Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Istilah ‘pergerakan’ mengandung pengertian khas, berlainan dengan
pengertian ‘perjuangan’ yang dimaksud disini ialah perjuangan untuk mencapai
kemerdekaan dengan menggunakan organisasi yang teratur. Dan dengan istilah
‘nasional’ dimaksudkan untuk membatasi pokok pembicaraan kita tentang
pergerakan-pergerakan yang bercita-cita nasional yakni cita-cita mencapai
kemerdekaan Bangsa. Sudah banyak dikemukakan pendapat, bahwa timbulnya
pergerakan nasional tidak bisa dipisahkan dari bangkitnya nasionalisme di Asia,
yang dianggap reaksi terhadap Imprealisme (penjajahan). Atau kalau kita
memunjam istilahnya Prof. Toynbee, nasionalisme itu merupakan jawaban bangsa
Asia atau Indonesia terhadap tantangan barat. Menurut pendidikian Prof.
Toynbee, reaksi bangsa asia terhadap kolonialisme dan imprealisme barat itu ada
dua macam bentuknya yaitu ;
1. Reaksi yang dinamakan dengan istilah Zelotisme yakni reaksi yang berupa
menutup pintu rapat-rapat bagi pengaruh barat atau istilah Isolasi. Dapat
juga dinamakan perlawanan pasif yakni menolak pengaruh barat.
2. Reaksi yang dinamakan dengan istilah Herodinamisme yakni dengan
membuka pintu lebar-lebar bagi pengaruh barat, meniru cara-cara barat
dan kalau telah kuat digunakan untuk mengukur imprealisme barat.
Dapat juga dikatakan perlawanan aktif yakni menentang pengaruh barat
dengan menggunakan alat-alat dan senjata dari barat sendiri. Bangkitnya
nasionalisme di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari bangkitnya nasionalisme di
Asia. Namun mengatakan bahwa timbulnya pergerakan nasionalisme itu
disebabkan oleh pengaruh-pengaruh dari luar Indonesia saja seperti misalnya
karena pengaruh kemenangan Jepang atas Rusia di tahun 1905, harus kita terima
secara hati-hati. Sebab-sebab bangkitnya nasionalisme di Indonesia dan
tumbuhnya pergerakan nasional Indonesia itu, tidak harus dicari diluar pagar
tanah air, sebab-sebab itu telah tertanam subur di bumi Indonesia sendiri. Reaksi
pada masa-masa sebelum tahun 1905 pernah dicetuskan dengan perlawanan
senjata dan dilakukan oleh misalnya Sultan Agung Mataram, pangeran di
Ponogoro, Cik Ditiro, dan lain-lainnya namun perlawanan mereka gagal tetapi ini
telah membuktikan nyata bahwa semangat nasional telah lama bergejolak pada
dada bangsa Indonesia sebagai reaksi terhadap penderitaan lahir dan batin akibat
kolonialisme itu. Kegagalan perlawanan bersenjata oleh beberapa pejuang telah
menyadarkan pemimpin-pemimpin Bangsa pada waktu itu untuk merubah taktik
dan cara-cara perlawanan.
Semula dicoba dengan gerakan-gerakan yang disebut dengan gerakan
emansipasi. Gerakan ini pada hakekatnya merupakan penjelmaan kebangkitan
suatu bangsa dan cita-cita. Dalam cita-cita kebangsaan ini ada dua tujuan yang
penting yakni tujuan kemerdekaan bangsa serta cita-cita membentuk suatu bangsa.
Kedua cita-cita ini dapat pada pergerakan. Disamping itu organisasi pergerakan
itu mempunyai suatu ikatan yang menyatukan mereka yakni antara lain :
1. Pertentangan dengan kekuasaan politik.
2. Keinginan mereka mengapuskan sistem kolonial dan mencapai
kemerdekaan Demikianlah maka pergerakan nasional di Indonesia
tumbuh dan berkembang sebagai reaksi-reaksi terhadap stelsel kolonial dan
kelahirannya dipercepat oleh beberapa kejadian yang anatara lain dapat
disembuhkan seperti misalnya :
1. Tersia-sia rakyat Indonesia dalam bidang pengajaran dan pendidikan.
2. Perlakuan pemerintah kolonial yang sangat melukai hati rakyat
3. Suara beracun pers Belanda serta sikap angkuh dari masyarakat Belanda
Indonesia.
4. Adanya gerakan orang-orang cina dengan didirakannya perguruan bagi
masyarakat mereka sendiri yakni Tionghoa Hawee Kwan (1901).
Kejadian-kejadian seperti diatas inilah yang mempercepat proses lahirnya
pergerakan nasional di Indonesia. Penderitaan lahir batin yang tak tertahankan
lagi ditambah pengaruh kejadian-kejadian didalam dan diluar tanah air yang
merupakan dorongan yang mempercepat lahirnya pergerakan nasional dan titik
berangkat itu dimulai pada tanggal 20 mei 1908 yakni tahun berdirinya Budi
Utomo sebagai pergerakan rakyat yang mula-mula lahir. Berdirinya organisasi
Budi Utomo merupakan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo dan mendapat
persetujuan dan pelajar- pelajar STOVIA seperti Sutomo, Gunawan, Gumbreg,
dan lain-lainnya yang dimana organisasi Budi Utomo ini bertujuan untuk
membantu beasiswa kepada pelajar-pelajar Bumi Putera (Kansil dan Julianto,
1990. 15-22.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana latar belakang lahirnya organisasi Budi Utomo di Indonesia ?


2. Bagaimana asas dan tujuan berdirinya Budi Utomo di Indonesia ?
3. Apa yang menyebabkan berakhirnya organisasi Budi Utomo di Indonesia

1.3 Tujuan penulisan

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka


penelitian dilakukan dengan tujuan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui asas dan tujuan berdirinya budi utomo
2. Untuk mengetahui latar belakang lahirnya organisasi di indonesia

1.4 Manfaat

1. Bagi Penulis
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan penulis tentang organisasi pergerakan nasional di Indonesia.

2. Bagi Masyarakat
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan makalah ini dapat memberikan
pengetahuan tambahan tentang organisasi pergerakan nasional di Indonesia dalam
memperjuangkan kemerdekaan.

3. Bagi Siswa
Dapat dimanfaatkan siswa sebagai sumber belajar. Hasil penelitian ini
dapat digunakan siswa untuk menambah perbendaharaan materi organisasi yang
telah diberikan guru.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Lahirnya Budi utomo


 Latar Belakang Lahirnya Budi Utomo
Budi Utomo merupakan sebuah organisasi modern pertama kali di
Indonesia yang didirikan oleh dr. Sutomo pada tanggal 20 Mei 1908. Menurut
beberapa sarjana, perkataan Budi Utomo berasal dari kata Sansekerta, yaitu bodhi
atau budhi berarti “keterbukaan jiwa”,”pikiran”,” kesadaran”, “akal”, atau
“pengadilan”. Tetapi juga bisa berarti “ daya untuk membentuk dan menjunjung
konsepsi dan ide-ide umum”. Sementara itu, perkataan Jawautomo berasal dari
uttama, yang dalam bahasa Sansekerta berarti “ tingkat pertama” atau “ sangat
baik”( Gonda dalam Akira
Nagazumi, 1989: 58). Dr. Wahidin Sudirohusodo (1857-1917) merupakan
pembangkit semangat organisasi Budi Utomo. Sebagai lulusan sekolah dokter
Jawa di Weltvreden (sesudah tahun 1900 dinamakan STOVIA), ia merupakan
salah satu tokoh intelektual yang berusaha memperjuangkan nasib bangsanya.
Pada tahun 1901 Dr. Wahidin Sudirohusodo menjadi direktur majalah
Retnodhoemilah (Ratna yang berkilauan) yang diterbitkan dalam bahasa Jawa dan
Melayu, yang dikhususkan untuk kalangan priyayi. Hal ini mencerminkan
perhatian seorang priyayi terhadap masalah-masalah dan status golongan priyayi
itu sendiri. Ia juga berusaha memperbaiki masyarakat Jawa melalui pendidikan
Barat (Ricklefs, 1991:248- 249). Namun tidak semua golongan priyayi
mendukung berdirinya Budi Utomo tersebut. Hal ini disebabkan kaum priyayi
birokrasi dari golongan ningrat atau aristikrat mengadakan reaksi jika gerakan
tersebut mengancam kedudukan kaum aristokrasi yang menginginkan situasi
status quo, yaitu keadaan yang dapat menjamin kepentingan mereka (Sartono
Kartodirdjo, 1993:102). Gerakan kaum terpelajar tersebut akan membawa
perubahan dalam struktur sosial sehingga kaum intelektual akan mengurangi
ruang lingkup kekuasaan elite birokrasi. Program utama dari Budi Utomo adalah
mengusahakan perbaikan pendidikan dan pengajaran. Programnya lebih bersifat
sosial disebabkan saat itu belum dimungkinkan didirikannya organisasi politik
karena adanya aturan yang ketat dari pihak pemerintah Hindia Belanda.
Disamping itu, pemerintah Hindia Belanda sedang melaksanakan program
edukasi dari politik ethis sehingga terdapat kesesuaian kedua program (Kansil,
1986:22-23). Budi Utomo merupakan organisasi pelajar dengan para pelajar
STOVIA sebagai intinya dengan gerakan awal jangkauannya hanya terbatas pada
Jawa dan Madura. Jangkauan wilayah yang terbatas ini, menjadikan Budi Utomo
dianggap sebagai organisasi yang bersifat kedaerahan, karena salah satu
programnya berbunyi “de harmonische ontwikkeling van land en volk van Jawa
en Madura”(kemajuan yang harmonis bagi nusa Jawa dan Madura). Dengan
demikian, mencerminkan kesatuan administrasi kedua pulau tersebut yang
mencakup juga masyarakat Sunda yang kebudayaannya mempunyai kaitan
dengan Jawa meski yang dipakai sebagai bahasa resmi organisasi adalah bahasa
Melayu (Ricklefs, 1991:24). Pada tanggal 5 Oktober 1908, Budi Utomo
mengadakan konggresnya yang pertama di Yogyakarta. Konggres ini berhasil
menetapkan tujuan organisasi yaitu ; Kemajuan yang harmonis antara bangsa dan
negara, terutama dalam memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan
dagang, tehnik , industri serta kebudayaan. Sebagai ketua Pengurus Besar yang
pertama terpilih R.T Tirtokusumo,bupati Karanganyar sedangkan anggota-
anggota Pengurus Besar pada umumnya pegawai pemerintahan atau mantan
pegawai pemerintahan dengan pusat organisasi berada di Yogyakarta
(Pringgodigdo, 1984:1). Pengurus hasil konggres ini merupakan dewan pimpinan
yang didominasi oleh para pejabat generasi tua yang mendukung pendidikan
yang semakin luas dikalangan priyayi dan mendorong pengusaha Jawa (Ricklefs,
1991: 250).
Setelah cita-cita Budi Utomo mendapat dukungan semakin luas
dikalangan cendekiawan Jawa maka para pelajar tersebut memberi kesempatan
kepada golongan tua untuk memegang peranan yang lebih besar bagi gerakan ini.
Ini dibuktikan dengan terpilihnya golongan tua sebagai pengurus dalam konggres
Budi Utomo I di Yogyakarta. Ketua terpilih R.T Tirtokusumo, sebagai seorang
bupati lebih memperhatikan reaksi daro pemerintah kolonial Belanda dibanding
reaksi dari warga pribumi (Nugroho Notosusanto, 1975:182).

2.2. Asas dan Tujuan Budi Utomo


 Asas dan tujuan Budi Utomo adalah menyadarkan kedudukan Bangsa
Jawa, Sunda, dan Madura pada diri sendiri dan berusaha mempertinggi akan
kemajuan mata pencaharian serta penghidupan Bangsa disertai dengan jalan
memperdalam keseniaan dan kebudayaan (Wirjosuparto, 1958 : 102). Selain
tujuannya yang lain adalah menjamin kehidupan sebagai Bangsa yang terhormat
dengan menitik beratkan pada soal pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan atau
secara samar-samarmenyebutkan kemajuan bagi Bangsa Hindia dimana jangkuan
geraknya terbatas pada Jawa dan Madura serta baru meluas untuk penduduk
Hindia seluruhnya dengan tidak memperhatikan perbedaan keturunan, kelamin,
dan agama (Poeponegoro dan Notosusanto, 1992 : 178). Jika dicermati dari
pernyataan tersebut, maka secara tersirat nampak pada Budi Utomo yakni
kehormatan Bangsa.
Bangsa yang terhormat adalah Bangsa yang memiliki derajat yang sama
dengan bangsa lain. Karena Bangsa Indonesia pada waktu itu tidak terhormat
karena dijajah Belanda. Teranglah sudah bahwa Budi Utomo telah mempunyai
cita-cita tersembunyi yang kemudian menjadi cita-cita kaum Nasional Indonesia.
Maka tepatlah kalau pemerintah mengakui secara resmi hari lahirnya Budi
Utomo sebagai hari kebangkitan nasional, karena Budi Utomo bercita-cita
nasional dan pergerakannya merupakan organisasi modern pada saat itu (Kansil
dan Julianto, 1990 : 23). Pada tahun 1928 Budi Utomo menambahkan suatu asas
perjuangan yaitu “ikut berusaha melaksanakan cita-cita Bangsa Indonesia”.
Sungguh suatu langkah maju, karena waktu itu gelora persatuan telah
berkumandang di udara pergerakan kita. Disitu nampak bahwa Budi Utomo
sedang berusaha memperluas ruang geraknya. Tidak hanya menuju kehidupan
harmonis bagi Jawa dan Madura tetapi lebih luas lagi yakni bagi persatuan
Indonesia (Kansil dan Julianto, 1990 : 23). Walaupun pada awalnya Budi Utomo
tidak berperan sebagai organisasi politik, namun dalam perjalanannya Budi
Utomo terjun kepolitik. Hal ini terbukti pada tahun 1915 Budi Utomo ikut aktif
dalam “Inlandsche Militie”dan waktu Volksraad dibentuk. Budi Utomo juga
tergabung dalam“Radicale Concentratic”yakni persatuan aliran-aliran yang dicap
kiri dalam Volksraad.

2.3. Reaksi Belanda terhadap berdirinya Organisasi Budi Utomo


Reaksi Belanda terhadap berdirinya Organisasi Budi Utomo di
IndonesiaKehadiran Budi Utomo di Indonesia mengundang reaksi yang kurang
enak dari orang Belanda yang tidak senang dengan kehadiran “si Molek “ dan
mengatakan bahwa orang Jawa makin banyak “cincong”. (Prof.Dr.Suhartono :
2001 : 30) Lain halnya menurut M.C.Ricklefs dalam bukunya Sejarah Indonesia
modern yang menyebutkan bahwa Gubernur Jenderal van Heutsz yang
menyambut baik Budi Utomo, sebagai tanda keberhasilan politik ethis yang
menghendakaki adanya suatu organisasi pribumi yang progresif-moderat yang
dikendalikan oleh para pejabat yang maju. Namun pejabat Belanda lainnya
mencurigai Budi Utomo yang dianggap sebagai gangguan yang potensial

2.4 Perkembangan Organisasi Budi Utomo di Indonesia


Pancaran eksistensi Budi Utomo di Indonesia dibuktikan dengan
diadakannya konggresnya yang pertama di Yogyakarta pada tanggal 3-5 Oktober
1908. Dalam waktu singkat Budi Utomo mengalami perubahan orientasi. Kalau
semula orientasinya terbatas pada kalangan priyayi maka menurut edaran yang
dimuat dalam Bataviaasch Nieuwsblad tanggal 23 Juli 1908, Budi Utomo cabang
Jakarta menekankan cara baru bagaimana memperbaiki kehidupan rakyat. Di
dalam konggres tersebut menghasilkan beberapa keputusan,sebagai berikut :
1. Tidak mengadakan kegiatan politik
2. Bidang utama adalah pendidikan dan kebudayaan
3. Terbatas wilayah Jawa dan Madura
4. Mengangkat Raden Adipati Tirtokusumo (Bupati Karanganyar) sebagai
ketua Budi Utomo.
Semenjak dipimpin oleh Raden Adipati Tirtokoesoemo, banyak anggota
baru Budi Utomo yang bergabung dari kalangan bangsawan dan pejabat kolonial,
sehingga banyak anggota muda yang memilih untuk menyingkir. Dibawah
kepengurusan generasi tua, kegiatan Budi Utomo yang awalnya terpusat di
bidang pendidikan, sosial, dan budaya, akhirnya mulai bergeser di bidang politik.
Strategi perjuangan Budi Utomo ikut berubah dari yang awalnya sangat
menonjolkan sifat protonasionalisme menjadi lebih kooperatif dengan pemerintah
kolonial belanda.
Perkembangan selanjutnya merupakan periode yang paling lamban bagi
Budi Utomo. Aktivitasnya hanya terbatas pada penerbitan majalah bulanan
Goeroe Desa dan beberapa petisi, yang di buatnya kepada pemerintah berhubung
dengan usaha meninggikan mutu sekolah menengah pertama. Tatkala
kepemimpinan pengurus pusat makin melemah, maka cabang-cabang BU
melakukan aktivitas sendiri yang tidak banyak hasilnya. Pemerintah yang
mengawasi perkembangan BU sejak berdirinya, dengan penuh perhatian dan
harapan akhirnya menarik kesimpulan bahwa pengaruh BU terhadap penduduk
pribumi tidak begitu besar. Pada tahun 1912 terjadi pergantian pemimpin dari
Tirtokusumo ke tangan Pangeran Noto Dirodjo yang berusaha dengan sepenuh
tenaga mengejar ketinggalan. Dengan ketua yang baru itu,perkembangan Budi
Utomo tidak begitu pesat lagi. Hasil-hasil yang pertama di capainya yaitu
perbaikan pengajaran di daerah kesultanan dan kasunanan. Budi utomo
mendirikan organisasi darmoworo. Tetapi hasilnya tidak begitu pesat. Dalam
masa kepemimpinannya terdapat dua organisasi nasional lainnya yaitu syarekat
Islam dan Indische Partij. Kedua partai tersebut merupakan unsur-unsur yang
tidak puas terhadap Budi Utomo. Kekuatan Budi Utomo kembali bangkit sejak
mulai pecahnya Perang Dunia I pada tahun 1914.
Berdasarkan adanya kemungkinan intervemsi kekuasaan asing maka Budi
Utomo melancarkan isu pentingnya pertahanan sendiri dan yang pertama
mengajukam gagasan wajib militer pribumi. Diskusi yang terjadi berturut-turut
dalam pertemuan-pertemuan setempat justru menggeser perhatian rakyat dari soal
wajib militer kearah soal perwakilan rakyat, sehingga dikirimlah ebuah misi
kenegri Belanda oleh komite” Indie Weerbaar “ untuk pertahanan India dalam
tahun 1916-1917 yang merupakan pertanda masa yang amat berhasil bagi Budi
Utomo. Dwidjosewoyo sebagai wakil Budi Utomo dalam misi tersebut berhasil
mengadakan pendekatan dengan pemimpin-pemimpin Belanda terkemuka
keterangan menteri urusan jajahan tentang pembentukan Volksraad (Dewan
Rakyat) yang waktu itu dibicarakan didalam dewan perwakilan rakyat Belanda,
dimana ia menekankan badan itu akan dijadikan Dewan Perwakilan Rakyat yang
nantinya akan menggembirakan anggota misi Budi Utomo. Undang-undang wajib
militer gagal sebaliknya undang-undang pembentukan Volksraad disahkan pada
bulan November 1914 . Di dalam sidang Volksraad wakil-wakil Budi Utomo
masih tetap berhati-hati dalam melancarkan kritik terhadap kebijaksanaan politik
pemerintah. Sebaliknya para anggota pribumi yang lebih radikal dan juga
anggota sosialis Belanda di dalam Volksraad melaukan kritik terhadap pemerintah
dengan memakai kesempatan adanya krisis bulan November 1918 di negeri
Belanda mereka menuntut perubahan bagi Volksraad dan kebijakan politik negeri
Belanda umumnya sampai akhirnya dibentuk sebuah komisi pada tahun 1919.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Budi Utomo adalah organisasi yang didirikan oleh siswa-siswa STOVIA pada
tanggal 20 Mei 1908. Pendirian Budi Utomo didorong oleh pemikiran dr. Wahidin
perihal pemberian beasiswa kepada anak-anak Jawa yang berpotensi. Berdirinya Budi
Utomo sebagai organisasi nasional pertama di Indonesia didasarkan dari keberadaan
golongan priyayi profesional yang merupakan elit modern di Indonesia. Keberadaan
golongan priyayi profesional di dalam struktur masyarakat Jawa merupakan hasil dari
proses defeodalisasi yang sudah berlangsung sejak awal abad ke-19 hingga awal abad ke-
20.

Defeodalisasi dalam struktur masyarakat Jawa selama abad 19 hingga awal abad
20 memunculkan dua golongan priyayi. Di satu sisi terdapat golongan priyayi birokrat
yang merupakan orang-orang lama yang berasal dari golongan bangsawan/aristokrat Jawa
dan menduduki jabatan dalam pemerintahan Hindia- Belanda, serta menjunjung tinggi
nilai-nilai tradisional Jawa, berkepribadian moderat, tidak radikal, lebih suka kestabilan
daripada dinamika yang membawa kelabilan. Di sisi lain adalah golongan priyayi
profesional yang merupakan orang-orang Jawa yang menduduki jabatan dalam hierarki
pemerintah Hindia Belanda pada periode awal abad-20 karena dasar pendidikan serta
keahlian yang dimiliki baik didalam ataupun diluar dari jabatan pangreh praja.
GAMBAR BERDIRINYA BUDI UTOMO
GAMBAR. 1

Sejarah berdirinya Budi Utomo pada 1908 tak lepas dari peran dr Soetomo. Dia dan
sejumlah pemuda lain mendirikan Budi Utomo yang idenya dicetuskan oleh dr
Wahidin Sudirohusodo. (Foto dr Soetomo: Tangkapan layar web kebudayaan.kemdikbud.go.id)

GAMBAR.2

Budi Utomo adalah organisasi pemuda yang didirikan oleh mahasiswa STOVIA. Sejarah
berdirinya Budi Utomo dimulai dari Gedung STOVIA.(Foto: Collectie Stichting Nationaal Museum
van Wereldculturen via Wikimedia Commons (CC-BY-SA-3.0)

iv
GAMBAR 3

GAMBAR 4

Tokoh Pendiri Budi Utomo – Budi Utomo atau Van Ophuuijsen adalah sebauh organisasi pemuda
yang didirikan oleh Soetomo serta pada mahasiswa dari School tot Opleiding Van Inlandsche
Artsen (STOVIA). Organisasi ini bersifat sosial, budaya serta ekonomi dan tidak bersifat politik.

iv
iv

Anda mungkin juga menyukai