Anda di halaman 1dari 12

NAMA : SHAFIRA EKA PUTRI

KELAS : XI IPS 4

1. Nasionalisme merupakan suatu sikap politik atau pemahaman dari masyarakat suatu bangsa
yang memiliki keselarasan kebudayaan dan wilayah. Juga memiliki kesamaan cita-cita dan tujuan
sehingga timbul rasa ingin mempertahankan negaranya, baik dari internal maupun eksternal.
2. Latar belakang munculnya pergerakan nasional di Indonesia terbagi dalam dua kategori yaitu
ada yang di sebabkan karena faktor dari dalam dan ada juga karena di sebabkan faktor dari luar.
Salah satu faktor dari dalam yaitu; penduduk Indonesia mengetahui bahwa semua penduduk
mengalami penderitaan yang sama yang di akibatkan oleh penjajahan, dan komunikasi antar
pulau yang semakin baik. Faktor luar yang mempengaruhi terbentuknya pergerakan nasional
yaitu, munculnya paham- paham baru baru ke Indonesia seperti paham liberalisme, paham
nasionalisme, paham sosialisme, paham demokrasi dan paham komunisme, adanya kemenangan
jepang atas rusia, pengaruh yang disebabkan oleh pergerakan nasional di Negara tetangga.

3. a . Budi Utomo (BU)

Kader Budi Utomo. Foto: Collectie Stichting Nationaal Museum van Wereldculture


Pada awal abad ke-20 sudah banyak mahasiswa di kota-kota besar terutama
di Pulau Jawa. Sekolah kedokteran bernama STOVIA (School tot Opleideing
van Inlandsche Aartsen) terdapat di Jakarta. Para tokoh mahasiswa
kedokteran sepakat untuk memperjuangkan nasib rakyat Indonesia dengan
memajukan pendidikan rakyat.
Pada tanggal 20 Mei 1908 sebuah organisasi bernama Budi Utomo dibentuk
di Jakarta. Ketua Budi Utomo adalah dr Sutomo, dan tonggak berdirinya Budi
Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 dikenang sebagai Hari Kebangkitan
Nasional. Tokoh lain pendiri Budi Utomo adalah Gunawan, Cipto
Mangunkusumo, dan R.T. Ario Tirtokusumo.

Pada mulanya Budi Utomo bukanlah sebuah partai politik. Tujuan utamanya
adalah kemajuan bagi Hindia Belanda. Hal ini terlihat dari tujuan yang hendak
dicapai yaitu perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf
yang mengumpulkan tunjangan untuk kepentingan belanja anak-anak
bersekolah, membuka sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri,
menghidupkan kembali seni dan kebudayaan bumi putera, dan menjunjung
tinggi cita-cita kemanusiaan dalam rangka mencapai kehidupan rakyat yang
layak.

Dalam perkembangannya, di tubuh Budi Utomo muncul dua aliran berikut.


 Pihak kanan, berkehendak supaya keanggotaan dibatasi pada
golongan terpelajar saja, tidak bergerak dalam lapangan politik dan
hanya membatasi pada pelajaran sekolah saja.
 Pihak kiri, yang jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda
berkeinginan ke arah gerakan kebangsaan yang demokratis, lebih
memerhatikan nasib rakyat yang menderita.
Adanya dua aliran dalam tubuh Budi Utomo menyebabkan terjadinya
perpecahan. Dr. Cipto Mangunkusumo yang mewakili kaum muda keluar dari
keanggotaan. Akibatnya gerak Budi Utomo semakin lamban.

Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan semakin lambannya


Budi Utomo :
1. Budi Utomo cenderung memajukan pendidikan untuk kalangan
priyayi daripada penduduk umumnya.
2. Lebih mementingkan pemerintah kolonial Belanda daripada
kepentingan rakyat Indonesia.
3. Menonjolnya kaum priyayi yang lebih mengutamakan jabatan
menyebabkan kaum terpelajar tersisih. Ketika meletus Perang Dunia I
tahun 1914, Budi Utomo mulai terjun dalam bidang politik.
4. Pada tahun 1935 Budi Utomo mengadakan fusi ke dalam Partai
Indonesia Raya (Parindra). Sejak itu BU terus mengalami kemerosotan
dan mundur dari arena politik.
b. Sarekat Islam (SI)

Potret bersama rapat Sarekat Islam di Kaliwungu. Hadir para anggota


dari Kaliwungu, Peterongan, dan Mlaten, serta anggota Asosiasi Staf
Kereta Api dan Trem (VSTP), Semarang. Foto: Collectie Stichting Nationaal
Museum van Wereldculturen
Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang
yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan
di kota Solo oleh H. Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang batik
Jawa. 

Ebook UTBK SBMPTN 2021 Gratis (Klik Disini)


Garis yang diambil oleh SDI adalah kooperasi, dengan tujuan memajukan
perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam. Keanggotaan SDI masih
terbatas pada ruang lingkup pedagang, maka tidak memiliki anggota yang
cukup banyak.

Oleh karena itu agar memiliki anggota yang banyak dan luas ruang
lingkupnya, maka pada tanggal 18 September 1912, SDI diubah menjadi SI
(Sarekat Islam). Organisasi Sarekat Islam (SI) didirikan oleh beberapa tokoh
SDI seperti H.O.S Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H. Agus Salim. Sarekat
Islam berkembang pesat karena bermotivasi agama Islam. Latar belakang
ekonomi berdirinya Sarekat Islam adalah: 

1. Perlawanan terhadap para pedagang perantara (penyalur) oleh


orang Cina,
2. Isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk
menunjukkan kekuatannya
3. Membuat front melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi
putera.

Tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan anggaran dasarnya adalah:

 Mengembangkan jiwa berdagang,


 Memberi bantuan kepada anggotanya yang mengalami kesukaran,
 Memajukan pengajaran den semua yang mempercepat naiknya
 Derajat bumi putera,
 Menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam,
 Tidak bergerak dalam bidang politik, dan
 Menggalang persatuan umat Islam hingga saling tolong menolong.

Pada tanggal 29 Maret 1913, para pemimpin SI mengadakan pertemuan


dengan Gubernur Jenderal Idenburg untuk memperjuangkan SI berbadan
hukum. Jawaban dari Idenburg pada tanggal 29 Maret 1913, yaitu SI di
bawah pimpinan H.O.S Cokroaminoto tidak diberi badan hukum.

Ironisnya yang mendapat pengakuan pemerintah colonial Belanda (Gubernur


Jenderal Idenburg) justru cabang-cabang SI yang ada di daerah. Ini suatu
taktik pemerintah colonial Belanda dalam memecah belah persatuan SI.
Bayangan perpecahan muncul dari pandangan yang berbeda antara H.O.S
Cokroaminoto dengan Semaun mengenai kapitalisme. 

Menurut Semaun yang memiliki pandangan sosialis, bergandeng dengan


kapitalis adalah haram. Dalam kongres SI yang dilaksanakan tahun 1921,
ditetapkan adanya disiplin partai rangkap anggota. Setiap anggota SI tidak
boleh merangkap sebagai anggota organisasi lain terutama yang beraliran
komunis. Akhirnya SI pecah menjadi dua yaitu SI Putih dan SI Merah.
 SI Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin
oleh H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang
berpusat di Yogyakarta.
 SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh
Semaun, yang berpusat di Semarang. Dalam kongresnya di Madiun, SI
Putih berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Kemudian
pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia
(PSII). Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama menjadi
Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan pendukung kuat Partai Komunis
Indonesia (PKI).

c. Indische Partij (IP)

Trio Indische Partij dari kiri Suwardi Suryaningrat, dr. Cipto Mangunkusumo,


dan E.F.E. Douwes Dekker. Foto: Tempo
Indische Partij adalah partai politik pertama di Indonesia.  menunjukkan para
pendiri Indische Partij yang terkenal dengan sebutan tiga serangkai E.F.E.
Douwes Dekker (Danudirjo Setiabudi), R.M. Suwardi Suryaningrat, dan dr.
Cipto Mangunkusumo. Indische Partij dideklarasikan tanggal 25 Desember
1912.

Tujuan Indische Partij sangat jelas, yakni mengembangkan semangat


nasionalisme bangsa Indonesia. Keanggotaannya pun terbuka bagi semua
golongan tanpa memandang suku, agama, dan ras.
Pada tahun 1913 terdapat persiapan pelaksanaan perayaan 100 tahun
pembebasan Belanda dari kekuasaan Perancis. Belanda meminta rakyat
Indonesia untuk turut memperingati hari tersebut. Para tokoh Indische Partij
menentang rencana tersebut. 

Suwardi Suryaningrat menulis artikel yang dimuat dalam harian De Expres,


dengan judul Als Ik een Nederlander was (Seandainya aku orang Belanda).
Suwardi mengecam Belanda, bagaimana mungkin bangsa terjajah
(Indonesia) disuruh merayakan kemerdekaan penjajah. Pemerintah Belanda
marah dengan sikap para tokoh Indische Partij. Akhirnya Douwes Dekker,
Tjipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat ditangkap dan dibuang ke
Belanda.

d. Perhimpunan Indonesia

Anggota Indische Vereeniging. Foto: Tempo

Pada tahun 1908 di Belanda berdiri sebuah organisasi yang bernama


Indische Vereeniging. Pelopor pembentukan organisasi ini adalah Sutan
Kasayangan Soripada dan RM Noto Suroto. Para mahasiswa lain yang
terlibat dalam organisasi ini adalah R. Pandji Sosrokartono, Gondowinoto,
Notodiningrat, Abdul Rivai, Radjiman Wediodipuro (Wediodiningrat), dan
Brentel.

Tujuan dibentuknya Indische Vereeniging adalah  Indonesia merdeka,


memperoleh suatu pemerintahan Indonesia yang bertanggung jawab kepada
seluruh rakyat. Kedatangan tokoh-tokoh Indische Partij seperti Cipto
Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat, sangat mempengaruhi
perkembangan Indische Vereeniging. 

Masuk konsep “Hindia Bebas” dari Belanda, dalam pembentukan negara


Hindia yang diperintah oleh rakyatnya sendiri. Perasaan anti-kolonialisme
semakin menonjol setelah ada seruan Presiden Amerika Serikat Woodrow
Wilson tentang kebebasan dalam menentukan nasib sendiri pada negara-
negara terjajah (The Right of Self Determination).

e. Partai Komunis Indonesia (PKI)

PKI pada tahun 1923. Foto: Indonesian Old Image


Partai Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri pada tanggal 23 Mei
1920. Berdirinya PKI tidak terlepas dari ajaran Marxis yang dibawa oleh
Sneevliet. Ia bersama teman-temannya seperti Brandsteder, H.W Dekker,
dan P. Bergsma, mendirikan Indische Social Democratische Vereeniging
(ISDV) di Semarang pada tanggal 4 Mei 1914. Tokoh-tokoh Indonesia yang
bergabung dalam ISDV antara lain Darsono, Semaun, Alimin, dan lain-lain.
PKI terus berupaya mendapatkan pengaruh dalam masyarakat. Salah satu
upaya yang ditempuhnya adalah melakukan infiltrasi dalam tubuh Sarekat
Islam. Organisasi PKI makin kuat ketika pada bulan Februari 1923 Darsono
kembali dari Moskow. Ditambah dengan tokoh-tokoh Alimin dan Musso, maka
peranan politik PKI semakin luas.

Pada tanggal 13 November 1926, Partai Komunis Indonesia mengadakan


pemberontakan di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Pemberontakan ini sangat sia-sia karena massa sama sekali tidak siap di
samping organisasinya masih kacau. 

PKI telah mengorbankan ribuan orang yang termakan hasutan untuk ikut
serta dalam pemberontakan. Dampak buruk lainnya yang menimpa para
pejuang pergerakan di tanah air adalah berupa pengekangan dan penindasan
yang luar biasa dari pemerintah Belanda sehingga sama sekali tidak punya
ruang gerak. Walaupun PKI dinyatakan sebagai partai terlarang tetapi secara
ilegal mereka masih melakukan kegiatan politiknya. Semaun, Darsono, dan
Alimin meneruskan propaganda untuk tetap memperjuangkan aksi
revolusioner di Indonesia.

f. Partai Nasional Indonesia (PNI)


Pendiri Partai Nasional Indonesia. Foto: Musem Sumpah Pemuda
Berdirinya partai-partai dalam pergerakan nasional banyak berawal dari
studie club. Salah satunya adalah Partai Nasional Indonesia (PNI). Partai
Nasional Indonesia (PNI) yang lahir di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927
tidak terlepas dari keberadaan Algemeene Studie Club. 

Lahirnya PNI juga dilatarbelakangi oleh situasi sosio politik yang kompleks.
Pemberontakan PKI pada tahun 1926 membangkitkan semangatuntuk
menyusun kekuatan baru dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda.
Rapat pendirian partai ini dihadiri Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo,
Soedjadi, Mr. Iskaq Tjokrodisuryo, Mr. Budiarto, dan Mr. Soenarjo. Pada awal
berdirinya, PNI berkembang sangat pesat karena didorong oleh faktor-faktor
berikut.
1. Pergerakan yang ada lemah sehingga kurang bisa menggerakkan massa.
2. PKI sebagai partai massa telah dilarang.
3. Propagandanya menarik dan mempunyai orator ulung yang bernama Ir.
Soekarno (Bung Karno).
4. Untuk mengobarkan semangat perjuangan nasional, Bung Karno
mengeluarkan Trilogi sebagai pegangan perjuangan PNI. Trilogi tersebut
mencakup kesadaran nasional, kemauan nasional, dan perbuatan
nasional.
Tujuan PNI adalah mencapai Indonesia merdeka. Untuk mencapai tujuan
tersebut, PNI menggunakan tiga asas yaitu self help (berjuang dengan usaha
sendiri) dan nonmendiancy, sikapnya terhadap pemerintah juga antipati dan
nonkooperasi. Dasar perjuangannya adalah marhaenisme.

g. Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan


Indonesia (PPPKI)

Anggota PPPKI. Foto: Museum Dewantara Kirti Griya


PPPKI dibentuk di Bandung pada tanggal 17 - 18 Desember 1927.
Beranggotakan organisasi-organisasi seperti Partai Sarekat Islam Indonesia
(PSII), Budi Utomo (BU), PNI, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi,
dan Kaum Studi Indonesia. Tujuan dibentuknya PPPKI yaitu:

1. Menghindari segala perselisihan di antara anggota-anggotanya;


2. Menyatukan organisasi, arah, serta cara beraksi dalam
perjuangan kemerdekaan Indonesia
3. Mengembangkan persatuan kebangsaan Indonesia.

Pembentukan organisasi PPPKI sebagai ide persatuan sejak awal


mengandung benih-benih kelemahan dan keretakan. Berikut ini ada beberapa
faktor yang menyebabkan keretakan tersebut.

 Masing-masinganggota lebih mementingkan loyalitas pada masing-


masing kelompoknya.
 Kurangnya kontrol pusat terhadap aktivitas lokal.
 Perbedaan gaya perjuangan di antara organisasi-organisasi anggota
PPKI tersebut.

h. Partai Indonesia (Partindo)

Ketika Ir. Soekarno yang menjadi tokoh dalam PNI ditangkap pada tahun
1929, maka PNI pecah menjadi dua yaitu Partindo dan PNI Baru. Partindo
didirikan oleh Sartono pada tahun 1929. 

Sejak awal berdirinya Partindo memiliki banyak anggota dan terjun dalam
aksi-aksi politik menuju Indonesia Merdeka. Dasar Partindo sama dengan PNI
yaitu nasional. Tujuannya adalah mencapai Indonesia merdeka. Asasnya pun
juga sama yaitu self help dan nonkooperasi.

Partindo semakin kuat setelah Ir. Soekarno bergabung ke dalamnya pada


tahun 1932, setelah dibebaskan dari penjara. Namun, karena kegiatan-
kegiatannya yang sangat radikal menyebabkan pemerintah melakukan
pengawasan yang cukup ketat. Karena tidak bisa berkembang, maka tahun
1936 Partindo bubar.

i. Partai Indonesia Raya (Parindra)


Parindra. Foto: Koleksi Museum Nasional
 Partai Indonesia Raya (Parindra). Parindra didirikan di kota Solo oleh dr.
Sutomo pada tanggal 26 Desember 1935. Parindra merupakan fusi dan Budi
Utomo dan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Tujuan Parindra adalah
mencapai Indonesia Raya. Asas politik Parindra adalah insidental, artinya
tidak berpegang pada asas kooperasi maupun nonkooperasi.

Sikapnya terhadap pemerintah tergantung pada situasi dan kondisi yang


dihadapi, jadi luwes. Tokoh-tokoh Parindra yang terkenal dalam membela
kepentingan rakyat di volksraad adalah Moh. Husni Thamrin.

Anda mungkin juga menyukai