri tersebut.
2.2 Proses Imperialisme Bangsa Portugis dan Bangsa Spanyol di Afrika
2.2.1 Afrika dibawah kekuasaan portugis
Portugal merupakan salah satu negara printis eksplorasi benua Afrika, dan yang patut
diketahui bahwa Portugal merupakan negara Eropa yang paling lama menjelajah Eropa.
Koloni-koloni Portugal yang terpenting adalah Angola, Mozambique, dan disebelah barat
ialah Guinea, dan kepulauan-kepulaun kecil seperti cape Verde, Sao Tome dan Principe.
Selama lima abad Portugal berhasil menanamkan pengaruh-pengaruhnya di daerah koloni di
Afrika, pada saat negara-negara Eropa yang memilki wilayah koloni di Afrika melakukan
politik imperialism moderen, politik colonial Portugal tetap menggunakan system lama yang
sangat unik, ketika perang dunia kedua berakhir maka muncul aliran baru di Portugal untuk
memperbaruhi system politik di daerah koloni.
Proses kolonialisasi Portugal terhadap wilayah Afrika khususnya Mozambique dan
Angola bisa disebabkan oleh 2 Faktor utama yaitu :
1. Portugal mendirikan tempat penyimpanan makanan di sepanjang pantai yang
dilalui oleh rute pelayaran. Tempat penyimpanan makanan ini biasanya merupakan benteng
pertahanan yang sangat kokoh, walaupun memiliki benteng di pesisir pantai, tetapi orang-
orang Portugis belum bisa menguasai daratan pedalaman. Bangsa Portugal membutuhkan
waktu 13 tahun, yaitu dari tahun 1906 sampai 1919 untuk menahklukkan Angola.Dengan
kejatuhan Mokombe raja dari Barwe pada tahun 1918, maka perlawanan bersenjata untuk
sementara berhenti . Banyaknya negara eropa yang memperebutkan benua Afrika
memunculkan berbagai macam konflik antara negara Eropa itu sendiri. Portugal tersebuit
mempunyai ambisi untuk memperluas daerah wilayah koloninya di Afrika mulai dari Angola
hingga dapat digabungkan atau disatukan dengan Mozambique .

2. Terdapat keganjilan di bidang ekonomi di daerah kolonial, yaitu segala aktivitas


perekonomian yang dilakukan hanya boleh dilakukan atas nama raja. Sehingga mereka
kehilangan inisiatif dalam bidang ekonomi, selain itu mereka menjadi aristocrat yang sangat
komersil, sehingga mereka menggunakan cara-cara feudal untuk memenuhi kebutuhan
perekonomian mereka. Kehadiran Portugal di Afrika kurang dirasakan, karena suatu proses
Kolonialisasi tidak hanya ditopang oleh kekuatan angkatan bersenjata tetapi pembangunan
ekonomi yang mampu menopang seluruh aktivitas di daerah koloni dan negeri induk,
sehingga Portugal dapat mempertahankan daerah koloninya. Pada saat konferensi Berlin
posisi Portugal terdesak akan tetapi Portugal mendapat bantuan dari Inggris untuk
mempertahankan koloninya di Angola dan Mozambique.Hal ini dilakukan Portugal untuk
membendung laju pergerakan jerman yang memang mengincar daerah koloni Portugal. Bagi
Portugal daerah koloni memiliki peranan yang sangat penting yaitu, daerah koloni sangat
mampu untuk melindungi ekonomi mereka, karena daerah koloni menyediakan berbagai
barang mentah yang digunakan sebagai bahan baku industry, bahan baku tersebut sangat
murah ketimbang harga pasaran dunia pada waktu itu, sehingga hasil produksi portugis
lebih murah ketimbang negara lain .
Kedua hasil ekspor tersebut membuat Portugal memilki keuntungan yang besar. Untuk
mempertahankan cara ini Portugal hanya menempatkan orang-orangnya dikwasan yang
strategis, dalam artian daerah trsebut merupakan wilayah yang memiliki suatu tingkat
keekonomisan yang sangat tinggi.
a. Proses Interaksi Budaya
Seperti negara-negara imperialis lainnya, untuk mempertahankan kekuasaannya di
Afrika Portugis harus menguasai, atau melakukan suatu brain storming kepada penduduk
pribumi khususnya dalam bidang Iptek, budaya dan bidang sosial, hal tersebut harus
dilakukan agar tingkah laku penduduk pribumi dapat diarahkan untuk dapat memenuhi
kepentingan colonial dan tidak membahayakan kestabilan pemerintah colonial. Pada awalnya
penaklukkan bangsa Portugis terhadap penduduk pribumi dilakukan atas dasar keyakinan
religious, yaitu mengganti tuhan-tuhan berhala yang dimiliki oleh penduduk pribumi dangan
keimanan Kristiani, oleh karena itu proses penahklukkan tersebut tidak terlalu mendapatkan
suatu kritikan dari Paus, walaupun pada akhirnya lambat laun motif agama tersbut beralih ke
motif ekonomi.
b. Resistensi Penduduk Pribumi di bidang Kebudayaan
Penduduk pribumi berhasil mempertahankan kebudayaan asli mereka dengan
melakukan tardisi penyebaran suatu kisah dari mulut ke mulut, selain itu bentuk resistensi
mereka terhadap orang kulit putih direpresentasikan dengan sebuah lagu, yaitu seperti yang
dilakukan oleh penduduk Cuanhamas yang berada di wilaya Angola, mereka menyanyakian
lagu tersebut atas ketidakadilan yang mereka derita, akibat kekalahan mereka dengan orang
kulit putih.
Tidak hanya suku Cuanhamas saja yang melakukan resistensi budaya tersebut, tetapi
suku-suku lainnya juga melakukan hal serupa, seperti penduduk asli Mozambique, mereka
menyanyikan lagu tersebut akibat penderitaan mereka yang terusir dari kampung halaman
mereka.
Pemerintah Portugal juga berusaha untuk menciptakan suatu elit di kalangan penduduk
pribumi yang mempunyai tujuan memiliki suatu komunitas elit pribumi yang mempunyai
kesamaan perspektif terhadap pemerintah colonial, dengan hal tersebut diharapkan bahwa
elit-elit pribumi tersebut dapat menghasut kawan sebangsanya agar mau menuruti pemerintah
colonial Portugal. Untuk menjadi elit tersebut dibutuhkan suatu kerja keras bagi penduduk
pribumi, kedudukan elit-elit pribumi sejajar dengan bangsa Portugis, syarat yang harus
ditempuh untuk menjadi elit tersebut atau biasa disebut sebagai Assimilado syarat pertama
mereka harus bisa membaca serta menulis, dan menguasai kebudayaan-kebudayaan Portugal,
yang kedua mereka juga harus membayar pajak yang sangat besar, sehingga hampir seluruh
warga pribumi yang memiliki kemampuan menjadi Assimilado tidak mau menjadi elit
tersebut, dikarenakan pajak yang sangat tinggi yang harus mereka bayar.
2.2.2 Afrika dibawah Kekuasaan Spanyol
Berdasarkan perjanjian Tordesillas, Portugal mempunyai hak untuk menguasai
seluruh wilayah Afrika, akan tetapi Spanyol juga memproleh daerah koloni di benua Afrika.
Bagi Spanyol daerah koloni yang paling berarti terletak di wilayah Maroko, karena di
wilayah tersebut terpadat jumlah penduduknya, yaitu sekitar 1 juta orang. Wilayah yang
sangat kecil tersebut hanya digunakan sebagai pangkalan militer untuk menjaga kestabilan
negeri induk, selain itu wilayah koloni tersebut juga digunakan sebagai basis rute
perdagangan antara Eropa dengan koloni Spanyol lainnya di benua Afrika dan Amerika.
Pada tahun 1860 setelah perang Tetuan Maroko menyerahkan Sidi Ifni kepada Spanyol.
Selain itu di tahun 1911 marocco di bagi menjadi dua antara Prancis dengan spanyol. Akibat
ketidakberesan ditubuh militer, akhirnya terjadi pemberontakan di kalangan tentara Spanyol
sendiri pada tahun 1921. Pemberontakan ini menyebabkan posisi Spanyol terancam, tetapi
pemberontakan ini segera dapat dipulihkan. Spanyol juga membangun infrastrukutur
perekonomian yang memadai di daerah tersebut, sehingga daerah koloni Spanyol pada masa
itu merupakan salah satu daerah yang termaju, dibandingkan dengan daerah koloni di benua
Afrika lainnya. Pada tahun 1956 Perancis mengakui kemerdekaan Maroko. Kemudian sultan
Mohammed V mengadakan perundingan kepada pemerintah Spanyol agar sisa daerah
Maroko yang masih dikuasai oleh Spanyol dikembalikan kpada pemerintahan Maroko.
Akhirnya dengan dihapuskannya pemerintahan internasional di Tanger, maka akhirnya
Maroko menjadi negara yang bersatu dan merdeka sepenuhnya. Atas desakan dunia
internasional, akhirnya Spanyol menyerahkan Sidi Ifni ke Maroko.
Pada tahun 1959, wilayah koloni Spanyol di Guinea mendapatkan perlakuan yang
sama dengan provinsi di daerah Spanyol lainnya. Akan tetapi atas desakan para nasionalis
Guinea dan PBB, maka Spanyol akhirnya memberikan kemerdekaan pada bulan Maret 1968,
setelah menjadi negara merdeka Guinea memilki pendapatan tertinggi dibandingkan negara-
ngara Afrika lainnya yang baru saja merdeka.
2.3 Dampak Imperialisme Bagi Afrika dan Bangsa Barat
Dampak imperialisme bagi bangsa Afrika dan bangsa Barat di Afrika adalah sebagai
berikut:
2.3.1 Bagi Afrika
a. Mengenal adanya teknologi modern.
b. Mengenal sistem perdagangan dan pemerintahan yang lebih baik.
c. Sumber daya alam diambil oleh bangsa barat.
2.3.2 Bagi negara Barat
a. Mendapatkan tenaga kerja yang murah.
b. Mendapatkan SDA yang dapat meningkatkan ekonomi negaranya.
c. Banyak mengeluarkan dana untuk memperluas wilayah jajahan.
d. Timbulnya persaingan untuk memperebutkan wilayah kekuasaan.

2.4 Dampak Akibat bagi kedua belah pihak

1. Hendy Morten Stanley


Stanley diminta oleh James Gordon Bennet dari koran Herald untuk menemukan David
Livingstone, seorang misionaris berkebangsaan Inggris yang diperkirakan hilang di wilayah
pedalaman Afrika. Stanley berangkat dari Zanzibar pada bulan Maret 1871, dan menemukan
Livingstone di Ujiji pada bulan November.
Pada tahun berikutnya, Stanley bergabung dengan kelompok penjelajahan David
Livingstone ketika menjelajahi Danau Tanganyika. Setelah kembali ke Eropa, Stanley
membawa banyak hasil laporan penjelajahannya bersama Livingstone, dan menerima
penghargaan dari Ratu Victoria. Pemerintah Inggris saat itu sangat mengagumi prestasi
Stanley berhasil menemukan banyak informasi mengenai wilayah baru di Afrika yang belum
banyak diketahui orang-orang Eropa.Kumparan
Pengaruh Henry Morton Stanley bagi Penjelajahan Kerajaan InggrisKonten ini
diproduksi oleh Potongan Nostalgi Penjelajah besar Amerika dan Inggris, Henry Morton
Stanley, lahir di Wales dengan nama John Rowlands. Pemerintah Inggris mengklaim dirinya
sebagai tokoh penjelajah Inggris karena terkagum-kagum oleh prestasinya.
Nama “Henry Morton Stanley” berasal dari nama majikannya, yang digunakan oleh
Rowlands ketika pertama kali datang ke Amerika Serikat pada 1859. Ia ikut rombongan para
pendatang dari Inggris yang menempati beberapa wilayah kolonial di negara itu.
Sejak tahun 1861 sampai 1862, Stanley bekerja untuk angkatan bersenjata pasukan
Konfederasi. Setahun berikutnya, ia diangkat sebagai prajurit Angkatan Laut Amerika hingga
tahun 1867. Secara resmi Henry Morton Stanley diangkat sebagai warga negara Amerika
pada 1862.
Klaim pertama pemerintah Inggris atas Stanley terjadi ketika ia menyertai Angkatan
Bersenjata Inggris yang berangkat ke Ethiopia pada 1868. Saat itu ia juga ditugaskan menjadi
koresponden untuk koran New York Herald.
Pada 1869, Stanley diminta oleh James Gordon Bennet dari koran Herald untuk
menemukan David Livingstone, seorang misionaris berkebangsaan Inggris yang diperkirakan
hilang di wilayah pedalaman Afrika. Stanley berangkat dari Zanzibar pada bulan Maret 1871,
dan menemukan Livingstone di Ujiji pada bulan November. Pengaruh Henry Morton Stanley
bagi Penjelajahan Kerajaan InggrisHenry Morton Stanley.
Pada tahun berikutnya, Stanley bergabung dengan kelompok penjelajahan David
Livingstone ketika menjelajahi Danau Tanganyika. Setelah kembali ke Eropa, Stanley
membawa banyak hasil laporan penjelajahannya bersama Livingstone, dan menerima
penghargaan dari Ratu Victoria. Pemerintah Inggris saat itu sangat mengagumi prestasi
Stanley berhasil menemukan banyak informasi mengenai wilayah baru di Afrika yang belum
banyak diketahui orang-orang Eropa.
Setelah menyelesaikan ekspedisi “the Ashanti” pada 1873 untuk keperluan publikasi
koran Herald, Henry Stanley melakukan perjalanan keduanya menyusuri hutan-hutan Afrika.
Selama perjalanannya itu ia mengelilingi Danau Victoria, dan Danau Tanganyika, serta
menyusuri Sungai Lualaba dari Nyangwe hingga pantai barat. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa sungai Lualaba memiliki aliran yang sama dengan Sungai Kongo.
Ketertarikan Stanley terhadap segala bentuk kehidupan di Benua Afrika membuat ia
memutuskan untuk melakukan penjelajahan secara langsung, tanpa harus terikat oleh
pelaporan-pelaporan demi kepentingan pemerintah.
2. David Livingstone
David Livingstone selalu menekankan betapa pentingnya mengerti budaya lokal dan
kepercayaan masyarakat untuk membuat mereka tertarik terhadap kekristenan. David
Livingstone menyadari bahwa kekristenan adalah sebuah ancaman besar bagi masyarakat
Afrika. Terutama jika berhubungan dengan upacara tradisional yang menyatukan masyarakat
melalui budaya poligami yang dipraktikkan di Afrika. Padahal itu dilarang oleh kekristenan.
David Livingstone juga mengalami kesulitan dalam hal bahasa, karena bahasa lokal tidak
mengenal kata kasih dalam konsep Allah maupun kata dosa.
Peta Afrika pertama yang dibawanya dulu, tidak berisi apa pun mulai dari Kuruman
hingga Timbuktu, tapi berkat jasanya, peta itu kini telah terisi daerah-daerah secara terperinci
dan lengkap. Di tanah airnya, dia disambut sebagai pahlawan nasional dan dielu-elukan oleh
masyarakat Inggris. Namun, kepulangannya pada Desember 1856 mengakibatkan perbedaan
pendapat antara dia dan LMS yang telah mengutusnya, dan perbedaan itu terus meruncing.
David ingin kembali lagi ke Afrika untuk membuka jalur perdagangan dan kekristenan di
sana, tapi dia menyadari bahwa LMS tidak akan membantunya dalam hal penjelajahan dan
ekonomi. Memanasnya hubungan David dengan LMS itu membuatnya memutuskan untuk
melepaskan diri dari yayasan tersebut.
David Livingstone mewujudkan keinginannya untuk kembali lagi ke Afrika dengan
bantuan biaya dari pemerintah Inggris dan mengepalai tim ekspedisinya sendiri. Selama lima
tahun, David Livingstone melakukan penjelajahan ke daerah Afrika Timur dan Tengah untuk
kepentingan pemerintah Inggris.

Dalam ekspedisinya yang kedua ini, David Livingstone harus menelan pil pahit dan
menerima kenyataan bahwa ekspedisi ini tidak berjalan seperti yang diinginkannya. David
Livingstone membuat keputusan yang salah tentang sungai Zambesi dan riam-riam di Cabora
Bassa. Kapal-kapal uap pada masa itu ternyata tidak sanggup mengarungi riam-riam tersebut
dan memaksanya berpaling ke sungai Shire yang mengalir di sebelah utara sungai Zambesi
menuju Danau Malawi. Tapi sebelum sempat terlaksana, pemerintah Inggris memaksa
mereka untuk pulang pada tahun 1863. Ekspedisinya yang kedua dianggap sebagai sebuah
kegagalan dan pemerintah Inggris sudah tidak tertarik untuk kembali membiayai
ekspedisinya.

Setelah melakukan usaha penggalangan dana yang sulit, David Livingstone kembali
lagi ke Afrika pada tahun 1866. Tujuan David Livingstone kali ini untuk mencari muara
sungai Nil. Petualangannya membawa David Livingstone ke sungai Lualaba. Ia mengira telah
menemukan tujuannya, padahal sebenarnya sungai Lualaba adalah hulu sungai Kongo.

Walau melakukan kekeliruan tentang sungai Nil, namun penemuan geografisnya


merupakan harta karun yang tak ternilai bagi ilmu pengetahuan di barat kala itu. Dia
menemukan Danau Ngami, Danau Malawi, dan Danau Bangweulu. Tidak hanya itu, David
Livingstone juga berjasa memetakan Danau Tangyika, Danau Mweru, dan beberapa jalur
sungai, terutama hulu sungai Zambesi.
David Livingstone berusa untuk melepaskan perbudakan di Afrika. David Livingstone
dipengaruhi sebuah tulisan yang ditulis oleh seorang penganut Abolosianisme (azas yang
membela penghapusan perbudakan) yang bernama T.F. Buxon. T.F. Buxon menyebutkan
bahwa perbudakan di Afrika dapat dihapuskan dengan membuka sebuah jalur perdagangan
yang sah dan penyebaran ajaran Kristen di tanah Afrika.Ketika melakukan perjalanan ke
utara untuk membuka ladang pelayanan baru, Livingstone menjatuhkan pilihan di kedua sisi
sungai Zambesi. Alasan yang mendasari pilihan David Livingstone adalah karena daerah ini
memiliki penduduk yang lebih padat dan berada di luar jangkauan pedagang budak. Zambesi
sebagai sebuah alternatif dibukanya jalur perdagangan yang sah untuk menghalau pedagang
budak dari daerah itu.

KESIMPULAN
Benua Afrika yang merupakan salah satu benua terbesar dengan kekayaan alam yang
melimpah pun, pada kenyataannya juga mengalami penjajahan dari bangsa lain yaitu bangsa
Eropa. Bangsa Eropa yang datang ke Afrika pada awalnya dengan tujuan perdagangan,
namun, lama-kelamaan semakin bergeser untuk lebih memanfaatkan Afrika itu sendiri
bahkan, menjadikan masyarakat Afrika sebagai budak untuk mencapai kepentingan bangsa
Eropa sendiri di Afrika. Bangsa Eropa sendiri mendekati masyarakat Afrika dengan
pendekatan halus seperti lewat pengobatan yang dapat mengatasi wabah penyakit di Afrika.
Bangsa Eropa membuat masyarakat Afrika terus-menerus membutuhkan bangsa Eropa.
Namun, tidak selamanya usaha bangsa Eropa dalam mencapai kepentingannya di
Afrika selalu berhasil. Terbukti dengan permasalahan Mozambik dimana pada akhirnya
bangsa Eropa tidak menempuh jalan yang terlalu mulus untuk pencapaian kepentingan
industrialisasinya di Afrika. Hal ini dikarenakan persaingan antarnegara yang
memperebutkan Mozambik dapat dikatakan ketat.Rivalitas yang terjadi antara Spanyol
dengan Portugal telah berlangsung sangat lama. Persaingan tersebut juga terjadi di benua
Afrika, berdasarkan perjanjian Tordesillas maka seluruh wilayah di benua Afrika hanya
berhak dikuasai oleh Portugal. Sebagai gantinya spanyol bebas menguasai seluruh benua
Amerika. Dengan dominasai yang sangat besar sejak awal abad ke 15 Portugal mampu
menguasai seluruh rute perdagangan di Afrika, dan keadaan ini bertahan hingga lebih dari
250 tahun.
Ketika bangsa-bangsa Eropa lainnya tertarik dengan benua Afrika maka timbullah
suatu konflik antara negara-negara tersebut, tetapi hal tersebut berhasil diatasi dengan
diadaknnya konferensi Berlin, yang mengatur adanya pembagian wilayah-wilayah koloni di
benua Afrika. Sejak saat itu wilayah kekuasaan Portugal didaerah benua Afrika semakin
lemah. Tentu saja hal ini membahayakan kedudukan politik Portugal karena pemerintah
kolonial dapat saja disetir oleh para penanam modal tersebut. Selain itu keadaan wilayah
koloni Spanyol di Afrika sangat kecil sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap kestabilan
daerah kolonial lainnya. Wilayah yang kecil tersebut bagi spanyol digunakan untuk
mengamankan rute perdagangan mereka, selain itu selama mempertahankan wilayah mereka.

SUMBER
http://suciramadhan17.blogspot.com/2014/03/latar-belakang-eropa-portugis-da.html?m=1 , di
akse pada 15 oktober 2020, pukul 09.00 wib

https://biokristi.sabda.org/David_Livingstone, Di Akses pada 15 oktober 2020, pukul 09.30


wib

Soeratman Darsiti. Sejarah Afrika Zaman Imperialisme Modern : Jilid 1. Yogyakarta :penerbit OMBAK.
1974

Anda mungkin juga menyukai