Tujuan Pembelajaran:
A. Sekilas tentang Berdirinya Boedi Oetomo sebagai Cikal Bakal Lahirnya Kesadaran
Nasional
1. Ingat salah kebijakan pemerintah kolonial Belanda nam disebut Politik Etis ?
Politik etis (Etich Poelitic) atau politik balas budi merupakan gagasan yang dikemukakan oleh
Theodore van Deventer. Intinya, pemerintah kolonial Belanda memiliki kewajiban moral
untuk lebih memperhatikan taraf hidup masyarakat pribumi. Penerapan atas gagasan van
Deventer tersebut lebih dikenaldengan sebutan trias van Deventer; meliputi kejiakan di bidang
1. pendidikan (edukasi), 2. pengairan (irigasi), dan 3. Kependudukan (emigrsi/transmigrasi).
Kebijakan di bidang pendidikan (edukasi) selain menguntungkan para pengusaha Eropa
(karena tersedia) kaum terpelajar yang sudah bisa baca tulis dan bisa direkrut sebagai
karyawan di perusahaan mereka, ternyata juga berdampak positif bagi bangsa Indonesia.
Kaum terpelajar ini menjadi melek informasi, kemudian sadar akan posisi bangsanya sebagai
bangsa terjajah.
2. Kesadaran kaum terpelajar ini mendorong lahirnya berbagai organisasi pergerakan sebagai
basis perlawanan terhadap kolonialisme.
3. Organisasi modern yang pertama lahir bernama Boedi Oetomo (20 Mei 1908). Pendiri
organisasi ini adalah para pelajar yang sebagian besar di kalangan bangsawan Jawa, seperti;
Dr Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Soeradji, dan dr Wahidin Soedirohoesodo.
Meskipun para pendiri Budi Utomo sebagian besar dari bangsawan Jawa, namun semboyan
yang dikumandangkan adalah Hindia vooruit (Hindia Maju) bukan Java vooruit (Jawa
Maju). Karena itulah orgnisasi ini diangap sebagai tonggak lahirnya kesadaran nasional.
4. Setelah lahir besadaran nasional, maka perjuangan melawan kolonialisme kemudian secara
pelahan namun pasti menjadi berubah. Karakteristik perjuangan bangsa Indonesia menjadi
semakin terarah,dengan satu tujuan yakni kemerdekaan bagi angsa Indonesia.
Tema materi pembelajaran ini akan membahas berbagai bentuk perjuangan melawan kolonialisme
setelah lahirnya kesadaran nasional. Untuk itu, sebaiknya kita lihat dulu perbedaan perjuang
melawan kolonialisme pada era sebelum dan sesudah lahirnya kesadaran nasional (lihat tabel)
2. Faktor Eksternal
a. Keberhasilan pergerakan nasional di negara lain, seperti di China, Turki, Filipina, dan
Mesir, yang cukup menginspirasi semangat perjuangan bangs Indonesia
b. Kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905; menyadarkan bahwa bangsa Asia
bukanlah bangsa yang lebih rendah derajatnya dibanding bangsa Eropa.
c. Masuk dan berkembangnya paham baru di Eropa dan Amerika, seperti; liberalisme,
demokrsi dan nasionalisme. Paham ini menyadarkan dan memotivasi kaum terpelajar
dalam menentukan visi perjuangan mereka.
c. Muhamadiyah
Didirikan oleh KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 12 Nopember 1912.
Asas perjuangannya adalah Islam dan kebangsaan Indonesia yang berhaluan
kooperatif dan nonpolitik
Organisasi ini bergerak di bidang keagamaan, pendidikan dan sosial.
Tujuan Muhamadiyah:
1. Memajukan Pendidikan dan pengajaran berdasarkan agama Islam
2. Mengembangkan pengetahuan ilmu agama dan cara-cara hidup menurut
agama Islam
Pada awal berdirinya Muhamadiyah hanya berkembang di daerah karesiden
Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan (khususnya Pekajangan).
b. Gerakan Pemuda
Munculnya gerakan pemuda ini merupakan wujud kekecewaan kalangan pemuda yang
lama bergabung di organisasi Budi Utomo yang cenderung dikuasai golongan tua dan
kalangan priyayi Jawa, serta sifat Jawa Centris.
Organisasi pergerakan pemuda yang pertama lahir adalah Tri Korodarmo (TK)
yang didirikan oleh R. Satiman Wirjosanjoyo dkk. Pada tahun 1915. Organisasi ini
bertujuan untuk mencapai Jawa Raya (kejayaan Jawa) dengan jalan
memperkokoh persatuan atara pemuda-pemuda Jawa, Pasundan, Bali, Madura dan
Lombok.
Dalam kongres pertamanya di Solo pada 12 Juni 1918 berubah nama menjadi
Jong Java dan haluan organisasi berubah manjdi organisasi politik. Kongres Jong
Java tahun 1936 secara terbuka menyebutkan cita-cita organisasi untuk mencapai
kemerdekaan Indonesia.
Tri Korodarmo adalah pelopor berdirinya organisasi pemuda di Indonesia.
Perubahan Tri Korodarmo menjadi Jong Java mendorong kelompok pemuda dan
kaum terpelajar di daerah lainmendirikan organisasi serupa. Maka bermunculanlah
organisasi pemuda seperti di sumatera mendirikan Jong Somataren Bond (1917)
yang elhirkan tokoh tokoh besar seperti drs. Moh. Hatta dan Moh. Yamin,
kelompok pemuda Ambon mendirikan Jong Ambon, di Minahasa berdiri Jong
Minahasa, dan masih bayak lagi jong jong lain.
Berbagai organisasi perkumpulan pemuda ini di tahun 1926 sempat mengadakan
kongres I, namun tidak menghasilkan keputisan yang berarti.
Baru pada kongres II pada tanggal 26-28 Oktober 1928 benar-benar
memperlihatkan prestasi yang luar biasa bagi bangsa Indonesia. Dari kongres
itulah terlahir ikrar para pemuda yang lebih dikenaldengan sebutan Soempah
Pemoeda. Lagu karya Wage Rudolf Soepratman yang berjudul Indonesia Raya
yang kelak menjadi lagu kebangsaan Indonesia, untuk pertama kalnya
dinyanyikan. Demikian haknya dengan bendera merah putih untuk pertama
kalinya dikibarkan.
c. Gerakan Perempuan
Gerakan perempuan Indonesia banyak dipengaruhi oleh pemikiran RA Kartini
yang tertuang dalam buku karya seorang Belanda yang bernama JH. Abendanon.
Buku yang berjudul Door Duirtenis Tot Lich (diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia menjadi Habis Gelap Terbittlah Terang) ini berisi surat menyurat antara
RA Kartini dengan dua sahabatnya di Belanda yang bernama Stella Zeehandelar
dan prof FK Anton. Inti sari pemikiran Kartini adalah keprihatinannya terhadap
ondisi kaum perempuan pribumi yang masih sangat terbelakang.
Menurut Kartini, selayaknya kaum perempuan mendapat kesempatan pendidikan
yang memadai dan memperoleh pengetahuan yang luas sejajar dengan kaum laki-
laki. Peikiran tersebut dikenal dengan emansipasi perempuan.
Respon dari pemikiran Kartini tersebut ditandai dengan lahirnya organisasi
perempuan di Indonesia yang bernama Perkoempoelan Keoetamaan Poetri yang
dipimpin oleh Dewi Sartika di Jawa Barat. Perkumpulan ini memelopori
berdirinya sekolah perempuan yang bernama Sekolah Kartini yang tersebar di
beberapa kota besar seperti; di Bogor, Semarang, Pekalongan, Madiun, Indramayu
dan Rembang
Kongres perempuan I di Yogyakarta (25-28 Desember 1928) disepakati berdirinya
perkumpulan/organisasi perempuan sebagai wadah perjuangan yang dapat
memajukan perempuan Indonesia. Organisasi tersebut bernama Perserikatan
Perempuan Indonesia (PPI). PPI kemudian berganti nama mnjadi Perhimpunan
Istri Indonesia.