Anda di halaman 1dari 10

1.

BUDI UTOMO
Lambang :

a. Tahun berdiri : 20 Mei 1908


b. Pendiri :
Dr.Soetomo dan para mahasiswa STOVIA
yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji

c. Visi misi :
Visi : Bertujuan mencapai kemajuan yang harmonis Jawa dan Madura melalui pendidikan.
Misi ;
 Memajukan pengajaran sesuai dengan apa yang dicita citakan dr. Wahidin
 Memajukan pertanian, peternakan, perdagangan

 Memajukan teknik dan industri, yang berarti bahwa ke arah itu sudah menjadi cita-cita;

 Menghidupkan kembali kebudayaan.


d. Kongres
Mengadakan konres sebanyak 2 kali
1) Kongres Pertama
Oktober 1908, di Yogyakarta. Wahidin Sudirohusodo berpendapat bahwa golongan priyayi
layak mendapatkan pendidikan dibandingkan dengan rakyat, karena para priyayi yang sedah
terdidik dapat mengajarkan kepada rakyat.
Badan hukum Budi Utomo mendapat pengesahan dari pemerintahan Hindia-Belanda, karena
cenderung memajukan pendidikan sehingga Belanda tidak menganggapnya berbahaya.
Setelah kongres pertama berakhir, Budi Utomo mengalami perkembangan yang lamban. Pada
akhir tahun 1909, Budi Utomo mempunyai cabang di 40 tempat dengan jumlah anggota
sekitar 10.000 orang.
Hasil kongres tersebut :
 Budi Utomo tidak berpolitik.
 Kegiatan Budi Utomo ditujukan pada bidang sosial, budaya, dan pendidikan.
 Ruang gerak Budi Utomo terbatas pada Jawa dan Madura.
 Tirto Kusumo, Bupati Karanganyar, dipilih sebagai ketua Budi Utomo pusat.

2) Kongres Kedua
Kongres ini lebih terorganisasi, tetapi kurang bergairah. Diselenggarakan dua hari, 27-28
Oktober 1928 di Batavia (Jakarta).
3 Mei 1928, diadakan pertemuan lagi untuk persiapan kongres kedua, dan dilanjutkan
pada 12 Agustus 1928. Pada pertemuan terakhir ini hadir perwakilan semua organisasi
pemuda dan diputuskan untuk mengadakan kongres pada bulan Oktober 1928, dengan
susunan panitia yang membagi jabatan pimpinan kepada satu organisasi pemuda, yaitu :
1. Ketua: Sugondo Djojopuspito (PPPI)
2. Wakil Ketua: R.M. Joko Marsaid (Jong Java)
3. Sekretaris: Muhammad Yamin (Jong Soematranen Bond)
4. Bendahara: Amir Sjarifudin (Jong Bataks Bond)
5. Pembantu I: Johan Mohammad Cai (Jong Islamieten Bond)
6. Pembantu II: R. Katjasoengkana (Pemoeda Indonesia)
7. Pembantu III: R.C.I. Sendoek (Jong Celebes)
8. Pembantu IV: Johannes Leimena (Jong Ambon)
9. Pembantu V: Mohammad Rochjani Su'ud (Pemoeda Kaoem Betawi)
Rumusan Kongres Sumpah Pemuda ditulis M Yamin pada secarik kertas yang disodorkan
kepada Soegondo ketika Mr. Sunario tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah
tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.
,

Hasil dari kongres ini adalah “ Sumpah Pemuda “

Pertama:Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah
Indonesia.
Kedoea: Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa
Indonesia.
Ketiga:Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa
Indonesia

Istilah "Sumpah Pemuda" sendiri tidak muncul dalam putusan kongres tersebut,
melainkan diberikan setelahnya.

e. Sejarah perkembangan

Awalnya, Pada 1907, dr. Wahidin Sudirohusodo dalam kampanyenya bertemu dengan para
pelajar STOVIA (sekolah dokter pribumi) di Jakarta, satu diantaranya bernama Soetomo. Gagasan
dan cita-cita tersebut kemudian dituangkan ke dalam suatu bentuk organisasi yang diberi
nama Budi Utomo.

Di salah satu ruang belajar STOVIA, Soetomo menjelaskan gagasannya bahwa kedepannya
bangsa dan Tanah Air Indonesia berada di tangan mereka dan rakyat itu sendiri., Minggu, 20 Mei
1908 pada pukul 09.00 pagi. Mahasiswa STOVIA menganggap bahwa kaum tua-lah yang harus
memimpin Budi Utomo, sedangkan para pemuda akan menjadi motor yang akan menggerakan
organisasi itu. Gagasan lahirnya Budi Utomo diawali dari perjalanan kampanye yang dilakukan
oleh dr. Wahidin Sudirohusodo ke seluruh pulau Jawa,

Budi Utomo mengalami perkembangan yang cukup pesat, Budi Utomo memiliki tujuh cabang,
yaitu:

Jakarta Yogya I Magelang Probolinggo

Bandung Yogya II Surabaya


Budi Utomo mengalami perubahan yaitu difokuskan pada reaksi pemerintahan Hindia-
Belanda, bukan lagi pada reaksi yang ditunjukan oleh rakyat. dan mengutamakan pentingnya
pengajaran, penerapannya bahasa Belanda sebagai syarat untuk diterima menjadi pegawai
negeri.Serta mengalami beberapa kali pergantian pemimpin organisasi. Kebanyakan
pemimpin berasal kalangan priyayi atau para bangsawan dari kalangan keraton seperti Reden
Adipati Tirtokoesoemo, bekas Bupati Karanganyar (presiden pertama Budi Utomo) dan
pangeran Ario Noto Dirojo dari keraton Pakualaman.
Saat Pangeran Ario Noto Dirodjo pada tahun 1912 merupakan fase perkembangan paling
penting karena masyarakat Jawa mau menerima istilah tanah air Indonesia.. Muncul Sarekat
Islam, awalnya bertujuan sebagai suatu perhimpunan bagi para pedagang besar maupun kecil
di Solo. Tidak berapa lama, nama itu diubah oleh, Tjokroaminoto, menjadi Sarekat Islam,
yang bertujuan untuk mempersatukan semua orang Indonesia yang hidupnya tertindas oleh
penjajahan. Sudah pasti keberadaan perkumpulan ini ditakuti orang Belanda.
Sejak tahun 1920 organisasi Budi Utomo membuka diri untuk menerima anggota dari
kalangan dari rakyat biasa. Dengan demikian, sifat pergerakan Budi Utomo menjadi
pergerakan kerakyatan.
Kemudian,kepemimpinan perjuangan orang Indonesia diambil alih oleh Sarekat Islam
dan Indische Partij karena dalam politik Budi Utomo belum berpengalaman.
Saat Pemerintah Hindia Belanda hendak merayakan ulang tahun kemerdekaan negerinya,
dengan menggunakan uang orang Indonesia sebagai bantuan kepada pemerintah yang dipungut
melalui penjabat pangreh praja pribumi, misalnya, rakyat menjadi sangat marah. Kemarahan itu
mendorong Soewardi Suryaningrat (yang kemudian bernama Ki Hadjar Dewantara) untuk
menulis sebuah artikel "Als ik Nederlander was" (Seandainya Saya Seorang Belanda), yang
dimaksudkan sebagai suatu sindiran yang sangat pedas terhadap pihak Belanda. Tulisan itu pula
yang menjebloskan dirinya bersama dua teman dan pembelanya, yaitu Douwes Dekker dan Tjipto
Mangoenkoesoemo ke penjara oleh Pemerintah Hindia Belanda). Sejak itu Budi Utomo tampil
sebagai motor politik di dalam pergerakan orang-orang pribumi.

f. Akhir organisasi
Utomo pada tahun 1935, organisasi ini resmi dibubarkan. Tujuan organisasi Budi Utomo kurang
maksimal, diakibatkan karena beberapa faktor, diantaranya :

 Lebih memajukan pendidikan kaum priyayi daripada rakyat jelata


 Keluarnya anggota Budi Utomo dari kalangan mahasiswa
 Adanya kesulitan finansial
 Adanya sikap Tirto Kusumo yang lebih memperhatikan kepentingan pemerintah kolonial
Belanda
 Bahasa Belanda lebih menjadi prioritas daripada bahasa Indonesia
 Priyayi lebih banyak yang mementingkan jabatan daripada mementingkan kepentingan
nasionalisme.
 Terjadi perpecahan di dalam Budi Utomo dan muncul kelompok radikal dan moderat di tubuh
organisasi tersebut karena Kebijakan politik yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda.

Akhirnya, tahun 1935, Budi Utomo menggabungkan diri ke dalam Partai Indonesia Raya
(Parindra) yang sekaligus berakhirnya kiprah Budi Utomo.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Budi_Utomo
https://pendidikanmu.com/2019/06/lahirnya-organisasi-budi-utomo
https://id.wikipedia.org/wiki/Kongres_Pemuda_Kedua
2. SAREKAT ISLAM

a. Tahun berdiri : tanggal 16 Oktober 1905


b. Pendiri : Haji Samanhudi.
c. Visi misi
Visi : Memajukan semangat dagang bangsa, memajukan kecerdasan rakyat dan hidup menurut
perintah agama dan menghilangkan faham-faham keliru mengenai agama Islam.
Misi : .
1. Mengembangkan jiwa dagang

2. Membantu para anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha

3. Memajukan pengajaran dan semua usaha yang menaikkan derajat rakyat bumiputera

4. Menentang pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam

5. Hidup menurut perintah agama

d. Kongres

Kongres pertama diadakan pada bulan Januari 1913 di Surabaya Dalam kongres ini
Tjokroaminoto menyatakan bahwa SI bukan merupakan organisasi politik, dan bertujuan untuk
meningkatkan perdagangan antarbangsa Indonesia, membantu anggotanya yang mengalami
kesulitan ekonomi serta mengembangkan kehidupan relijius dalam masyarakat Indonesia.
Kongres kedua diadakan di Surakarta yang menegaskan bahwa SI hanya terbuka bagi
rakyat biasa. Para pegawai pemerintah tidak boleh menjadi anggota. Pada tanggal 17-24 Juni
1916 diadakan kongres SI yang ketiga di Bandung. Dalam kongres ini SI sudah mulai
melontarkan pernyataan politiknya. SI bercita-cita menyatukan seluruh penduduk Indonesia
sebagai suatu bangsa yang berdaulat (merdeka). Tahun 1917, SI mengadakan kongres yang
keempat di Jakarta. Dalam kongres ini SI menegaskan ingin memperoleh pemerintahan sendiri
(kemerdekaan). Dalam kongres ini SI mendesak pemerintah agar membentuk Dewan Perwakilan
Rakyat (Volksraad). SI mencalonkan H.O.S. Tjokroaminoto dan Abdul Muis sebagai wakilnya di
Volksraad.
e. Sejarah perkembangan
SI tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk masyarakat Muslim
di Jawa dan Madura saja karena bertujuan membangun persaudaraan, persahabatan dan tolong-
menolong di antara muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat.

Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said Tjokroaminoto, nama
SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini dilakukan agar organisasi tidak hanya bergerak
dalam bidang ekonomi, tetapi juga dalam bidang lain seperti politik.

Saat mengajukan diri sebagai Badan Hukum, awalnya Gubernur


Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Dalam anggaran
dasarnya tidak terlihat adanya unsur politik, tetapi pada kegiatannya SI menaruh perhatian besar
kepada unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang dilakukan oleh
pemerintah kolonial. Artinya SI memiliki jumlah anggota yang banyak sehingga menimbulkan
kekhawatiran pemerintah Belanda.

SI pusat diberi pengakuan sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah
pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi partai politik dan
mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917, yaitu HOS Tjokroaminoto; sedangkan Abdoel
Moeis yang juga tergabung dalam CSI menjadi anggota volksraad atas namanya sendiri
berdasarkan ketokohan, dan bukan mewakili Central SI.

Pada kongres PSI tahun 1929 menyatakan bahwa tujuan perjuangan adalah mencapai
kemedekaan nasional. Karena tujuannya yang jelas itulah PSI ditambah namanya dengan
Indonesia sehingga menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Pada tahun itu juga PSII
menggabungkan diri dengan Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan
Indonesia (PPPKI).
f. Akhir organisasi
Pada tahun 1927 nama Partai Sarekat menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).
Dikaitkan dengan kedatangan dr. Sukiman dari negeri Belanda. Namun dalam tubuh PSII
terjadi perbedaan pendapat antara Tjokroaminoto yang menekankan perjuangan kebangsaan di
satu pihak, dan di pihka lain dr. Sukiman yang menyatakan keluar dari PSII dan mendirikan
Partai Islam Indonesia (PARI).
Akibat keragaman cara pandang di antara anggota partai, PSII pecah menjadi beberapa partai
politik, di antaranya Partai Islam Indonesia dipimpin Sukiman (PARI), PSII Kartosuwiryo, PSII
Abikusno, dan PSII sendiri. Perpecahan itu melemahkan PSII dalam perjuangannya. Pada Pemilu
1955 PSII menjadi peserta dan mendapatkan 8 (delapan) kursi parlemen. Kemudian pada Pemilu
1971 pada zaman Orde Baru, PSII di bawah kepemimpinan H. Anwar Tjokroaminoto kembali
menjadi peserta bersama sembilan partai politik lainnya dan berhasil mendudukkan wakilnya di
DPRRI sejumlah 12 (dua belas orang).

Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Sarekat_Islam
http://www.markijar.com/2015/06/sejarah-lengkap-sarekat-islam
3, INDISCHE PARTIJ

a. Tahun berdiri : 25 Desember 1912.


b. Pendiri : tiga serangkai, yaitu E.F.E Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesoemo dan Ki Hadjar
Dewantara
c. Visi misi
Tujuan Indische Partij adalah untuk membangunkan patriotisme semua indiers terhadap tanah air.
Usaha – usahanya yaitu :
 Menyerap cita-cita nasional Hindia (Indonesia)
 Memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan, baik dalam
bidang pemerintahan maupun kemasyarakatan
 Memberantas berbagai usaha yang mengakibatkan kebencian antaragama
 Memperbesar pengaruh pro-Hindia di pemerintahan
 Berusaha mendapatkan hak bagi semua orang Hindia
 Dalam pengajaran, harus bertujuan bagi kepentingan ekonomi Hindia dan memperkuat
ekonomi mereka yang lemah.

d. Kongres
Pada 25 Desember 1912 di Bandung.
Hasil kongres:
-Mempersiapkan rakyat Indonesia untuk menuju kemerdekaan.
-Memajukan kehidupan rakyat Indonesia
-Mengembangkan kerjasama antar bangsa dengan dasar persamaan kenegaraan.
-Membangun dan mengembangkan nasionalisme dan patriotisme seluruh masyarakat Indonesia.

e. Sejarah perkembangan
Indische Partij, yang berdasarkan golongan Indo yang makmur, merupakan partai pertama
yang menuntut kemerdekaan Indonesia.
Partai ini berusaha didaftarkan status badan hukumnya pada pemerintah kolonial Hindia Belanda
tetapi ditolak pada tanggal 11 Maret 1913, penolakan dikeluarkan oleh Gubernur Jendral Idenburg
sebagai wakil pemerintah Belanda di negara jajahan. Alasan penolakkannya karena organisasi ini
dianggap oleh kolonial saat itu dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan bergerak dalam
sebuah kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.
IP menggunakan media majalah Het Tijdschrifc dan surat kabar De Expres pimpinan E.F.E Douwes
Dekker sebagai sarana untuk membangkitkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
1913, pemerintah Belanda akan mengadakan peringatan 100 tahun bebasnya Belanda dari
tangan Napoleon Bonaparte (Prancis). Perayaan ini direncanakan diperingati juga oleh pemerintah
Hindia Belanda. pemimpin Indische Partij. R.M. Suwardi Suryaningrat menulis artikel bernada
sarkastis yang berjudul Als ik een Nederlander was (Andaikan aku seorang Belanda). Akibat dari
tulisan itu R.M. Suwardi Suryaningrat ditangkap. Menyusul sarkasme dari Dr. Cipto Mangunkusumo
yang dimuat dalam De Expres tanggal 26 Juli 1913 yang diberi judul Kracht of Vrees?, berisi tentang
kekhawatiran, kekuatan, dan ketakutan. Dr. Tjipto pun ditangkap, yang membuat rekan dalam Tiga
Serangkai, Douwes Dekker mengkritik dalam tulisan di De Express tanggal 5 Agustus 1913 yang
berjudul Onze Helden: Tjipto Mangoenkoesoemo en Soewardi Soerjaningrat yang artinya Pahlawan
Kita Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat. Karena hal itu, Belanda menangkap
ketiga tokoh tersebut.

f. Akhir organisasi

Karena kecaman mereka terhadap Belanda, Douwes Dekker dibuang


ke Kupang, NTT sedangkan Dr. Cipto Mangunkusumo dibuang ke Pulau Banda.Namun pada
tahun 1914 , Cipto Mangunkusumo dikembalikan ke Indonesia karena sakit.

Sedangkan Suwardi Suryaningrat dan E.F.E. Douwes Dekker baru kembali ke Indonesia pada tahun
1919. Suwardi Suryaningrat terjun dalam dunia pendidikan, dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara,
mendirikan perguruan Taman Siswa. Douwes Dekker juga mengabdikan diri dalam dunia pendidikan
dan mendirikan yayasan pendidikan Ksatrian Institute di Sukabumi pada tahun 1940. Dalam
perkembangannya,Douwes Dekker ditangkap lagi dan dibuang ke Suriname, Amerika Selatan.

Pada tahun 1913 partai ini dilarang karena tuntutan kemerdekaan itu, dan sebagian besar anggotanya
berkumpul lagi dalam Serikat Insulinde dan Comite Boemi Poetera. Akhirnya pun organisasi ini
tenggelam karena tidak adanya pemimpin seperti 3 serangkai yang sebelumnya.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/National_Indische_Partij

Anda mungkin juga menyukai