Anda di halaman 1dari 6

TEMA 3;

ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL SEBAGAI SARANA PERJUANGAN


MELAWAN KOLONIALISME DI INDONESIA

Tujuan Pembelajaran:

1. Memahami ciri khas perjuangan rakyat Indonesia setelah tahun 1908


2. Memahami latar belakang lahirnya organisasi pergerakan Nasional
3. Memahami latar belakang beragamnya karakter organisasi pergerakan Nasional
4. Memahami peran kaum terpelajar dan cendekiawan dalam organisasi yang
mereka dirikan
5. Memahami peran organisasi pergerakan nasional sebagai tempat penyemaian
kader militan dalam perjuangan untuk meraih kemerdekaan

A. Sekilas tentang Berdirinya Boedi Oetomo sebagai Cikal Bakal Lahirnya Kesadaran
Nasional

1. Ingat salah kebijakan pemerintah kolonial Belanda nam disebut Politik Etis ?
Politik etis (Etich Poelitic) atau politik balas budi merupakan gagasan yang dikemukakan oleh
Theodore van Deventer. Intinya, pemerintah kolonial Belanda memiliki kewajiban moral
untuk lebih memperhatikan taraf hidup masyarakat pribumi. Penerapan atas gagasan van
Deventer tersebut lebih dikenaldengan sebutan trias van Deventer; meliputi kejiakan di bidang
1. pendidikan (edukasi), 2. pengairan (irigasi), dan 3. Kependudukan (emigrsi/transmigrasi).
Kebijakan di bidang pendidikan (edukasi) selain menguntungkan para pengusaha Eropa
(karena tersedia) kaum terpelajar yang sudah bisa baca tulis dan bisa direkrut sebagai
karyawan di perusahaan mereka, ternyata juga berdampak positif bagi bangsa Indonesia.
Kaum terpelajar ini menjadi melek informasi, kemudian sadar akan posisi bangsanya sebagai
bangsa terjajah.
2. Kesadaran kaum terpelajar ini mendorong lahirnya berbagai organisasi pergerakan sebagai
basis perlawanan terhadap kolonialisme.
3. Organisasi modern yang pertama lahir bernama Boedi Oetomo (20 Mei 1908). Pendiri
organisasi ini adalah para pelajar yang sebagian besar di kalangan bangsawan Jawa, seperti;
Dr Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Soeradji, dan dr Wahidin Soedirohoesodo.
Meskipun para pendiri Budi Utomo sebagian besar dari bangsawan Jawa, namun semboyan
yang dikumandangkan adalah Hindia vooruit (Hindia Maju) bukan Java vooruit (Jawa
Maju). Karena itulah orgnisasi ini diangap sebagai tonggak lahirnya kesadaran nasional.
4. Setelah lahir besadaran nasional, maka perjuangan melawan kolonialisme kemudian secara
pelahan namun pasti menjadi berubah. Karakteristik perjuangan bangsa Indonesia menjadi
semakin terarah,dengan satu tujuan yakni kemerdekaan bagi angsa Indonesia.

Tema materi pembelajaran ini akan membahas berbagai bentuk perjuangan melawan kolonialisme
setelah lahirnya kesadaran nasional. Untuk itu, sebaiknya kita lihat dulu perbedaan perjuang
melawan kolonialisme pada era sebelum dan sesudah lahirnya kesadaran nasional (lihat tabel)

B. Faktor Pendorong Lahirnya Organisasi Pergerakan Nsional Indonesia


1. Faktor Internal
a. Kondisi sosial, politik dan ekonomi yang emakin parah
Berbagai kebijakkan pemerintah kolonial yang dirasakan semakin menindas penduduk
pribumi, melahirkan kebencian terhadap pemerintahkolonial Belanda.
b. Munculnya kaum terpelajar
Kebijakan di bidang pendidikan, sebagai penerapan atas Trias van Denventer pada
politik Etis (edukasi, Irigasi dn Emigrasi), ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi, bagi
orang (pengusaha) Eropa memunculkan kalangan yang bisa baca-tulis, sehingga bisa
membantu mereka dalam menyediakan tenaga kerja terampil. Di sisi lain, bagi bangsa
pribumi kebijakan ini melahirkan kaum intelektual yang berwawasan luas sehingga
kemudian mendorong lahirnya kesadaran mereka sebagai bangsa yang terjajah.
c. Tumbuhnya kenangan akan kejayaan masa lampau bangsa Indoesia
Ingat bagaimana kejayaan kerajaan-kerajaan besar seperti Majapahit dan Sriwijaya!!

2. Faktor Eksternal
a. Keberhasilan pergerakan nasional di negara lain, seperti di China, Turki, Filipina, dan
Mesir, yang cukup menginspirasi semangat perjuangan bangs Indonesia
b. Kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905; menyadarkan bahwa bangsa Asia
bukanlah bangsa yang lebih rendah derajatnya dibanding bangsa Eropa.
c. Masuk dan berkembangnya paham baru di Eropa dan Amerika, seperti; liberalisme,
demokrsi dan nasionalisme. Paham ini menyadarkan dan memotivasi kaum terpelajar
dalam menentukan visi perjuangan mereka.

C. Perkembangan Pergerakan Nasional Indonesia


Periodisasi Perkembangan pergerakan nasional ini dimulai sejak lahirnya Budi Utomo hingga
tercapai proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kenapa sejak lahirnya Budi Utomo? Karena
kelahiran Budi Utomo dianggap sebagai tonggak awal lahirnya kesadaran nasional.
1. Perkembangan Awal Pergerakan
Periode ini ditandai dengan munculnya kesadaran bahwa untuk memperjuangkan
kepentingan kelompoknya dibutuhkan sebuah wadah yang namanya organisasi. Maka
lahirlah beberapa organisasi dengan tujuan masing-masing.
Sifat pergerakan pada periode ini adalah moderat dan kooperatif dengan pihak
pemerintah (kolonial). Moderat artinya bersikap hati-hati dalam bertindak dan mau
menerima perbedaan dasar pemikiran dengan pihak lain. Dan kooperatif maksudnya
sampai batas tertentu mau bekerja sama dengan pemerintah (kolonial).
a. Budi Utomo
 Pelopor pendirian organisasi ini adalah dr. Wahidin Soedirohoesodo, dr.
Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, dan Soeradji. Dr. Wahidin
Soedirohoesodo merupakan lulusan sekolah dokter pribumi yang bernama
School Tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) di Bandung. Sekarang
berganti nama menjadi Institut Teknlogi Bandung (ITB)
 Tujuan beririnya organisasi Budi Utomo adalah untuk memajukan pengajaran
dan kebudayaan, meliputi;
1. Bidang pengajaran
2. Bidang pertanian, peternakan, dan perdagangan
3. Teknik dan industri
4. Kebudayaan
 Budi Utomo bukanlah organisasi politik, melainkan organisasi pelajar
 Pengurus (dan anggota) organisasi ini kebanyakan berasal dari kalngan priyayi
b. Sarikat Islam
 Sarikat Islam merupakan gerakan nasionalis, demokratis, dan ekonomis serta
berasaskan Islam dengan haluan kooperatif.
 Pendiri SI adalah H. Samanhudi bersama dengan HOS Cokrominoto pada
tahun 1911, saat berdirinya bernama Sarekat Dagang Islam
 Tujuan awal organisasi ini adalah;
1. Memajukan perdagangan
2. Membanu oanggotanya yang mengalami kesulitan permodalan
3. Memajukan kepentingan rohani dan jasmani penduduk pribumi
4. Memajukan kehidupan agama Islam
 Pada kongres Sarikat Islam pertama di Bandung 17-24 Juni 1916 disetujui
pemakaian istilah nasional. Artinya SI menganggap perlunya semua suku
bangsa bersatu, membentuk satu persatuan bangsa yaitu bangsa Indonesia. Dari
hasil kongres inilah SI kemudian berubah haluan menjadi organisasi yang
berhaluan politis meskipun dalam anggaran dasarnya SI bukan organisasi
politik.
 SI sangat menentang praktik kapitalisme (yang dijalankan oleh pemerintah
kolonial Belanda) dan memiliki komitmen yang sangat kuat memperjuangkan
nasib rakyat kecil.
 Sikap keras menentang kapitalisme dan komitmen yang kuat memperjuangkan
rakyat kecil ini menarik perhatian Indische Social Demokratische
Vereeneging (ISDV). ISDV adalah organisasi sosial pimpinan Sneevielt di
Belanda yang berhalua Marxis-Komunis. Dan pada gilirannya nanti, ISDV
berhasil menyusupkan anggotanya yang sangat militan menjadi anggota SI,
yaitu Smaun dan Darsono
 Masuknya Semaun dan Darsono ke dalam SI menjadikan konflik di dalam
tubuh SI, yang pada akhirnya pecah menjadi SI Putih di bawah pimpinan HOS
Cokroaminoto (yang berhaluan Islam) dan SI Merah di bawah pimpinan
Semaun dan Darsono yang berhaluan sosialis kiri (komunisme).
 SI merah inilah cikal bakal lahirnya Partai Komunis Indonesia (PKI) di
Indonesia kelak.

c. Muhamadiyah
 Didirikan oleh KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 12 Nopember 1912.
 Asas perjuangannya adalah Islam dan kebangsaan Indonesia yang berhaluan
kooperatif dan nonpolitik
 Organisasi ini bergerak di bidang keagamaan, pendidikan dan sosial.
 Tujuan Muhamadiyah:
1. Memajukan Pendidikan dan pengajaran berdasarkan agama Islam
2. Mengembangkan pengetahuan ilmu agama dan cara-cara hidup menurut
agama Islam
 Pada awal berdirinya Muhamadiyah hanya berkembang di daerah karesiden
Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan (khususnya Pekajangan).

2. Periode Nasionalisme Politik


Jika pada awal perkembangan organisasi pergerakan nasioanal masih bergerak di bidang
pendidikan, ekonomi dan agama, maka pada periode ini gerakan nasionalisme Indonesia
mulai bergeser dan bergerak dalam bidang politik. Artinya, arah untuk meraih
kemerdekaan Indonesia semakin jelas. Maka pada saat itu mulai lahirlah beberapa
organisasi politik. Diantaranya Indische partij (IP), Gerakan Pemuda, dan Gerakan
Perempuan.
a. Indische partij (IP)
 Didirikan di Bandung pada 25 Desember 1912 oleh Tiga Serangkai, yaitu
Douwes Dekker (dr. Setyabudi Danudirjo), dr Cipto Mangunkusumo dan
Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dhewantoro).
 Organisasi ini terang-terangan menuntut pemerintah Belanda atas kemerdekaan
Indonesia
 Berkomitmen mempersatukan semua golongan yang ada di Indonesia, baik
golongan pribumi maupun non pribumi (keturunan indo, China, arab maupun
India), untuk dipadukan dalam kesatuan bangsa dengan semangat nasionalisme
bangsa Indonesia.
 Karena organissi ini sangat radikal di mata pemerintah Belanda, maka pada tahun
1913 dinyatakan sebagai organisasi terlarang. Kemudia berganti nama menjadi
Insulinde, yang juga tidak berumur panjang karena ke 3 tokohnya ditangkat dan
diasingkan ke Belanda.
 Tahun 1919 Indische Partij berubah nama menjadi Nasional Indische Partij
(NIP).

b. Gerakan Pemuda
Munculnya gerakan pemuda ini merupakan wujud kekecewaan kalangan pemuda yang
lama bergabung di organisasi Budi Utomo yang cenderung dikuasai golongan tua dan
kalangan priyayi Jawa, serta sifat Jawa Centris.
 Organisasi pergerakan pemuda yang pertama lahir adalah Tri Korodarmo (TK)
yang didirikan oleh R. Satiman Wirjosanjoyo dkk. Pada tahun 1915. Organisasi ini
bertujuan untuk mencapai Jawa Raya (kejayaan Jawa) dengan jalan
memperkokoh persatuan atara pemuda-pemuda Jawa, Pasundan, Bali, Madura dan
Lombok.
 Dalam kongres pertamanya di Solo pada 12 Juni 1918 berubah nama menjadi
Jong Java dan haluan organisasi berubah manjdi organisasi politik. Kongres Jong
Java tahun 1936 secara terbuka menyebutkan cita-cita organisasi untuk mencapai
kemerdekaan Indonesia.
 Tri Korodarmo adalah pelopor berdirinya organisasi pemuda di Indonesia.
Perubahan Tri Korodarmo menjadi Jong Java mendorong kelompok pemuda dan
kaum terpelajar di daerah lainmendirikan organisasi serupa. Maka bermunculanlah
organisasi pemuda seperti di sumatera mendirikan Jong Somataren Bond (1917)
yang elhirkan tokoh tokoh besar seperti drs. Moh. Hatta dan Moh. Yamin,
kelompok pemuda Ambon mendirikan Jong Ambon, di Minahasa berdiri Jong
Minahasa, dan masih bayak lagi jong jong lain.
 Berbagai organisasi perkumpulan pemuda ini di tahun 1926 sempat mengadakan
kongres I, namun tidak menghasilkan keputisan yang berarti.
 Baru pada kongres II pada tanggal 26-28 Oktober 1928 benar-benar
memperlihatkan prestasi yang luar biasa bagi bangsa Indonesia. Dari kongres
itulah terlahir ikrar para pemuda yang lebih dikenaldengan sebutan Soempah
Pemoeda. Lagu karya Wage Rudolf Soepratman yang berjudul Indonesia Raya
yang kelak menjadi lagu kebangsaan Indonesia, untuk pertama kalnya
dinyanyikan. Demikian haknya dengan bendera merah putih untuk pertama
kalinya dikibarkan.

c. Gerakan Perempuan
 Gerakan perempuan Indonesia banyak dipengaruhi oleh pemikiran RA Kartini
yang tertuang dalam buku karya seorang Belanda yang bernama JH. Abendanon.
Buku yang berjudul Door Duirtenis Tot Lich (diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia menjadi Habis Gelap Terbittlah Terang) ini berisi surat menyurat antara
RA Kartini dengan dua sahabatnya di Belanda yang bernama Stella Zeehandelar
dan prof FK Anton. Inti sari pemikiran Kartini adalah keprihatinannya terhadap
ondisi kaum perempuan pribumi yang masih sangat terbelakang.
Menurut Kartini, selayaknya kaum perempuan mendapat kesempatan pendidikan
yang memadai dan memperoleh pengetahuan yang luas sejajar dengan kaum laki-
laki. Peikiran tersebut dikenal dengan emansipasi perempuan.
 Respon dari pemikiran Kartini tersebut ditandai dengan lahirnya organisasi
perempuan di Indonesia yang bernama Perkoempoelan Keoetamaan Poetri yang
dipimpin oleh Dewi Sartika di Jawa Barat. Perkumpulan ini memelopori
berdirinya sekolah perempuan yang bernama Sekolah Kartini yang tersebar di
beberapa kota besar seperti; di Bogor, Semarang, Pekalongan, Madiun, Indramayu
dan Rembang
 Kongres perempuan I di Yogyakarta (25-28 Desember 1928) disepakati berdirinya
perkumpulan/organisasi perempuan sebagai wadah perjuangan yang dapat
memajukan perempuan Indonesia. Organisasi tersebut bernama Perserikatan
Perempuan Indonesia (PPI). PPI kemudian berganti nama mnjadi Perhimpunan
Istri Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai