Anda di halaman 1dari 10

Paramita Vol. 26, No.

1 - Tahun 2016

NASIONALISASI PERUSAHAAN-PERUSAHAAN ASING


MENUJU EKONOMI BERDIKARI
Wasino
Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang
swasino3@gmail.com

ABSTRACT ABSTRAK

After Indonesia declared its independence, the Setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya,
management of the private companies became a manajemen perusahaan swasta menjadi masalah
big problem for a new government, Indonesia. besar bagi pemerintahan baru, Indonesia. Upaya
Expropriation efforts for those western private pengambilalihan bagi perusahaan perkebunan
plantation companies actually had been devel- swasta Barat sebenarnya telah dikembangkan
oped in the first year of the independence and it pada tahun pertama kemerdekaan dan itu ber-
continued until the Dutch-Indonesian Round lanjut hingga Konferensi Meja Bundar Belanda-
Table Conference. There were three processes Indonesia. Ada tiga proses melewati transforma-
passed through companies’ transformation of the si perusahaan 'dari perkebunan swasta Barat di
western private plantation in Indonesia, namely Indonesia, yaitu dekolonisasi, Indonesia-nization
decolonization, Indonesia-nization and nationali- dan nasionalisasi. Nasionalisasi secara hukum
zation. Nationalization was legally based on the berdasarkan jumlah Ordonansi Indonesia 86
Indonesian Ordinance number 86 1958, but the tahun 1958, tetapi proses nyata terjadi sejak
real process occured since a year ago. Therefore, setahun yang lalu. Oleh karena itu, Indonesia
Indonesia had to give financial compensation to harus memberikan kompensasi finansial kepada
the owner, but the reality was that this aspect pemilik, tetapi kenyataannya adalah bahwa aspek
was still unfinished until the end of Sukarno ini masih belum selesai sampai akhir rezim Su-
regime. The compensation had been continued in karno. Kompensasi telah berlanjut di era Soehar-
Suharto era and was fully paid in 2002. to dan telah dilunasi pada tahun 2002.

Keywords: nationalization, indonesianization, Kata kunci: nasionalisasi, indonesianisasi, ber-


berdikari dikari

PENDAHULUAN nasional. Sementara itu secara ekonomi,


proklamasi dimaknai sebagai peru-
Proklamasi Kemerdekaan Indone- bahan pengelolaan aset-aset ekonomi
sia memiliki makna politik, hukum, dan dari bangsa penjajah ke tangan Bangsa
ekonomi. Secara politik, peristiwa terse- Indonesia.
but merubahan perubahan atau perali- Meskipun secara teoretik peristi-
han dari zaman kekuasaan penjajah di wa proklamasi memiliki makna peru-
Indonesia menjadi zaman baru, zaman bahan-perubahan tersebut, tetapi dalam
merdeka, zaman yang secara politik realitasnya tidak demikian. Secara
Bangsa Indonesia berhak mengatur diri ekonomi ketika Indonesia merdeka
sendiri tanpa perlu menunggu restu hingga tahun 1950-an kekuasaan atas
dari kekuatan asing. Secara hukum, aset-aset ekonomi masih dipegang oleh
proklamasi dimaknai sebagai garis batas orang asing. Jarinfan transportasi baik
antara hukum kolonial menjadi hukum darat, laut maupun udara masih di

62
Paramita Vol. 26 No. 1 - Tahun 2016 [ISSN: 0854-0039, E-ISSN: 2407-5825]
Hlm. 62—71
Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan … —Wasino

bawah kendali kepemilikan asing. Per- penelitian Sejarah Nasionalisasi Perusa-


bankan yang menjadi faktor penting da- haan Belanda menjadi Perusahaan Nasional
lam menggarakkan ekonomi bangsa ju- Indonesia (Wasino, dkk, 2013). Dalam
ga masih menjadi milik dan dikuasai penelitian itu digunakan metode sejarah
oleh bangsa asing. Perusahaan- untuk proses pengumpulan data hingga
perusahaan besar yang menggerakkan pelaporan hasilnya. Dalam metode se-
ekonomi modern seperti perkebunan jarah dikenal tahap-tahap penelitian,
tembakau, perkebunan tebu, perusa- yaitu: penelusuran sumber sejarah, veri-
haan tambang, dan semacamnya juga fikasi atau kritik sumber, interpretasi
masih menjadi milik asing yang secara dan eksplanasi, dan historiografi atau
hukum internasional mereka berhak penulisan sejarah (Wasino, 2006:12).
atas aset-aset ekonomi mereka. Pendek Heuristik merupakan langkah
kata secara ekonomi, selama beberapa awal dari penelitian ini yang berisikan
tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan, kegiatan penelusuran sumber sejarah.
Indonesia belum merdeka. Pengumpulan data dilakukan dengan
Belenggu ekonomi asing di dalam metode penggunaan bahan dokumen.
negeri sendiri disadari oleh para pendiri Penelitian dokumentasi dilakukan di
bangsa. Mereka merasa diawasi oleh sejumlah perpustakaan dan lembaga
pelaku ekonomi asing di wilayah Arsip, baik di Indonesia maupun Belan-
negerinya sendiri. Kekhawatiran mere- da. Lembaga perpustakaan yang akan
ka bukan tidak beralasan karena di ta- dikunjungi sebagai tempat penelitian
hun-tahun awal kemerdekaan Indonesia adalah: Perpustakaan KITLV Leiden,
telah menghadai blokade ekonomi Perpustakaan Universitas Leiden, Per-
(Soejono dan Leirissa [ed], 2008). Semen- pustakaan Universitas Amsterdam, Per-
tara itu agresi militer Belanda tahun pustakaan Nasi on al J akarta, Per-
1947 memiliki simbol khusus yang pustakaan Kementerian BUMN, Per-
terkait dengan keberadaan aset-aset pe- pustakaan Departemen Dalam Negeri,
rusahaan Kolonial Belanda di Indonesia Perpustakaan Badan Pertanahan Na-
yang ditandai dengan simbol operasi sional, Perpustakaan Universitas Su-
khusus, yakni “Operasi prod- matera Utara, Perpustakaan Universitas
uk” (Lindblad, 2008). Hasanudin. Penelitan di lembaga arsip
Riset tentang nasionalisasi telah meliputi: Arsip Nasional Belanda, Arsip
banyak dilakukan. Salah satu hasil Nasional Jakarta, Arsip Pertanahan di
penelitian yang dilakukan oleh Wasino, Badan Pertanahan, Badan Arsip Daerah
dkk. pada tahun 2013/2014 (Wasino, di Semarang dan Yogjakarta. Sumber
dkk., 2014). Artikel ini sebagian besar sejarah yang diteliti meliputi: surat ka-
didasarkan pada hasil riset tersebut, bar-surat kabar sezaman, proses verbal,
dipadukan dengan hasil-hasil seminar data kepemilikan aset, dan data-data
yang dilakukan di Jurusan Sejarah UGM hukum tentang proses nasionalisasi.
pada awal Januari 2015 dan Seminar K on s e k uen si l o gi s d i d al a m
yang diselenggarakan oleh Direktorat metode sejarah, setelah penulis berhasil
Sejarah, Dirjen Kebudayaan di Undip mengumpulkan data yang diperlukan
Semarang pada tahun 2015. adalah melakukan kritik sumber, baik
secara eksternal maupun internal. Kritik
eksternal digunakan untuk menilai
METODE PENELITIAN otentisitas sumber, sedangkan kritik in-
ternal digunakan untuk menilai kredi-
A rti kel i n i di da sar k an pada bilitas sumber. Sumber dokumen yang

63
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016

dikeluarkan pemerintah seperti: Un- aspek-aspek non individu menjadi nara-


dang-Undan g, maupun Peraturan si penting dalam kajian ini dalam bing-
Pemerintah pada umumnya dapat di- kai waktu. Dengan demikian digunakan
percaya. Dokumen ini merupakan data an al isi s prosesual dan struktural
yang relevan bagi legalitas dan rasional- (Kartodirdjo, 992; Kuntowijoyo, 2003:
itas birokrasi. Pada tahap ini penulis 45).
melakukan proses verifikasi bahan
dokumen atau sering disebut dengan
kolasi, yaitu membandingkan antara HASIL DAN PEMBAHASAN
beberapa dokumen, sehingga terlihat
adanya kesesuaian maupun kontradiksi Embrio Nasionalisasi
antar fakta. Dalam kondisi ketika ter-
dapat fakta yang kontradiktif, maka di- Embri o n asi on al i sas i adal ah
lakukan seleksi atas derajat “Indonesianisasi”. Ia bermula dari pros-
keterpercayaan sumber, dengan mem- es politik yang berimplikasi pada proses
ilih sumber primer yang dapat dijadikan ekonomi dan proses hukum. sebagai
sumber data yang representative. sebuah proses politik, nasionalisasi
Dengan demikian, diperoleh fakta se- dikaitkan dengan proses “Indo-
jarah yang dapat dipertanggungjawab- nesianisasi” kepemilikan aset milik
kan orisinalitasnya. bangsa asing di Indonesia. Proses ini
Fakta sejarah yang dihasilkan dari berawal dari cara berpikir yang telah
proses kritik sumber sejarah bersifat berkembang puluhan tahun sebelum
tunggal. Untuk mengaitkan antar sum- Proklamasi Kemerdekaan Indonesia se-
ber dilakukan proses penafsiaran atau bagaimana tercermin dalam program
interpretasi dan penjelasan hubungan politik Perhimpunan Indonesia (salah
antar fakta (ekplanasi). Interpretasi satu pendirinya Bung Hatta yang
meliputi interpretasi verbal, interpretasi kemudian menjadi Wakil Preseiden In-
teknis, interpretasi logis, interpretasi donesia), dan pidato politik Bung Karno
psikologis, dan interpretasi faktual. yan g di ken al seba g ai “In don esi a
Eksplansi dilakukan secara deduktif. menggugat”(Abdullah , 2004). Proses
Ekplanasi deduktif berangkat dari ke- Indonesianisasi tersebut mulai diimple-
simpulan-kesimpulan umum, seperti mentasikan pada masa pendudukan Je-
dalil, hukum, aturan, dan semacamnya pang di Indonesia, tahun 1942-1945 dan
baru dicocokkan dengan temuan se- semakin menguat selama revolusi ke-
jarah. Dalam kaitan dengan penelitian merdekaan Indonesia.
nasionalisasi ini akan berangkat dari Setelah Indonesia merdeka minat
aturan-aturan umum dan dikaitkan re- para pejuang kemerdekaan untuk mem-
alitas yang terjadi di lapangan (Wasino, bangun ekonomi nasional semakin kuat.
2006). Salah satu aspek penting adalah Indone-
Tahap ini merupakan tahap penu- sianisasi kepemilikan aset milik asing
lisan sejarah berbasis fakta-fakta sejarah terutama warga negara Belanda. John
yang telah mengalami proses inter- Sutter mengemukakan bahwa ada enam
pretasi dan eksplanasi. Penulisan se- bentuk proses Indonesianisasi, yaitu: (1)
bagai tahap akhir dari penelitian ini pendirian perusahaan-perusahaan baru
sen an ti asa memperh ati kan aspek dalam sektor-sektor yang sebelumnya
kronologis., sedangkan penyajiannya tertutup bagi orang Indonesia, (2)
berdasarkan tema-tema penting dari pemindahan aset yang semula milik
setiap perkembangan obyek penelitian. perusahaan-perusahaan swasya Koloni-

64
Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan … —Wasino

al kepada pemerintah Indonesia, (3) -hak atas sesuatu atau beberapa macam
pendirian perusahaan-perusahaan milik benda yang dimiliki oleh orang atau ke-
negara, (4) meningkatnya pengawasan lompok orang beralih kepada negara.
pemerintah atas bisnis milik orang as- Berdasarkan argumentasi itu, S. Gauta-
ing, (5) meningkatnya partisipasi orang ma mengemukakan bahwa nasionalisasi
Indonesia dalam manejemen perus- merupakan cara peralihan hak dari
ahaan-perusahaan asing, dan (6) penga- pihak swasta kepada negara secara
lihan kepemilikan perusahaan- paksa. Dengan demikian, nasionalisasi
perusahaan milik asing kepada merupakan “spesies” dari asal-usul pen-
pemerintah Indonesia., (7) pemindahan cabutan hak (ontegeining) (Gautama, S.,
perusahaan-perusahaan milik swasta 1975).
asing kepada Indonesia dan organisasi- Istilah ontegeining secara legal per-
organisasi Indonesia, (8) meningktanya tama kali muncul dalam Undang-
kepemilikan ekuiti orang-orang Indone- undang Dasar Sementara. Pasal 27 dari
sia dalam perusahaan-perusahaan yang undang-undang itu nyatakan bahwa
didirikan oleh orang-orang asing, (9) pencabutan hak untuk kepentingan
kembalinya penguasaan tanah kepada umum tidak diperbolehkan, kecuali
masyarakat Indonesia oleh perusahaan- dengan mengganti kerugian dan
perusahaan asing (Lindblad,2008; John menurut undang-undang. Dengan
Sutter, 1959). demikian, kata ganti “rugi” telah mem-
Nasionalisasi mengacu pada buka kran bagi sebuah proses diper-
penghapusan pengawasan oleh Belanda bolehkannya “pencabutan hak” yang
dan reorientasi ekonomi Indonesia menjadi dasar hukum bagi terbitnya
secara mendasar pada masa dekolo- undang-undang nasionalisasi.
nisasi dan selama tahun-tahun segera Konsep ontegeining lain yang
setelah pengakuan Kemerdekaan Indo- berhimpitan dengan adalah “kon-
nesia tahun 1949. Istilah nasionalisasi fiskasi”. Ada kesamaan dengan konsep
juga dapat dimaknai menggantikan ontegeining yaitu sama-sama
pegawai-pegawai berkebangsaan Be- “pencabutan hak”, tetapi tanpa ganti
landa dan para manajer berkebangsaan rugi. Proses ini juga merupakan proses
Indonesia dalam birokrasi dan perus- nasionalisasi seperti yang terjadi di
ahaan-perusahaan swasta di Indonesia Meksiko pada tahun 1940 (Gautama,
selama berlangsungnya nasionalisasi 1975; Wasino, dkk , 2014: 3-11).
aset bisnis Belanda pada tanggal 1
Desember 1957. Nasionalisasi membawa
dampak perubahan struktural dalam Proses Nasionalisasi
konteks yang lebih luas (Lindblad da-
lam Journal Indonesian and Humanities, Lahirnya pemerintah baru,
Vol. 4, 2011, hlm. 6). Indonesia pasca kemedekaanya
Secara hukum, nasionalisasi me- membawa konsekuensi dalam
miliki makna yang cukup spesifik. Kon- pengelolaan aset kolonial, terutama
sep ini dibedakan dengan konsep- Kolonialisme Belanda. Aset-aset
konsep yang sejenis dan sering disalah ekonomi kolonial diusahakan oleh para
artikan, yaitu “konfiskasi, onteigening, pejuang kemerdekaan untuk beralih
dan pencabutan hak”. Erades m e n j a di as e t n eg a ra d an b an g s a
mengemukakan bahwa nasionalisasi I n d on esi a . P r os es pe r al i h an a se t
merupakan suatu peraturan untuk berlangsung dengan dua cara, yaitu
menerima (dwingt te gedogen) bahwa hak peralihan kelembagaan dari Pemerintah

65
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016

Kolonial Belanda ke Pemerintah Indone- Darat (Hariyono , Jurnal Ekonomi dan


sia dan Nasionalisasi atau Indonesia- Manajemen Volume 8 No.1: 127). Setelah
nisasi (Sutter, 1959:1). Peralihan kelem- tahun 1957, banyak perusahaan Belanda
bagaan umumnya terjadi di lingkungan beralih menjadi perusahaan Indonesia.
lembaga pemerintahan, yakni dari lem- Bahkan sebagian besar BUMN yang kini
baga pemerintahan Hindia Belanda ke ada merupakan transformasi dari
Pemerintah Republik Indonesia. Semen- nasionalisasi tersebut.
tara nasionalisasi ditujukan pada aset- Pemerintah Indonesia telah
aset non pemerintahan, baik milik mengeluarkan produk hukum untuk
swasta asing maupun badan usaha melegalkan nasionalisasi tersebut.
milik pemerintah Hindia Belanda. Pros- Secara legal formal, proses nasionalisasi
es peralihan kelembagaan berlangsung didasarkan pada pelaksanaan UU No.
beberapa saat setelah Indonesia 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi Pe-
merdeka, sementara itu proses nasional- rusahaan-Perusahaan Milik Belanda.
isasi terjadi dalam proses kemudian dan Dalam Undang-undang pasal 1 dijelas-
mencapai titik puncaknya pada tahun kan bahwa: Perusahaan-perusahaan
1957.( Dick, et al., 1999:14). milik Belanda yang berada di wilayah
Ini siati f n asion al isasi semua Republik Indonesia yang akan ditetap-
berasal dari rakyat, terutama yang kan dengan Peraturan Pemerintah
terkait dengan pendukung partai-partai dikenakan nasionalisasi dan dinyatakan
politik. Partai Komunis Indonesia (PKI) menjadi milik yang penuh dan bebas
merupakan partai politik yang banyak Negara Republik Indonesia (Undang-
menggerakkan pendukungnya untuk undang Republik Indonesia No. 86 Ta-
melakukan pengambilalihan aset-aset hun 1958 ). Proses nasionaliassi tersebut
milik asing tersebut. Semangat menjadi tanggung jawab Pemerintah
nasionalisasi oleh rakyat Indonesia Indonesia dan ditujukan untuk mem-
semakin menguat setelah terjadinya peroleh keuntungan negara dalam rang-
Konferensi Meja Bundar (Kanumoyoso, ka pembangunan ekonomi nasional dan
2001: 9). Salah satu klausul dari KMB pada akhirnya akan dapat memberikan
adal ah pen gembal i an Iri an Barat manfaat sebesar-besarnya bagi masyara-
(sekarang Papua) ke dalam pangkuan kat Indonesia pada umumnya. Dengan
Republik Indonesia. Akan tetapi ada demikian tujuan utama pemerintah In-
kesan Pemerintah Belanda tidak serius donesia melakukan nasionalisasi ter-
merealisasikan hasil konferensi itu. hadap perusahaan-perusahaan milik
Akibatnya masa rakyat bergelora Belanda itu adalah lebih memperkokoh
dengan sentimen anti Belanda. Sentimen potensi ekonomi nasional Indonesia,
meluas hingga anti terhadap juga untuk melikuidasi kekuasaan
kepemilikan Belanda di Indonesia. e k on o mi ko l on i al , d a l a m h a l i n i
Akibatnya ada sejumlah aksi sepihak ekonomi kolonial Belanda (Lindblad,
pengambil-alihan aset-aset perusahaan 2008: 105). Perusahaan-perusahaan yang
Belanda, termasuk lahan usahanya. dinasionalisasi pada dasarnya adalah
Untuk mengatasi kekacauan itu maka segala perusahaan milik Belanda yang
pemerin tah In don esi a mel akukan berada di dalam wilayah Republik Indo-
nasionalisasi aset-aset perusahaan asing, nesia, baik ia merupakan pusatnya mau-
terutama Belanda yang ada di pun cabangnya (penjelasan umum).
Indonesia. Tim eksekuasi nasionalisasi Sebagai peraturan pelaksanaan
adalah pihak Angkatan Bersenjata dari UU No. 86 tahun 1958, pada tahun
(TNI), terutama dari unsur Angkatan 1959 dikeluarkan Peraturan Pemerintah

66
Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan … —Wasino

No. 2 tahun 1959 tentang pokok-pokok Banas. Pembentukan badan ini


pelaksanaan UU No. 86 Tahun 1958 ten- didasarkan pada Peraturan Pemerintah
tang Nasionalisasi Perusahaan- No. 3 tah un 1959 (di muat dalam
Perusahaan Milik Belanda. Peraturan Tambahan Lemabaran Negara Republik
Pemerintah No. 2 Tahun 1959 ini, Indonesia tahun 1959 No. 1731 dalam
menyatakan bahwa perusahaan- Tambahan Lembaran Negara Republik
perusahaan milik Belanda yang dapat Indonesia No. 1737 tahun 1959).
dikenakan nasionalisasi adalah: Pertama, Banas dibentuk dengan tujuan
perusahaan yang seluruhnya atau seba- “untuk menjamin koordinasi dalam
gian merupakan milik perseorangan pimpinan, kebijaksanaan dan
warga negara Belanda dan bertempat pengawasan terhadap perusahaan-
kedudukan dalam wilayah republik In- perusahaan produktivitet perusahaan-
donesia; Kedua, perusahaan milik sesua- perusahaan milik Belanda yang telah
tu badan hukum yang seluruhnya atau dikenakan nasionalisasi dapat tetap di-
sebagian modal perseroannya atau pertahankan dan dipertinggi”. Dengan
modal pen di ri ann ya berasal dari demikian tujuan dari badan ini adalah
perseorangan warga negara Belanda untuk terjaminnya pengelolaan aset
dan badan h ukum i tu bert empat ekonomi Nasional yang diperoleh me-
kedudukan dalam wilayah Republik lalui proses nasionalisasi perusahaan-
Indonesia; Ketiga, perusahaan yang le- perusahaan Belanda.
taknya dalam wilayah RI dan merupa- Banas berkedudukan di Jakarta
kan milik sesuatu badan hukum yang (pasal 1). Menurut penjelasan dari pasal
bertempat kedudukan dalam wilayah 1 itu, terlihat bahwa dasar penunjukkan
negara kerajaan Belanda. Sementara itu kota Jakarta sebagai tempat kedudukan
perusahaan-perusahaan yang dikenakan Banas adalah karena Pusat Pemerinta-
nasionalisasi, termasuk seluruh harta han maupun badan-badan penampung
kekayaan dan harta cadangan, hak-hak perusahaan-perusahaan milik Belanda
dan tagihan-tagihan. Namun tidak di- yang diambil alih oleh pemerintah itu
jelaskan apakah hak-hak ini harus ter- ada di Jakarta. Dengan demikian maka
letak di dalam wilayah Republik Indo- keputusan-keputusan pemerintah ten-
nesia (Peraturan Pemerintah Republik Indo- tang soal-soal yang mengenai nasional-
nesia Nomor 2 Tahun 1959; Wasino, dkk. , isasi dapat dengan cepat diteruskan
2014: 3-11). kepada Banas untuk diolah lebih lanjut
dan kemudian dapat dengan cepat pula
diteruskan kepada Badan-badan Penam-
Implementasi Nasionalisasi pung yang telah ada untuk dilak-
sanakan.
S ec a ra f o r mal u n t uk m el ak - Banas terdiri dari tiga unsur, yai-
sanakan nasionalisasi perusahaan- tu: pimpinan, staf, dan sekretariat. Ber-
perusahaan Belanda di Indonesia dasarkan pasal 2 dari PP ini, Pimpinan
sebagai man a diaman atkan dal am Banas terdiri atas: Pertama, Dewan Pim-
Undang-undang Nomor 86 tahun 1958 pinan yang terdiri atas (1) Perdana
maka perlu dibentuk lembaga yang Menteri sebagai Ketua, (2) Menteri Keu-
mengatur serta mengawasi kelancaran angan sebagai Wakil Ketua I, (3) Men-
dari jalannya nasionalisasi tersebut. teri Negara Urusan Stabilisasi Ekonomi
Terkait dengan hal itu, maka sebagai Wakil Ketua II, (4) Menteri
Pemerintah Indonesia membentuk Perdagangan sebagai anggota, (5) Men-
Badan Nasionalisasi dan disingkat teri Perindustrian sebagai anggota, (6)

67
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016

Menteri Pertanian sebagai anggota, (7) Asuransi Kerugian Belanda (BPPAKB),


Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga (10) Badan Penguasa Perusahaan Per-
sebagai anggota, (8) Menteri Kehakiman tanggungan Asuransi Jiwa Belanda
sebagai anggota, (9) Menteri Pelayaran (BPPDB), (11) Badan Penguasa Kantor
sebagai anggota, (10) Menteri Kesehatan Akuntan dan Kantor Administrasi
sebagai anggota, (11) Menteri Per- Partikelir Belanda (BPKAKPB), (12) Ba-
buruhan sebagai anggota, (12) Menteri dan Pengawas Bank-Bank Pusat, (13)
Perhubungan sebagai anggota, (13) Gu- Badan Pengawas Perusahaan Kemen-
bernur Bank Indonesia sebagai anggota. terian Perhubungan, (14) Panitia Peng-
Kedua, Pimpinan Harian yang terdiri uasa Perusahaan-perusahaan Maritim
atas (1) Menteri Keuangan, (2) Menteri Belanda.
Negara Urusan Stabilisasi Ekonomi, (3) Dewan Pimpinan Banas mempu-
Wakil Kementerian Pertahanan. Selain nyai tugas menetapkan keseragaman
itu, terdapat Staf Banas yang terdiri atas kebijaksanaan dalam pelaksanaan na-
(1) Staf Ahli yang bertindak sebagai sionalisasi perusahaan-perusahaan
Perencana (P- 1), (2) Dewan Direktur milik Belanda, tugas tersebut antara
bertindak sebagai Pelaksana (P-2), (3) lain: Pertama, menentukan garis ke-
Dewan Pengawas (P-3). bijaksanaan dan mengawasi Badan-
Banas merupakan suatu badan badan Penampung termaksud pasal 2
yang langsung berada di bawah Per- ayat (5) dalam lapangan managemen
dana Menteri. Ia mempertanggung- yang meliputi: (1) Urusan Teknis; (2)
j aw abkan pek erj a an pen g uas aan , Urusan Komersiil; (3) Urusan Finansiil;
perencanaan, dan pengawasan perus- (4) Urusan mempertinggi Produksi dan
ahaan-perusahaan Belanda. Sesuai Produktivitet; (5) Urusan Organisasi
dengan penjelasan pasal 2 sari PP ini, dan Administrasi; (6) Urusan Sosial.
lembaga tersebut terdiri dari organ- Kedua, menentukan perusahaan-
organ yang berkaitan dengan fungsi perusahaan milik Belanda yang
Banas, yaitu organ yang memiliki tugas dikenakan nasionalisasi yang diseleng-
memimpin dan mempertanggung- garakan oleh Pemerintah Pusat dan
j aw abkan , meren canakan , melak- Pemerintah Daerah tingkat I. Ketiga,
sanakan dan mengawasi. menampung dan menyelesaikan persoa-
Berdasarkan penjelasan dari pasal lan-persoalan yang timbul sebagai aki-
2 ini, yang dimaksdud dengan Badan/ bat Undang-undang nasionalisasi Per-
Panitia Penampung Nasionalisasi ada- usahaan Belanda yang berhubungan
lah antara lain (1) Badan Urusan Da- dengan soal-soal pemindahan/
gang (BUD), (2) Badan Pusat Penyeleng- pembebanan hak milik serta yang
garaan Perusahaan-perusahaan Industri mengenai peraturan-peraturan, kepu-
dan Tambang (BAPPIT), (3) Pusat tusan-keputusan dan ketentuan-
Perkebunan Negara Baru (PPN Baru), ketentuan lain dari Penguasa Perang.
(4) Badan Pusat Penguasa Perusahaan- Keempat, menentukan soal-soal yang
perusahaan Pharmasi (BAPPHAR), (5) penyelesaiannya dan/atau penguru-
Badan Penguasa Pengangkutan (BPP), sannya didelegasikan kepada Pimpinan
(6) Panitia Penguasa N.V. K.P.M. Harian.
(PPKPM), (7) Badan Pusat Pengawas Implementasi di lapangan dalam
Perusahaan-perusahaan Pemborongan proses nasionalisasi dilakukan oleh De-
Belanda (BP5B), (8) Penguasa Perusa- wan harian. Pasal 4 menyatakan bahwa
haan-perusahaan Li stri k dan Gas “Pimpinan Harian melaksanakan soal-
(P3LG), (9) Badan Penguasa Perusahaan soal prinsipiil yang telah diputuskan

68
Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan … —Wasino

oleh Dewan Pimpinan; Mendorong perusahaan yang terkena nasionalisasi


kegiatan bekerja sehari-hari; itu, Panitia Penetapan Ganti Kerugian
Mengkoordinasikan Staf Banas; Mem- dapat mengusulkan kepada Badan Na-
berikan saran tentang soal-soal yang sionalisasi Perusahaan Belanda agar
mempunyai sangkut-paut dengan supaya sebagian dari pendapatan yang
pelaksanaan nasionalisas perusahaan- diperoleh dari perusahaan yang
perusahaan milik Belanda. Banas ber- dikenakan nasionalisasi, disediakan un-
tanggung jawab kepada Dewan Menteri tuk pembayaran ganti kerugian pada
(pasal 5). waktunya (Pasal 3).
Persoalan penting terkait lain dari Dalam melaksanakan tugasnya,
proses n asi on al i sasi per usah aan - Panitia Ganti Kerugian tidak harus
perusahaan Belanda di Indonesia adalah bekerja sendiri. Pasal 4 dari Peraturan
persoalan ganti rugi. Untuk Kepen- Pemerintah ini mengatur bahwa: (1) da-
tingan tersebut dibenuklah Panitia lam melaksanakan tugasnya Panitia
Penetapan ganti kerugian. Tugasnya P en etapan Gan ti K erugi an dapat
mengurus persoalan ganti bagi perusa- meminta bantuan dari semua instansi
haan-perusahaan asing yang terena dan setiap orang yang dianggap perlu,
d am pa k n asi on al i sas i ( P e r at u ran termasuk pemilik perusahaan yang ber-
Pemerintah No. 9 tahun 1959). sangkutan (ayat 1); (2) Semua instansi
Panitia penetapan ganti kerugian dan setiap orang yang dimaksudkan
memiliki beberapa tugas. Sebagaimana pada ayat (1) diwajibkan memberikan
disebutkan dalam pasal 1 Peraturan bantuannya; (3) Kewajiban memberi
pemerintah ini, tuganya adalah: (1) bantuan dan memberikan keterangan
mengadakan pemeriksaan seperlunya kepada yang berwajib dikecualikan bagi
tentang keadaan perusahaan Belanda mereka yang dilindungi oleh ketentuan
yang dikenakan nasionalisasi dan yang tercantum dalam pasal 18 ayat (1)
menetapkan besarnya ganti kerugian dan (2) Undang-undang Keadaan Baha-
yang dapat diberikan, (2) memberita- ya. Pasal 4 diperkuat dengan ketentuan
hukan hasil pekerjaannya kepada Badan dalam pasal 5 yang isinya “Dengan
Nasionalisasi Perusahaan Belanda. Hasil tidak mengurangi ketentuan yang ter-
penetapan ganti kerugian yang ditetap- cantum dalam pasal 4 ayat (3), barang
kan oleh panitia ini atau oleh siapa menolak atau sengaja melalaikan
Mahkamah Agung kemudian akan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban
dimuat dalam Lembaran Berita Negara yang termaktub dalam pasal 4 ayat (2),
(ayat 3). dihukum dengan hukuman penjara
Proses penetapan ganti kerugian selama-lamanya tiga tahun dan/atau
dapat diajukan secara aktif oleh peru- denda setinggi-tingginya Rp. 75.000,-
sahaan yang terkena nasionalisasi. Pasal (tujuh puluh lima ribu rupiah) (dimuat
2 dari Peratutan Pemerintah No. 9 ta- dalam Lembaran Negara Republik Indone-
hun 1959 menyebutkan bahwa per- sia tahun 1959 no. 16).
mintaan ganti kerugian harus disertai Secara aturan, nasionalisasi peru-
dengan bukti-bukti yang sah tentang: (a) sahaan-perusahaan asing memang
hak milik kepunyaan pemohon; (b) sudah dibuat sedemikian detail. Akan
kewarganegaraan pemohon; (c) tetapi dalam implementasinya proses
besarnya ganti kerugian yang diminta- ganti rugi dalam rangka nasionalisasi
nya; dan (d) lain-lain keterangan yang perusahaan-perusahaan asing tidak
dianggap perlu untuk memperkuat per- selalu berjalan mulus. Persoalan keterse-
mintaannya. Berdasarkan usulan dari diaan dana pemerintah, konflik politik

69
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016

antara Indonesia-Belanda yang hutang-hutang akibat nasionalisasi


menyangkut Irian Barat (Papua), dan harus dibayar. Akibatnya selama puluh-
resistensi politik dalam negeri terhadap an tahun era pemerintahan Suharto, da-
Belanda merupakan faktor-faktor peng- n a p i n j a m a n In d o n e s i a s e b a g i a n
hambat proses ganti rugi tersebut. digunakan untuk talangan ganti rugi
nasionalisasi tersebut dan diperkirakan
hutang kepada perusahaan-perusahaan
SIMPULAN Belanda baru lunas pada tahun 2002.
S e b a g i an b e s a r p e ru s a h a an -
Nasionalisasi Perusahaan- perusahaan yang dinasionalisasi terse-
perusahaan asing merupakan anti- but sekarang sebagian besar berada di
klimaks dari konflik-konflik politik an- bawah Kementerian BUMN. Sayang
tara Indonesia dan Belanda di satu sekali banyak di antara aset hasil na-
pi h ak dan perdebatan pemi ki ran sionalisasi tersebut yang berkurang aki-
ekonomi di antara pendiri bangsa. Pilih- bat salah manajemen atau dengan
an terakhirnya adalah nasionalisasi. Na- sengaja dijual kepada pihak asing
sionalisasi dipandang sebagai cara un- dengan dalih investasi.
tuk menegakkan harga diri bangsa, dan
menunjukkan kemandirian ekonomi.
Proses nasionalisasi ternyata men- DAFTAR PUSTAKA
imbulkan konsekuensi secara hukum
dan ekonomi yang luar biasa. Persoalan Abdullah, Taufik. 2004. “Indonesianisasi”.
ganti rugi akibat pengambilalihan aset Makalah dalam Workshop on the
perusahaan asing tersebut menjadi pe- Economic Side of Decolonization,
rusahaan milik pemerintah Indonesia. Yogyakarta, 18-19 Agustus 2004.
Dick, H.W. et al., The Emergence of National
Setelah terbentuk Badan Nasionalisasi
Economy: an Economic History of Indo-
baru dirasakan bahwa dana yang diper- nesia, 1800-2000. Passau.
lukan untuk ganti rugi sangatlah besar, Gautama, S. 1975. Segi-segi Hukum
pada hal banyak diantara perusahaan Internasional Pada Nasionalisasi di
tersebut yang nilai ekonominya sudah Indonesia. Bandung: Alumni.
tidak sepadan dengan ganti rugiyang Hariyono, “Nasionalisasi dan Kontraksi
harus diberikan. Akibatnya pada tahun Ekonomi Indonesia di Akhir Tahun
1960-an muncul wacana untuk tidak 1950-an” dalam Jurnal Ekonomi dan
membayar ganti rugi dari perusahaan- Manajemen Volume 8 No.1, hlm. 127.
Kanumoyoso, Bondan. 2001. Nasionalisasi
perusahaan yang dinasionalisasi terse-
Perusahaan Belanda di Indonesia. Jakar-
but. Wacana itu didengungkan terutama
ta: Sinar Harapan.
dari partai-partai politik pendukung Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu
Sukarno, taruhlah PNI dan PKI. Sosial dalam Metodologi Sejarah. Ja-
Pembangkangan terhadap ganti karta: Gramedia.
rugi akibat nasionalisasi tersebut di satu Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yog-
sisi telah melahirkan semangat anti as- yakarta: Tiara Wacana.
ing paad era tahun 1960-an. Meskipun Lindblad, J. Thomas. 2008. Bridges to New
berakibat terjadinya kekacauan politik Business: the Economic Decolonization of
pada tahun 1965 yang menandai peru- Indonesia, Leiden: KITLV.
-------. 2011. “The Economic Decolonization
bahan politik dari Sukarno Suharto.
of Indonesia: a Birds’ Eye View” da-
Suharto memandang dengan cara lam Journal Indonesian and Humanities,
berbeda tentang konsep nasionalisasi. Vol. 4, 2011, hlm. 6.
Sebagai bangsa yang punya harga diri, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

70
Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan … —Wasino

2 Tahun 1959 Tentang Pokok-Pokok Sutter, John. 1959. “Indonesianisasi: A


Pelaksanaan Undang-Undang Nasional- Historical Survey of the Role of
isasi Perusahaan Belanda Politics in the Institutions of a
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No- Changing Economi from the Second
mor 3 tahun 1959 tentang Pembentukan World War to Eve of the General
Badan Nasionalisasi Perusahaan Belanda Election, 1940-1955” PhD Thesis,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 9 Cornell University, Ithaca, New York.
tahun 1959 tentang Tugas Kewajiban -------. 1959. Indonesianisasi: Politic in a chang-
panitia Penetapan Ganti Kerugian ing Economy, 1940-1955. Ithaca: Cornel
Perusahaan-perusahaan Milik Belanda University.
yang dikenakan Nasionalisasi dan cara Undang-undang Republik Indonesia No. 86 Ta-
Mengajukan Permintaan Ganti Kerugian hun 1958 Tentang Nasionalisasi Perus-
Sjamsuddin, Helius. 2006. Metodologi Sejarah. ahaan-perusahaan Milik Belanda
Yogyakarta: Ombak. Wasino. 2007. Dari Riset hingga Tulisan
Soejono , R.P. dan R.Z. Leirissa (Editor). Sejarah. Semarang: Unnes Press
2008.. Sejarah Nasional Indonesia VI: Wasino dkk., 2014. Sejarah Nasionalisasi Aset-
Zaman Jepang dan Zaman Republik Indo- Aset BUMN: Dari Perusahaan Kolonial
nesia ( 1942-1998 ). Jaka rta: Ba la i menuji Perusahaan Nasional. Jakarta:
Pustaka. Kementerian Badan Usaha Milik
Negara republik Indonesia.

71

Anda mungkin juga menyukai