1 - Tahun 2016
ABSTRACT ABSTRAK
After Indonesia declared its independence, the Setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya,
management of the private companies became a manajemen perusahaan swasta menjadi masalah
big problem for a new government, Indonesia. besar bagi pemerintahan baru, Indonesia. Upaya
Expropriation efforts for those western private pengambilalihan bagi perusahaan perkebunan
plantation companies actually had been devel- swasta Barat sebenarnya telah dikembangkan
oped in the first year of the independence and it pada tahun pertama kemerdekaan dan itu ber-
continued until the Dutch-Indonesian Round lanjut hingga Konferensi Meja Bundar Belanda-
Table Conference. There were three processes Indonesia. Ada tiga proses melewati transforma-
passed through companies’ transformation of the si perusahaan 'dari perkebunan swasta Barat di
western private plantation in Indonesia, namely Indonesia, yaitu dekolonisasi, Indonesia-nization
decolonization, Indonesia-nization and nationali- dan nasionalisasi. Nasionalisasi secara hukum
zation. Nationalization was legally based on the berdasarkan jumlah Ordonansi Indonesia 86
Indonesian Ordinance number 86 1958, but the tahun 1958, tetapi proses nyata terjadi sejak
real process occured since a year ago. Therefore, setahun yang lalu. Oleh karena itu, Indonesia
Indonesia had to give financial compensation to harus memberikan kompensasi finansial kepada
the owner, but the reality was that this aspect pemilik, tetapi kenyataannya adalah bahwa aspek
was still unfinished until the end of Sukarno ini masih belum selesai sampai akhir rezim Su-
regime. The compensation had been continued in karno. Kompensasi telah berlanjut di era Soehar-
Suharto era and was fully paid in 2002. to dan telah dilunasi pada tahun 2002.
62
Paramita Vol. 26 No. 1 - Tahun 2016 [ISSN: 0854-0039, E-ISSN: 2407-5825]
Hlm. 62—71
Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan … —Wasino
63
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016
64
Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan … —Wasino
al kepada pemerintah Indonesia, (3) -hak atas sesuatu atau beberapa macam
pendirian perusahaan-perusahaan milik benda yang dimiliki oleh orang atau ke-
negara, (4) meningkatnya pengawasan lompok orang beralih kepada negara.
pemerintah atas bisnis milik orang as- Berdasarkan argumentasi itu, S. Gauta-
ing, (5) meningkatnya partisipasi orang ma mengemukakan bahwa nasionalisasi
Indonesia dalam manejemen perus- merupakan cara peralihan hak dari
ahaan-perusahaan asing, dan (6) penga- pihak swasta kepada negara secara
lihan kepemilikan perusahaan- paksa. Dengan demikian, nasionalisasi
perusahaan milik asing kepada merupakan “spesies” dari asal-usul pen-
pemerintah Indonesia., (7) pemindahan cabutan hak (ontegeining) (Gautama, S.,
perusahaan-perusahaan milik swasta 1975).
asing kepada Indonesia dan organisasi- Istilah ontegeining secara legal per-
organisasi Indonesia, (8) meningktanya tama kali muncul dalam Undang-
kepemilikan ekuiti orang-orang Indone- undang Dasar Sementara. Pasal 27 dari
sia dalam perusahaan-perusahaan yang undang-undang itu nyatakan bahwa
didirikan oleh orang-orang asing, (9) pencabutan hak untuk kepentingan
kembalinya penguasaan tanah kepada umum tidak diperbolehkan, kecuali
masyarakat Indonesia oleh perusahaan- dengan mengganti kerugian dan
perusahaan asing (Lindblad,2008; John menurut undang-undang. Dengan
Sutter, 1959). demikian, kata ganti “rugi” telah mem-
Nasionalisasi mengacu pada buka kran bagi sebuah proses diper-
penghapusan pengawasan oleh Belanda bolehkannya “pencabutan hak” yang
dan reorientasi ekonomi Indonesia menjadi dasar hukum bagi terbitnya
secara mendasar pada masa dekolo- undang-undang nasionalisasi.
nisasi dan selama tahun-tahun segera Konsep ontegeining lain yang
setelah pengakuan Kemerdekaan Indo- berhimpitan dengan adalah “kon-
nesia tahun 1949. Istilah nasionalisasi fiskasi”. Ada kesamaan dengan konsep
juga dapat dimaknai menggantikan ontegeining yaitu sama-sama
pegawai-pegawai berkebangsaan Be- “pencabutan hak”, tetapi tanpa ganti
landa dan para manajer berkebangsaan rugi. Proses ini juga merupakan proses
Indonesia dalam birokrasi dan perus- nasionalisasi seperti yang terjadi di
ahaan-perusahaan swasta di Indonesia Meksiko pada tahun 1940 (Gautama,
selama berlangsungnya nasionalisasi 1975; Wasino, dkk , 2014: 3-11).
aset bisnis Belanda pada tanggal 1
Desember 1957. Nasionalisasi membawa
dampak perubahan struktural dalam Proses Nasionalisasi
konteks yang lebih luas (Lindblad da-
lam Journal Indonesian and Humanities, Lahirnya pemerintah baru,
Vol. 4, 2011, hlm. 6). Indonesia pasca kemedekaanya
Secara hukum, nasionalisasi me- membawa konsekuensi dalam
miliki makna yang cukup spesifik. Kon- pengelolaan aset kolonial, terutama
sep ini dibedakan dengan konsep- Kolonialisme Belanda. Aset-aset
konsep yang sejenis dan sering disalah ekonomi kolonial diusahakan oleh para
artikan, yaitu “konfiskasi, onteigening, pejuang kemerdekaan untuk beralih
dan pencabutan hak”. Erades m e n j a di as e t n eg a ra d an b an g s a
mengemukakan bahwa nasionalisasi I n d on esi a . P r os es pe r al i h an a se t
merupakan suatu peraturan untuk berlangsung dengan dua cara, yaitu
menerima (dwingt te gedogen) bahwa hak peralihan kelembagaan dari Pemerintah
65
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016
66
Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan … —Wasino
67
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016
68
Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan … —Wasino
69
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016
70
Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan … —Wasino
71