Anda di halaman 1dari 19

PELAYARAN PENEMUAN BENUA AUSTRALIA

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Sejarah Australia
yang dibina oleh Ibu Lutfiah Ayundasari M.Pd

Oleh:
Moh Galuh Okta Prayogi (150731601120)
Khurin In Jannah (150731606886)
Rizaldy Nanda Akbar Prasetya (150731603508)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
FEBRUARI 2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2

BAB I - PENDAHULUAN ..................................................................................... 3

A. LATAR BELAKANG .............................................................................. 3

B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 4

C. TUJUAN PENULISAN ........................................................................... 4

BAB II - PEMBAHASAN ...................................................................................... 5

A. PROSES KEDATANGAN BANGSA ABORIGIN KE AUSTRALIA .. 5

B. PROSES PELAYARAN PENEMUAN AUSTRALIA OLEH BANGSA


PORTUGIS DAN SPANYOL ............................................................................ 6

C. PROSES PELAYARAN PENEMUAN AUSRALIA OLEH BANGSA


BELANDA.......................................................................................................... 7

D. PROSES PELAYARAN PENEMUAN AUSTRALIA OLEH BANGSA


INGGRIS .......................................................................................................... 13

1. Pelayaran Bangsa Inggris ke Australia ............................................... 13

2. Transit of Venus dan James Cook ....................................................... 14

BAB III- PENUTUP ............................................................................................. 18

A. KESIMPULAN ...................................................................................... 18

DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................... 19

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Secara geografis Benua Australia amat dekat dengan Benua Asia
namun jika dilihat dari segi fisik sebagian besar penduduk, serta dari segi
sosial budaya dan sosial politknya, Australia lebih cocok disebut sebagai
“negara Barat” (Siboro, 2016:1). Benua Australia tidak bisa lepas dari peran
serta bangsa eropa, baik dari segi bahasa, politik, ekonomi, dan segala
sistem kehidupan yang berada di Benua Australia.
Benua Australia oleh bangsa Eropa sering disebut sebagai “benua
baru”. Hal ini dikarenakan Benua Australia merupakan benua terakhir yang
ditemukan oleh para penjelajah-penjelajah Eropa. Pelayaran yang dilakukan
bangsa Eropa mulai abad ke-15 untuk menemukan “dunia baru” hingga
akhirnya menuju Australia. Namun lama sebelum bangsa Eropa datang,
nenek moyang bangsa Aborigin telah datang terlebih dahulu dan melakukan
kolonisasi terhadap benua Australia.
Proses kedatangan baik bangsa Eropa maupun bangsa Aborigin
bukanlah suatu hal yang mudah dan memerlukan proses yang panjang.
Banyak pelayaran yang dilakukan untuk mencari Benua Australia, namun
banyak juga yang harus kecewa karena gagal menemukannya. Namun
sedikit diantaranya dapat mendarat di daratan Australia hingga melakukan
kolonisasi di daerah tersebut.
Berdasarkan dari permasalahan di atas, maka dibutuhkan suatu
analisis melalui proses historiografi mengenai sejarah pelayaran penemuan
Benua Australia. Proses kedatangan yang dianalisis bukan saja kedatangan
bangsa Eropa namun juga proses kedatangan bangsa Aborigin sebagai
bangsa asli Benua Australia. Oleh karena ini kami penulis mengangkat judul
“Pelayaran Penemuan Benua Australia” sebagai alat bantu untuk
mengidentifikasi proses pelayaran penemuan terhadap Benua Australia.

3
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah proses kedatangan manusia bangsa Aborigin ke
Australia ?
2. Bagaimanakah proses pelayaran penemuan Australia oleh bangsa
Portugis dan Spanyol ?
3. Bagaimanakah proses pelayaran penemuan Australia oleh bangsa
Belanda ?
4. Bagaimanakah proses pelayaran penemuan Australia oleh bangsa
Inggris ?
C. TUJUAN PENULISAN
Dalam penyusunan makalah ini ada beberapa tujuan diantaranya
sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi proses kedatangan manusia bangsa Aborigin ke
Australia.
2. Mengidentifikasi proses pelayaran penemuan Australia oleh bangsa
Portugis dan Spanyol.
3. Mengidentifikasi proses pelayaran penemuan Australia oleh bangsa
Belanda.
4. Mengidentifikasi proses pelayaran penemuan Australia oleh bangsa
Inggris.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PROSES KEDATANGAN BANGSA ABORIGIN KE AUSTRALIA


Jauh sebelum kedatangan bangsa Barat, bangsa Aborigin telah lama
lebih dahulu mendiami dataran Australia. Nenek moyang bangsa Aborigin
diperkirakan datang ke Australia sekitar 40,000 hingga 55,000 tahun yang
lalu. Menurut (Dorey, 2015) asal usul dari nenek moyang bangsa Aborigin
masih diperdebatkan hingga saat ini, namun secara garis besar dibagi
menjadi dua teori, yaitu teori “Keluar dari Afrika” dan teori
“Multiregional”.
Teori yang pertama adalah teori “Keluar dari Afrika”. Teori ini
merupakan teori yang paling dapat diterima bahwa manusia pertama yang
mengkolonisasi Australia adalah Homo sapiens yang berada di Afrika
bermigrasi melalui Asia Tenggara. Bukti dari teori ini adalah fosil yang
ditemukan di beberapa tempat menandakan bangsa yang datang ke Australia
memiliki satu garis keturunan genetik dengan populasi yang mendiami
dataran Afrika.
Teori yang kedua adalah teori “Multiregional”. Beberapa ilmuwan
berpendapat berdasarkan dari temuan fosil bahwa bangsa yang melakukan
kolonisasi pertama kali di Australia berasal dari dua keturunan genetik yang
berbeda. Satu garis keturunan berasal dari evolusi Homo erectus Indonesia
sedangkan garis keturunan lainnya berasal dari Homo erectus Tiongkok.
Bangsa Aborigin modern dipercaya merupakan hasil asimilasi dari dua garis
keturunan genetik ini.
Proses kedatangan nenek moyang bangsa Aborigin dapat dikatakan
sebagai perjalanan pertama yang melewati hamparan besar perairan. Seperti
yang telah diketahui bahwa antara Asia dan Australia dipisahkan oleh
lautan. Pada saat kedatangan nenek moyang bangsa Aborigin, Australia dan
Papua masih berada dalam satu daratan bernama Sahul, sedangkan
Indonesia bagian barat termasuk Sumatera, Kalimantan, dan Jawa berada
dalam satu daratan bersama Semenanjung Melayu yang disebut Sunda. Hal

5
inilah yang membuat migrasi melalui perairan dapat dilakukan karena pada
saat itu jarak antara Pulau Timor dengan Sahul hanya berjarak 90 km.
Kendaraan yang mereka gunakan dalam melewati lautan bukanlah kapal
besar yang mampu mengangkut banyak orang, namun kemungkinan hanya
rakit yang terbuat dari bambu, bahan material yang biasa ditemukan di Asia
(Dorey, 2015)
Bukti dari kedatangan nenek moyang bangsa Aborigin dapat
ditemukan di Malakunanja II di Arnhem Land, Northern Territory. Situs ini
merupakan gua batu yang berumur 55,000 tahun dan juga merupakan situs
tertua di Australia. Situs-situs lainnya yang berumur lebih dari 30,000 tahun
tersebar di seluruh Australia mulai dari daerah gurun di tengah hingga Pulau
Tasmania. Terdapat kemungkinan adanya situs peninggalan yang lebih tua
namun sayangnya telah berada di bawah permukaan laut. Menurut Shaw
dalam (Siboro, 1989:6) kemungkinan mereka bergerak ke arah Australia
karena terdesak oleh bangsa yang lebih kuat.
B. PROSES PELAYARAN PENEMUAN AUSTRALIA OLEH BANGSA
PORTUGIS DAN SPANYOL
Pada pertengahan abad ke-15 suatu bangsa kuat bernama Turki
Ustmani berhasil menduduki kota Konstatinopel (sekarang Istanbul) pada
tahun 1453. Peristiwa ini secara tidak langsung berpengaruh besar pada
sejarah umat manusia. Jalur perdagangan antara Eropa dan Asia harus
terputus karena monopoli yang dilakukan pemerintahan Utsmani, sehingga
para penjelajah Eropa berusaha mencari jalur lain ke daratan Asia.
Alasan lain yang menjadi penyebab pelayaran yang dilakukan orang
Eropa adalah adanya teori yang mengemukakan bahwa bumi terbagi dua
secara seimbang antara belahan bumi utara dan belahan bumi selatan. Tokoh
terkenal yang mengemukakan pendapat ini adalah Ptolemy seorang ahli
metematika dan geografi dari Yunani pada abad ke-2. Ptolemy
mengemukakan bahwa di sebelah selatan khatulistiwa ada suatu daratan
yang luas untuk mengimbangi dataran-daratan yang berada di sebelah utara.
Ptolemy menyebutnya Terra Australis Incognita yang berarti “daratan
selatan yang belum dikenal” (Siboro, 1989:8).

6
Banyak penjelajah-penjelajah terkenal yang berasal dari Portugis dan
Spanyol memulai pelayaran untuk menjadi “dunia baru”, namun tidak ada
catatan tertulis yang menyebutkan mereka pernah datang ke Austalia.
Kedatangan bangsa Portugis ke Australia hanya merupakan klaim teori yang
menyatakan bahwa mereka pernah mendarat di Australia antara tahun 1521
dan 1524. Menurut (Perry, 2007) buku berjudul Beyond Capricorn karya
Peter Trickett mencantumkan map perjalanan Cristóvão de Mendonça yang
telah memetakan lepas pantai barat, timur, dan selatan Australia, dan
berlayar dengan empat armada kapal menuju Botany Bay pada 1522.
Penemuan ini pada waktu itu disimpan sebagai rahasia dikarenakan adanya
Perjanjian Tordesillas yang mengharuskan membagi dua wilayah “dunia
baru” antara Portugis dan Spanyol.
Bangsa Spanyol yang melakukan pelayaran untuk mencari daratan
Australia adalah Pedro Fernández de Quiros yang menemukan Kepulauan
Hebriden Baru (sekarang Vanuatu) dan menyangka bahwa mereka telah
berhasil menemukan benua Australia. Pedro Fernández de Quiros
menamakan pulau itu Austrialia del Espiritu Santo atau “tanah suci pulau
selatan” untuk menghormati ratu Margaret dari Austira istri dari Philip III
dari Spanyol. Saat de Quiros kembali ke Spanyol, salah satu nahkodanya
yang bernama Luís Vaz de Torres melanjutkan pelayaran ke barat. Pada
tahun 1606 mereka mendekati benua Australia, namun hanya berlayar di
selat antara Pulau Papua dengan ujung utara Benua Australia. Selat itu
kemudian dinamakan Selat Torres. Menurut berita bahwa Torres telah
melihat ujung utara Benua Australia yaitu Cape York (Tangkuman,
1984:10).
C. PROSES PELAYARAN PENEMUAN AUSRALIA OLEH BANGSA
BELANDA
Sebab-sebab kedatangan orang Belanda ke dunia timur sebagai
penjelajah, pedagang, dan penjajah pada akhir abad ke-16, dapat dicari dan
dihubungkan dengan kejadian-kejadian penting di Eropa pada waktu itu.
Reformasi yang pada dasarnya adalah masalah gereja dan keyakinan dalam
kehidupan keagamaan, malahirkan akibat-akibat dan konsekuensi-

7
konsekuensi yang luas juga di bidang politik, perdagangan, dan
kepentingan-kepentingan kemanusiaan lainnya. pengaruhnya meluas dari
Eropa ke hampir seluruh penjuru dunia.
Selama delapan puluh tahun antara rakyat di negeri Belanda dengan
pemerintah Spanyol terjadi perang yang semula bermotifkan agama. Dalam
sejarah Eropa perang ini terkenal dengan Perang 80 Tahun (1568-1648)
atau Perang Kemerdekaan Belanda. Perang ini timbul karena rakyat di
negeri Belanda yang mengikuti faham reformasi tidak mau tunduk lagi di
bawah kekuasaan raja Spanyol Philip II, yang sangat menentang reformasi.
Dengan penuh kekerasan Philip II memerintahkan pasukan Spanyol untuk
menindas apa yang dianggapnya pemberontakan rakyat jajahannya itu,
namun dia gagal.
Sebelum dan selama berlangsungnya perang tersebut, pelaut-pelaut
dan pedagang-pedagang Belanda lah yang paling banyak mengambil bagian
dalam perdagangan dan kegiatan maritim di Eropa. Kapal-kapal dagang
mereka cukup banyak dengan awak yang gagah berani dan ahli. Bagian
yang paling utama dari kegiatan dagang mereka adalah mengambil dari
Lisabon barang-barang dagangan yang dibawa oleh orang-orang Portugis
dari Asia, terutama rempah-rempah yang berasal dari Indonesia, lalu
mendistribusikannya ke seluruh Eropa. Kegiatan perdagangan yang sangat
menguntungkan inilah yang menyebabkan Belanda menjadi kaya dan
mampu menambah jumlah kapal-kapalnya. Pertumbuhan kesejahteraan dan
kekuatan lautnya inilah yang medukung kemampuan Belanda menantang
Spanyol dalam perang yang cukup lama.
Masih dalam masa berlangsungnya Perang 80 Tahun tersebut,
Portugal disatukan dengan Spanyol di bawah kekuasaan raja Spanyol, Philip
II. Untuk menekan Belanda, Philip II memerintahkan penutupan Lisabon
bagi kapal-kapal Belanda. Philip II mengira bahwa dengan penutupan
Lisabon itu perdagangan Belanda akan hancur dan dengan demikian tidak
akan mampu lagi membiayai perang. Namun yang terjadi adalah sebaliknya.
Penutupan Lisabon bagi kapal-kapal Belanda justru mendorong Belanda
untuk mencari sendiri jalan ke Indonesia, sumber barang dagangan yang

8
sangat menguntungkan itu. Orang-orang Belanda yang pernah bekerja pada
kapl-kapal portugis membantu usaha Belanda menemukan jalan ke
Indonesia. Cornelis Houtman (Cornelis de Houtman) dan John Linschoten
(Jan Huyghen van Linschoten) termasuk di antara orang-orang Belanda
yang pernah bekerja untuk Bangsa Portugis di Asia. Cornelis de Houtman
pernah menjadi mualim kapal Portugis, sedangkan Jan Huyghen van
Linschoten pernah bekerja untuk bangsa Portugis di Asia selama 14 tahun.
(Scott, 1943). Cornelis de Houtman adalah pemimpin pelayaran Belanda
yang pertama sekali sampai di Indonesia pada tahun 1596. Garis pelayaran
yang diikuti Houtman ke Indonesia (dengan melewati Selat Sunda), adalah
mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Van Linschoten dalam bukunya
yang berjudul Itinerario.
Keberhasilan pelaut-pelaut Belanda sampai ke Indonesia juga
merupakan langkah penting ke arah penemuan Australia. Keinginan mereka
untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar mendorong mereka
melakukan penyelidikan-penyelidikan lebih lanjut, terutama selama lima
puluh tahun permulaan. Setelah mereka mempunyai kedudukan- kedudukan
di pulau Jawa dan Maluku, mereka mulai melakukan usaha-usaha eksplorasi
untuk mendapatkan kemungkinan memperoleh keuntungan yang lebih besar
lagi. Dalam pada itu, bukan mustahil mereka juga berusaha mencari daratan
selatan yang misterius itu, tentu dengan harapan dari sana akan diperoleh
keuntungan materiil yang lebih banyak lagi. Meyelidiki, memetakan, dan
mempublikasikan, merupakan rangkaian kegiatan yang menarik dan
dilakukan dengan tekun oleh orang-orang Belanda pada waktu itu.
Penemuan yang secara kebetulan dari penemuan-penemuan sebagai hasil
penyelidikan, dihubungkan satu dengan yang lain, sehingga menghasilkan
garis besar pantai utara dan barat benua Australia yang terletak disebelah
selatan kepulauan Maluku. Seri peta-peta yang mereka terbitkan tentang
pantai utara dan barat Australia itu melengkapi pengetahuan tentang peta
dunia pada waktu itu.
Kapal Belanda pertama sekali mengunjungi pantai Australia adalah
Duyfken. Di bawah pimpinan William Jansz, kapal ini berangkat dari salah

9
satu pos Belanda di Indonesia untuk menyelidiki pantai selatan Irian. Dalam
rangka pelayarannya penyelidikannya itu, William Jansz memotong Selat
Torres hingga suatu saat (Maret 1606) dia sampai di suatu lokasi di pantai
barat Semenanjung York. Dengan alasan bahwa perbekalan mereka
menipis, dan mungkin juga karena sembilan dari anak buahnya yang sempat
mendarat mati terbunuh oleh penduduk asli, maka William Jansz
memutuskan untuk kembali. Tempat yang disinggahinya itu dia sebut
dengan nama Tanjung Keerweer yang berarti kembali lagi “Turn Back”.
William Jansz dan anak buahnya inilah orang Eropa yang pertama sekali
melihat atau menemukan benua Australia. Terbunuhnya anak buah William
Jansz di daerah yang baru ditemukannya itu, menyebabkan dia
berkesimpulan bahwa penduduk asli negeri itu “buas, kasar, orang hitam
yang bengis dan biadab”. Dia kembali dari sana dengan keyakinan bahwa
pantai selatan Irian menyatu dengan daratan yang sekarang dikenal dengan
nama Semenanjung York. Keyakinan ini menyebabkan suatu saat pernah
orang Belanda membuat peta yang salah, dimana pantai selatan Irian
dilukiskan bersatu dengan Semenanjung York. Dalam tahun 1611, Hendrik
Brouwer (kemudian menjadi gubernur Jendral VOC), secara kebetulan
menemukan jalan laut baru untuk mencapai pulau jawa. Setelah melewati
Tanjung Pengharapan Baik, Brouwer berlayar terus ke arah timur sejauh
kira-kira 3000 mil baru kemudian memutar haluan ke arah utara untuk
mencapai Pulau Jawa dalam waktu yang lebih pendek bila dibandingkan
dengan rute pelayaran yang biasa. Atas dasar itu dia menyarankan kepada
Dewan Direktur VOC agar menginstruksikan semua pelayaran-pelayaran
Belanda ke Indonesia mengikuti rute pelayarannya itu. Usul Brouwer yang
simpatik ini diterima oleh pimpinan VOC, sehingga sejak tahun 1613
usulnya itu menjadi perintah pimpinan VOC.
Jika diperhatikan peta Samudra Hindia bagian selatan, kemudian
dikaitkan dengan garis pelayaran Brouwer tersebut, maka segera akan dapat
dipahami bahwa suatu ketika pelaut-pelaut Belanda akan sering melihat
bahkan mungkin secara tidak sengaja akan mendarat di pantai barat

10
Australia akan menjadi daerah perairan yang bisa dilalui oleh kapal-kapal
Belanda.
Pada tahun 1619, Frederick de Houtman sampai di pantai barat
Australia di sebelah selatan kota Perth sekarang. Dari tempat itu dia
menyusuri pantai barat Australia ke arah utara. Dalam pelayarannya itu
Houtman hampir saja mengalami kecelakaan pada suatu tempat yang
berbahaya yang diberi nama Abrolhos yang berarti “keep your eyes open”
(buka mata).
Pada tahun 1622 kapal bernama Leewin sampai di pantai barat daya
Australia yang kemudian dikenal dengan nama Leewin’s Land. Pada tahun
itu juga diberitakan adanya kecelakaan kapal Inggris yang bernama Trial di
sebelah utara Hartog’s Islands. Peristiwa ini dan pengalaman Hartog
mendorong pemimpin VOC di Indonesia untuk melakukan serangkaian
penyelidikan terhadap daerah itu demi keselamatan pelayaran mereka.
Pada tahun 1623 suatu ekspedisi yang terdiri dari dua buah kapal Pera
dan Arnhem dikirimkan untuk menyelidiki teluk Carpentaria. Ekspedisi ini
juga bertugas menyelidiki sejauh mana kebenaran pendapat William Jansz.
Setelah hampir sampai ke ujung teluk, Carstenz pemimpin ekspedisi,
memerintahkan untuk kembali dengan anggapan bahwa apa yang dilaluinya
itu adalah suatu terusan (passage) ke “Daratan Selatan”. Selanjutnya
diketahui nahwa kapal mereka terbawa angin ke pantai daerah yang sampai
sekarang bernama Arnhem’s Land. Kesan mereka tentang daerah yang
dikunjunginya itu adalah gersang. Ekspedisi ini tidak menghasilkan sesuatu
yang baru. (Siboro, 1989:14-19)
Pada tahun 1627 kapal Belanda Gulden Zeepaart berlayar ke Selatan.
Setelah melalui Cape Leeuwin mereka tiba di Great Australian Bight. Dari
sana mereka berlayar sampai Streaky Bay yang terletak di Australia Selatan.
Wilayah yang dikunjungi ialah Nuyts Land, yaitu nama seorang pegawai
VOC, yang turut ekspedisi ini, wilayah ini tandus dan kering.
Pada tahun 1628, sebuah kapal Belanda meninggalkan Batavia dan
bertolak ke Belanda. Kapal yang membawa lada dan tembaga itu karam di
pesisir North West Cape. Terpaksa muatan dibuang ke laut. Tempat

11
karamnya kapal Belanda itu dikenal dengan nama De Wet’s Land. Anak
buah kapal itu menjelaskan, bahwa pesisir De Wet’s Land sangat berbahaya,
tanahnya subur namun penduduknya masih biadab.
Pada tahun 1629 kapal Belanda bernama Batavia karam di Houtman
Abrolhos, nahkoda kapal ini ialah Francis Pelsart menurunkan anak
buahnya ke darat yang tandus. Dengan sebuah sekoci ia kembali ke Batavia,
dan tiba setelah berlayar selama 34 hari. Hal ini membuktikan, bahwa ia
seorang pelaut yang ulung. Kemudian ia kembali ke Australia untuk
menyelamatkan anak buahnya yang ditinggalkan. Di dalam buku catatannya
ia menceritakan bahwa melihat seekor kucing sebesar kelinci, kaki depan
pendek sedangkan kaki belakang panjang. Mungkin binatang yang
diceritakan Francis Pelsart seekor kangaroo rat atau kangguru kecil.
(Tangkuman, 1984:14-15)
Dalam tahun 1644 Abel Tasman memimpin ekspedisinya yang kedua.
Dalam kesempatan ini Abel Tasman diperintahkan untuk menyelidiki
apakah ada passage antara Irian dengan daratan di sebelah selatannya.
Apabila Tasman berhasil menemukannya, Tasman diperintahkan untuk
melaluinya dan memasuki Pasifik terus ke Van Diemen’s Land dan dari
sana kembali ke Batavia melalui Het Land van de Eendracht. Seandainya
Tasman berhasil melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya dalam
ekspedisi yang kedua ini, maka akan jelas bahwa Het Land van de
Eendracht (Australia) adalah benua berbentuk pulau dan dengan sendirinya
tabir rahasia Terra Australis Incognita mungkin sebagian besar telah
berhasil diungkapkannya.
Setelah pelayaran Abel Tasman, bangsa Belanda mulai menggunakan
New Holland untuk menyebut daratan Australia sekarang. Pelayaran Abel
Tasman ini merupakan pelayaran penyelidikan terakhir orang-orang
Belanda ke arah daratan Australia. Kesan mereka terhadap New Holland
adalah daratan yang gersang sehingga mereka tidak menginginkan untuk
mengadakan pendudukan di sana. Bagi mereka New Holland tidak
memberikan keuntungan apa-apa, sehingga pemimpin tertinggi VOC di
negeri Belanda menyesalkan tindakan Anthony van Diemen yang

12
dianggapnya memboroskan uang, tenaga, dan kapal untuk melakukan
penyelidikan yang tidak berguna. Sesungguhnya New Holland, Van
Diemen’s Land, dan Staten Land (New Zealand) memiliki semua yang
diharapkan oleh pemimpin VOC itu.
Terhadap ilmu pengetahuan, Tasman dan penemu-penemu Belanda
lainnya telah memberikan sumbangan yang sangat berharga. Peta yang
ditinggalkan oleh Tasman telah menambahkan daratan Australia yang
meliputi seluruh pantai utara, pantai barat, dan sebagian pantai selatan,
sebagian Van Diemen’s Land (Tasmania) dan New Zealand kepada dunia
yang diketahui pada waktu itu. (Siboro, 1989:20-21)
D. PROSES PELAYARAN PENEMUAN AUSTRALIA OLEH BANGSA
INGGRIS
1. Pelayaran Bangsa Inggris ke Australia
Sejarah Australia pada umumnya yang dikenal sebagai penemu
benua Australia adalah James Cook. Namun, terdapat sebuah proses
sebelum penemuan itu terjadi. Benua Australia sebelumnya pernah
disinggahi oleh beberapa pelaut. Mereka secara tidak sengaja
menemukan benua ini. Orang-orang ini memberi nama “New
Holland” pada benua Australia.
Menurut Siboro (1989: 22) menyebutkan bahwa pada tahun
1688, seorang bajak laut asal Inggris bernama William Dampier yang
singgah di sebuah pulau selama beberapa minggu untuk
membersihkan kapalnya. William Dampier ini sebelumnya membajak
sebuah kapal milik Spanyol yang bernama Cygnet dan kemudian
menggunakannya sebagai kapal utama. Mereka beralayar dari
Amerika Selatan, mengarungi Samudera Pasifik dan singgah di
Filipina. Kemudian mereka berlayar ke selatan untuk menghindari
kapal-kapal Inggris dan Belanda. Hasilnya, mereka tiba di pantai barat
New Holland dekat Kings Sound. Dampier menulis tentang kondisi di
tempat itu. Tidak ada rempah-rempah, tanahnya tandus dan banyak
lalat, serta penduduknya belum bisa mendirikan rumah. Bahkan
mereka tidak bisa bertani.

13
Oleh karena penemuan ini, William Dampier memutuskan untuk
kembali ke Inggris dan meninggalkan kapal serta anak buahnya di
India. William Dampier menulis sebuah buku dan hasil dari terbitan
buku ini membuat orang-orang Inggris, terutama angkatan laut Inggris
berpikir untuk menyelidiki tentang New Holland lebih lanjut.
Kebetulan saat itu Inggris sedang berfokus pada merebut Indonesia
dari Belanda. Pada tahun 1699, angkatan laut Inggris memberikan
Dampier kapal yang bernama Roebuck untuk meneliti kembali New
Holland. Pada tanggal 6 Agustus 1699 Dampier mendarat di sebuah
tempat yang disebut Shark’s Bay karena ia menangkap dan memakan
hiu di tempat itu. Dampier menyusuri tempat-tempat seperti Dirk
Hartog Island, pesisir barat daya New Holland yang pernah dikunjungi
Abel Tasman tahun 1644, dan pesisir utara hingga New Guinea.
Setelah itu ia menganggap bahwa tak ada perkembangan dari
penemuannya. Akibat dari penulisan kedua ini, para koloni Inggris
meragukan New Holland sebagai daerah koloni. Selama 70 tahun New
Holland tidak dilirik oleh para koloni. Hal ini disebabkan para koloni
hanya mengetahui bagian barat Australia, Tasmania dan Selandia
Baru. Pesisir timur yang merupakan Australia modern sekarang ini
belum teridentifikasi oleh para koloni saat itu.
2. Transit of Venus dan James Cook
Pada tahun 1769, para ahli astronomi mengatakan bahwa akan
terjadi peristiwa Transit of Venus. Saat itu, Venus berada sejajar
dengan Bumi dan Matahari. Mereka ingin membuktikan tentang
ramalan Halley, seorang ahli astronom yang mengemukakan bahwa
Venus akan sejajar dengan Bumi dan Matahari pada tahun 1761 dan
1769. Para Astronom Inggris pada 1761 pergi ke St Helena untuk
melihatnya, ada juga yang ke Hindia Timur namun tidak dapat
terdeteksi (Tangkuman, 1985: 23)
Tangkuman (1985: 24) dalam bukunya menuliskan bahwa pada
tahun 1768 seorang pelaut Inggris bernama Wallis mengklaim telah
menemukan Kepulauan Tahiti di Samudera Pasifik. Ia berpendapat

14
bahwa itu tempat yang baik untuk melakukan observasi. Royal Society
of London meminta Angkatan Laut Inggris serius dalam menangani
Transit of Venus. Akhirnya Angkatan Laut Inggris memenuhi
permintaan mereka dan memberi sebuah kapal bernama “HMS Earl of
Pembroke”. Kemudian namanya diganti menjadi “HMS Endeavour”.
Kemudian mereka mencari seseorang yang mampu memimpin
ekspedisi ini. Persyaratannya adalah ia haruslah pelaut yang handal,
ahli pembuat peta dan ahli astronomi karena menyelidiki tentang
transit Venus.
Awalnya, Alexander Dalrymple menjadi pilihan karena banyak
mengetahui tentang laut selatan. Akan tetapi ia bukanlah seorang
perwira dari Angkatan Laut, karena kapal yang digunakan adalah
sebuah “HMS”. James Cook, seroang perwira Angkatan Laut yang
memenuhi syarat akhirnya menjadi pemimpin ekspedisi ini. Ia
ditugaskan untuk meneliti Venus di Tahiti dan mencoba ke selatan
untuk berusaha menemukan tempat-tempat baru di selatan.
Pemerintahan Inggris mengharapkan James Cook untuk menemukan
“Terra Australis Incognita”yang diyakini ada di sekitar Selandia
Baru. Dalam konteks ini, James Cook tidak diperintahkan meneliti
New Holland yang sebelumnya sudah pernah ditemukan. Pada 26
Agustus 1768, HMS Endeavour berangkat. James Cook ditemani oleh
Yoseph Banks dan Solander untuk menyelidiki tumbuhan dan
serangga di tempat tujuannya. Perjalanan James Cook melewati
Brazilia, kemudian melintasi Tierra Hugo dan setelah itu mengarungi
Samudera Pasifik. Pada April 1769 mereka tiba di Tahiti. Pada 3 Juni
1769 mereka berhasil menyelesaikan fenomena Transit of Venus.
James Cook melanjutkan ke selatan dan tiba di Selandia Baru pada 7
Oktober 1769. Kemudian ia mencoba mengelilingi pulau ini. Ia
menemukan fenomena “Transit of Mercury”. Setelah itu ia
menghabiskan enam bulan waktunya untuk mengelilingi pulau dan ia
menyadari kalau Selandia Baru bukanlah sebuah satu pulau besar, tapi

15
terdiri dari dua pulau berkat adanya selat yang memisahkan yang
dikenal “Selat Cook”.
Setelah kunjungannya di Selandia Baru, ia melanjutkan untuk
menemukan Van Diemen’s Island. Pada 20 April 1770, mereka tidak
sampai di tujuan karena angin dan ombak yang kurang bersahabat.
Mereka malah mendarat di pantai timur Australia yang belum pernah
dikunjungi oleh orang-orang Eropa lainnya. Pantai ini berbeda dengan
yang ditemukan oleh orang-orang Belanda sebelumya. Saat sekoci-
sekoci James Cook akan mendarat, banyak orang pribumi yang
melarikan diri. Namun ada juga yang melihat kedatangan James Cook.
Sehingga diberikan tembakan peringatan agar para pribumi pergi.
Joseph Banks dan Solander menemukan bahwa pantai ini dapat
ditanami biji-bijian. Awalnya tempat itu diberi nama Stingray
Harbour, namun karena usul dari Joseph Banks dan Solander akhirnya
diberi nama Botany Bay. Seminggu singgah disana, ia meninggalkan
tempat itu.
James Cook menyusuri pantai timur Australia mengarah ke
utara. Mereka melewati Moretan Bay, tempat Brisbane sekarang ini.
Mereka singgah di Bustard Bay untuk mengisi suplai air. Ditemukan
bahwa tempat ini tandus dan beberapa perahu kecil yang dikayuh oleh
pribumi. Kemudian James Cook melanjutkan ke utara dimana mereka
menemukan Great Barrier Rief. Pada tanggal 11 Juni 1770, kapalnya
menabrak batu karang. Mereka berusaha mengeluarkan kapalnya dari
tempat itu. Di darat, mereka juga menghadapi serbuan orang-orang
pribumi. Kapal besar itu ditarik ke daratan untuk diperbaiki dan
sekarang diberi nama Endeavour Bay. Selama enam minggu tinggal
disana, Banks dan Solander memanfaatkannya untuk meneliti semak-
semak di tempat itu. Kemudian ditemukan juga hewan Kangguru.
Selain itu, mereka juga berkenalan dengan penduduk pribumi dan
meneiliti tentang mereka. Setelah itu mereka melanjutkan pelayaran
melewati Great Barrier Reef yang berbahaya selama 40 hari dan
singgah di Possession Island dan menancapkan bendera Inggris.

16
Setelah itu melanjutkan perjalanan ke Batavia dan kembali ke Inggris
dan tiba pada 13 Juli 1771. Pelayarannya menjadikan ia penemu
benua Australia yang diakui karena membuat peta Australia dan
Selandia Baru dengan benar. James Cook dianggap membuka jalan
bagi para pelayar barat untuk mendirikan koloni di Australia.

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kedatangan nenek moyang bangsa Aborigin diperkirakan pada 40,000
hingga 50,000 tahun yang lalu. Terdapat dua teori yang mendasari
kedatangan nenek moyang bangsa Aborigin yaitu teori “Keluar dari Afrika”
dan teori “Multiregional”. Kedatangan melewati lautan dari Pulau Timor
menuju Sahul menggunakan rakit yang berasal dari bambu.
Pelayaran Bangsa Eropa menuju Australia didasari oleh monopoli
Konstatinopel oleh Utsmani dan adanya keinginan membuktikan teori Terra
Australis Incognita. Tidak adanya bukti tertulis yang menunjukkan
kedatangan bangsa Portugis dan Spanyol. Bukti yang dapat dijadian acuan
adalah map perjalanan Cristóvão de Mendonça yang telah memetakan lepas
pantai barat, timur, dan selatan Australia, dan kemungkinan berlayar dengan
empat armada kapal menuju Botany Bay pada 1522. Selain itu juga
pelayaran Luís Vaz de Torres pada tahun 1606 di selat antara Pulau Papua
dengan ujung utara Benua Australia.
Sebab-sebab kedatangan orang Belanda ke dunia timur sebagai
penjelajah, pedagang, dan penjajah pada akhir abad ke-16, dapat dicari dan
dihubungkan dengan kejadian-kejadian penting di Eropa pada waktu itu.
Reformasi yang pada dasarnya adalah masalah gereja dan keyakinan dalam
kehidupan keagamaan, melahirkan akibat-akibat dan konsekuensi-
konsekuensi yang luas juga di bidang politik, perdagangan, dan
kepentingan-kepentingan kemanusiaan lainnya.
Sejarah pelayaran bangsa Inggris pada umumnya yang dikenal sebagai
penemu benua Australia adalah James Cook. Namun, terdapat sebuah proses
sebelum penemuan itu terjadi. Benua Australia sebelumnya pernah
disinggahi oleh beberapa pelaut. Mereka secara tidak sengaja menemukan
benua ini. Orang-orang ini memberi nama “New Holland” pada benua
Australia.

18
DAFTAR RUJUKAN
Dorey, Fran. 2015. The Spread of People to Australia, (Online),
(https://australianmuseum.net.au/the-spread-of-people-to-australia), diakses
11 Februari 2017.
Perry, Michael. 2007. Map Proves Portuguese Discovered Australia, (Online),
(www.reuters.com/article/us-australia-map-idUSSYD3449720070321),
diakses 11 Februari 2017.
Siboro, J. 1989. Sejarah Australia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderl Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Siboro, J. 2016. Sejarah Australia dari Terbentuknya Commonwealth of Australia
sampai dengan Terbentuknya Kerja Sama Regional dengan Negara-Negara
Asia dan Pasifik. Yogyakarta: Ombak.
Tangkuman, J.H. 1984. Sejarah Australia Sejak Tahun 1606. Malang: Pelaksana
Kegiatan Penulisan Buku/Diktat Perkuliahan Sub Proyek Pengembangan
Sistem Pendidikan Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi
IKIP Malang.

19

Anda mungkin juga menyukai